Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PENGUJIAN METHANIL YELLOW/METIL YELLOW

( ORSON )

Dosen : Fadila, SKM, M.Gz

Mata Kuliah : Pengawasan Mutu Pangan

Di Susun Oleh:

Kelompok 2

Dhiniyar Chartin 21134110004


Reni Sofyan 21134110034
Rosmina Jahri 21134110037
Sugiarto Muhdar 21134110046
Yati Tjan 21134110049

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan rahmat
dan hidayat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam laporan ini kami akan membahas
tentang “PENGUJIAN METHANIL YELLOW/METIL YELLOW”

Laporan ini di buat guna memenuhi tugas yang merupakan salah


satu standar atau kriteria penilaian dari mata kuliah Penilaian Mutu
Pangan.

Kami menyadari kekurangan kami sebagai manusia biasa dan oleh


keterbatasan sumber referensi yang kami miliki sehinggah kiranya dalam
laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan baik itu
dalam penyusunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya saran dan kritikan dari pihak-pihak lain dan
sesama teman mahasiswa untuk dapat menambahkan sesuatu atau
memperbaiki yang di anggap salah dalam laporan ini.

Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih dan semoga laporan
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Ternate, 26 Mei 2023

Kelompok 2

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................1
B. Tujuan..................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................4

A. Metanil Yellow.......................................................................4
B. Sirup....................................................................................6
C. Kromatografi Lapis Tipis.........................................................6

BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................8

A. Alat dan Bahan......................................................................8


B. Prosedur Kerja......................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................9

A. Hasil ....................................................................................9
B. Pembahasan.........................................................................9

BAB V PENUTUP..............................................................................10

A. Kesimpulan...........................................................................10
B. Saran...................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................11

LAMPIRAN......................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan vital bagi setiap
manusia. Sebagai kebutuhan, makanan dan minuman tentunya harus
memiliki kandunganyang baik guna mendukung kesehatan orang yang
mengonsumsinya. Namun,ketika segala sesuatunya menjadi mahal
seperti saat ini makanan dan minuman banyak yang mengandung
bahan-bahan berbahaya bagi  termasuk diantaranya penggunaan zat
warna metanil yellow pada berbagai produk sirup dan tahu.
Zat warna terlarang merupakan zat warna berbahaya yang dilarang
oleh pemerintah untuk ditambahkan ke dalam bahan pangan baik mak
anan maupun minuman termasuk diantaranya metanil
yellow Metanil yellow atau kuning metanil merupakan zat warna
sintesis berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan.
Metanil yellow umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat.
Adapun ciri dari bahan pangan yang mengandung pewarna metanil
yellow diantaranya ialah berwarna kuning menyolok dan cenderung
berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk). Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai
sumber terhadap bahan makanan, realitas di lapangan masih banyak
ditemukan pedagang nakal yang meraub keuntungan besar dengan
cara menambahkan zat warna metanil yellow dengan tujuan agar
makanan terlihat lebih menarik dan tetap kuning. Saat ini metanil
yellow banyak disalahgunakan dalam bahan pangan, beberapa
diantaranya telah ditemukan di dalam bahan pangan jajanan
berwarna kuning pada minuman sirupdan juga sebagai pewarna pada
tahu. Sirup itu sendiri merupakan sediaan minuman cair berupa
larutan yang mengandung sakrosa dan biasanya di dalamnya

1
ditambahkan zat aditif makanan seperti zat warna, pengawet, zat
pemanis dan aroma.
Adapun masalah pangan lain yang masih sering di jumpai
dilapangan pada produksi sirup local yaitu ketidaksesuaian
antara kemasan label dengan merek sirup, di mana semua sampel
yang diuji tidak sesuai antara label dengan kemasan, contohnya pada
sirup Pohon Nira yang menggunakan kemasan (botol) bermerek
“Pohon Pinang” dan sirup Pala produksi Aceh Selatan yang
menggunakan kemasan bermerek sirup “ABC”.

