Anda di halaman 1dari 26

NAMA : MUHAMMAD IKRAMUDIN

NIP/NIDN : Q1A119046

PROGRAM STUDI : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS : PERTANIAN

INSTITUSI : UNIVERSITAS HALU OLEO

TUGAS UAS
DAFTAR ISI

Halaman

Makalah

Jurnal 1

Jurnal 2
1

MAKALAH ANALISIS PANGAN

(PEWARNA BUATAN ATAU SINTESIS)

OLEH :

MUHAMMAD IKRAMUDIN

(Q1A119046)

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

2021

`
2

KATA PENGANTAR

            Puji beserta  syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah - Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul  “ ZAT PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS” ini tepat pada
waktunya. Makalah ini berisikan tentang informasi PEWARNA BUATAN /
PEWARNA SINTESIS. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan .
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
agar  kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran  yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
3

DAFTAR ISI
SAMPU
L........................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................6

C. TUJUAN................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6

A. PENGERTIAN PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS...................7

B. JENIS PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS..................................7

C. TEKNIK ATAU METODE ANALISIS PENENTUAN FCF SUNSET


YELLOW (E110) DALAM PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN.................9

1. Kromatografi...................................................................................................10

2. Uji Imunosorben Terkait Enzim (ELISA)....................................................12

3. Spektrofotometri.............................................................................................12

4. Elektroforesis kapiler (CE)............................................................................14

5. Hamburan raman yang ditingkatkan permukaannya (SERS)..................15

6. Sensor Elektrokimia Untuk Penentuan Sunset Yellow FCF (E110)..........15

D. SUMBER PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS...........................18

E. KELEBIHAN PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS....................19

F. EFEK NEGATIVE MENGONSUMSI PEWARNA BUATAN.....................19

G. CARA MENGHINDARI PENGGUNAAN PEWARNA BUATAN DALAM


PRODUK MAKANAN..............................................................................................21

BAB III PENUTUP.......................................................................................................22

A. KESIMPULAN...................................................................................................22

B. SARAN................................................................................................................22
4

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makanan, tentunya setiap orang yang mendengarnya pun akan tergugah


untuk mencobanya apalagi jika penampilan serta warnanya yang menarik.
Warna penting bagi banyak makanan, baik bagi makanan yang diproses maupun
tidak. Warna memegang peran penting dalam keterterimaan makanan. Selain itu,
warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan,
seperti pencoklatan dan pengkaramelan. Penambahan zat pewarna pada
makanan bertujuan agar makanan lebih menarik. Zat pewarna sendiri secara luas
digunakan di seluruh dunia. 

Pewarna banyak dijumpai dan digunakan untuk berbagai jenis makanan,


terutama berbagai produk jajan pasar dan berbagai makanan olahan yang dibuat
oleh industri kecil, industri rumah tangga dan industri besar (Yuliarti, 2007).
Pewarna merupakan zat warna atau bahan lain yang dibuat dengan cara sintetis
atau cara kimiawi lain, atau bahan alami dari tanaman, hewan, mineral atau
sumber lainnya yang diekstrak, diisolasi atau terbuat dari ekstrak atau isolat
dengan atau tanpa perubahan identitas yang bila ditambahkan atau digunakan ke
bahan makanan, obat, kosmetik, atau ke bagian tubuh (bisa sendiri atau karena
reaksi dengan bahan lain) menjadi bagian dari warna dari bahan tersebut
(Tranggono,1990). Zat pewarna terbagi menjadi dua yaitu pewarna alami dan
pewarna buatan.

Pewarna buatan atau pewarna sintetis merupakan bahan kimia yang


dengan sengaja ditambahkan pada makanan untuk memberikan tambahan warna
yang diinginkan karena warna semula hilang selama proses pengolahan atau
karena seseorang menginginkan adanya warna tertentu. Warna dari suatu
produk makanan maupun minuman merupakan salah satu ciri yang penting.
Warna juga turut mempengaruhi persepsi akan rasa. Oleh sebab itu, warna
5

menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih suatu


produk makanan dan minuman (Susanti, 2016). Pengelompokan pewarna
sintetis yang dilarang diatur dalam Permenkes RI No. 239/Men.Kes/Per/85
tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan
pewarna sintetis yang diizinkan diatur dalam Permenkes RI No. 033 Tahun
2012 tentang bahan tambahan pangan.

Pewarna Sintetik, Karena kekurangan yang dimiliki oleh zat pewarna


alami, beberapa produsen memilih untuk menggunakan pewarna sintesis. Zat
pewarna sintesis merupakan zat warna yang berasal dari zat kimia, yang
sebagian besar tidak dapat digunakan sebagai pewarna makanan karena dapat
menyebabkan gangguan kesehatan terutama fungsi hati di dalam tubuh kita.
Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui penambahan asam sulfat
atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain
yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai
produk akhir,harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang
berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-
senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman,
ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan
timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak
boleh ada. Minimnya pengetahuan produsen mengenai zat pewarna untuk bahan
pangan, menimbulkan penyalahguanaan dalam penggunaan zat pewarna sintetik
yang seharusnya untuk bahan non pangan digunakan pada bahan pangan. Hal ini
diperparah lagi dengan banyaknya keuntungan yang diperoleh oleh produsen
yang menggunakan zat pewarna sintetik (harga pewarna sintetik lebih murah
dibandingkan dengan pewarna alami ). Ini sungguh membahayakan kesehatan
konsumen, terutama anak-anak yang sangat menyukai bahan pangan yang
berwarna-warni.

