(PEWARNA)
OLEH :
KELOMPOK V
NIRWANA (60500120019)
NURUL AISYARAH (60500120025)
NUR WASILATUL JANNAH (60500120071)
HIKMAH ROHALYA FAERUZ (60500120067)
JURUSAN KIMIA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah azza wajalla atas limpahan rahmat dan nikmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Analisis Bahan Tambahan
Pangan Halal dengan judul “Pewarna” secara tepat waktu. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan terkait bahan tambahan pangan halal khususnya
Analisis Bahan Tambahan Pangan Halal, serta kepada semua pihak yang telah
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL .....................................................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran .................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut peraturan Mentri Kesehatan RI No.003/2012 bahan tambah pangan (BTP)
adalah bahan yang bukan dari bahan makanan, tetapi merupakan makanan khas, yang
memiliki atau tidak memiliki nilai gizi yang sengaja ditambahkan dalam makanan untuk
teknologi pada saat pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan. Penggunaan BTP pada
produk makanan dapat meningkatkan umur simpan, produk lebih cerah, dan rasa gurih tanpa
memerlukan banyak biaya dan tenaga dalam pengolahnnya, sehingga produsen mendapat
keuntungan lebih besar. Hal ang perl diperhatikan dalam penggunaan BTP adalah sumbernya
Sumber bahan yang terkandung didalam suatu produk sangat penting untuk umat
islam dan harus teruji kehalalannya. Dalam perspektif persiapan makanan halal, LPPOM
Majelis Ulama Indonesia telah mengembangkan standar pedoman halal yang komprehensif
mencakup produksi, persiapan, penanganan, dan penyimpanan. Tujuan dari pedoman ini
adalah untuk memastikan semua makanan yang diizinkan diproduksi dengan bebas risiko dan
higienis yang berkaitan dengan hukum syariah (LPPOM MUI, 2014). Saat ini, perlu adanya
pendalaman terkait kesadaran tentang konsep Halalan Toyyiban. Terdapat suatu keharusan
bagi semua Muslim untuk memilih makanan yang berstatus Toyyib. Toyyib mengacu pada
makanan yang aman, bersih, bergizi, dan berkualitas, atau bahan- bahannya aman untuk
dikonsumsi, tidak beracun, tidak memabukkan, atau tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Salah satu jenis BTP yang perlu diperhatikan kehalalannya adalah pewarna makanan
pewarna sebagai salah satu bahan tambahan pangan dapat berupa pewarna alami (Natural
Colour) dan pewarna sintetis (Syntetic Colour), yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan
pada pangan mampu memberi atau memperbaiki warna. Pewarna sintetis pada umumnya
terbuat dari bahan-bahan kimia, misalnya Ponceau 4R, Carmoisin, Briliant Blue, Tartrazin,
atau Allura Red merupakan pewarna sintetis yang masih diperbolehkan penggunaannya.
grade) untuk memberikan warna pada makanan. Contoh pewarna bukan makanan adalah
Rhodamin B yang diperuntukan untuk pewarnaan tekstil (Handayani dan Larasati, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pewarna?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pewarna.
PEMBAHASAN
Warna merupakan salah satu aspek penting dalam hal penerimaan konsumen
terhadap suatu produk pangan. Warna dalam bahan pangan dapat menjadi ukuran
terhadap mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau
kematangan. Apabila suatu produk pangan memiliki nilai gizi yang baik, enak dan
tekstur yang sangat baik akan tetapi jika memiliki warna yang tidak sedap dipandang
akan memberi kesan bahwa produk pangan tersebut telah menyimpang (subhan,
2019).
suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya.
Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai
menjadi dua yaitu zat warna alami dan zat warna buatan (sintetis). Zat warna alami
adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-
sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dahulu dan umumnya dianggap
Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna juga mengatur berbagai
makanan yang yang layak dikonsumsi. Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi
makanan tidak semata ditinjau dari kehalalan tetapi juga kualitas makanan tersebut.