2
B. Tujuan
untuk mengidentifikasi zat warna metanil yellow pada sirup

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metanil Yellow
1. Defenisi Metanil Yellow
Metanil yellow atau kuning metanil merupakan bahan
pewarna sintetik berbentuk serbuk, berwarna kuning kecoklatan,
bersifat larut dalam air danalkohol, agak larut dalam benzen dan
eter, serta sedikit larut dalam aseton. Pewarna ini umumnya
digunakan sebagai pewarna pada plastic, kulit, dan cat, serta
sebagai indicator asam-basah dilaboratorium. Namun pada
prakteknya, di Indonesia pewarna ini sering disalahgunakan untuk
mewarnai berbagai jenis pangan antara lai kerupuk, mie, tahu, dan
pangan jajanan yang berwarna kuning, seperti gorengan. (Anthony
2014)
Saat ini banyak kuning metanil disalahgunakan untuk
pangan, beberapa diantaranya telah ditemukan di dalam bahan
pangan jajanan berwarna kuning dan banyak juga sebagai
pewarna pada tahu. Ciri pangan yang mengandung  pewarna
metanil yellow di antaranya berwarna kuning menyolok dan
cenderung berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena
tidak homogeny (misalnya kerupuk). (Anthony 2014)
FAO/WHO Expert Commite on Food Additives  (JECFA) dapat
menggolongkan metanil yellow ini termasuk ke dalam zat warna
sintesis. Zat pewarna metanil yellow merupakan zat pewarna
industri tekstil yang dilarang untuk produk makanan, yang pada
umumnya merupakan zat anorganik ataupun mineral alam. Zat
anorganik berasal dari persenyawaan logam berat seperti
aluminium, besi, tembaga dan lainnya. Zat warna ini bersifat racun

4
dan berbahaya karena mengandung residu logam berat. Industri
tekstil menggunakan logam berat sebagai bahan pengikat warna
agar warna yang dihasilkan menjadi lebih terang dan indah.
Bahkan ada beberapa industri tekstil yang menggunakan logam
berat sebagai bahan pewarna. Logam berat yang terkandung di
dalam pewarna tekstildapat dilihat dari jenis limbah yang
dihasilkan oleh industri tekstil tersebut, terutama arsenik (Ar),
kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), danseng
(Zn). Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui
perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali
terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat
racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai
produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara (intermediat)
yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam
hasil akhir. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan
bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan
timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat
lainnya tidak boleh ada. (Reysa, 2013)

2. Dampak Mengonsumsi  Metanil Yellow 


Metanil yellow sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Oleh
karena itu, pemerintah melalui menteri kesehatan telah
mengeluarkan peraturan tegas melalui MENKES/722/PER/IX/1988
tentang bahan makanan tambahan Makanan dan
juga peraturan Menteri Kesehatan No. 239/MENKES/PER/V/1985 te
ntang zat warna tertentu yang dinyatakan berbahaya dan dilarang
untuk ditambahkan ke dalam makanan atau minuman. Pewarna
kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa

5
iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata,
dan bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih. Apabila
tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah,
sakit perut, diare, demam, lemah, dan tekanan darah rendah.
(Anthony 2014)

B. Sirup
Sirup merupakan sediaan minuman cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa dan biasanya di dalamnya ditambahkan
pewangi atau aroma tertentu. Sirup juga sering digunakan sebagai
obat-obatan. Kuliner serta minuman. Biasanya sirup dihidangkan
bersama dengan makanan ringan. Selain sebagai minuman sirup juga
digunakan sebagai obat.

C. Kromatografi Lapis Tipis


1. Definisi Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan alat analisa yang
cukupsederhana karena dapat menentukan jumlah komponen yang
ada pada suatu bahan, bahkan dapat pula mengidentifikasi
komponen-komponen tersebut. Pada dasarnya kromatograf lapis
tipis (KLT atau TLC = Thin layer Chromatography) sangat mirip
dengan kromatografi kertas, terutama pada cara
melakukannya.Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahnya,
yakni digunakannya lapisan tipis adsorben halus yang tersangga
pada papan kaca, aluminium atau plastic sebagai pengganti kertas.
Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai
fraa diam. Fasa diam KLT terbuat dari serbukhalus dengan ukuran
5 sampai 50 mikrometer. Serbuk halus ini dapat berupa suatu
adsorben, suatu penukar ion, suatu pengayak molekul atau dapat