Pewarna makanan dikategorikan menjadi pewarna alami dan sintetis.


Salah satu pewarna makanan sintetis yang terkenal adalah Sunset Yellow FCF
(E110) yang termasuk dalam famili pewarna azo dan banyak digunakan dalam
industri makanan. Namun, Sunset Yellow memiliki efek positif dan negatif juga,
dengan memberikan tampilan fisik yang menarik dan penerimaan konsumen.
6

Pada saat yang sama, dapat menyebabkan gangguan perhatian defisit hiperaktif
(ADHD), adalah sekelompok gejala perilaku yang meliputi kurangnya perhatian,
hiperaktif dan impulsif, kanker dan beberapa efek kesehatan lainnya dengan
konsumsi berlebihan. Karena timbulnya masalah kesehatan bagi umat manusia,
peneliti harus lebih memprioritaskan untuk mengembangkan teknik lanjutan
untuk penentuan Sunset Yellow dalam produk makanan dan minuman.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pewarna sintesis ?
2. Apa-apa saja yang tergolong pewarna sintesis ?
3. Bagaimana teknik atau metode analisis dalam menentukan pewarna sintesis
(Sunset Yellow E) ?
4. Darimana sumber pewarna buatan / pewarna sintesis ?
5. Apa-apa saja yang termasuk kelebihan pewarna buatan / pewarna sintesis ?
6. Apa-apa saja efek negative dari mengonsumsi pewarna buatan / pewarna
sintesis ?
7. Bagaimana cara menghindari untuk mengonsumsi pewarna buatan / pewarna
sintesis yang berlebihan ?

C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan pengertian pewarna sintesis
2. Untuk menjelaskan jenis-jenis pewarna sintesis
3. Untuk menjelaskan teknik atau metode analisis dalam menentukan pewarna
sintesis (Sunset Yellow E)
4. Untuk menjelaskan sumber pewarna buatan / pewarna sintesis ?
5. Untuk menjelaskan kelebihan pewarna buatan / pewarna sintesis
6. Untuk menjelaskan efek negative dari mengonsumsi pewarna buatan /
pewarna sintesis
7. Untuk menjelaskan cara menghindari untuk mengonsumsi pewarna buatan /
pewarna sintesis yang berlebihan
7

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS

Pewarna sintetis adalah zat warna yang mengandung bahan kimia yang
biasanya digunakan didalam makanan untuk mewarnai makanan.Pewarna
sintetis ini mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami,
yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih
stabil, dan biasanya lebih murah. 

Pewarna  buatan atau sintetis diolah dari bahan kimia, sehingga


menghasilkan warna tertentu. Selain untuk makanan dan
minuman, pewarna jenis ini juga sering digunakan untuk campuran obat-
obatan dan kosmetik. Penggunaan pewarna makanan di Indonesia telah diatur
oleh Kementerian Kesehatan. Pewarna buatan merupakan bahan
pewarna dari bahan kimia. contoh: pewarna makanan: tetrazine (kuning),
brilliant blue (biru), amaranth (merah)

B. JENIS PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS

Kelarutan pewarna sintetik ada dua macam yaitu:


1. Dyes
Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air,
sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai
bahan. Dyes terdapat dalam benuk bubuk, granula, cairan, campuran warana,
pasta, dan disperse. Zat warna yang stabil  untuk berbagai macam
penggunaan dalam makanan. Konsentrasi pemakaianya tidak dibtasai secara
khusus, tetapi di Amerika Serikat disaraankan agar digunakan dengan
memperhatikan Good Manufacturing Practices (GMP), yang apada
prinsipnya dapat digunakan dalam jumlah yang tidak melebihi keperluan
8

untuk memeperoleh efek yag diinginkan, jadi rata – rata kurang dari 300
ppm. Tetapi, dalam prakteknya ternyata digunakan konsentrasi antara 5 –
500 ppm. FD (Food Drag) dan C (Cosmetic Act) Dye terbagi atas 4
kelompok, yaitu:
a) Azo dye, terdiri dari :
 FD & C Red No. 2 (Amaranth)
Amaranth termasuk golongan manazo yang mempunyai satu
ikatan N = N. Amaranth berupa tepung berwarna merah kecoklatan
yang mudah larut dalam air menghasilkan larutan berwarna merah
lembayung atau merah kebiruan.
 FD & C Yellow No. 5 (Tertrazine)
Merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut
dalam air, dengan larutannya berwarna kuning keemasan.
 FD & C yellow No. 6
sunset yellow termasuk golongan manazo, berupa tepung
berwarna jingga, sangat mudah larut dalam air, dan menghasilkan
larutan jingga kekuning – kuningan
 FD & Red No 4 ( panceau sx )
Panceau sx berupa tepung merah, mudah larut dalam air , dan
memberikan larutan berwarna merah jingga.