Banyak makanan halal tetapi tidak berkualitas atau tidak bergizi. Halal dan bergizi
menjadi syarat kelayakan suatu makanan untuk dikonsumsi sebagaimana sesuai
Terjemahnya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang telah
Allah rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya”.
Berdasarkan ayat di atas mengkonsumsi makanan yang halal lagi baik
(bergizi) sangat diperlukan tubuh untuk menjaga kestabilan dan kesehatan tubuh.
Oleh karena itu, pentingnya umat Islam menjaga dan memperhatikan makanannya.
B. Sumber-Sumber Pewarna
1. Pewarna Alami
Pewarna alami atau zat warna alami merupakan zat warna (pigmen) yang
diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Warna yang
dihasilkan beragam seperti; merah, oranye, kuning, biru, dan coklat. Zat warna ini
telah sejak dahulu digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang
umumnya penggunaannya dianggap lebih aman dari pada zat warna sintetis. Pewarna
alami bersifat mudah terurai, tidak beracun, dan ramah lingkungan. Bila
keseragaman warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas seperti pada
(seperti bagian buah, daun, bunga, biji), hewan atau dari sumber-sumber mineral yang
telah digunakan sejak dahulu sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam
tubuh. Pewarna alami yang berasal dari tumbuhan mempunyai berbagai macam
warnayang dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis
tumbuhan, umur tanaman, tanah,waktu pemanenan dan faktor lainnya (Lubis, 2020)
Zat pewarna alami mempunyai warna yang indah dan khas yang sulit ditiru
dengan zat pewarna sintetik, sehingga banyak disukai. Sebagian besar bahan pewarna
Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk pewarna alami adalah kulit,
ranting, batang, daun, akar, biji, bunga, dan getah. Pewarna alami dibuat dari ekstrak
bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun
suji, warna kuning, dari kunyit, warna coklat dari buah coklat, warna merah dari daun
jati, dan merah dari wortel. Pewarna alami bila dipakai sebagai BTP menghasilkan
warna yang pudar, dan tidak tahan lama jika dibandingkan dengan pewarna buatan
(Paramita, 2022).
2. Pewarna Sintetis
Pewarna sintesis atau pewarna buatan adalah pewarna hasil buatan manusia.
yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, lebih tahan lama,
dan lebih murah. Namun, pewarna buatan juga mempunyai kekurangan, yaitu dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit terutama jika digunakan dengan dosis yang
berlebihan atau pemakaiannya sedikit tetapi dikonsumsi secara rutin dalam waktu
berasal dari bahan- bahan kimia. Pewarna tekstil terbuat dari arang, batu bara, minyak
bumi, atau juga dapat menggunkan ter. Pewarna sintetis menghasilkan warna-warna
terang, zat yang terdapat dari pewarna sintetis dapat menyerap kedalam serat tekstil.
Pewarna sintetis mudah ditemui. Banyak orang cenderung memilih warna sintetis,
Pewarna sintetis memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan pewarna
alam (Sari, 2020).
C. Klasifikasi Pewarna
Secara garis besar, pewarna dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pewarna
1. Pewarna Alami
menjadi zat warna substantif (langsung dapat digunakan untuk pewarnaan) dan zat
warna reaktif (tidak dapat langsung digunakan atau yang memerlukan bahan
golongan yaitu zat warna: mordan (alam), direk, asam/basa, dan bejana. Sebagian
besar zat pewarna alami termasuk dalam zat warna mordan alam. Agar warna dapat
terikat dengan baik, maka pada proses pewarnaannya diperlukan bahan tambahan
untuk pengikat atau fiksator. Sebagai contoh zat warna kuning dari daun jati dan
merah dari madder memerlukan mordan dari alum yang berfungsi sebagai bahan
pengikat warna . Zat warna direk melekat diserat berdasarkan ikatan hidrogen,
sehingga ketahanannya rendah, contoh zat warna kurkumin dari kunyit. Zat warna
asam/basa memiliki gugus kombinasi asam dan basa, cocok untuk diterapkan pada
serat sutera atau wol, dan tidak memberikan pewarnaan yang permanen pada kain
Menurut Azmalina dan Irma (2019: 223), Jenis zat warna alami yang sering
a. Karotenoid
Karotenoid merupakan zat warna (pigmen) berwarna kuning, merah dan
oranye yang secara alami terdapat dalam tumbuhan dan hewan, seperti dalam
wortel, tomat, jeruk, algae, lobster, dan lain-lain. Lebih dari 100 macam
karotenoid terdapat di alam, tetapi hanya beberapa macam yang telah dapat
senyawa yang tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam minyak atau lemak.
