Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GLOBAL HALAL INDUSTRI

“PERKEMBANGAN INDSUTRI HALAL DI BERBAGAI NEGARA”

Di tujukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Global Halal Industri

Dosen Pengampu : Dr. M. Takhim,SE.,MSI.

Di Susun Oleh :

1. Danisa Yani Safitri 22101031015


2. M Fikri Haikal 22101031020
3. Ahmad Mudhofir 22101031022

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
2024
KATA PENGANTAR

Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Mikro dan Makro Islam dengan judul “Perkembangan Industri Halal Di Berbagai
Negara” dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dr. M. Takhim selaku dosen pengampu
mata kuliah Ekonomi ASWAJA yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini, baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih jauh dari kata sempurna,
kekurangan pada teknis penulisan maupun materi. Keterbatasan kemampuan kami ini masih
sangat membutuhkan arahan. Namun kesempatan ini merupakan langkah yang baik bagi kami
untuk tetap belajar dan mengasah kemampuan diri dalam penulisan makalah.

Oleh karena itu dengan adanya kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan sebagai perbaikan diri dalam penulisan makalah. Kami berharap dengan adanya
makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk dapat mengetahui dan
memahami mengenai perkembangan industri halal di berbagai negara.

Semarang, 12 Maret 2024

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................3
B. Rumusan masalah..........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Perkembangan Industri Halal di Negara Mayoritas Muslim.....................................................5
B. Trend Industri Halal di Negara Non-Muslim..............................................................................8
C. Faktor-faktor yang Mendorong Pertumbuuhan Industri Halal................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri halal menjadi tren dunia saat ini. Hal ini terbukti dari prospek industri
halal yang terus tumbuh dari tahun ke tahun (Fathoni & Syahputri, 2020). Menurut
laporan dari State of Global Islamic Economy Report (2022), ada sekitar 1,9 miliar
penduduk yang menjadi konsumen industri halal. Peluang konsumen dalam industri
halal meningkat sebesar 7,8% setiap tahunnya dengan total pengeluaran konsumen
yang mencapai USD 2 triliun. Total dana yang dihabiskan oleh konsumen industri
halal juga akan meningkat hingga mencapai USD 2,8 triliun pada tahun 2025. (State
of Global Islamic Economy Report, 2022). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
industri halal memiliki prospek yang sangat cerah ke depannya (Fathoni &
Syahputri, 2020).
Fenomena pertumbuhan pasar halal secara global mendorong negara-negara
minoritas muslim, termasuk Inggris, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru,
China, dan Italia, untuk ikut serta dalam industri makanan halal dengan upaya
perolehan sertifikat halal (Ahmad, Rahman, & Rahman, 2017); (Wulandari &
Ratnasari, 2020). Permintaan yang meningkat pesat terlihat bahkan di negaranegara non
muslim dan dari konsumen non muslim, mengubah istilah "halal"
menjadi indikator kualitas dan manfaat kesehatan yang diterima secara global
(Yushwohady, 2018).
Makanan halal kini tidak hanya menjadi preferensi umat Muslim, melainkan
telah menjadi gaya hidup global. Kepala Eksekutif Pusat Pengembangan Ekonomi
Islam Dubai, Abdulla Mohammed Al Awar, menyatakan bahwa makanan halal
dapat menarik konsumen non muslim yang peduli akan keamanan makanan
makanan (Rostanti & Rezkisari, 2017). Banyak konsumen non muslim memilih
makanan halal karena dianggap lebih sehat, mengingat konsep halal menekankan
pada keamanan, kebersihan, dan manfaat makanan (Adirestuty, et al., 2021).
Istilah makanan halal berasal dari ajaran agama Islam, yang memerintahkan
pemeluknya untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang halal sesuai dengan
ketentuan agama. Al-Qur'an mencakup banyak ayat yang berbicara mengenai
pentingnya makanan, salah satunya terdapat dalam surat Abasa: 24. Ayat tersebut
menegaskan pentingnya memperhatikan makanan, sesuai dengan petunjuk Allah
(Kementrian Agama Republik Indonesia, 2016).
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam memberikan banyak informasi
terkait makanan yang halal dan sehat (halalan thayyiban). Selain surat Abasa, surat
lain seperti al-Araaf ayat 31, al-Baqarah ayat 168, al-Maidah ayat 88, an-Nahl ayat
114, dan al-Anfal ayat 69 juga menyinggung tentang makanan halal. Menariknya,
setiap ajakan makan yang terdapat dalam Al-Qur'an selalu diikuti dengan kata-kata
halalan dan thayyiban, menunjukkan bahwa makanan terbaik adalah yang
memenuhi keduanya. Pesan ini memberikan petunjuk bahwa beberapa makanan di
dunia ini sebaiknya dihindari karena dianggap haram (Aziz, 2017).
Melalui aturan halalan thayyiban tersebut, Allah SWT. hendak menunjukkan
rahmat dan karunia-Nya betapa aturan tersebut dibuat untuk kebaikan manusia itu
sendiri (maslahat). Kemaslahatan manusia terbagi dalam tiga tingkatan:
kemaslahatan primer (dharury) melibatkan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta;
kemaslahatan sekunder (hajjiya) berfokus pada menghindari kesulitan dalam
mencapai kemaslahatan primer; dan kemaslahatan tertier (tahsiniya) bertujuan
memperkuat kemaslahatan primer dengan basis akhlak. Kemaslahatan manusia
dapat bersifat universal (melibatkan ibadah mahdah, urusan jinayat, kaffarah,
jihad, kepemilikan bersama seperti udara, tanah, dan air) atau bersifat khusus
perorangan (seperti pemilikan kendaraan atau rumah). Kemaslahatan ini muncul
melalui pemahaman tentang halal-thayyib dan haram-khabaaits dalam kehidupan
sehari-hari (Al-Qardhawi, 2017).
Kata thayyib menjadi penting dalam menilai produk halal. Selain kehalalan
agama, sebuah produk juga harus memenuhi standar thayyib, yaitu dapat
meningkatkan kualitas hidup, bersifat higienis, ramah lingkungan, dan
memperhatikan hak-hak pekerja. Konsumen non muslim yang peduli pada standar
kualitas hidup, kebersihan, dan keberlanjutan lingkungan, melihat klaim halal
sebagai jaminan tidak hanya dari segi agama, tetapi juga sebagai produk yang
mempromosikan kebaikan dan kualitas hidup menyeluruh. Produk yang
memperhatikan kesehatan, kebersihan, dan etika produksi lebih menarik bagi konsumen
yang peduli dengan kemaslahatan primer dan tahsiniya dalam kehidupan
sehari-hari mereka (Golnaz, Zainalabidin, Nasir, & Chiew, 2010).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Perkembangan Industri Halal di Negara Mayoritas Muslim?
2. Apa Saja Trend Industri Halal di Negara Non-Muslim?
3. Apa Saja Faktor-faktor yang Mendorong Pertumbuhan Industri Halal?
C. Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana perkembangan halal industri di negara mayoritas
muslim.
2. Untuk mengetahui apa saja trend industri halal yang ada di negaea non-muslim.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan industri halal.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Industri Halal di Negara Mayoritas Muslim