b) Triphenylmethane dye . terdiri dari :


 FD & Blue no.1 ( briliant blue )
Zat pewarna ini termasuk triphenylmethane dye, merupakan
tepung berwarna ungu perunggu. bila dilarutkan dalam air
menghasilkan warna hijau kebiruan, larut dalam glikol dan gliserol,
agak larut dalam alcohol 95 %
 FD & green no.3 ( fast green )
Tepung zat warna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu
kecoklatan dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau
kebiruan
 FD & Violet no. 1 ( benzylviolet )
9

Zat warna ini berbentuk tepung berwarna ungu, larut dalam


air, gliserol, glikol, dan alcohol 95 %. menghasilkan warna ungu
cerah. tidak larut dalam minyak dan eter.

c) Fluorescein, terdiri dari :


 FD & C red No.3 ( Erythrosine )
 Zat pewarna ini termasuk golongan fluorescein. berupa
tepung coklat, larutannya dalam alcohol 95% menghasilkan warna
merah yang berfluoresensi, sedangkan larutannya dalam air berwarna
merah cherry tanpa fluoresensi

d) Sulfonated indigo , terdiri dari : 


 FD & Blue no. 2 ( indigotin indigo carmine )
Indigotine merupakan tepung berwarna biru, coklat, kemerah
– merahan, mudah larut  dalam air dan larutannya berwarna biru.
2. Lakes
Zat pewarna ini di buat melalui proses pengendapan dan absorpsi
dyes pada radikal basa ( Al atau Ca ) yang dilapisi dengan alumunium hidrat
( Alumina ). Lapisan alumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini
tidak larut pada hampir semua pelarut. Pada pH 3,5 sampai dengan 9,5 lakes
stabil. Lakes pada umumnya mengandung 10 - 40% dyes murni, sifatnya
tidak larut dalam air dan lebih stabil terhadap pengaruh cahaya, kimia, dan
panas. Pemakaian lakes dapat dilakukan dengan cara mendispersikan zat
warna tersebut dengan serbuk makanan sehingga pewarnaan akan terrjadi.

C. TEKNIK ATAU METODE ANALISIS PENENTUAN FCF SUNSET


YELLOW (E110) DALAM PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN
Beberapa metode spektrofotometri telah diusulkan untuk analisis
pewarna makanan. Namun, sebagian besar metode kromatografi cair kinerja
tinggi untuk menentukan pewarna makanan sintetis telah digunakan. Dalam
10

metode ini, kondisi kromatografi di mana banyak pewarna dapat ditentukan


secara bersamaan telah diselidiki. Secara khusus, sebaiknya waktu penentuan
singkat, dan operasi sebelum penentuan sederhana dan tidak memakan waktu.
Lebih disukai bahwa fase gerak mengandung lebih sedikit pelarut organik
dalam kaitannya dengan lingkungan. Untuk itu, masih perlu dikembangkan
metode baru yang sederhana, cepat, dan ramah lingkungan.
Teknik deteksi analitik dikembangkan untuk memantau keberadaan
produk pewarna sintetis yang dalam konsumsi tinggi seperti minuman dan
permen. Biasanya, pewarna Sunset Yellow FCF (E110), Tartrazine (E102),
Amarnath (E123) dan Brilliant Blue (E133) banyak digunakan dalam produk
makanan dan minuman. Hingga saat ini, metode analisis yang berbeda telah
ditetapkan seperti kromatografi, enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA),
spektrofotometri, elektroforesis kapiler dan hamburan raman yang ditingkatkan
permukaan untuk penentuan Sunset Yellow.

1. Kromatografi
Kromatografi merupakan salah satu metode yang efektif dan tepat
untuk menentukan pewarna sintetis dalam sampel makanan dan minuman.
Teknik ini dapat diterapkan dalam berbagai jenis pewarna yang larut dalam
air untuk pemisahan komponen dalam matriks makanan. Pemisahan
dilakukan melalui fase diam sampel zat warna dan fase gerak air berdasarkan
adsorpsi atau pembatasan zat terlarut antara dua fase campuran non-
solublem. Secara umum, ada dua jenis teknik kromatografi yang umum
digunakan untuk penentuan Sunset Yellow; kromatografi lapis tipis (KLT)
dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC).
a) Kromatografi lapis tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu jenis
kromatografi sederhana karena biayanya yang murah. TLC umumnya
digunakan untuk pemisahan dan penentuan pada tingkat pewarna pada
produk makanan dan minuman. Merupakan teknik penjeratan fasa
dimana fasa diam memiliki pelat kaca yang dilapisi dengan lapisan silika
gel dan fasa gerak bertindak sebagai pelarut organik. Pelarut organik
11