Karotenoid terdapat dalam buah pepaya, kulit pisang, tomat, cabai merah,
mangga, wortel, ubi jalar, dan pada beberapa bunga yang berwarna kuning
dan merah
b. Antosianin
Zat warna (pigmen) ini larut dalam air dan warnanya oranye, merah dan biru.
Secara alami terdapat dalam anggur, stawberry, rasberry, apel, bunga ros, dan
Antosianin juga tidak tahan terhadap asam askorbat, metal-metal dan cahaya.
Tetapi untuk sirop, nektar dan esen buah-buahan, penambahan garam
c. Kurkumin
Kurkumin merupakan zat warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit
beralkohol, seperti sari buah. Akan tetapi zat warna ini masih kalah oleh zat
Zat ini diperoleh dari ektraksi kulit biji pohon Bixa orellana yang banyak
terdapat pada daerah tropis. Biksin larut dalam lemak sedangkan nor – biksin
larut dalam air dan warna yang dihasilkannya adalah kuning mentega sampai
kuning warna buah persik. Zat pewarna ini sangat stabil terhadap oksidasi tapi
tidak tahan terhadap cahaya dan panas. Biksin sering digunakan untuk
karoten.
e. Karamel
Karamel berbentuk amorf yang berwarna coklat gelap dan dapat diperoleh
gula inverb, laktosa, syrup malt, dan glukosa. Komposisi karamel sangat
f. Titanium oksida
Dalam bentuk kasar atau mutu rendah titanium oksida digunakan sebagai
warna dasar cat rumah. Ada dua macam kristal titanium oksida yaitu rutil dan
anastase, tetapi anastase yang boleh dipakai untuk mewarnai makanan. Zat
pewarna ini mewarnai bahan dengan cara dispersi (seperti FD&C lake) dan
dipergunakan dalam larutan yang kental atau produk semi solid. Titanium
warna berupa cat, dan penggunaan lake dapat dikurangi. Secara tersendiri
titanium oksida digunakan dalam sirup yang dipakai untuk melapisi tablet
obat. Penggunaan titanium oksida diijinkan sejak tahun 1966 dengan batas 1%
BB.
Cochineal adalah zat yang berwarna merah yang diperoleh dari hewan coccus
cacti betina yang dikeringkan. Hewan ini hidup pada sejenis kaktus di
karminat.
2. Pewarna Sintesis
Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut
digolongkan dalam beberapa kelas, yaitu : azo, triarilmetana, quinolin, xanten dan
indigoid. Kelas azo merupakan zat warna sintetis yang paling banyak jenisnya dan
mencakup warna kuning, oranye, merah, ungu, dan coklat, setelah itu kelas
triarilmetana yang mencakup warna biru dan hijau. Berbeda dengan yang alami,
pewarna buatan diciptakan dari pabrik dengan menggabungkan berbagai unsur kimia.
Menurut Azmalina dan Irma (2019: 224), Jenis pewarna sintesis pada
1. Pewarna Alami
2. Pewarna sintesis
Selain pewarna alami, pewarna sintetis juga ada digunakan sebagai pewarna
pewarna yang diperoleh secara sintetis kimiawi”. Adapun zat pewarna sintetis yang
sebagai berikut:
Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I.No.)
