Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ANALISIS BAHAN TAMBAHAN PANGAN HALAL

”ANALISIS PANGAN HALAL”

Disusun oleh:

KELOMPOK I

INAS LUTHFIYYAH RUSTAN (60500119015)

MUHAJIR (60500120005)

MIFTHAHUL NUR ILMI (60500121009)

DIAN REZKI DAMAYANTI (60500121007)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Analisis Pangan Halal”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan serta kritik yang
dari beberapa pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pendengar sekalian.

Samata, September2022

KELOMPOK I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………...………………………………...i
DAFTAR ISI…………...…………....………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………………..1
Rumusan Masalah…………………………………………………………….2
Tujuan Makalah………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
Analisis Bahan Pangan halal……………………………..………………….. 3
Sumber bahan tambahan pangan halal ……….………………………………4
Klasifikasi bahan tambahan pangan halal …………………………………... 5
Kode bahan tambahan pangan halal dalam produk pangan………………... 10
Analisis bahan tambahan pangan halal dalam produk pangan……………….
BAB II PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………….13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan pangan berasal dari pangan yang berupa nabati dan hewani. Bahan

pangan halal tersusun banyaknya komponen, komponen utama tersebut berperan

sebagai nutrisi bagi tubuh untuk zat pembangun serta sumber energi. Selain dari itu,
Komponen utama tersebut juga berperan sebagai elemen dan senyawa yang

diperlukan pada proses metabolisme. Sejumlah dari polisakarida terhadap tanaman

digunakan sebagai sumber energi. Sebagian lain berperan sebagai serat pangan yang

sangat menguntungkan bagi pencernaan manusia (Estiasih, dkk., 2016: 3).

Peranan bahan tambahan pangan khususnya bahan pengawet menjadi

semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan

pangan sintesis. Banyaknya dari bahan tambahan pangan yang terbentuk lebih

relative murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relative murah akan

mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti

meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu (Cahyadi, 2008: 1).

Dalam produksi khusus panennya, bahan pangan banyak mengalami


perubahan baik yang diharapkan maupun tidak diharapkan. Perubahan-perubahan

tersebut terjadi adanya reaksi kimia di dalam bahan pangan maupun akibat

lingkungannya. Cita rasa serta aroma yang timbul keluar bauk arena adanya senyawa

kimia alamiah maupun sintetik dan reaksi senyawa tersebut dengan ujung-ujung

syaraf indera lidah dan hidung. Zat-zat warna maupun pigmen yang indah dapat

menjadi kurang indah maupun lebih indah akibat suatu reaksi kimia dalam bahan

pangannya tersebut (Winarno, 1982: 1).

1
2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud analisis bahan pangan halal ?

2. Apa sumber bahan tambahan pangan halal ?

3. Bagaimana klasifikasi bahan tambahan pangan halal ?

4. Apa kode bahan tambahan pangan halal dalam produk pangan ?

5. Bagaimana analisis bahan tambahan pangan halal dalam produk pangan ?


C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui analisis bahan pangan halal.

2. Untuk mengetahui sumber bahan tambahan pangan halal.

3. Untuk mengetahui klasifikasi bahan tambahan pangan halal.

4. Untuk mengetahui kode bahan tambahan pangan halal dalam produk pangan.

5. Untuk mengetahui analisis bahan tambahan pangan halal dalam produk

pangan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Pangan Halal

1. Pengertian

Pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau barang yang

haram atau dilarang untuk dikonsumsi oleh umat Islam, baik yang menyangkut bahan
baku pangan, bahan tambahan pangan, dan bahan penolong lainnya termasuk bahan

pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iradiasi pangan. Oleh

karena itu, pangan pengelolaanya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum

agama Islam. Dengan kata lain produk pangan yang aman dan sehat adalah pangan

yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dari aspek kesehatan dan kenyamanan

batiniah (Sari, 2018: 1).

Untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dilihat dari sumber bahan yang

terkandung didalam suatu produk sangat penting untuk umat islam dan harus teruji

kehalalannya. Dalam perspektif persiapan makanan halal, Majelis Ulama Indonesia

telah mengembangkan standar pedoman halal yang komprehensif mencakup

produksi, persiapan, penanganan, dan penyimpanan. Saat ini, perlu adanya


pendalaman terkait kesadaran tentang konsep Halalan Toyyiban. Terdapat suatu

keharusan bagi semua Muslim untuk memilih makanan yang berstatus Toyyib.

Toyyib mengacu pada makanan yang aman, bersih, bergizi, dan berkualitas, atau

bahan- bahannya aman untuk dikonsumsi, tidak beracun, tidak memabukkan, atau

tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Fermanto dan Sholahuddin, 2020: 96).

3
4

Dalam industri pangan saat ini, bahan pangan diolah melalui berbagai teknik

dan metode pengolahan baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, sehingga menjadi produk yang siap dilempar untuk

dikonsumsi masyarakat di seluruh dunia. Perlu diketahui bahwa sebagian besar

produk industri pangan dan teknologi pangan dunia tidak menerapkan sistem

sertifikasi halal yangdapatmenimbulkan kekhawtiran bahwa dalam menghadapi

perdagangan bebas tingkat regional, internasional, dan global, Indonesia sedang


dibanjiri produk pangan dan produk lainnya yang mengandung atau

terkontaminasidaribahan yang mempunyai unsur haram. Dalam teknik prosesan,

penyimpanan, penanganan, sertapengepakan yang seringkali digunakan sebagaibahan

pengawet yangmembahayakan kesehatan atau bahan tambahan yang mengandung

unsur haram yang dilarang dalam agama islam (Charity, 2017: 99-100).