adalah yang paling populer dalam teknik kromatografi. Sayangnya,


mereka memiliki bau tak menyenangkan yang intensif dan aktivitas
kankerogenik. Dengan demikian, larutan air-metanol β-siklodekstrin
telah diusulkan sebagai fasa gerak dan sorben poliamida sebagai fasa
diam untuk menggantikan pelarut organik. Soponar dkk. telah
mengembangkan metode HP-TLC yang dikombinasikan dengan
pemrosesan gambar dari kromatogram yang dipindai. LOD ditemukan
dalam kisaran 5.21–9,34 ng / spot, dan nilai pemulihan antara 96,39–
102,76%. Hasil ini menunjukkan pendekatan regresi memberikan deteksi
yang ketat dan realistis serta batas kuanti fi kasi dan sebagai
konsekuensinya dapat diterapkan secara rutin ke sistem analitik lainnya.
Tang dkk. telah menetapkan metode kromatografi lapis tipis (KLT)
poliamida yang dikombinasikan dengan ekstraksi fase padat pada pelat
dan bantuan lampu latar untuk menentukan lima pewarna sintetis yang
umum digunakan dalam makanan. Batas deteksi untuk Sunset Yellow
ditemukan 4.12 ng. Teknik yang diusulkan bersifat cepat, murah dan
sensitif, memberikan metode uji batas hijau untuk lima pewarna dalam
produk minuman dan makanan.
b) Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC)
Metode kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) biasanya
digunakan untuk menentukan keberadaan pewarna makanan sintetis
karena dapat menawarkan pengulangan yang baik dan sensitivitas yang
dapat diterima dengan deteksi UV-vis tradisional. Namun, sebagian besar
metode HPLC yang telah ditetapkan untuk analisis pewarna mengalami
keterbatasan kemampuan pemisahan, dan memakan waktu terutama jika
penentuan berbagai pewarna makanan secara bersamaan. Pada dasarnya,
metode HPLC digunakan melalui area puncak kromatografi dan grafik
kalibrasi area puncak yang diplotkan terhadap konsentrasi zat warna
untuk menghitung keseragaman.
Metode ini biasanya dikombinasikan dengan yang lain seperti
HPLC digabungkan dengan detektor array dioda (HPLC-DAD) dan
HPLC-DAD dengan ekstraksi pelarut berbantuan ultrasound HPLC
12

dengan metode detektor ultraviolet, HPLC-DAD dan spektrometri massa


tandem, fase terbalik HPLC dan poli (Nisopropylacrylamide-co-N, N ″
-methylene bicrylamide) kolom monolitik dengan built-alumina
nanopartikel / microextraction HPLC. Sha et al. telah mengembangkan
metode yang cepat dan efektif untuk penentuan lima pewarna makanan
sintetis secara bersamaan di sampel makanan. Mereka menggunakan 1-
alkyl-3-methylimidazolium bromide sebagai reagen ekstraksi dengan
efisiensi di atas 95% untuk kelima pewarna. Metode tersebut telah
berhasil diterapkan pada sampel makanan nyata dengan kisaran LOD
0,051-0,074 ng / mL. Wu et al. telah membahas metode berbasis getar
cepat dari ekstraksi mikro fase cair dispersif cairan ionik untuk
penentuan enam pewarna makanan sintetis termasuk Sunset Yellow
dalam minuman ringan, gula, dan gelatin. Dalam kondisi optimal,
metode ini menunjukkan sensitivitas tinggi dengan LOD 0,015-0,32 ng /
mL dan pemulihan meningkat dari 95,8 menjadi 104,5%. Zou dkk. telah
mengusulkan teknik yang efisien untuk penentuan pewarna sulfonat
sintetik dalam pakan ternak dan daging menggunakan HPLCDAD dan
spektrometri tandemmass (HPLC-MS / MS). LOD ditemukan pada
kisaran 0,02–21,83 ng / mL dengan studi pemulihan pada pakan ternak
dan daging ayam antara 71–97%. Teknik kromatografi lainnya
dirangkum dalam

2. Uji Imunosorben Terkait Enzim (ELISA)


Teknik Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) banyak
digunakan untuk mendeteksi berbagai aditif dalam sistem nyata karena
kecepatan, mobilitas, sensitivitas tinggi dan batas deteksi yang rendah.. Xing
dkk. telah menetapkan teknik baru untuk penentuan Sunset Yellow dengan
menggunakan uji absorbansi imun terkonsentrasi (ic-ELISA) berbasis
antibodi poliklonal antibodi-based tidak langsung seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2 . Mereka menggunakan metode ekstraksi pengenceran
mengurangi gangguan dalam matriks makanan dengan beberapa modifikasi
dan LOD ditemukan 25 ng / mL. Mereka juga menyebutkan bahwa tidak ada
13

penelitian tentang produksi antibodi terhadap Sunset Yellow atau


pengembangan ELISA untuk penentuannya dalam sampel nyata termasuk
minuman, tahu kering, babi rebus, dan serum.