Amaran Amaraan: CI Food Red 9 16185
Biru berlian Brilliant blueFCF: CI 42090
Eritrosin Food red 2 Erithrodin: CI 45430
Hijau FCF Food red 14 fast green FCF: 42053
CI
Hijau S. Food green 3 green S: CI. 44090
Food
Ponccauu 4R Blue 1 Poncceau 4R: CI 16255
food red 7
Kuning Food red 7 74005
Kuineelin Quineline yellow CL food 15980
yellow
Kuning FCF Sunset yellow CI. Food -
yellow 3
Riboflavin Tartazine Riboflavin Tartazine 19140
Warna merupakan salah satu aspek penting dalam hal penerimaan konsumen
terhadap suatu produk pangan. Warna dalam bahan pangan dapat menjadi ukuran
terhadap mutu. Selain itu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran
adanya Bahan Tambah Pangan (BTP) berupa zat pewarna. Di Indonesia undang-
pangan oleh produsen, misalnya pemakaian zat pewarna tekstil dan kulit dipakai
makanan menjadi lebih menarik dan tampak segar. Analisis zat warna sebagai bahan
tambahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut (Subhan,
2019):
a. Analisis Kualitatif
diserap oleh benang wool dalam suasana asam dengan pemanasan kemudian
dilakukan kromatografi kertas.
Salah satu tahapan uji kualitatif adalah ekstraksi. Ekstraksi pada minuman tak
beralkohol dapat dilakukan secara langsung, sehingga zat warna dapat langsung
ditarik dengan benang wol. Untuk contoh makanan jajanan dengan komponen utama
pati dan contoh makanan jajanan yang mengandung banyak lemak dilakukan
zat warna ditarik dengan benang wol dalam suasana asam dengan pemanasan. Zat
warna yang terikat pada benang wol dilarutkan dalam larutan ammonium hidroksida
diserta pemanasan. Ekstraksi yang dilakukan pada suasana asam dapat menggunakan
asam asetat 10 % serta pada suasana basa menggunakan amoniak 10%, dengan
isolasi dan absorpsi oleh benang wool.
Larutan ammonium hidroksida dipekatkan dan pekatan zat warna hasil isolasi
pada preparasi contoh makanan jajanan ditotolkan (spotting) pada jarak kira-kira 2
cm dari ujung kertas kromatografi. Jumlah sampel yang ditotolkan kurang lebih 1µl,
dikerjakan.
Pengembangan dilakukan dengan mencelupkan dasar kertas kromatografi
yang telah ditotoli sampel dalam sistem pelarut untuk proses pengembangan. Proses
pengembangan dilakukan dengan cara dikerjakan searah atau satu dimensi. Eluen
Pemilihan eluen ini sangat mempengaruhi hasil pemisahan. Akibatnya pada eluen
yang berbeda akan memberikan hasil Rf yang berbeda pula. Warna yang terjadi
Perhitungan:
Rf =
dilihat secara visual bewarna merah jambu, dan jika dilihat dibawah sinar UV 254 nm
akan berflorosensi kuning. Hasil Kromatografi Lapis Tipis juga dilihat berdasarkan
nilai Rf dan warna bercak setelah dilakukan replikasi 3 kali. Nilai Rf sampel
b. Analisis Kuantitatif
Pewarna yang paling sering digunakan yaitu Tartrazin dan yang dilarang
yaitu dengan membuat seri larutan baku yang nilainya berupa kelipatan misalnya
0,25; 0,50 ppm dalam berbagai konsentrasi, kemudian absorbansi tiap konsentrasi
diukur, dan selanjutnya dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi
sampel dengan memasukkan 20 gram sampel jajanan ke dalam gelas beaker 100 mL
asetat 10%. Setelah itu diukur kadar Rhodamin B dengan mengatur panjang
gelombang pada 470 nm dalam kondisi visibel. Kemudian blanko diukur dengan
dicatat. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran spektrofotometer diolah secara
Kadar zat pewarna merah diperoleh dengan memplotkan absorban zat pewarna
2019).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diperoleh dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang
diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut
dalam air
2. Pewarna alami bersumber dari ekstrak tumbuhan (seperti bagian buah, daun,
3. Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua yaitu pewarna alami dan
pewarna sintesis meliputi biru betlian, coklat HT, eritisin, hijau FCH dan lain-
lain.
5. Analisis zat warna sebagai bahan tambahan pangan dapat dilakukan dengan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Maka penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran