Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN HALAL DALAM PERKEMBANGAN

INDUSTRI HALAL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Perekonomian Islam


Pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Syarifuddin
Lumajang

Dosen Penguji :

Siti Nur Latifah M.E

Disusun Oleh :

Lutfiaturroida Hasanah( 2019100290696 )

Mey Shinta yudiana ( 2019100290683 )

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN LUMAJANG
Maret 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Analisis Perekonomian Islam dengan judul : Analisis
makanan dan minuman halal dalam perkembangan industri halal

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
dengan tulus memberikan banyak doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena terbatasnya pengalaman
dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran,
serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb

Lumajang, 08 maret 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER

2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian makanan
B. Pengertian minuman
C. Industri produk halal
D. Potensi Industri Produk Halal di Indonesia
BAB II PENUTUP

Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Manusia memiliki beberapa kebutuhan primer. Salah satu kebutuhan primer manusia adalah makanan
dan minuman. Hidup manusia akan terancam jika tidak makan dan minum dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian pemenuhan kebutuhan manusia terhadap makanan dan minuman berkaitan erat
dengan pemeliharaan jiwa (hifz al-nafs), pemeliharaan akal (hifz al-‘aql) dan pemeliharaan harta (hifz al-
mal) dalam maqasid al-syari’ah.

Dalam ajaran Islam, makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia khususnya umat Islam tidaklah
bebas namun harus selektif, yakni halal sesuai petunjuk Allah dalam al-Qur’an dan penjelasan Nabi
Muhammad saw dalam hadis, serta baik, sehat (thayyib). Sighat yang digunakan alQur’an dan hadis
dalam menjelaskan makanan dan minuman haram dalam bentuk lafaz ‘amm. Sehingga semua jenis
makanan dan minuman yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan hadistersebut memiliki kesamaan
illat dengan makanan dan minuman yang diharamkan dalam al-Qur’andan hadis, bisa dikategorikan
dengan hukum haram pula berdasarkan metode qiyas.

Karena jenis makanan dan minuman mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan peradaban manusia akibat kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi. Meskipun keragaman
makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia berbeda antarsatu daerah/negara dengan
daerah/negara lain namun standar halal/tidaknya makanan dan minuman tersebut bisa mengacu
kepada term yang diperkenalkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Berdasarkan uraian di atas dalam tulisan ini
akan dikaji berbagai jenis makanan dan minuman dalam perspektif hukum Islam, serta dampaknya bagi
kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud pengertian makanan?

2.Apa yang dimaksud pengertian minuman?

3.Apa itu industri produk halal ?

4.Bagaimana potensi industri produk halal di Indonesia ?

C. Tujuan masalah

1.untuk mengetahui pengertian makanan?

2.untuk mengetahui pengertian minuman?

3.untuk mengetahui industri produk halal ?

4.untuk mengetahui potensi industri produk halal di Indonesia ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian makanan

Makanan menurut bahasa adalah terjemahan dari kata tha'am bentuk tunggal dari athi'mah. Dalam
bahasa Indoensia makanan berarti segala yang boleh dimakan seperti penganan, lauk pauk dan kue-kue.

5
Menurut al Khalil, seperti dikutip oleh Ibnu Faris dan Ibnu Manzhur, penggunaan kata tha'am (makanan/
‫ )طعام‬dalam percakapan orang Arab dikhususkan pada gandum, seperti sabda Nabi Saw dari Abi Said al
Khudry tentang zakat fitrah: "‫ = "طعام من صاعا‬satu sha gandum. Menurut Ibnu Manzhur dan Ensiklopedia
al-Qur'an, tha'am (‫ )طعام‬adalah kata yang digunakan untuk semua jenis yang dimakan. Sebagian yang lain
berpendapat semua yang diairi lalu tumbuh, sebab itu tumbuh tanaman air tersebut menurut Ibnu
Katsir, semua yang termasuk dalam kategori biji-bijian seperti gandum dan kurma. Menurut al-Thabary,
tha'am (‫ )طعام‬adalah apa yang dimakan dan diminum.