3. Spektrofotometri
Teknik spektrofotometri terutama diterapkan untuk identifikasi dan
kuantifikasi pewarna makanan sintetis seperti spektrofotometri UV-vis,
Spektrofotometer UV-vis dengan detektor larik diode spektrofotometri
kinetik, spektroskopi fluoresensi spektrofotometri fotoakustik, dan HLA /
GO. Metode spektrofotometri UV-vis untuk analisis zat warna sintetis pada
produk makanan dan minuman dengan cara melarutkan bahan sampel ke
dalam akuades. Larutan sampel disimpan dalam kuvet dan dipindai pada
panjang gelombang 300–800 nm. Panjang gelombang maksimum spektrum
telah mendeteksi berbagai jenis warna yang ada dalam sampel. Reza dkk.
telah membahas teknik sederhana untuk penentuan Sunset Yellow dalam
sampel air limbah dan makanan. Mereka diekstraksi warnanya dengan
ekstraksi cair-cair bantuan salting-out (SALLE). Dalam kondisi optimal, plot
kalibrasi ditemukan linier dalam kisaran 0,4-15,0 mg / L, dengan koefisien
determinasi lebih dari 0,996. LOD yang ditemukan 0,07 mg / L, dengan
LOQ adalah 0,25 mg / L. Goicoechea dan Olivieri telah mengembangkan
metode kalibrasi berdasarkan HLA yang diterapkan dalam analisis kimia
dengan hasil yang memuaskan. Begitu pula dengan Al-Degs telah
menggunakan metode hybrid linear analysis (HLA / GO) untuk mengukur
pewarna azo terhadap metode HPLC standar untuk validasi. Dinc dkk. telah
membahas turunan spektrum pembagi ganda, kuadrat terkecil klasik dan
metode regresi komponen utama untuk menganalisis pewarna sintetis dalam
minuman ringan. Linear ditemukan berkisar antara 2-8 μg / mL Sunset
Yellow dalam 0,1 M HCl dengan batas deteksi rendah. Sorouraddin dan
Saadati telah menjelaskan reflektometer sederhana dan berbiaya rendah
untuk menyelesaikan campuran biner dan terner dari beberapa pewarna
makanan. Perangkat ini menggunakan array sebagai sumber cahaya dan
digabungkan dengan resistor bergantung cahaya untuk menjadi sensor.
14

Berdasarkan pengamatan, terindikasi bahwa metode ini lebih akurat,


tepat, reprodusibel, dan dapat digunakan secara langsung untuk analisis rutin
sampel pangan. Coelho dkk. telah melakukan teknik spektroskopi
fotoakustik (PAS) dan dibandingkan dengan spektrofotometri turunan
pertama (FDS) untuk mengidentifikasi pewarna makanan tertentu dalam
bahan makanan. Berdasarkan temuan, metode PAS menunjukkan sensitivitas
yang lebih besar, dengan LOD 0,028 mg/L. Dengan demikian, teknik PAS
dapat diterapkan untuk penentuan pewarna terpilih pada produk makanan
komersial karena dapat mengurangi jumlah langkah analisis, lebih sedikit
limbah kimiawi, jumlah sampel aminimal yang dibutuhkan, dan tidak
merusak. Perakitan PAS khas diwakili dalam Gambar 3 yang terdiri dari
sumber cahaya, monokromator, modulator cahaya, sel fotoakustik dengan
mikrofon kondensor, penguat pengunci dan sistem akuisisi data.

4. Elektroforesis kapiler (CE)


Elektroforesis kapiler (CE) telah ditunjukkan sebagai teknik yang
sangat memuaskan untuk penentuan senyawa yang berbeda secara simultan
dari pewarna sintetis. Metode ini sangat cocok untuk mencapai pemisahan
pewarna makanan yang sangat efisien. CE banyak digunakan untuk analisis
pewarna makanan karena banyak keuntungannya, seperti efisiensi kolom
yang tinggi, waktu analisis yang singkat, dan jumlah sampel yang minimal.
Sayangnya, keterbatasan CE adalah sensitivitas dan selektivitas yang
terbatas dan gangguan matriks yang parah, yang sangat membatasi
penggunaannya lebih lanjut dalam analisis sampel nyata. Liu et al. telah
menggunakan teknik CE untuk penentuan pewarna makanan dalam sampel
minuman dengan menggunakan nanopartikel silika difungsikan
diaminomoiety (dASNPs) sebagai adsorben dalam
solidphasemicroextraction (dSPME) dispersif dan fase pseudostationary
(PSPs). Linearitas dengan koefisien korelasi adalah 0,9932 dan LOD antara
0,030 sampai 0,36 mg / L. Ini adalah laporan pertama yang menggunakan
NP sebagai ekstraktan di dSPME dan fase pseudostasioner di CE untuk
tujuan analitis.
15

Metode CE air dengan deteksi susunan dioda memungkinkan


penentuan delapan pewarna makanan dalam minuman susu dengan LOD
0,5μg /mL. Kombinasi pretreatment SPE sederhana dan metode pemisahan
cepat CE berhasil menentukan pewarna sintetis tanpa gangguan matriks,
kandungan zat aditif pewarna tersebut dalam minuman susu komersial.
PerezUrquiza dan Beltran telah mengembangkan metode cepat berdasarkan
elektroforesis zona kapiler ditambah dengan array fotodioda untuk
menentukan pewarna azo pewarna dalam bahan makanan. Prosedur
pemisahan menggunakan kolom Bare CElect-FS75 CE dan menunjukkan
LOD dan LOQare masing-masing 1,7 ppm dan 5,5 ppm.

