DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Teknik Isolasi dan Identifikasi
Pigmen dari Senyawa Bahan Alam”. Pada penyusunan makalah ini, tidak
sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan kerja sama kita semua, sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya para mahasiswa.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi
perbaikan makalah ini. Semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pigmen...............................................................................3
2.2 Fungsi Pigmen......................................................................................
2.3 Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen................................................
2.4 Aplikasi Isolasi dan Identifikasi Pigmen..............................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Fungsi Pigmen sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan Alami pada
Produk Industri
Menurut Henry dan Houghton (1996), bahwa warna yang ditambahkan
pada makanan karena mempunyai tujuan antara lain: mempertegas warna yang
telah ada pada produk makanan, meyakinkan keseragaman warna makanan dari
tahap ke tahap, mempertahankan penampakan asli makanan dan untuk memberi
warna dengan sengaja pada makanan. Menurut Fardiaz, dkk (1987), bila
dibandingkan dengan pewarna-pewarna sintetis, penggunaan warna alami
mempunyai keterbatasan antara lain: (1) seringkali memberikan rasa dan flavor
khas yang diinginkan, (2) konsentrasi yang rendah, (3) stabilitas pigmen yang
rendah, (4) keseragaman warna yang kurang baik, dan (5) spektrum warna yang
tidak seluas seperti pewarna sintetis.
Menurut Henry dan Houghton (1996), ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan aplikasi pewarna terhadap produk, harus dipertimbangkan
dalam proses pembuatannya, yaitu antara lain: (i) Kelarutan pigmen, yaitu
antosianin larut dalam air, sedangkan kurkumin, klorofil dan xantofil larut dalam
minyak atau lemak, (ii) Bentuk kimia, yaitu pewarna tersedia dalam bentuk antara
lain ekstrak, bubuk, pasta, dan konsentrat. Penentuan pemakaian bentuk pewarna
sangat penting untuk mengetahui bahwa warna akan berubah jika pigmen rusak
selama prossesing. Peningkatan suhu sering sekali menyebabkan rusaknya
struktur pigmen yang menyebabkan perubahan warna. (iii) Tingkat kesamaan
(pH), pewarna makanan yang dalam air (terutama yang berbentuk cairan) dibuat
dengan pH maksimum. Penambahan larutan buffer ke dalam produk akan berubah
pH larutan, dan (iv) Bahan tambahan lain.
Sebagai acuan syarat kesehatan digunakan syarat mutu air untuk industri
hasil pertanian pangan atau air minum, di antaranya kandungan Cl (cloride)
maksimum 250 mg/l, dengan kandungan phenol (phenolik) maksimal 0,002 mg/l,
kandungan maksimal untuk unsur berbahaya seperti Fe, Mn, Pb, dan Cu, masing-
masing sebesar 0,2; 0,1; 0,5 dan 3,0 mg/l (Susanto, 2002).
Radikal bebas yaitu suatu molekul beroksigen (mengandung O) dengan
atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan.
Karena tidak berpasangan tersebut maka molekul tersebut menjadi tidak stabil.
Senyawa bioaktif seperti pigmen flavonoid, atau antosianin merupakan suatu
molekul yang bersifat sebagai antioksidan, yaitu merupakan zat yang anti terhadap
zat lain yang bekerja sebagai oksidan. Antioksidan mempunyai peran yang
penting dalam membantu mencegah kerusakan sel-sel sehat akibat adanya radikal
bebas tersebut.
Pigmen flavonoid, tidak hanya berperan dalam menyumbangkan warna
alami pada makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik, bahkan menurut Soni
and Maria (2007), bahwa sejumlah penelitian menunjukkan dampak potensial
kelompok flavonoid antara lain mengurangi resiko penyakit jantung, kanker,
hyperlipidemias dan penyakit kronis lainnya melalui asupan makanan kaya
antosianin. Pada penelitian dan paten yang terdahulu, senyawa antioksidan yang
telah diketahui diperoleh dari ekstrak / juice nanas, dari Paten USPTO No.
6224926 ( 23 Agustus 1999) oleh Ronald E. Wrolslad and Ling Wen digunakan
sebagai anti-browning. Berbagai metode pengujian aktivitas antioksidan telah
digunakan untuk meneliti dan membandingkan aktivitas antioksidan dalam
makanan. Aktivitas antioksidan menggunakan metode penangkapan radikal bebas
dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan sederhana. Metode DPPH (2,2-
Diphrnyl 2picrylhydrazyl) digunakan untuk mengetahui kemampuan zat
antioksidan untuk menangkap radikal bebas (Hatano et al, 1998). Radikal
2,2Diphrnyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) adalah radikal bebas stabil yang menerima
sebuah elektron atau hidrogen untuk diubah menjadi molekul diamagnetik. DPPH
banyak digunakan pada sistem penelitian aktivitas penangkapan radikal pada
senyawa alami tumbuhan. Aktivitas antiradikal ditandai dengan perubahan warna
larutan dari ungu menjadi kuning bening dengan penurunan absorbansi pada
panjang gelombang 517 nm (Soares et al, 1997).