Sedangkan pengertian makanan menurut istilah adalah apa saja yang dimakan oleh manusia dan
disantap, baik berupa barang pangan, maupun yang lainnya.

Penggunaan kata tha'am (‫ )طعام‬dalam al-Qur'an bersifat umum, yakni setiap yang dapat dimakan, baik
makanan itu berasal dari darat dan laut, maupun makanan yang belum diketahui hakikatnya. Dengan
demikian kata al-tha'am ( ‫ = )لطعام‬makanan, adalah menunjukan arti semua jenis yang biasa dicicipi
(makanan dan minuman). Makanan menurut al-Qur'an, ada yang halal dan ada yang haram.

B. Pengertian minuman

Minuman menurut bahasa adalah terjemahan dari kata syarab (‫ = )شراب‬minuman . Syarab adalah nama
dari sesuatu yang dapat diminum, yaitu segala sesuatu yang ditidak dikunyah.5 Kata Syarab ( ‫) شراب‬, juga
dipakai dalam arti minuman yang memabukkan.6

Secara terminologi, kata syarab berarti sesuatu yang diminum, baik berupa air biasa, amupun air yang
sudah melalui proses pengolahan, yang sudah berubah warna dan rasanya. Dalam al-Qur'an kata syarab
digunakan dengan makna yang sama, baik dalam konteks minuman dunia, maupun minuman akhirat.
Dalam kedua konteks ini dipahami, bahwa pada dasarnya maksud syarab atau minuman, adalah makna
lafzhi, yaitu benar-benar minuman.

Dari uraian tentang pengertian makanan dan minuman, dapat disimpulkan, bahwa di antara makanan
dan minuman baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, maupun dari hewan sudah ada ketetapan
hukumnya, yaitu ada yang dihalalkan dan ada yang diharamkan. Istilah makanan (‫ )طعام‬yang dihalalkan
atau diharamkan, sering digunakan dalam al-Qur'an dalam pengertian umum, meliputi makanan dan
minuman.

C. Industri Produk Halal

a. Deskripsi Industri Produk Halal

Dalam kajian ini deskripsi tentang produk halal mengacu pada UndangUndang RI Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal. Dalam Pasal 1 disebutkan produk adalah barang dan/atau jasa yang
terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa
genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk
Halal adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.

6
b. Lembaga-lembaga yang Memiliki Kepentingan Untuk menjamin terealisasinya jaminan produk halal,
pemerintah membentuk suatu badan yang bertanggung jawab atas terselengaranya jaminan produk
halal, yakni Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). BPJPH yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama. Dalam hal diperlukan, BPJPH dapat membentuk
perwakilan di daerah. Dalam melaksanakan wewenangnya BPJPH bekerja sama dengan kementerian
dan/atau lembaga terkait, LPH (Lembaga Pemeriksa Halal) dan MUI (Majlis Ulama Indonesia).
Kementerian dan/atau lembaga terkait antara lain kementerian dan/atau lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian, perdagangan, kesehatan, pertanian,
standardisasi dan akreditasi, koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah, serta pengawasan obat dan
makanan.

Selain BPJH pemerintah juga membentuk badan yang bertugas untuk memeriksa kehahalan suatu
produk. Lembaga tersebut adalah LPH (lembaga Pemeriksa Halal), diamana LPH adalah lembaga yang
melakukan kegiatan pemeriksaan dan/atau pengujian terhadap kehalalan Produk. Sedangkan penetapan
kehalalan produk sebagaimana dikeluarkan oleh MUI dalam bentuk Keputusan Penetapan Halal Produk.
Pemerintah dan/atau masyarakat dapat mendirikan LPH. LPH mempunyai kesempatan yang sama
dalam membantu BPJPH melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan Produk.