5. Hamburan raman yang ditingkatkan permukaannya (SERS)


Hamburan raman yang ditingkatkan permukaannya (SERS) telah
berkembang pesat dan menjadi metode yang ampuh, selanjutnya raman yang
ditingkatkan pektrum piridin telah diamati dan dikonfirmasi pada elektroda
perak. Xie dkk. telah mempelajari substrat SERS yang dibuat dari SiO 2 @
Au nanoshells dan menunjukkan efek pengayaan yang sangat baik untuk
penentuan Sunset Yellow dengan LOD 1 ppm. Dibawah kondisi optimal,
telah terbukti mungkin untuk membedakan setiap pewarna dengan puncak
karakteristiknya dalam spektrum SERS dari campuran kedua pewarna.
Roosta dkk. telah menyelidiki efisiensi nanopartikel seng hidroksida yang
dimuat pada karbon aktif (Zn (OH) 2- NP-AC) dalam penentuan Sunset
Yellow dari larutan air menggunakan metode adsorpsi berbantuan ultrasonik.
Metode berhasil diterapkan untuk penentuan Sunset Yellow (> 97%) dalam
waktu singkat (5 menit) dengan kapasitas adsorpsi tinggi (83–114mg g - 1).

6. Sensor Elektrokimia Untuk Penentuan Sunset Yellow FCF (E110)


Metode lanjutan diperlukan untuk mengembangkan penentuan
Sunset Yellow karena sensitivitas, selektivitas, kecepatan, kesederhanaan,
dan efektivitas biaya yang tinggi. Teknik elektrokimia banyak digunakan
dalam teknik deteksi dini untuk pewarna makanan buatan sejak dekade
terakhir. Berbagai jenis modifikasi elektroda untuk metode elektrokimia
16

telah dikembangkan untuk penentuan Sunset Yellow karena memiliki


sensitivitas yang tinggi, waktu analisis yang singkat, kemudahan penanganan
yang baik, dan biaya yang rendah. Pemilihan elektroda yang tidak tepat
dapat mendeteksi pewarna makanan tetapi sensitivitas atau batas deteksi
mungkin lebih rendah dari elektroda yang sesuai. Elektroda yang umum
digunakan dalam teknik elektrokimia adalah elektroda glassy carbon (GCE),
elektroda emas (AuE), elektroda platina (PtE) dan masih banyak lagi.
Songyang dkk. telah menggunakan kalsium montmorilonit (MMTCa) yang
difungsikan dengan cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) melalui efek
pertukaran kationik menjadi CTAB / MMT-Ca.
Metode yang dikembangkan menunjukkan sangat sensitif, cepat dan
sederhana untuk penentuan Sunset Yellow. Kisaran linier adalah dari 2,5
hingga 200 nM, dan batas deteksi rendah 0,71 nM setelah akumulasi 1
menit. Majidi dkk. telah mengembangkan metode elektrokimia berdasarkan
elektroda karbon-keramik yang dimodifikasi dengan cairan ionik 1-LYL3-
metil imidazolium tetra fl ouroborate. Teknik yang diusulkan menunjukkan
respon linier dalam kisaran konsentrasi 1 × 10 - 7 - 1.5 × 10 - 5 M, dengan
LOD 7,3 × 10 - 8 M. Nilai recovery berkisar antara 95,7–105%. Chao dan
Ma telah mengembangkan elektroda karbon kaca (EULA / GCE) yang
dimodifikasi poli (L-fenil-alanin) untuk mendeteksi Sunset Yellow dan
Tartrazine dalam produk makanan. Pada arus puncak optimum, Sunset
Yellow menunjukkan hubungan linier dengan kisaran konsentrasi 181-63333
mg / L dengan LOD 18.1mg / L. Yu et al. telah menggunakan
hexadecyltrimetylammonium bromide (CTAB) menggabungkan graphene
dengan platina nanopartikel (CTAB-GR-Pt) komposit melalui satu langkah
GCE termodifikasi hidrotermal. Rentang deteksi linier adalah 0,08-10 μM,
dan LOD ditemukan 4,2 nM. Asadpour-Zeynali dan Mollarasouli telah
menerapkan GCE terfilter bismut dengan menggunakan metode voltametri
diferensial untuk penghentian dua pewarna azo. Kisaran linier konsentrasi
telah ditemukan sebesar 5 × 10 - 5 M dengan batas deteksi 4,52 μg / mL.
Wang et al. telah mengaplikasikan polipirol (ppy) yang dihias dengan
elektroda karbon nanotube berdinding tunggal teroksidasi (SCNT-COOH)
17

