Di Susun Oleh :
Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Mikro dan Makro Islam dengan judul “Perkembangan Industri Halal Di Berbagai
Negara” dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dr. M. Takhim selaku dosen pengampu
mata kuliah Ekonomi ASWAJA yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini, baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih jauh dari kata sempurna,
kekurangan pada teknis penulisan maupun materi. Keterbatasan kemampuan kami ini masih
sangat membutuhkan arahan. Namun kesempatan ini merupakan langkah yang baik bagi kami
untuk tetap belajar dan mengasah kemampuan diri dalam penulisan makalah.
Oleh karena itu dengan adanya kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan sebagai perbaikan diri dalam penulisan makalah. Kami berharap dengan adanya
makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk dapat mengetahui dan
memahami mengenai perkembangan industri halal di berbagai negara.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................3
B. Rumusan masalah..........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Perkembangan Industri Halal di Negara Mayoritas Muslim.....................................................5
B. Trend Industri Halal di Negara Non-Muslim..............................................................................8
C. Faktor-faktor yang Mendorong Pertumbuuhan Industri Halal................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri halal menjadi tren dunia saat ini. Hal ini terbukti dari prospek industri
halal yang terus tumbuh dari tahun ke tahun (Fathoni & Syahputri, 2020). Menurut
laporan dari State of Global Islamic Economy Report (2022), ada sekitar 1,9 miliar
penduduk yang menjadi konsumen industri halal. Peluang konsumen dalam industri
halal meningkat sebesar 7,8% setiap tahunnya dengan total pengeluaran konsumen
yang mencapai USD 2 triliun. Total dana yang dihabiskan oleh konsumen industri
halal juga akan meningkat hingga mencapai USD 2,8 triliun pada tahun 2025. (State
of Global Islamic Economy Report, 2022). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
industri halal memiliki prospek yang sangat cerah ke depannya (Fathoni &
Syahputri, 2020).
Fenomena pertumbuhan pasar halal secara global mendorong negara-negara
minoritas muslim, termasuk Inggris, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru,
China, dan Italia, untuk ikut serta dalam industri makanan halal dengan upaya
perolehan sertifikat halal (Ahmad, Rahman, & Rahman, 2017); (Wulandari &
Ratnasari, 2020). Permintaan yang meningkat pesat terlihat bahkan di negaranegara non
muslim dan dari konsumen non muslim, mengubah istilah "halal"
menjadi indikator kualitas dan manfaat kesehatan yang diterima secara global
(Yushwohady, 2018).
Makanan halal kini tidak hanya menjadi preferensi umat Muslim, melainkan
telah menjadi gaya hidup global. Kepala Eksekutif Pusat Pengembangan Ekonomi
Islam Dubai, Abdulla Mohammed Al Awar, menyatakan bahwa makanan halal
dapat menarik konsumen non muslim yang peduli akan keamanan makanan
makanan (Rostanti & Rezkisari, 2017). Banyak konsumen non muslim memilih
makanan halal karena dianggap lebih sehat, mengingat konsep halal menekankan
pada keamanan, kebersihan, dan manfaat makanan (Adirestuty, et al., 2021).
Istilah makanan halal berasal dari ajaran agama Islam, yang memerintahkan
pemeluknya untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang halal sesuai dengan
ketentuan agama. Al-Qur'an mencakup banyak ayat yang berbicara mengenai
pentingnya makanan, salah satunya terdapat dalam surat Abasa: 24. Ayat tersebut
menegaskan pentingnya memperhatikan makanan, sesuai dengan petunjuk Allah
(Kementrian Agama Republik Indonesia, 2016).
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam memberikan banyak informasi
terkait makanan yang halal dan sehat (halalan thayyiban). Selain surat Abasa, surat
lain seperti al-Araaf ayat 31, al-Baqarah ayat 168, al-Maidah ayat 88, an-Nahl ayat
114, dan al-Anfal ayat 69 juga menyinggung tentang makanan halal. Menariknya,
setiap ajakan makan yang terdapat dalam Al-Qur'an selalu diikuti dengan kata-kata
halalan dan thayyiban, menunjukkan bahwa makanan terbaik adalah yang
memenuhi keduanya. Pesan ini memberikan petunjuk bahwa beberapa makanan di
dunia ini sebaiknya dihindari karena dianggap haram (Aziz, 2017).