2. Integrasi Ayat

Dalam al-qur’an criteria baik (Tayyib) dilengkapi dengan kriteria halal yang

terdapat pada surah QS. al- Baqarah/2: 168 yang berbunyi:

ٌ‫ش ْي ٰط ۗ ِن اِنَّ ٗه لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمبِيْن‬ ِ ‫ض َح ٰلاًل طَيِّبًا ۖ َّواَل تَتَّبِ ُع ْوا ُخطُ ٰو‬
َّ ‫ت ال‬ ُ َّ‫ٰيٓاَيُّ َها الن‬
ِ ‫اس ُكلُ ْوا ِم َّما فِى ااْل َ ْر‬
Terjemahnya:
“Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik
dan janganlah mengikutilangkah-langkah setan. Sesungguhnya ia
bagimumerupakan musuh yang nyata” (QS. al- Baqarah/2: 168).
Adapun tafsir ilmi mengatakan untuk mengimbau manusia untuk tidak

mengikuti langkah-langkah setan. Imbauan Ini menunjukkan bahwa makanan dan

minuman yang dikonsumsi memengaruhi aspek spiritual. Artinya, makanan yang

dikonsumsi seseorang turut andil dalam membentuk sifat atau moralnya. Kebiasaan

mengonsumsi makanan dan minuman yang haram akan menjauhkan seseorang dari

Tuhan, malas beribadah dan semakin mendekati jalan maksiat. Sebaliknya, orang
5

yang selalu memilih makanan yang halal dan bergizi akan mendapatkan tidak saja

kesehatan tubuh, tetapi juga ketenteraman jiwa

Integrasi dari ayat tersebut adalah besar manfaat dan pengaruh makanan bagi

manusia. Makanan tidak hanya penting bagi diri pengonsumsinya untuk kehidupan

dunia dan akhiratnya, tetapi juga merembet kepada keturunan. Oleh karena itu,

penting bagi umat Islam untuk memahami tidak hanya hukum halal dan haram

makanan, tetapi lebih dari itu memahami kriteria makanan yang baik, yang
tayyib.Kecukupan dan kelengkapan gizi makanan saja belumlah cukup. Hal ini

disebabkan peran makanan dalam mencukupi kebutuhan tubuh tergantung pula pada

metabolisme. Metabolisme makanan dalam tubuh dimulai dari mulut sampai usus

besar, serta proses pembakaran gizi makanan oleh oksigen yang diserap paru-paru.

Mekanisme yang mengagumkan ini juga perlu diketahui agar gangguan sistem

metabolisme dapat dicegah sehingga input makanan menjadi efisien dalam

memenuhi kebutuhan tubuh

B. Sumber Bahan Tambahan Pangan Halal Alami/Sintesis

Penggunaan bahan tambangan pangan (BTP) khususnya golongan bahan

pengawet dan bahan pewarna memiliki kecenderungan meningkat sejak pertengahan

abad ke-20. Ketersediaannya secara komersil dengan harga yang relatif murah
membuat produsen lebih memilih menggunakan BTP sintetik dalam proses

pengolahan. Penggunaan BTP yang sering dilakukan adalah BTP pewarna dan

antioksidan sintetik. Hal tersebut disebabkan penambahan pewarna dapat

meningkatkan kesukaan konsumen sehingga mempengaruhi keputusan dalam

memilih produk. Penambahan antioksidan sintetik pada proses pengolahan pangan

dapat menghambat terjadinya oksidasi pada produk (terutama produk dengan

kandungan lemak tinggi) sehingga dapat dapat memperlama daya simpan. Hal
6

tersebut yang menyebabkan produsen berlombalomba untuk meningkatkan nilai jual

produk melalui penggunaan BTP khususnya bahan pewarna dan antioksidan sintetis

yang terkadang melebihi dari ambang batas yang telah ditetapkan didalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI No.772/Menkes/Per/IX/88 dan No. 1168/Menkes/Per/X/1999

dan Badan POM RI (2013a). Peraturan Kepala Badan POM RI No. 36 Tahun 2013 (

Bahan Tambahan pangan halal dapat bersumber dari bahan nabati. Bahan

makanan nabati banyak dijumpai dimana-mana terutama di daerah-daerah pertanian


yang cocok dan subur terhadap tumbuh dan berkembangnya tumbuh-tumbuhan, dan

dapat dikonsumsi masyarakat sebagai bahan makanan. Bahan makanan nabati

banyak dikonsumsi masyarakat baik sebagai bahan makanan pokok maupun sebagai

bahan makanan penunjang atau pelengkap, hal ini dimungkinkan, bukan saja karena

kemudahannya diperoleh, akan tetapi juga banyak mengandung gizi. Bahan makanan

nabati dapat berasal dari padi-padian, umbi-umbian maupun kacang-kacangan

(Syamsida dan Suryani, 2018: 9).

Menurut Syamsida dan Suryani (2018: 10-55) sumber bahan nabati

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Padi-padian

Padi-padian merupakan bahan makanan pokok masyarakat, terutama di


negara kita. Golongan padi-padian ini merupakan bahan makanan pokok sumber

kalori, sumber protein, nabati, vitamin, terutama B1 dan garam-garam mineral.

Kandungan yang termasuk golongan padi-padian antara lain:

 Beras

 Jagung

 Harver

 Gandum
7

2. Umbi- umbian

Umbi-umbian adalah akar yang membesar yang diperoleh dari dalam tanah

berupa akar sejati atau perubahan akar dan batang yang merupakan penimbunan

cadangan makanan. Umbi merupakan satu organ dari yang merupakan modifikasi

dari organ lain dan berfungsi sebagai penyimpan zat tertentu (umumnya karbohidrat).