Motivasi utama yang mendasari pengembangan industri produk halal adalah
menggaet potensi pasar domestik. Dengan jumlah pemeluk Islam 87,17 persen dari total
populasi atau setara 209,12 juta jiwa, Indonesia merupakan negara muslim terbesar di
dunia.Produk halal adalah produk-produk yang dinyatakan halal sesuai dengan ketentuan
syariat Islam. Industri produk halal merupakan bagian dari ekonomi syariah yang
dikembangkan pemerintah sejak sekitar tiga dasawarsa terakhir. Di dalam
perkembangannya, ekonomi syariah terlebih dulu menyentuh sektor jasa, yakni jasa
keuangan.
Menurut Pew Research Center terkait populasi agama di dunia serta proyeksi
populasi Muslim dari tahun 2010 sebesar 1,599,700,000 orang atau setara 23,2 persen
akan meningkat di tahun 2050 sebesar 2,761,480,000 orang atau setara 29,7 persen yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi Muslim dari tahun 2010-2050 sebesar
1,161,780,000 orang, jika dibandingkan dengan populasi agama lain seperti Kristen
pertumbuhan populasinya dari tahun 2010-2050 mencapai 749,740,000 orang. Populasi
Muslim menjadikannya sebagai populasi pertumbuhan yang paling tinggi jika
dibandingkan dengan populasi agama lain seperti Kristen (Pew Research, 2011).
Adanya populasi Muslim di setiap negara memiliki pengaruh pada keputusan
untuk mengembangkan sektor industri halal. Selain untuk memberikan kenyamanan dan
fasilitas bagi penduduk lokal yang beragam Islam sebagai salah satu cara untuk
memenuhi kewajiban sebagai umat Muslim, adanya Industri Halal di setiap negara juga
akan memudahkan turis atau wisatawan mancanegara yang berkunjung. Industri Halal
juga lebih bersifat fleksibel karena yang mayoritas yang Halal untuk umat Islam juga
Halal untuk agama lain, sedangkan yang diperbolehkan bagi agama lain belum tentu Hala
bagi umat Islam. Melihat potensi tersebut, negara-negara yang mengembangkan Industri
Hala khusunya negara berkembang berfokus pada beberap sektor seperti Halal Food,
Islamic Travel, Islamic Financie, Islamic Media, Islamic Fashion, Halal Farmacy and
Cosmetic, dan lain sebagainya. Terbukti, beberapa sektor di dunia Industri Halal selalu
dikuasai oleh negara berkembang, khusunya negara yang berasal dari Asia Tenggara dan
Timur Tengah (Report, 2022).
Islamic Travel menjadi hal yang paling mudah untuk menemukan industri halal.
Dalam Islamic Travel, kita bisa menemukan pariwisata halal, makanan dan kuliner halal,
akomodasi atau penginapan halal, dan lain sebagainya. Di era globalisasi saat ini,
Muslim milenial menjadi pendorong utama pertumbuhan Islamic Travel karena memiliki
cara tersendiri dalam melakukan perjalanan jika dibandingkan wisatawan Muslim yang
lebih tua, misalnya mencari informasi dan membagikan pengalaman belajar melalui
media social pribadi yang membuat cepatnya persebaran informasi tentang tempat
wisata untuk menarik wisatawan, selain itu pendapatan juga lebih tinggi, dan kesehatan
lebih baik. Ada tiga karakteristik dan kebutuhan Muslim milenial yaitu:
1) aksesibilitas, misalnya selalu terhubung internet untuk membagikan foto dan
status terbaru di media social;
2) transportasi fleksibel, terjangkau, dan akomodasi murah untuk backpacker;
3) Otentik, selalu mencari tujuan atau destinasi baru dan unik, serta jadwal
perjalanan yang fleksibel. Hal ini yang membuat pariwiata halal tumbuh
pesat.

Hampir semua negara di kawasan ASEAN seperti Brunei Darussalam,


Filiphina, Thailand, Malaysia, maupun Indonesia adalah beberapa dari negara
berkembang yang meningkatkan indutri halal di negara mereka. Brunei Darussalam
merupakan salah satu negara yang memiliki sertifikasi halal terbaik didunia. Sertifikasi
halal Brunei Darussalam di fokuskan dengan melakukan pengawasan di sepanjang
rantai produksi sebuah produk yang akan dipasarkan. Sertifikasi halal Brunei
Darussalam mampu mengundang masuknya investasi sekaligus menarik minat negara
lain yang tertarik untuk bergabung dalam bisnis pemrosesan lokal yang akan diberi label
halal Brunei Darussalam agar dapat dipasarkan ke berbagai pasar internasional
(Masyrafina,, Idealisa;, 2018).

Dalam pariwisata halal, Malaysia menjadi perwakilan Asia tenggara dalam


peringkat pertama di seluruh dunia. Mastercard-Crescent Rating membuat laporan
tahunan terkait penilaian destinasi wisata halal global yang disebut sebagai Global
Muslim Travel Index (GMTI). Indeks tersebut menggunakan Crescent Rating ACES
Model yang mulai digunakan sejak GMTI 2017. Dalam model tersebut, ada empat faktor
yang digunakan sebagai indikator dalam GMTI, yaitu kemudahan akses menuju destinasi,
komunikasi internal dan eksternal oleh destinasi, faktor lingkungan pada destinasi, serta
pelayanan yang disediakan oleh destinasi (Global Muslim Travel Index, 2022).

GMTI membagi peringkat negara-negara yang disurvei dalam dua bagian, yaitu
negara-negara anggota dan negara-negara non-anggota Organisasi Kerja Sama Islam
(OKI). Pada 2019, Malaysia dan Indonesia masing-masing mendapat nilai GMTI 78 dan
menjadikan dua negara tersebut sebagai negara destinasi wisata nomor satu pada tingkat
dunia, disusul Turki (75), Arab Saudi (72), Uni Emirat Arab (71), Qatar (68), Moroko
(67), Bahrain (66), Oman (66), serta Brunei Darussalam (65). Sebagai negara non-
anggota OKI, Singapura berhasil menjadi destinasi wisata halal dengan peringkat ke-
10 dunia sejajar dengan Brunei Darussalam.

Pada 2019, Malaysia menjadi nomor satu dalam destinasi wisata halal dunia. Hal
ini dapat dikaitkan dengan pariwisata sebagai salah satu sektor jasa yang
berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Malaysia. Untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi negara maju pada 2020, pariwisata
menjadi salah satu industri yang dikembangkan dalam 12 National Key Economic Areas
(NKEA) Malaysia.

Indonesia sebagai negara mayoritas penduduknya beragama Islam tentu tidak


mau ketingggalan untuk menggarap potensi bisnis industri halal. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah untuk mengembangkan industri halal. Dari segi regulasi, industri
halal di Indonesia diperkuat dengan diundangkannya UU No. 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal. UU Jaminan Produk Halal ini bertujuan untuk memberikan
kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi
masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk, serta meningkatkan nilai
tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal .

Akan tetapi industri halal di Indonesia saat ini masih belum berkembang.
Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia,
Singapura, Thailand, dan Jepang dalam mengembangkan industri halal. Menurut Ikhsan
Abdullah, Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch (IHW), perkembangan industri halal
Indonesia berjalan stagnan. Hal ini dikarenakan pelaku usaha di Indonesia belum
menganggap industri halal sebagai peluang bisnis penting, padahal industri halal saat ini
telah menjadi trend global di dunia. Di samping itu, UU No. 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal, sebagai payung hukum produk halal di Indonesia, yang
diharapkan dapat meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan industri halal belum
dirasakan pengaruhnya secara signifikan terhadap pertumbuhan dan percepatan industri
halal.

Dalam sektor kosmetik halal, Indonesia menjadi pasar produk kosmetik halal dan
personal care terbesar di dunia sejalan dengan posisinya sebagai negara dengan jumlah
populasi muslim terbesar. Pada survei Markplus Insight Women di Indonesia, Wardah
menjadi merek kosmetik paling populer untuk wanita Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa Wardah dipilih karena adanya klaim merek sebagai kosmetik halal yang ramah
muslim. Selain Wardah, Pixy, Sari Ayu, Ponds, dan VIVA menyusul sebagai merek
kosmetik populer. Di antara merek-merek tersebut, Sari Ayu menjadi merek yang
juga bersertifikasi halal seperti Wardah.Sebagai populasi muslim terbesar di dunia,
tidak mengherankan bahwa kosmetik halal telah mendapatkan permintaan yang
banyak di Indonesia (Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI, 2022).

Selain ketiga negara diatas, Thailand tak mau kalah untuk turut andil dalam
perkembangan industri halal dunia. Thailand berada pada peringkat pertama dalam hal
ekspor halal di antara negara-negara ASEAN. Saat ini, Thailand juga merupakan salah
satu pengekspor produk halal terbesar di dunia serta memproduksi segala jenis
makanan dan minuman halal hingga kosmetik, farmasi, daging, pupuk, pakan
ternak, dan banyak lagi. Pemerintah Thailand bertekad menjadikan negaranya
sebagai pusat industri halal yang diakui dalam sains dan pengujian. Hal tersebut
dibuktikan dengan upaya Thailand dalam mengembangkan sejumlah strategiuntuk
memperkuat industri halal, terutama dalam hal memenuhi standar global,
mendorong daya saing pengusaha, meningkatkan kemampuan sertifikasi halal dan
perumusan standard serta meningkatkan penelitian dan pengembangan (Purnama,
Konety, Akim, & Subarkah, 2021).