Melalui aturan halalan thayyiban tersebut, Allah SWT. hendak menunjukkan
rahmat dan karunia-Nya betapa aturan tersebut dibuat untuk kebaikan manusia itu
sendiri (maslahat). Kemaslahatan manusia terbagi dalam tiga tingkatan:
kemaslahatan primer (dharury) melibatkan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta;
kemaslahatan sekunder (hajjiya) berfokus pada menghindari kesulitan dalam
mencapai kemaslahatan primer; dan kemaslahatan tertier (tahsiniya) bertujuan
memperkuat kemaslahatan primer dengan basis akhlak. Kemaslahatan manusia
dapat bersifat universal (melibatkan ibadah mahdah, urusan jinayat, kaffarah,
jihad, kepemilikan bersama seperti udara, tanah, dan air) atau bersifat khusus
perorangan (seperti pemilikan kendaraan atau rumah). Kemaslahatan ini muncul
melalui pemahaman tentang halal-thayyib dan haram-khabaaits dalam kehidupan
sehari-hari (Al-Qardhawi, 2017).
Kata thayyib menjadi penting dalam menilai produk halal. Selain kehalalan
agama, sebuah produk juga harus memenuhi standar thayyib, yaitu dapat
meningkatkan kualitas hidup, bersifat higienis, ramah lingkungan, dan
memperhatikan hak-hak pekerja. Konsumen non muslim yang peduli pada standar
kualitas hidup, kebersihan, dan keberlanjutan lingkungan, melihat klaim halal
sebagai jaminan tidak hanya dari segi agama, tetapi juga sebagai produk yang
mempromosikan kebaikan dan kualitas hidup menyeluruh. Produk yang
memperhatikan kesehatan, kebersihan, dan etika produksi lebih menarik bagi konsumen
yang peduli dengan kemaslahatan primer dan tahsiniya dalam kehidupan
sehari-hari mereka (Golnaz, Zainalabidin, Nasir, & Chiew, 2010).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Perkembangan Industri Halal di Negara Mayoritas Muslim?
2. Apa Saja Trend Industri Halal di Negara Non-Muslim?
3. Apa Saja Faktor-faktor yang Mendorong Pertumbuhan Industri Halal?
C. Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana perkembangan halal industri di negara mayoritas
muslim.
2. Untuk mengetahui apa saja trend industri halal yang ada di negaea non-muslim.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan industri halal.
BAB II
PEMBAHASAN
GMTI membagi peringkat negara-negara yang disurvei dalam dua bagian, yaitu
negara-negara anggota dan negara-negara non-anggota Organisasi Kerja Sama Islam
(OKI). Pada 2019, Malaysia dan Indonesia masing-masing mendapat nilai GMTI 78 dan
menjadikan dua negara tersebut sebagai negara destinasi wisata nomor satu pada tingkat
dunia, disusul Turki (75), Arab Saudi (72), Uni Emirat Arab (71), Qatar (68), Moroko
(67), Bahrain (66), Oman (66), serta Brunei Darussalam (65). Sebagai negara non-
anggota OKI, Singapura berhasil menjadi destinasi wisata halal dengan peringkat ke-
10 dunia sejajar dengan Brunei Darussalam.
Pada 2019, Malaysia menjadi nomor satu dalam destinasi wisata halal dunia. Hal
ini dapat dikaitkan dengan pariwisata sebagai salah satu sektor jasa yang
berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Malaysia. Untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi negara maju pada 2020, pariwisata
menjadi salah satu industri yang dikembangkan dalam 12 National Key Economic Areas
(NKEA) Malaysia.
Akan tetapi industri halal di Indonesia saat ini masih belum berkembang.
Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia,
Singapura, Thailand, dan Jepang dalam mengembangkan industri halal. Menurut Ikhsan
Abdullah, Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch (IHW), perkembangan industri halal
Indonesia berjalan stagnan. Hal ini dikarenakan pelaku usaha di Indonesia belum
menganggap industri halal sebagai peluang bisnis penting, padahal industri halal saat ini
telah menjadi trend global di dunia. Di samping itu, UU No. 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal, sebagai payung hukum produk halal di Indonesia, yang
diharapkan dapat meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan industri halal belum
dirasakan pengaruhnya secara signifikan terhadap pertumbuhan dan percepatan industri
halal.