Organ yang dimodifikasi dapat berupa daun, batang, atau akar. Bentuk modifikasi ini

biasanya adalah pembesaran ukuran dengan perubahan anatomi yang sangat jelas
terlihat. Umbi biasanya terbentuk tepat di bawah permukaan tanah. Organ penyimpan

tidak harus berbentuk umbi. Beberapa jenis tumbuhan menyimpan cadangan energi

pada organ yang sama, tetapi tidak mengalami banyak modifikasi bentuk, sehingga

tidak membentuk umbi. Tumbuhan memerlukan cadangan energi karena ia tidak bisa

berpindah tempat untuk menemukan sumber energi baru atau untuk membantu

reproduksi jenisnya. Yang termasuk ke dalam golongan umbi-umbian adalah:

 Singkong

 Ubi jalar

 Talas

 Kentang

 Umbi lapis
3. Kacang-kacangan

Kacang merupakan sumber energi yang baik bagi tubuh karena mengandung

beragam nutrisi penting seperti protein, vitamin, mineral, dan lemak sehat. Para pakar

kesehatan mengatakan bahwa ada banyak jenis kacang-kacangan yang bisa dipilih

sebagai cemilan sehat untuk dikonsumsi sehari-hari. Kacang-kacangan

(leguminoceae) yaitu suku dari tanaman yang berbuah polongan. Kacang-kacangan

merupakan salah satu sumber bahan makanan nabati yang banyak mengandung
8

vitamin B, besi dan kalsium. Jenis kacang-kacangan ini didalamnya terdapat biji dan

terdapat pula sebagai buah. termasuk golongan kacang-kacangan dalam hal sebagai

biji antara lain:

 Kacang kedelai

 Kacang hijau

 Kacang merah

 Kacang tanah
 Kacang tunggak

 Kacang panjang

 Buncis

 Kapri

4. Sayur-sayuran

Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang

biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau

setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai

sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa

dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan

cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak jarang), atau disangrai. Sayuran
berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan. Istilah "sayuran" tidak

bersifat ilmiah. Kebanyakan sayuran adalah bagian vegetatif dari tumbuhan, terutama

daun (juga beserta tangkainya).

5. Buah-buahan

Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan

lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji.

Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah.
9

Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas

dari pada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-buahan. Buah

dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat

pula berasal dari perkembangan organ yang lain.

C. Klasifikasi Bahan Tambahan Pangan Halal

Bahan tambahan pangan atau aditif makanan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan
adalah bahan yang ditambah dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan utnuk

meningkatkan mutu. Termasuk di dalamnya adalah pewarna, penyedap rasa dan

aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antikempal, pemucat dan

pengental. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang bukan merupakan

bahan utama tetapi sengaja ditambahkan untuk menambah kualitas pangan itu sendiri

(Rahmi Holinesti, 2008).

Menurut Hidayah (2021), bahan tambahan pangan halal dapat dibedakan

menjadi dua antara lain sebagai berikut:

1. Jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan Halal Alami

a. Pemanis Alami

Beberapa jenis pemanis alami maupun pemanis buatan dapat digunakan untuk
makanan. Pemanis alami yang sering digunakan untuk makanan, pertama adalah tebu

dan bit. Kedua jenis pemanis ini sering disebut gula alam atau sukrosa. Selain itu, ada

berbagai pemanis lain yang dapat digunakan untuk makanan, di antaranya laktosa

maltose, galaktosa, fruktosa, sorbitol, manitol, gliserol, dan glisina (Yuliarti, 2007).

b. Pewarna
10

Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan

tumbuh-tumbuhan seperti : caramel, coklat, daun suji, daun pandan, dan daun kunyit.

Banyak sekali bahan alami yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan,

diantaranya karoten, riboflavin, hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tanninbetalin,

quinon, dan xanton. Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah

yang besar sekalipun.(Yuliarti, 2007).

c. Pengawet
GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bahan pengawet yang

bersifat alami, sehinggaaman dan tidak berefek racun sama sekali. Berikut ini adalah

contoh-contoh pengawet alami:

1. gula tebu, memberi rasa manis dan bersifat mengawetkan. gula

pasir,dihasilkan dari tebu dan digunakan sebagai pengawet, karena gula

dapat menyerap kandunga air bersifat higroskopis. dengan tidak adanya

air, maka mikroorganisme di dalam makanan tidak dapat berkembang dan

mati.

2. Gula meah, selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat

mengawetkanseperti halnya gula tebu.

3. Garam, merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari


penguapanair laut. Garam dapur digunakan sebagai pengawet makanan

karenadapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri dalam

makanan.

4. Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet, dengan

penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
11

5. Kulit kayu manis, merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai

pengawet.Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan

pemberi aroma.

6. Cengkih, merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga

tanamancengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai

penambaharoma.

7. Bawang putih, yang diiris akan mengeluarkan alisin, yaitu suatu zat
yangdapat menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga bawang putih

dapat dipakaisebagai bahan pengawet.

d. Penyedap rasa

Bahan penyedap dari bahan alami selalu terdapat di dalam setiap

makanan.Biasanya bahan-bahan ini dicampurkan bersama-sama sebagai bumbu

makanan, beberapa di antaranya: Bawang, merica, daun salam, jahe, cabai, daun

pandan, kayu manis, kemangi, serai, daun jeruk, cengkeh, kemiri dan ketumbar.

e. Pengental

Jenis bahan pengental alami antara lain: Gelatin, telur, lesitin, tepung kanji,

keledai, susu bubuk dan putih dan kuning telur ayam.

2. Jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan Halal Sintesis


a. Pemanis

Pemanis buatan (sintetis) merupakan bahan tambahan yang dapat

memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Sebagai

contoh adalah sakarin, siklamat, aspartame, dulsin, sorbitol sintetis dan nitro-

propoksi-anilin.
12

b. Pewarna

Pemberian zat pewarna yang diperbolehkan dengan jumlah yang dibatasi

anatara lain: Amaran, biru berlian, Eritrosin, Hijau FCF, Hijau S, Indigotin, Ponceau

4R, Kuinelin, Riboflavina.

c. pengawet

ADI (A cceptable Daily Intake) yang selalu ditetapkan batas penggunaan

hariannyaguna melindungi kesehatan konsumen. Bahan-bahan pengawet tersebut,


antara lain sebagai berikut: asam asetat, benzoat, sulfit, propil galat, propianat, garam

nitrit dan asam sorbat.

f. Penyedap Rasa

Penyedap rasa sintetik atau buatan anatara lain; MSG (monosodium

glutamat), GMP (guanosin monofosfat), IMP (inosin monofosfat).

g. Pengental

Pengental sintesis antara lain: Xentha gum, carboxy methyl cellulose,

karagenan, konjac gum, kitosan dan paketin.

D. Kode Bahan Tambahan Pangan Halal dalam Produk pangan

Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap konsumen,

terutama konsumen muslim. Baik itu produk berupa makanan, obat-obatan maupun
barang-barang konsumsi lainnya. Seiring besarnya kuantitas konsumen muslim di

Indonesia yang jumlahnya mencapai 204,8 juta jiwa penduduk Indonesia, dengan

sendirinya pasar Indonesia menjadi pasar konsumen muslim yang sangat besar. Oleh

karena itu, jaminan akan produk halal menjadi suatu hal yang penting untuk

mendapatkan perhatian dari negara. Sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) bahwa
13

Negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan umum (Charity, 2017)

Beredarnya isu mengenai kehalalan produk pangan yang menggunakan bahan

tambahan pangan (BTP) dengan kode E-Numbers, maka Badan POM menjelaskan

beberapa hal berikut:

1. E-numbers adalah kode yang digunakan untuk memudahkan identifikasi BTP

yang telah terbukti aman dan secara resmi disetujui untuk digunakan pada
produk pangan olahan sesuai dengan standard yang berlaku di Uni Eropa.

2. Ada 9 golongan E numbers, yaitu:

a. E100 – E199 (pewarna)


E numbers Aditif E numbers Aditif
E100 Kurkumin E127 Eritrosin
E101 (i) Riboflavin E129 Allura Red AC
(ii) Riboflavin-5'-
E131 Paten Biru V
phosphate
Kompleks tembaga
E102 Tartrazin E141 klorofil dan
klorofilin
E104 kuinolin kuning E142 Green S
FCF Kuning
Matahari
E110 E150a Plain caramel
Terbenam; Oranye
Kuning S
Cochineal; asam Karamel sulfit
E120 E150b
karminat; Carmines kaustik
Azorubin;
E122 E150c Ammonia karamel
karmoisin
Karamel amonia
E123 bayam E150d
sulfit
Ponceau 4R; Brilliant Black BN;
E124 E151
Cochineal Red A Black PN
E153 Vegetable carbon E161b Lutein
E155 Brown HT E161g Canthaxanthin
14

Beetroot Red;
E160a Carotenes E162
Betanin
Iron oxides and
E160b(i) Annatto, bixin E172
hydroxides
E160b(ii) Annatto, norbixin E173 Aluminium
Paprika extract;
E160c Capsanthian; E174 perak
Capsorubin
E160d Lycopene E175 emas
Beta-apo-8'-
E160e E180 Litholrubine BK
carotenal (C30)

b. E200 – E299 (pengawet)


E numbers Aditif
E200 AdditivesSorbic acid
E202 AdditivesPotassium sorbate
E210 AdditivesBenzoic acid
E211 AdditivesSodium benzoate
E212 AdditivesPotassium benzoate
E213 AdditivesCalcium benzoate
E214 AdditivesEthyl p-hydroxybenzoate
E215 AdditivesSodium ethyl p-
hydroxybenzoate
E218 AdditivesMethyl p-hydroxybenzoate
E219 AdditivesSodium methyl p-
hydroxybenzoate
E220 AdditivesSulphur dioxide
E221 AdditivesSodium sulphite
E222 AdditivesSodium hydrogen sulphite
E223 AdditivesSodium metabisulphite
E224 AdditivesPotassium metabisulphite
E226 AdditivesCalcium sulphite
15

E227 AdditivesCalcium hydrogen sulphite


E228 AdditivesPotassium hydrogen sulphite
E234 AdditivesNisin
E235 AdditivesNatamycin
E239 AdditivesHexamethylene tetramine
E242 AdditivesDimethyl dicarbonate
E243 AdditivesEthyl lauroyl arginate
E249 AdditivesPotassium nitrite
E250 AdditivesSodium nitrite
E251 AdditivesSodium nitrate
E252 AdditivesPotassium nitrate
E280 AdditivesPropionic acid
E281 AdditivesSodium propionate
E282 AdditivesCalcium propionate
E283 AdditivesPotassium propionate
E284 AdditivesBoric acid
E285 AdditivesSodium tetraborate; borax

c. E300 – E399 (antioksidan dan pengatur keasaman)


E numbers Aditif
E300 AdditivesAscorbic acid
E301 AdditivesSodium ascorbate
E302 AdditivesCalcium ascorbate
E304 AdditivesFatty acid esters of ascorbic acid
E306 AdditivesTocopherols
E307 AdditivesAlpha-tocopherol
E308 AdditivesGamma-tocopherol
16