B. Trend Industri Halal di Negara Non-Muslim


Tren industri halal di negara non-Muslim telah mengalami pertumbuhan yang
signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh peningkatan kesadaran
akan makanan dan produk yang halal tidak hanya di kalangan konsumen Muslim, tetapi
juga di kalangan konsumen non-Muslim yang semakin memperhatikan aspek kebersihan,
keamanan, dan keadilan dalam rantai pasokan produk.
Berikut adalah beberapa tren industri halal di negara non-Muslim:
1) Meningkatnya Permintaan Produk Halal: Konsumen non-Muslim semakin memilih
produk halal karena dianggap lebih higienis, aman, dan sesuai dengan nilai-nilai
mereka terkait keadilan dan etika. Hal ini mendorong produsen untuk mendapatkan
sertifikasi halal untuk produk mereka.
2) Diversifikasi Produk Halal: Produsen di negara non-Muslim semakin berinovasi
dalam menciptakan produk halal yang beragam, tidak hanya terbatas pada makanan
dan minuman, tetapi juga kosmetik, farmasi, mode, dan lainnya.
3) Sertifikasi Halal: Lebih banyak lembaga sertifikasi halal didirikan di negara-negara
non-Muslim untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Ini membantu
memastikan bahwa produk-produk tersebut memenuhi standar halal yang diakui
secara internasional.
4) Pengembangan Infrastruktur Halal: Pemerintah dan organisasi swasta di negara non-
Muslim mulai mengembangkan infrastruktur yang mendukung industri halal, seperti
pusat pengujian, laboratorium, dan zona perdagangan khusus untuk produk halal.
5) Peningkatan Kerjasama Antar Negara: Negara-negara non-Muslim mulai bekerja
sama dengan produsen dan lembaga sertifikasi halal dari negara-negara Muslim untuk
memperluas jangkauan produk halal mereka dan memperoleh pengetahuan lebih
lanjut tentang standar dan praktik terbaik dalam industri halal.
6) Promosi Pariwisata Halal: Destinasi pariwisata di negara non-Muslim mulai
menawarkan layanan dan fasilitas yang ramah Muslim, seperti hotel-hotel halal,
restoran, dan tempat ibadah. Hal ini menarik turis Muslim dan meningkatkan
pendapatan sektor pariwisata.
7) Penelitian dan Inovasi: Institusi akademis dan industri di negara non-Muslim mulai
melakukan penelitian dan inovasi dalam pengembangan produk halal untuk
memenuhi kebutuhan pasar yang berkembang.

Trend-trend ini menunjukkan bahwa industri halal tidak hanya menjadi fokus di
negara-negara dengan mayoritas Muslim, tetapi juga merupakan peluang pertumbuhan
yang signifikan di negara-negara non-Muslim. Hal ini mencerminkan pergeseran
kesadaran global terhadap pentingnya makanan dan produk yang halal, serta peningkatan
integrasi pasar global.

C. Faktor-faktor yang Mendorong Pertumbuuhan Industri Halal


Berkembanganya gaya hidup halal, mendorong tumbuhkembangnya berbagai kebijakan
dan menjadikan halal sebagai kebutuhan utama masyarakat dunia. Dari aspek ekonomi,
produk halal mempengaruhi geliat bisnis, baik domestik maupun ekspor.
Halal telah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan beberapa hal sebagai berikut:
1) Sertifikat halal mampu menambah daya saing
Produk bersertifikat halal dapat memberikan nilai tambah, tak hanya dari sisi
kesehatan, tetapi juga mempunyai keunggulan dibidang ekonomi. Sertifikat halal
memberikan daya saing, sehingga secara otomatis juga berfungsi sebagai alat
pemasaran. Di sisi lain, produk bersertifikat halal mampu memberikan nilai ekonomi
yang tinggi.Sertifikat halal menjadi salah satu instrumen penting dalam mendapatkan
akses pasar yang lebih luas dan akan memperkuat daya saing produk domestik di
pasar internasional. Guna menenuhi tuntutan pasar tersebut, banyak negara-negara di
dunia membentuk lembagalembaga sertifikasi halal. Pelaksanaan sertifikasi halal di
berbagai negaradiselenggarakan oleh pemerintah dan sebagian dikelola oleh
lembaga swasta dimana pemerintah berperan sebagai regulator sertifikasi halal.
Banyak perusahaan besar berkompetisi mengisi pasar halal global. American
Halal Company Incmisalnya, merupakan perusahaan besar yang menjadikan sertifikat
halal sebagai keunggulan dalam daya saing. Bagi pasar dalam negeri, produk halal
memiliki prospek terbaik.Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar,
kebutuhan terhadap produk halal juga tinggi. produk halal tidak hanya menggerakkan
nadi perekonomian, lebih dari itu produk halal telah mendorong para pelaku usaha
melakukan ekspansi usaha yang membuka ribuan lapangan pekerjaan.Bukan hanya
luas jangkauan bisnis yang berkembang, namun juga mendorong tumbuhkembangnya
etos kerja.
2) Meningkatnya Pasar Produk Halal
Pasar produk halal yang berkembang pesat menyebabkan makin bertambahnya
pengusaha muslim maupun non-muslim dalam industri produk halal. Industri produk
halal menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan populasi muslim global
sebesar 1,8 miliar, pasar untuk produk halal diperkirakan sebesar US $ 547 miliar per
tahun.Tren ini diperkirakan akan meningkat menjadi USD 2,1 triliun seiring laju
market pangan global.21Sebagaimana informasi yang disampaikan Plt. Kepala Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri,
mengutip laporan Global State of Islamic Economic, mengatakan permintaan produk
halal dunia akan mengalamipertumbuhan sebesar 9,5 % dalam enam tahun ke depan,
yaitu dari US$ 2 triliun pada 2013 menjadi US$ 3,7 triliun pada 2019.
3) Pembangunan di Bidang Lain yang Mendukung Industri Produk
Banyak negara di dunia yang sudah menjadikan jaminan halal sebagai salah satu
kualitas mutu, baik di Eropa maupun Amerika. Ini ditandai dengan begitu banyaknya
lembaga pemeriksa halal yang bermunculan di berbagai Negara tersebut. Disamping
lembaga penelitian dan pengembangan produk halal, teknologi pun menjadi suatu
kebutuhan dalam pengembangan industri produk halal.Semakin meningkatnya
produksi produk halal dan pertumbuhan pasar produk halal global, membutuhkan
proses penanganan yang semakin cepat. Dalam hal ini, peningkatan teknologi
dibidang produk halal, menjadi strategi yang mampu memacu jumlah layanan
sertifikasi halal, terutama pengembangan teknik sains modern dalam pendeteksian
makanan halal dan teknologi informasi yang memudahkan akses komunikasi dalam
sertifikasi halal. Pengembangan teknologi dibidang produk halal dapat mendukung
upaya promosi produk halal domestik pada market global dan meningkatkan
kepatuhan pengusaha pangan memenuhi persyaratan sertifikasi halal.
Teknologi yang handal sangat dibutuhkan dalam pemeriksaan produk halal secara
cermat, cepat dan tepat. Tentunya dibutuhkan pula penelitian dan pengembangan
produk halal guna meningkatkan kualitas teknologi yang digunakan. Begitu juga
kemudahan akses informasi, menjadi faktor pendorong kecepatan bisnis produk halal.
4) Meningkatnya Promosi Produk Halal
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, bahwa kebutuhan akan produk halal yang
terus meningkat telah mendorong pelaku periklanan untuk berpartisipasi sebagai
peluang bisnis. Seperti diberitakan, perusahaanperusahaan produk halal di Eropa
menggandeng beberapa majalah untuk mempromosikan produk-produknya, dan terus
mengembangkan merk halal dengan metode baru.Di sisi lain, perkembangan produk
halal juga telah membuka pintu secara luas bagi perusahaan dan lembaga pemeriksa
produk halal menyediakan layanan informasi dan komunikasi bagi konsumen melalui
media radio, televisi dan internet. Di sini kita melihat bahwa pesatnya perkembangan
pasar produk halal didukung oleh ekonomi modern yang dinamis, ditandi salah
satunya dengan gencarnya promosi dibidang produk halal.
Kepercayaan telah meningkatkan komitmen konsumen terhadap merek. promosi
produk halal merupakan hal yang saling sejalan dengan perkembangan sertifikasi
halal. Tanpa mentalitas yang tangguh, materi yang memadai dan substansi yang
terpenuhi, maka segala potensi, sumber energi, komoditi dan sumberdaya yang kita
miliki akan sulit bersaing pada era globalisasi ini. Ini akan menjadi kebutuhan akan
terwujudnya kesiapan yang handal, tangguh serta ungggul dalam pengembangan
industri produk halal.

5) Problematika di Seputar Produk Halal


Pelaku usaha produk halal domestik belum mampu merajai bisnis industri produk
halal dalam negeri. Berbagai kendala terjadi karena perilaku produsen dan konsumen
yang belum saling mendukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan indutri
produk halal.Lemahnya permintaan produk halal lokal maupun luar negeri, membuat
produsen lokal belum giat memproduksi produk halal. Hal ini menjadi faktor
pendukung yang turut menyertai rendahnya tingkatDalam bidang pangan halal,
permasalahan yang dihadapi produsen pangan halal Indonesia berawal dari
bagaimana upaya produsen memberikan informasi yang jelas dan meyakinkan kepada
konsumen muslim untuk membedakan halal dari haram, untuk menjamin halal yang
benar-benar halal dan haram benar-benar haram.Informasi yang disampaikan
produsen harus memberikan keyakinan kepada konsumen muslim sehingga mereka
dapat membuat pilihan yang tepat dalam mengkonsumsi makanan. Apalagi saat ini
dalam menghadapi era perdagangan bebas tingkat regional, internasional dan global,
masyarakat dikhawatirkan dengan pangan dan produk lainnya yang mengandung atau
terkontaminasi unsur haram. Permasalahan sosialisasi dan edukasi sertifikasi halal
melahirkan permasalahan-permasalahan turunan yang mengakibatkan minimnya
jumlah pengusaha pangan yang melakukan sertifikasi halal. Selain sarana dan
prasarasana yang menunjang kearah sana juga terbatas, bentuk program sosialisasi
informasinya pun belum dikenal masyarakat secara luas, apalagi sosialisasi edukasi
sertifikasi halal. Kurangnya sosialisasi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Negara dengan mayoritas Muslim biasanya identik dengan negara berkembang
seperti di Timur Tengah dan Asia Tenggara, salah satunya Malaysia. Jika dilihat dari
laopran tahunan SGIE yang menguasai sektor ekonomi Islam mayoritas adalah negara
berkembang. Hal ini dibuktikan dengan negara yang menjadi sepuluh besar ekonomi
Islam adalah negara berkembang. Meskipun Malaysia bukan negara dengan
mayoritas dan populasi Muslim terbesar di dunia, namun negara ini mampu
mendominasi sektor ekonomi halal sembilan tahun berturut-turut. Hal ini disebabkan
pemerintah Malaysia dengan serius mengelola dan mengembangkan kebijakan demi
menunjang perkembangan industri ini seperti Malaysia yang menerapkan sistem value
based intermediation, kebijakan yang berlangsung lama serta tidak mengalami
kemunduran, dan atusiasme masyarakat dalam mendukung pemerintah mengembangkan
sektor eknomi halal sangat besar.
Tren industri halal di negara non-Muslim telah mengalami pertumbuhan yang
signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh peningkatan kesadaran
akan makanan dan produk yang halal tidak hanya di kalangan konsumen Muslim, tetapi
juga di kalangan konsumen non-Muslim yang semakin memperhatikan aspek kebersihan,
keamanan, dan keadilan dalam rantai pasokan produk.
Berkembanganya gaya hidup halal, mendorong tumbuh kembangnya berbagai
kebijakan dan menjadikan halal sebagai kebutuhan utama masyarakat dunia. Dari aspek
ekonomi, produk halal mempengaruhi geliat bisnis, baik domestik maupun ekspor.
DAFTAR PUSTAKA

(Hakim et al., 2023)Hakim, R. N., Islam, U., Suann, N., & Surabaya, A. (2023). Industri Halal di
Negara Berkembang dan Dominasi Malaysia Atas Negara di Dalamnya. January, 15.
https://www.researchgate.net/publication/366990536_Industri_Halal_di_Negara_Berkemba
ng_dan_Dominasi_Malaysia_Atas_Negara_di_Dalamnya
Yulia, Lady. (2019). Halal Products Industry Development Strategy Strategi Pengembangan
Industri Produk Halal. Jurnal Bisnis Islam, 8(1), 121–162.

Anda mungkin juga menyukai