Dalam sektor kosmetik halal, Indonesia menjadi pasar produk kosmetik halal dan
personal care terbesar di dunia sejalan dengan posisinya sebagai negara dengan jumlah
populasi muslim terbesar. Pada survei Markplus Insight Women di Indonesia, Wardah
menjadi merek kosmetik paling populer untuk wanita Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa Wardah dipilih karena adanya klaim merek sebagai kosmetik halal yang ramah
muslim. Selain Wardah, Pixy, Sari Ayu, Ponds, dan VIVA menyusul sebagai merek
kosmetik populer. Di antara merek-merek tersebut, Sari Ayu menjadi merek yang
juga bersertifikasi halal seperti Wardah.Sebagai populasi muslim terbesar di dunia,
tidak mengherankan bahwa kosmetik halal telah mendapatkan permintaan yang
banyak di Indonesia (Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI, 2022).
Selain ketiga negara diatas, Thailand tak mau kalah untuk turut andil dalam
perkembangan industri halal dunia. Thailand berada pada peringkat pertama dalam hal
ekspor halal di antara negara-negara ASEAN. Saat ini, Thailand juga merupakan salah
satu pengekspor produk halal terbesar di dunia serta memproduksi segala jenis
makanan dan minuman halal hingga kosmetik, farmasi, daging, pupuk, pakan
ternak, dan banyak lagi. Pemerintah Thailand bertekad menjadikan negaranya
sebagai pusat industri halal yang diakui dalam sains dan pengujian. Hal tersebut
dibuktikan dengan upaya Thailand dalam mengembangkan sejumlah strategiuntuk
memperkuat industri halal, terutama dalam hal memenuhi standar global,
mendorong daya saing pengusaha, meningkatkan kemampuan sertifikasi halal dan
perumusan standard serta meningkatkan penelitian dan pengembangan (Purnama,
Konety, Akim, & Subarkah, 2021).
Trend-trend ini menunjukkan bahwa industri halal tidak hanya menjadi fokus di
negara-negara dengan mayoritas Muslim, tetapi juga merupakan peluang pertumbuhan
yang signifikan di negara-negara non-Muslim. Hal ini mencerminkan pergeseran
kesadaran global terhadap pentingnya makanan dan produk yang halal, serta peningkatan
integrasi pasar global.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Negara dengan mayoritas Muslim biasanya identik dengan negara berkembang
seperti di Timur Tengah dan Asia Tenggara, salah satunya Malaysia. Jika dilihat dari
laopran tahunan SGIE yang menguasai sektor ekonomi Islam mayoritas adalah negara
berkembang. Hal ini dibuktikan dengan negara yang menjadi sepuluh besar ekonomi
Islam adalah negara berkembang. Meskipun Malaysia bukan negara dengan
mayoritas dan populasi Muslim terbesar di dunia, namun negara ini mampu
mendominasi sektor ekonomi halal sembilan tahun berturut-turut. Hal ini disebabkan
pemerintah Malaysia dengan serius mengelola dan mengembangkan kebijakan demi
menunjang perkembangan industri ini seperti Malaysia yang menerapkan sistem value
based intermediation, kebijakan yang berlangsung lama serta tidak mengalami
kemunduran, dan atusiasme masyarakat dalam mendukung pemerintah mengembangkan
sektor eknomi halal sangat besar.
Tren industri halal di negara non-Muslim telah mengalami pertumbuhan yang
signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh peningkatan kesadaran
akan makanan dan produk yang halal tidak hanya di kalangan konsumen Muslim, tetapi
juga di kalangan konsumen non-Muslim yang semakin memperhatikan aspek kebersihan,
keamanan, dan keadilan dalam rantai pasokan produk.
Berkembanganya gaya hidup halal, mendorong tumbuh kembangnya berbagai
kebijakan dan menjadikan halal sebagai kebutuhan utama masyarakat dunia. Dari aspek
ekonomi, produk halal mempengaruhi geliat bisnis, baik domestik maupun ekspor.
DAFTAR PUSTAKA
(Hakim et al., 2023)Hakim, R. N., Islam, U., Suann, N., & Surabaya, A. (2023). Industri Halal di
Negara Berkembang dan Dominasi Malaysia Atas Negara di Dalamnya. January, 15.
https://www.researchgate.net/publication/366990536_Industri_Halal_di_Negara_Berkemba
ng_dan_Dominasi_Malaysia_Atas_Negara_di_Dalamnya
Yulia, Lady. (2019). Halal Products Industry Development Strategy Strategi Pengembangan
Industri Produk Halal. Jurnal Bisnis Islam, 8(1), 121–162.