E309 AdditivesDelta-tocopherol
E310 AdditivesPropyl gallate
E315 AdditivesErythorbic acid
E316 AdditivesSodium erythorbate
E319 AdditivesTertiary-butyl hydroquinone (TBHQ)
E320 AdditivesButylated hydroxyanisole (BHA)
E321 AdditivesButylated hydroxytoluene (BHT)
E392 AdditivesExtracts of rosemary

d. E400 – E499 (pengental, penstabil dan emulsifier)


E numbers Aditif
E400 AdditivesAlginic acid
E401 AdditivesSodium alginate
E402 AdditivesPotassium alginate
E403 AdditivesAmmonium alginate
E404 AdditivesCalcium alginate
E405 AdditivesPropane-1,2-diol alginate
E406 AdditivesAgar
E407 AdditivesCarrageenan
E407a AdditivesProcessed eucheuma seaweed
E410 AdditivesLocust bean gum; carob gum
E412 AdditivesGuar gum
E413 AdditivesTragacanth
E414 AdditivesAcacia gum; gum arabic
E415 AdditivesXanthan gum
E416 AdditivesKaraya gum
E417 AdditivesTara gum
17

E418 AdditivesGellan gum


E425 AdditivesKonjac
E426 AdditivesSoybean hemicellulose
E427 AdditivesCassia gum
AdditivesPolyoxyethylene sorbitan
E432
monolaurate; Polysorbate 20
AdditivesPolyoxyethylene sorbitan mono-
E433
oleate; Polysorbate 80
AdditivesPolyoxyethylene sorbitan
E434
monopalmitate; Polysorbate 40
AdditivesPolyoxyethylene sorbitan
E435
monostearate; Polysorbate 60
AdditivesPolyoxyethylene sorbitan
E436
tristearate; Polysorbate 65
E440 AdditivesPectins
E442 AdditivesAmmonium phosphatides
E444 AdditivesSucrose acetate isobutyrate
E445 AdditivesGlycerol esters of wood rosins
E460 AdditivesCellulose
E461 AdditivesMethyl cellulose
E462 AdditivesEthyl cellulose
E463 AdditivesHydroxypropyl cellulose
E464 AdditivesHydroxypropyl methyl cellulose
E465 AdditivesEthyl methyl cellulose
E466 AdditivesCarboxy methyl cellulose
AdditivesCrosslinked sodium carboxy
E468
methyl cellulose
AdditivesEnzymatically hydrolysed
E469
carboxy methyl cellulose
AdditivesSodium, potassium and calcium
E470a
salts of fatty acids
E470b AdditivesMagnesium salts of fatty acids
E471 AdditivesMono- and diglycerides of fatty
18

acids
AdditivesAcetic acid esters of mono- and
E472a
diglycerides of fatty acids
AdditivesLactic acid esters of mono- and
E472b
diglycerides of fatty acids
AdditivesCitric acid esters of mono- and
E472c
diglycerides of fatty acids
Additives
E472d Tartaric acid esters of mono- and
diglycerides of fatty acids
AdditivesMono- and diacetyltartaric acid
E472e esters of mono-
and diglycerides of fatty acids
AdditivesMixed acetic and tartaric acid
E472f esters of mono-
and diglycerides of fatty acids
E473 AdditivesSucrose esters of fatty acids
E474 AdditivesSucroglycerides
E475 AdditivesPolyglycerol esters of fatty acids
E476 AdditivesPolyglycerol polyricinoleate
AdditivesPropane-1,2-diol esters of fatty
E477
acids
AdditivesThermally oxidised soya bean oil
E479b interacted with mono and diglycerides of
fatty acids
E481 AdditivesSodium stearoyl-2-lactylate
E482 AdditivesCalcium stearoyl-2-lactylate
E483 AdditivesStearyl tartrate
E491 AdditivesSorbitan monostearate
E492 AdditivesSorbitan tristearate
E493 AdditivesSorbitan monolaurate
E494 AdditivesSorbitan monooleate
E495 AdditivesSorbitan monopalmitate
E420 Additives(i) Sorbitol
19

Additives(ii) Sorbitol syrup


E421 AdditivesMannitol

e. E500 – E599 (pengatur keasaman dan anti kempal)


E numbers Aditif
E500 AdditivesSodium carbonates
E501 AdditivesPotassium carbonates
E503 AdditivesAmmonium carbonates
E504 AdditivesMagnesium carbonates
E507 AdditivesHydrochloric acid
E508 AdditivesPotassium chloride
E509 AdditivesCalcium chloride
E511 AdditivesMagnesium chloride
E512 AdditivesStannous chloride
E513 AdditivesSulphuric acid
E514 AdditivesSodium sulphates
E515 AdditivesPotassium sulphates
E516 AdditivesCalcium sulphate
E517 AdditivesAmmonium sulphate
E520 AdditivesAluminium sulphate
E521 AdditivesAluminium sodium sulphate
E522 AdditivesAluminium potassium sulphate
E523 AdditivesAluminium ammonium sulphate
E524 AdditivesSodium hydroxide
E525 AdditivesPotassium hydroxide
E526 AdditivesCalcium hydroxide
E527 AdditivesAmmonium hydroxide
20

E528 AdditivesMagnesium hydroxide


E529 AdditivesCalcium oxide
E530 AdditivesMagnesium oxide
E535 AdditivesSodium ferrocyanide
E536 AdditivesPotassium ferrocyanide
E538 AdditivesCalcium ferrocyanide
E541 AdditivesSodium aluminium phosphate
E551 AdditivesSilicon dioxide
E552 AdditivesCalcium silicate
E553a Additives(i) Magnesium silicate
Additives(ii) Magnesium trisilicate
E553b AdditivesTalc
E554 AdditivesSodium aluminium silicate
E555 AdditivesPotassium aluminium silicate
E570 AdditivesFatty acids
E574 AdditivesGluconic acid
E575 AdditivesGlucono delta-lactone
E576 AdditivesSodium gluconate
E577 AdditivesPotassium gluconate
E578 AdditivesCalcium gluconate
E579 AdditivesFerrous gluconate
E585 AdditivesFerrous lactate

f. E600 – E699 (penguat rasa)


E numbers Aditif
E620 AdditivesGlutamic acid
E621 AdditivesMonosodium glutamate
21

E622 AdditivesMonopotassium glutamate


E623 AdditivesCalcium diglutamate
E624 AdditivesMonoammonium glutamate
E625 AdditivesMagnesium diglutamate
E626 AdditivesGuanylic acid
E627 AdditivesDisodium guanylate
E628 AdditivesDipotassium guanylate
E629 AdditivesCalcium guanylate
E630 Additiveslnosinic acid
E631 AdditivesDisodium inosinate
E632 AdditivesDipotassium inosinate
E633 AdditivesCalcium inosinate
E634 AdditivesCalcium 5'-ribonucleotides
E635 AdditivesDisodium 5'-ribonucleotides
E640 AdditivesGlycine and its sodium salt
E641 AdditivesL-leucine
E650 AdditivesZinc acetate

g. E700 – E799 (antibiotik)


E numbers Aditif
E701 Tetracyclines
E702 Chlortetracycline
E703 Oxytetracycline
E704 Oleandomycin
E705 Penicillin G potassium
E706 Penicillin G sodium
E707 Penicillin G procaine
22

E708 Penicillin G benzathine


E710 Spiramycins
E711 Virginiamycins
E712 Flavomycin
E713 Tylosin
E714 Monensin A
E715 Avoparcin
E716 Salinomycin
E717 Avilamycin

h. E900 – E999 (lain-lain)


E numbers Aditif
E900 AdditivesDimethylpolysiloxane
E901 AdditivesBeeswax, white and yellow
E902 AdditivesCandelilla wax
E903 AdditivesCarnauba wax
E904 AdditivesShellac
E905 AdditivesMicrocrystalline wax
E907 AdditivesHydrogenated Poly-1-Decene
E914 AdditivesOxidised Polyethylene wax
E920 AdditivesL-Cysteine
E927b AdditivesCarbamide
E938 AdditivesArgon
E939 AdditivesHelium
E941 AdditivesNitrogen
E942 AdditivesNitrous oxide
E943a AdditivesButane
23

E943b AdditivesIso-butane
E944 AdditivesPropane
E948 AdditivesOxygen
E949 AdditivesHydrogen
E999 AdditivesQuillaia extract

i. E1000 – E1599 (bahan tambahan kimia lainnya)


E numbers Aditif
E1200 AdditivesPolydextrose
E1201 AdditivesPolyvinylpyrrolidone
E1202 AdditivesPolyvinylpolypyrrolidone
E1203 AdditivesPolyvinyl alcohol
E1204 AdditivesPullulan
E1205 AdditivesBasic methacrylate copolymer
AdditivesNeutral methacrylate
E1206
copolymer
AdditivesAnionic methacrylate
E1207
copolymer
AdditivesPolyvinylpyrrolidone-vinyl
E1208
acetate copolymer
AdditivesPolyvinyl alcohol-polyethylene
E1209
glycol-graft- co-polymer
E1404 AdditivesOxidised starch
E1410 AdditivesMonostarch phosphate
E1412 AdditivesDistarch phosphate
E1413 AdditivesPhosphated distarch phosphate
E1414 AdditivesAcetylated distarch phosphate
E1420 AdditivesAcetylated starch
E1422 AdditivesAcetylated distarch adipate
E1440 AdditivesHydroxyl propyl starch
24

AdditivesHydroxy propyl distarch


E1442
phosphate
AdditivesStarch sodium octenyl
E1450
succinate
E1451 AdditivesAcetylated oxidised starch
AdditivesStarch aluminium Octenyl
E1452
succinate
E1505 AdditivesTriethyl citrate
E1517 AdditivesGlyceryl diacetate (diacetin)
E1518 AdditivesGlyceryl triacetate; triacetin
E1519 AdditivesBenzyl alcohol
AdditivesPropan-1,2-diol; propylene
E1520
glycol
E1521 AdditivesPolyethylene glycol

1. Untuk kode E900-E999 adalah kode bahan-bahan kimia baru yang belum

masuk dalam klasifikasi yang terdapat bahan kaca, gas serta pemanis. Salah

satu contohnya E944 adalah bahan pembakar dan E939 adalah dalam

kemasan gas sedangkan E1000-1599 adalah zat aditif tambahan contohnya

yaitu E1200 merupakan polidekstrosa yang bertujuan sebagai stabilizae, agen

pengental, humektan dan E1517 yaitu gliseril diasetat sebagai pelarut rasa

yang telah disetujui oleh UE (Uni Eropa).


2. BTP ada yang dibuat dari bahan organik (nabati/hewani), ada pula dari bahan

anorganik (hasil sintesa bahan kimia), oleh karena itu, status kehalalan suatu

BTP yang dinyatakan dalam E-numbers tergantung dari asal bahan baku yang

dipakai.

3. Kode E numbers tertentu tidak dapat dijadikan petunjuk apakah BTP tersebut

halal atau haram, misalnya kode E101 untuk pewarna kuning riboflavin, jika

100% berasal dari produk nabati maka BTP tersebut halal, tetapi jika berasal
25

dari hati atau ginjal babi atau hewan halal yang tidak disembelih secara syar’i,

maka BTP tersebut haram.

4. Lembaga yang mempunyai kewenangan untuk menyatakan suatu produk

adalah halal atau haram adalah LPPOM Majelis Ulama Indonesia, suatu

produk dapat mencantumkan logo halal pada kemasannya apabila telah

mempunyai sertifikat halal dari LPPOM Majelis Ulama Indonesia.

5. Sebelum mengeluarkan sertifikat halal, LPPOM Majelis Ulama Indonesia


akan melakukan audit terhadap semua kandungan produk, termasuk BTP, dan

proses pembuatannya, Auditor akan menelusuri asal bahan tersebut, dan

menentukan apakah bahan yang digunakan termasuk halal atau haram.

6. Berdasarkan pertimbangan tersebut  di atas, dapat disimpulkan bahwa

kode E-numbers tidak merujuk pada kehalalan BTP, tetapi menunjukkan BTP

apa yang digunakan dalam produk pangan tersebut, suatu produk dapat

dinyatakan halal apabila telah mencantumkan logo halal pada kemasannya,

masyarakat diharapkan tidak resah dan terprovokasi oleh informasi-informasi

yang tidak dapat dijamin kebenarannya

E. Analisis Bahan Tambahan Pangan dalam pangan (Kuantitatif dan Kualitatif)

dan Rumus atau Struktur Senyawa Kimianya


1. Analisis bahan pengawet makanan

Menurut Rasyid (2015), analisis kuantitatif bahan tambahan pangan antara

lain sebagai berikut:

a. Asam Sorbat

Asam sorbat tergolong asam lemak monokarboksilat yang berantai lurus dan

mempunyai ikatan tidak jenuh (a-diena). Bentuk yangdigunakan umumnya garam

Na- atau K-sorbat. Asam sorbat digunakan sebagai pengawet dalam berbagai Jenis
26

makanan. Asam sorbat menghambat pertumbuhan Jamur. Asupan harian yang

diterima (acceptable daily intake) asam sorbat adalah 25mg/kg.

Asam Sorbat

Elektroforesis kapiler suatu metode identifikasi dan kuantitatif asam sorbat

dalam bahan makanan dan minuman telah dianalisis dengan kromatografi kapiler

elektronik misel (KKEM) sebagai standar internal digunakan asam dehidroaskorbat.

Pemisahan dilakukan dengan kolom kapiler silika lebur panjang 68 cm dengan

menggunakan bufer yang tersusun dari natrium dodesilsulfat 0,05 M dan dinatrium

hidrogen fosfat 0,02 M pH 9,2. Banyaknya kandungan asam sorbat dan asam benzoat

yang diperoleh bersesuaian dengan hasil yang diperoleh dengan HPLC.

Analisis kualitatif asam sorbat menurut Hoon dan Flores (1981), asam sorbat

dan garam dengan cara destilasi uap, diekstraksi dalam eter dari larutan asam dan

ekstrak diperiksa dengan UV atau TLC sebagai berikut:

Asam Sorbat
C6H8O2

- Ditimbang sebanyak 25-50 gram sampel dan destilasi melalui destilasi

uap dengan menambah sebelumnya 100 mg magnesium sulfat dan 100

ml H,SO, IM, lakukan destilasi selama 30 menit sehingga didapat 450

ml yang ditampung dalam labu yang mengandung 10 ml larutan natrium

hidroksida 1 M.

- Dipanaskan labu yang mengandung sampel sehingga dihasilkan warna.


27

- Ditambahkan 15 ml H,SO, 1 M dan destilat dilarutkan sampai 500 ml,

masukkan 100 ml ekstrak (destilat) dalam 25 ml dietileter dalam masing-

masing 3 labu erlenmeyer dan diekstrak,

- Hasil ekstrak digabung dan dicuci dengan akuades dan dikeringkan

dengan Na,SO4, kemudian dievaporasi sehingga volume menjadi

sedikit. Sebanyak 20 mikroliter atau kurang ditotolkan pada plat thin

layer chromatography (TLC) silika gel dengan pembanding asam sorbat


murni.

- Sebagai fase gerak campuran etanol-amonia dan batas elusi 10 cm.

Keringkan dan semprot dengan pereaksi 2-thiobarbiturat 1,25%

- Dipanaskan selama 5 menit pada 100°C, timbul warna pink pada spot di

TLC. Bandingkan harga Rf dari sampel dan pembanding.

HASIL

Cara destilasi uap, diekstraksi dalam eter dari larutan asam dan ekstrak

diperiksa dengan UV atau TLC. Cara kerja: Timbang sebanyak 25-50 gram sampel
dan destilasi melalui destilasi uap dengan menambah sebelumnya 100 mg

magnesium sulfat dan 100 ml H,SO, IM, lakukan destilasi selama 30 menit sehingga

didapat 450 ml yang ditampung dalam labu yang mengandung 10 ml larutan natrium

hidroksida 1 M. Panaskan labu yang mengandung sampel sehingga dihasilkan warna.

Tambahkan 15 ml H,SO, 1 M dan destilat dilarutkan sampai 500 ml, masukkan 100

ml ekstrak (destilat) dalam 25 ml dietileter dalam masing-masing 3 labu erlenmeyer

dan diekstrak, hasil ekstrak digabung dan dicuci dengan akuades dan dikeringkan

dengan Na,SO4, kemudian dievaporasi sehingga volume menjadi sedikit. Sebanyak

20 mikroliter atau kurang ditotolkan pada plat thin layer chromatography (TLC)
28

silika gel dengan pembanding asam sorbat murni. Sebagai fase gerak campuran

etanol-amonia dan batas elusi 10 cm. Keringkan dan semprot dengan pereaksi 2-

thiobarbiturat 1,25% dipanaskan selama 5 menit pada 100°C, timbul warna pink pada

spot di TLC. Bandingkan harga Rf dari sampel dan pembanding.

b. Asam Benzoat

Asam Benzoat

Asam Benzoat merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan

sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini digunakan untuk

mencegah pertumbuhan khamirdan bakteri. Karena kelarutan garamnya lebih besar,

maka biasadigunakan dalam bentuk garamnya (natrium benzoat), dalam makanan

yang bersifat asam, garam benzoat akan diubah kebentuk efektifnya yakni asam

benzoat.
Anlisis Kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV. Asam benzoat dan

pengawet lainnya disiapkan dengan melarutkan dalam etanol anhidrat. 1arutan baku

kerja disiapkan dengan mengencerkan larutan baku induk dengan akuades sebelum

digunakan untuk analisis. Bufer Britton-Robinson (B-R) disiapkandari asam fosfat,

asam asetat, asam borat dan natrium hidroksida. Sejumlah tertentu larutan asam

benzoat (AB), MP, PP dan AS atau ekstrak sampel dipindahkan ke labu takar 10mL

atau diikuti dengan penambahan 0,5mL bufer B-R pH 2,21 dan diencerkan sampai
29

tanda dengan akuades dan dicampur secara sempurna. Spektrum absorbansi untuk

tiap larutan dibaca terhadap blangko pada panjang gelombang 200-300 nm dengan

interval 1nm dan absorbansi terukur digunakan untuk perhitungan kandungannya.

c. Nitrit/Nitrat

Asam Nitrat

Analisa Kuantitatif Metode Greis I

Analisis sampel: sebanyak kurang lebih 5 gram sampel ditimbang secara seksama

lalu dimasukkan dalam gelas piala 50 mL. Sampel selanjutnya ditambag dengan

40mL air bebas nitrit yang telah dipanaskan pada suhu 80℃ lalu diaduk dengan

pengaduk kaca dan dipindahkan ke dalam labu takar 500mL. 1abu piala dibilas

dengan air panas lalu ditambahkan ke dalam labu takar. 1arutan selanjutnya ditambah
dengan air bebas nitrit panas sampai volumenya kurang lebih 300mL lalu

memanaskannya diatas penangas air 80℃ selama 2 jam sambil sesekali

digoyangkan.

Larutan selanjutnya ditambah dengan 5mL HgCl2 jenuh digoyangkan pada

suhu kamar, diencerkan sampai tanda batas, dikocok dan disaring. Sejuumlah larutan

hasil penyaringan dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50mL, ditambah 2mL

pereaksi griess, dan diencerkan dengan air bebas nitrit sampai tanda batas. 1arutan
30

dibiarkan selama 1 jam supaya terbentuk warna. 1arutan di baca absorbansinya pada

panjanggelombang 520nm terhadap blangko yang terdiri atas air bebas nitrit dan

pereaksi griess.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau barang yang

haram atau dilarang untuk dikonsumsi oleh umat Islam, baik yang menyangkut

bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, dan bahan penolong lainnya .

2. Sumber pangan halal dari bahan nabati. Bahan makanan nabati seperti padi-

padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, sayuran dan buah-buahan.

3. Klasifikasi bahan tambahan pangan yaitu pemanis, pengawet, pewarna,

penyedap rasa dan pengental.

4. Kode bahan tambahan pangan menurut Badan POM yaitu E100 – E199

(pewarna), E200 – E299 (pengawet), E300 – E399 (antioksidan dan pengatur

keasaman), E400 – E499 (pengental, penstabil dan emulsifier), E500 – E599

(pengatur keasaman dan anti kempal), E600 – E699 (penguat rasa), E700 –

E799 (antibiotik), E900 – E999 (lain-lain), E1000 – E1599 (bahan tambahan


kimia lainnya).

5. Analisis kuantitatif salah satu analisis dengan objek berupa angka atau

numerik. Sedangkan analisis kualitatif salah satu analisis yang dilakukan untuk

melakukan identifikasi elemen, spesies atau senyawa dalam sampel

31
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Kareem.
Cahyadi, Wisnu. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi 2.
Bandung: PT Bumi Aksara, 2008.
Charity, May Lim. “Jaminan Produk Halal Di Indonesia”. Legilasi Indonesia 14, no.
1 (2017): 99-108.
Estiasih, Teti. Dkk., Kimia dan Fisik Pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.
Fermanto dan Sholahuddin, Muhammad Athoillah. “Studi Ilmiah Halal Food
Additive yang Aman Dikonsumsi dan Baik Bagi Kesehatan” Halal Product
and Research 3, no. 2 (2020): 95-105.
Hidayah, Nurul “Perbandingan Penggunaan Zat Pemanis dan Zat Pewarna antara
Sirup Lokal dan Nonlokal yang Beredar dipasar Trasional Makassar”
SKRIPSI. 2012.
Hoon J dan Flores J.D. “ Pottasium Sorbate Diffusivity in American Processes and
Mozarella Cheeses”. Food Science 63, no 3 (1981): 65-75.
Rasyid, Sulaiman. Analisis Bahan Tambahan Zat-zat lain yang Patut di Waspadai
Pada Makanan. Jakarta: UIN Syarifullah Jakarta, 2015.
Sari, Desi Indah. “Perlindungan Hukum Atas Label Halal Produk Pangan Menurut
Undang-Undang”, Ilmiah Hukum Kenotariatan 7, no. 1 (2018): 1-14.
Tafsir Ilmi. Makanan dan Minuman dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains. Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-qur’an, 2013.
Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia, 1982.
https://www.pom.go.id/new/view/more/klarifikasi/26/Kode-E-Numbers-Pada
Pangan-Olahan.html

Anda mungkin juga menyukai