6
merupakan penyangga yang dilapisi suatu cairan. Bahan adsorben
sebagai fasa diam dapat digunakan silica gel, aluminium dan
serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil di
permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul-molekul polar. (Soebagio, 2013)
Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas (KKt)
adalah metode kromatografi cair yang paling sederhana yang akan
disajikan. Karena disebagian besar laboratorium KKt telah diganti
dengan KLT. Kromatografi LapisTipis dapat dipakai dengan dua
tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk
mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua,
dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang
akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair
kinerja tinggi.(Soebagio, 2013)
Kromatografi lapis tipis merupakan teknik pemisahan yang
fasa diam dapat ditempatkan dalam sebuah kolom, maupun dibuat
sebagai lapisan tipis diatas plat dari gelas atau aluminium.
Kromatografi lapis tipis diklasifikasikan sebagai kromatografi planar
(datar) untuk membedakannya dari kromatografi yang menggunakan
fasa diam di dalam sebuah kolom. Berdasarkan teori di atas dapat
disimpulkan bahwa kromatografi lapis tipis merupakan cara
pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murni
danmengetahui kuantitasnya. Teknik ini merupakan analisis cepat
yang memerlukan bahan sangat sedikit, dan sederhana.
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan
hidrokarbon. (Soebagio, 2013)

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas ukur
b. Sendok ukur
c. Pisau
2. Bahan
a. orson
b. Reagent

B. Prosedur Kerja
1. Ambil satu sendok teh bahan yang akan diuji (2-3 ml),
masukkan ke botol uji, Tambahkan reagent A sebanyak 4 tetes
2. Tambahkan 4 tetes reagent B, bila terbentuk warna merah
jambon ( Merah keunguan, akan menjadi warna ungu jika
kandungan senyawa ini banyak) atau warna pink maka terdapat
pewarna sintesis kuning ( methanol yellow/metil yellow) pada
makanan/minuman yang diuji.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk
menganalisis zat warna metanil yellow pada sirup Zat warna
Methanyl Yellow merupakan salah zat warna sistesis yangdilarang
penggunaannya dalam produk pangan. Percobaan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi zat warna Methanyl Yellow dalam sirup lokal
berwarna kuning sedangkan yangmenjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sirup lokal merek orson.
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui Larutan orson tidak
menunjukkan perubahan, karna praktikum kali ini sampel yang dipakai
bahan pangan yang sudah diolah sehingga disaat pengujian tidak
mendapat hasil yang maksimal.

9
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metanil yellow merupakan zat warna berbahaya yang dilarang
untuk digunakan dalam industri makanan maupun minuman
2. Tidak teridentifikasi adanya zat warna methanil yellow pada
sirup lokal merek orson kuning

B. Saran
1. Disarankan untuk menggantikan dietil eter dengan thinner 
2. Disarankan untuk menggantikan pelarut organik (eluen) yang
sesuaidengan sifat polar methanil yellow

10
DAFTAR PUSTAKA
Adam Wiryawan, Ririn Retnowati, Akhmad Sabarudin. (2008).
Kimia Analitik .Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
BPOM.2013.“Bahaya Metanil Yellow Pada Pangan”, Jurnal Info POM,
14(2):h.7.
Eka, Reysa. (2013). Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya.Jakarta: titik
Media Publisher.
ELisa,“Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Cromatography)”,
elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24048/a877915a150aeace10adi
akses pada 16 Oktober 2017.
Esti Santi Sigar, dkk, 2012.“Analisis Zat Warna Methanyl Yellowd dalam
Minuman Es Sirup di Kawasan Kota Manado”. Jurnal Pharmacon, 1(2):h.
110.
Gritter. RJ. (1991). Pengantar Kromatografi . Bandung: ITB.
Lubis, Novriyanti, “Analisis Kandungan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada
Beberapa Produk Tahu Kuning yang Beredar di Wilayah Garut dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Visible ”,artikel
ilmiah. diakses pada tanggal 16 Oktober 2017 dari
situshttp://farmasi.uniga.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/Kimia-
Farmasi.pdf
Menteri Kesehatan RI. (1985). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 239 Tahun 1985. Jakarta : Kemenkes
RI.Menteri Kesehatan RI. (2012).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaTahun 2012.akarta :
Kemenkes RI

11
LAMPIRAN

12
DOKUMENTASI

A. Persiapan Alat

B. Persiapan Bahan

C. Proses Pengujian

D. Hasil

13

Anda mungkin juga menyukai