Dalam praktiknya pemerintah akan berkoordinasi dengan MUI, dalam penyelengaraan dan penjaminan
produk halal, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 10, Kerja sama BPJPH dengan MUI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c dilakukan dalam bentuk: a. sertifikasi Auditor Halal; b.
penetapan kehalalan Produk; dan c. akreditasi LPH.

c. Mekanisme Pengajuan dan Penetapan Kehalalan Produk Setiap pelaku usaha yang memproduksi
produk dan hendak memasarkan atau memperdagangkan produknya di pasaran, dapat mengajukan
permohonan secara tertulis untuk mendapatkan sertifikasi halal dari MUI. Adapun mekanismenya
adalah diawali dari pelaku usaha secara tertulis

mengajukan Sertifikat Halal kepada BPJPH atau LPPOM, jika belum terbentuk BPJH daerah. Kemudian
BPJPH menetapkan Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang sudah memiliki auditor untuk melakukan audit
(pemeriksaan) Selanjutnya, LPH menyerahkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalal produk
kepada BPJPH untuk disidangkan internal. Hasil sidang internal disampaikan kepada Majelis Ulama
Indonesia (MUI) guna mendapatkan penetapan kehalalan produk.Jika sidang internal auditor tidak
menemukan hal yang menyebabkan produk tidak memenuhi standar kehahalan produk, maka akan
ditolak dan selanjutya pelaku usaha dapat kembali mengajukan setelah semua dirasa cukup.

D. Potensi Industri Produk Halal di Indonesia

Sebagai negara yang besar dengan penduduk yang mayoritas adalah beragama Islam, tentu merupakan
hal yang ironi jika kebutuhan untuk konsumsi masyarkat Indonesia belum sepenuhnya terjamin
kehalalanya, serta tidak ada pihak yang dapat benar-benar memastikan bahwa bahan baku atau produk
jadi yang beredar dan diperdagangkan dipasaran terjamin kehalalannya. Sedangkan di satu sisi umat
muslim dituntut untuk mengkonsumsi produk yang halal secara kaffah, mulai dari bahan baku, proses

7
sampai produk siap konsumsi. Oleh karena itu umat Islam dituntuk untuk mencari solusi atas
permasalahan tersebut.

Perkembangan ekonomi syariah selama dua dekade ini menjadi angin segar bagi umat Islam, karena
perlahan tapi pasti, tuntutan akan perilaku ekonomi sesuai dengan hukum Islam sudah mulai dirasakan
oleh umat Islam, meski belum secara totalitas. Peran aktif dari pemerintah serta respon positif dari
masyarakat pada umumnya akan perkembangan ekonomi syariah, termasuk didalamnya adalah industri
produk halal menjadi potensi tersendiri bagi pelaku bisnis di dalam negri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut hukum Islam makanan dan minuman yang dikonsumsi umat Islam, di samping harus
berkualitas halal, juga harus thayyib, yaitu makanan yang berguna bagi tubuh, tidak merusak, tidak
menjijikkan, enak, tidak kadaluarsa dan tidak bertentangan dengan perintah Allah, karena tidak
diharamkan. Jadi, kata “thayyiban” menjadi illah (alasan dihalalkan sesuatu dari makanan).Sebaliknya,
jika tidak memiliki kualitas thayyiban,
Makanan dan minuman tersebut diharamkan karena mengancam jiwa manusia, bertentangan
dengan pemeliharaan jiwa (hifz al-nafs), pemeliharaan akal (hifz al-‘aql) dan pemeliharaan harta (hifz al-
mal) dalam maqasid al-syari’ah

B.saran

Dalam pembahasan materi di atas mengenai "analisis makanan dan minuman halal dalam
perkembangan industri halal" mungkin masih banyak kekurangan, baik di segi penulisan ataupun di dari

8
penyusunan kalimat dan kata-katanya, oleh sebab itu kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya
kepada dosen dan mahasiswa semua, sebagai penyempurna kami mengharap kritik dan saran yang
positif dari temen-temen semua.

DAFTAR PUSTAKA

Tahido huzaemah yanggo.2013. Makanan dan minuman dalam perspektif hukum Islam. tahkim, Jakarta.
Vol.lX . No.1.

Nasrullah Aan. Analisis Potensi Industri Halal Bagi Pelaku Usaha Di Indonesia. Cluster Mataram. hal.59.

Anda mungkin juga menyukai