dengan LOD hingga 7.0 × 10 - 10 M dan nilai pemulihan yang dapat


diterima diperoleh. Demikian pula, Zhao et al. telah mempelajari GCE (MIP-
rGO-IL / GCE) yang merupakan elektroda yang kompatibel dengan air
untuk mendeteksi pewarna sintetik. Interaksi tersebut terjadi melalui
interaksi π-π, ikatan hidrogen, dan elektrostatis dengan arus puncak yang
merupakan konsentrasi linier berkisar antara 1,4–16,0 μM dengan LOD 4,0
Nm. Chen et al. telah mempelajari serat mikro alumina dengan struktur
lubang untuk membangun platform dengan sensitivitas tinggi. Rentang linier
adalah dari 0,5 hingga 100 nM dengan batas deteksi 72,4 ng / L, setelah
peningkatan selama 2 menit. Li et al. telah berhasil disintesis dan
dimodifikasi ke permukaan GCE berdasarkan β-siklodekstrin / cairan ionik /
nanopartikel emas memfungsikan graphene oksida magnetik untuk
membangun sensor elektrokimia tercetak untuk mendeteksi Sunset Yellow.
Dalam kondisi optimal, sensor menunjukkan dinamika pengikatan ulang
yang cepat, dengan rentang linier yang lebar 5.0 × 10 - 9 menjadi 2.0 × 10 -
6 mol / L dan batas deteksi ditemukan 2.0 × 10 - 9 perempuan jalang. Ye et
al. telah menggunakan β-siklodekstrin dilapisi dengan poli
(diallyldimethylammoniuchloride) -graphene komposit film (β-CD-DDA-
Gr) untuk deteksi simultan dari Sunset Yellow. Arus puncak anodik
menunjukkan hasil yang sangat baik dalam kisaran linier 5.0 × 10 - 8–2.0 ×
10 - 5 mol / L dengan batas jejak deteksi 1.25 × 10 - 8 perempuan jalang.
Gan et al. telah mengembangkan elektrokimia metode berdasarkan
graphene dan mesopori TiO 2 elektroda pasta karbon dengan batas deteksi
6,0 nM dan rentang pemulihan antara 96,15–102,1%. Qiu dkk. telah
merancang grafena oksida dan sifat elektronik dan antifouling yang sangat
baik dari tabung nano karbon berdinding banyak untuk penentuan Sunset
Yellow dan Tartrazine. Dalam kondisi optimal, arus puncak anodik yang
ditingkatkan mewakili kinerja analitik yang sangat baik dari deteksi simultan
dalam kisaran 0,09–8,0 μM, dengan batas rendah deteksi 0,025 μM.
Demikian pula dengan Majidi et al. telah menggunakan nanotube karbon
ionik berlapis banyak nanokomposit untuk modifikasi elektroda karbon-
keramik. Kisaran konsentrasi linier adalah dari 4 × 10 - 7 hingga 1.1 × 10 - 4
18

M, dengan batas deteksi 0,045 mg / L dan kisaran pemulihan antara 94,4-


106%. Ghoreishi dkk. [108] telah memodifikasi elektroda pasta karbon
dengan nanopartikel emas. Elektroda yang dimodifikasi menunjukkan
rentang konsentrasi linier 1.0 × 10 - 7 menjadi 2.0 × 10 - 6 perempuan jalang
- 1 dengan LOD 3.0 × 10 - 8 mol / L dan pemulihan jatuh dalam kisaran
95,0–104,0%. Lebih lanjut, Gan et al. telah berhasil merancang hibrid asam
fosfotungstat terbungkus lapisan graphene (PTA) pada permukaan GCE
yang berfungsi sebagai mediator transfer elektron. Mekanismenya
ditunjukkan di Gambar 4 . Metode yang diusulkan menemukan rentang linier
9–927 mg / L, dengan LOD 0,5 μg / L. Oleh karena itu, penelitian ini telah
memberikan beberapa bukti pengembangan sensor portabel untuk bahan
tambahan makanan. Gómez dkk. telah mengeksplorasi elektroda tetesan
merkuri gantung dengan keberadaan cetylpyridinium bromide (CPB) untuk
mendeteksi Sunset Yellow dalam gelatin dan minuman ringan bubuk. Itu
batas deteksi diperoleh 1,6 ug / L.
Metode lanjutan lain telah dikembangkan oleh Medeiros et al. yang
merupakan metode sederhana, berbiaya rendah dan cepat berdasarkan
penentuan voltametrik simultan dari dua pasang pewarna makanan sintetis
dengan menggunakan DPV dengan elektroda berlian doped boron (BDD)
yang telah diolah secara katodik. Tingkat pemulihan telah ditemukan dari
90,8–111%, dengan batas deteksi 63 nM. Medeiros dkk. telah dikembangkan
untuk penentuan simultan dua pasang pewarna makanan dengan sistem
injeksi aliran satu jalur dan deteksi amperometri multipel menggunakan
elektroda BDD, dengan LOD yang ditemukan 2,5 × 10 3 nM.

D. SUMBER PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS


Sumber pewarna yang lain adalah sumber pewarna buatan yang
mempunyai kelebihan yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat
efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi
kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat,
pewarna jenis ini akan berbahaya.
19

Proses pewarnaan zat sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian


asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau
logam berat lain yang bersifat racun. Untuk zat pewarna yang dianggap aman,
ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014% dan timbal
tidak boleh dari 0,001% sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada.
Pewarna terlarang yang masih sering di pakai adalah Orange RN,
Auramine, Rodamine B dan methanyl Yellow. Timbulnya penyalahgunaan zat
pewarna tersebut disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang
melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan. Disamping itu,
harga zat pewarna untuk industri relatif lebih murah dibandingkan dengan harga
zat pewarna untuk makanan dan biasanya warnanya lebih menarik.

E. KELEBIHAN PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS


Dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah
pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna
buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan
pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau
pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang
menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan segera pudar ketika
mengalami proses penggorengan.

F. EFEK NEGATIVE DARI MENGONSUMSI PEWARNA BUATAN /


PEWARNA SINTESIS
Hiperaktivitas adalah suatu kondisi ketika anak mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian dan mengontrol perilaku mereka. Pada bulan
November 2007, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis
terkemuka Lancet mengungkapkan bahwa beberapa zat pewarna makanan
meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak-anak usia 3-9 tahun. Anak-anak yang
mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna buatan selama bertahun-
tahun lebih berisiko menunjukkan tanda-tanda hiperaktif. Selain risiko
20

hiperaktif, sekelompok sangat kecil dari populasi anak (sekitar 0,1%) juga
mengalami efek samping lain seperti: ruam, mual, asma, pusing dan pingsan.
Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan yang populer dan efek
samping yang ditimbulkan:
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam
makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas
anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan
efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler),
asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini
tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif
terhadap aspirin.
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam
makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda
dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi
pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas,
sakit perut, mual, dan muntah. Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini
telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan
kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam studi tersebut
jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat
baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi Sunset
Yellow.
3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam
berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain
berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap
karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara, termasuk Amerika
Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug Administration (FDA)
sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina yang
21

mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan


serapan aluminium sehingga melebihi batas toleransi.
4. Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak
digunakan pada permen dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak
negara lain, termasuk Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan
Norwegia.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15%
orang yang mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang
telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit selama empat minggu atau lebih
diikutkan dalam program diet yang sama sekali tidak mengandung Allura
Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam atau gatal-
gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi
makanan yang mengandung Allura Red dan dimonitor. Dari pengujian itu,
15% kembali menunjukkan gejala ruam atau gatal-gatal.
5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es
krim dan minuman energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk
Australia, Amerika, Jepang dan Norwegia karena dianggap meningkatkan
risiko hiperaktivitas dan serangan asma.

G. CARA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGHINDARI


PENGGUNAAN ZAT PEWARNA BUATAN / PEWARNA SINTESIS
DALAM PRODUK MAKANAN 

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan zat


warna buatan dalam produk makanan adalah sebagai berikut:
1. Setiap kali membeli produk makanan, baca jenis dan jumlah pewarna yang
digunakan dalam produk tersebut.
2. Perhatikan label pada setiap kemasan produk. Pastikan di label itu tercantum
izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis: “POM
22

dan Nomor izin pendaftaran”. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah
tangga maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis : “ P-IRT dan
nomor izin pendaftaran”
3. Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya pilih
makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok, karena
kemungkinan warna tersebut berasal dari bahan pewarna bukan makanan
(non food grade) seperti pewarna tekstil.
23

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Masih banyak produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan


makanan untuk menarik perhatian para konsumennya, bahan tambahan yang
digunakan diantaranya zat pewarna, tetapi produsen makanan kebanyakan
menngunakan zat pewarna yang dilarang seperti Rhodamin B, Methanyl
yellow dan Amaranth, padahal zat – zat pewarna tersebut dapak menimbulkan
efek yang kurang baik terhadap kesehatan manusia karena pewarna buatan
tersebut bersifat karsinogenik. Sebenarnya masih banyak zat pewarna  alami
yang bisa digunakan, mudah didapat, dan harganya pun relatif murah.

B. SARAN
Pemerintah hendaknya meningkatkan pengawasan kepada produsen
makanan dan minuman dan memberikan penyuluhan tentang bahan tambahn
makanan, Produsen makanan sebaiknya menggunakan pewarna yang alami
untuk mewarnai bahan makanan yang akan di perjualkan selain mudah
dijangkau dan harganuya pun relatif murah dampak yang ditimbulkannya pun
tidak terlalu berbahaya serta  Konsumen hendaknya berhati – hati dalam
memilih makanan yang menngunakan bahan pewarna jangan mudah tertarik.
24

DAFTAR PUSTAKA

Hakan Alp, D. B. (2018). Simultaneous Determination of Sunset Yellow FCF, Allura


Red AC, Quinoline Yellow WS, and Tartrazine in Food Samples by RP-HPLC.
Hindawi Journal of Chemistry, 6.

Kobun Rovina, P. P. (2016). Methods for the analysis of Sunset Yellow FCF (E110) in
food and beverage products- a review. Trends in Analytical Chemistry, 85, 47–
56.

M. Ustun, O. a. (2002.). The simultaneous determination of Quinoline Yellow WS (E-


104) and Sunset Yellow (E-110) in syrups and tablets by second derivative
spectrophotometry. Turkish Journal of Chemistry, vol. 26, 501–508.

N. Mahmoodi, M. F. (2016). Simultaneous determination of sunset yellow and


carmoisine in orange flavored soft drink samples by high-performance liquid
chromatography. IOSR Journal of Applied Chemistry,, vol. 9, no. 8,, 79–83.

Anda mungkin juga menyukai