2.3 Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen dari Senyawa Bahan Alam
Ekstraksi merupakan suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat
menjadi komponen terpisah (Winarno et al., 1973). Waktu ekstraksi zat pewarna
alami harus diketahui secara optimal dan juga harus dipertimbangkan dari segi
efektifitasnya. Efektifitas ekstraksi tidak dapat dilepaskan dari kemampuan bahan
pengekstrak untuk melarutkan senyawa yang diekstrak. Peristiwa pembentukan
larutan dikatakan sebagai interaksi antara pelarut dengan zat yang dilarutkan
(Winarno et al., 1973). Bila dikaitkan dengan energi, maka defenisi pelarutan
adalah: (1) Peristiwa pemutusan ikatan solut-solut yang membutuhkan energi; (2)
Peristiwa pemutusan ikatan solven-solven yang membutuhkan energi; (3)
Peristiwa pembentukan ikatan solutsolven yang melepaskan energi. Jadi, apabila
energi yang dilepaskan pada tahap 3 dapat menutup energi yang dibutuhkan pada
tahap 1 dan 2 maka zat dapat terlarut (Petrucci, 1987).
Ekstraksi adalah proses pengeluaran sesuatu zat dari campuran bahan
dengan jalan menambahkan bahan ekstraksi tepat pada waktunya. Hanya zat yang
diekstrak yang dapat larut dalam bahan ekstraksi. Pemisahan yang diinginkan
dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam sifat yaitu dapat larutnya antara
bahan-bahan campuran dari suatu campuran zat dalam bahan pelarut. Untuk
mendapatkan senyawa pengekstrak yang baik, diperlukan bahan pengekstrak yang
memiliki kepolaran yang sama dengan zat yang diekstrak. Senyawa non polar
hanya dapat larut dengan baik dalam senyawa non polar seperti eter, kloroform,
benzen, etanol dan metanol. Hal serupa juga berlaku pada senyawa polar yang
hanya dapat larut dengan baik dalam senyawa polar seperti air. Senyawa bioaktif
yang diekstrak tersebut akan larut dalam pelarut karena kesesuaian/ kesamaan
polaritas yang disebut like disolves like (Chan et al., 2009). Berbagai senyawa
organik, pada umumnya termasuk dalam senyawa non polar. Senyawa-senyawa
organik menggabungkan atomnya dengan membagi secara bersama elektron-
elektron dari atomnya. Ikatan yang terjadi dikenal sebagai ikatan kovalen (Hart,
1990). Menurut Markakis (1982), metode ekstraksi yang baik untuk bahan hayati
(yang berasal dari tanaman) adalah dengan melarutkan bahan ke dalam 1% HCl
dalam metanol. Aamun untuk penerapan dalam pangan, metode ekstraksinya
menggunakan 1% HCl dalam etanol. Hal ini dikarenakan sifat toksik dari
metanol.
2.4 Aplikasi Teknik Isolasi dan Identifikasi Pigmen dari Senyawa Bahan
Alam
Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Pigmen Bixin Selaput Biji
Kesumba (Bixa orellana L.) (Penulis: Pipin dkk., 2007)
o Pendahuluan
Warna seperti halnya citarasa, juga merupakan suatu pelengkap daya tarik
pada makanan dan minuman. Penambahan zat warna dalam makanan dan
minuman mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap selera dan daya
tarik konsumen. Bixa orellana L. merupakan salah satu tanaman yang hasil
pigmennya dapat digunakan sebagai pewarna makanan, kosmetik, dan tekstil.
Pigmen karotenoid yang terdapat dalam B. orellana adalah bixin dan norbixin.
Menurut Tan dan Alves dkk bixin merupakan pigmen dominan pada B.
orellana yang sebagian besar terdapat pada selaput biji. Selain berfungsi
sebagai pewarna, biji B. orellana juga mempunyai fungsi yang lain yaitu
sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas berlebihan,
antibakteri, dan mengobati penyakit diabetes. Umumnya fungsi pigmen biji B.
orellana yang dilaporkan masih dalam bentuk ekstrak kasar. Berdasarkan latar
belakang di atas penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi
dan menentukan persen kadar pigmen bixin biji B. orellana serta menentukan
aktivitas antioksidan dan antibakteri pigmen tersebut.
o Prosedur Kerja
a) Ekstraksi Pigmen
Ekstraksi pigmen dilakukan dengan menggunakan metode Britton yang
telah dimodifikasi. Sebanyak 20 g sampel dilarutkan dengan aseton 100 mL
dan ditambah CaCO3 1 g, setelah itu diaduk dan disaring menggunakan kertas
Whatman. Filtrat yang diperoleh ditampung sedangkan residunya diekstraksi
kembali menggunakan aseton 100 mL sampai seluruh pigmen terangkat.
Ekstrak dipartisi menggunakan petroleum eter, lapisan eternya diambil dan
ditambah Na2SO4, kemudian disaring dan diuapkan. Ekstrak pekat yang
diperoleh disimpan dalam botol dan dikeringkan dengan gas N 2. Ekstrak kasar
yang diperoleh sebanyak 0,75 g.
b) Isolasi dan Identifikasi Pigmen Bixin
Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak dianalisis menggunakan KLT silika gel 60 F254 (Merck)
dengan menotolkan sampel pada pelat KLT kemudian dielusikan dengan
larutan aseton : heksana (1:2 v/v). Pola pemisahan pigmen digambar dan
nilai Rf nya dihitung.
Kromatografi Kolom
Pigmen bixin diisolasi dengan kromatografi kolom menggunakan
fase diam silika gel Si-60 dan menggunakan fase gerak aseton : heksana
(1:2 v/v). Masing-masing fraksi hasil pemisahan ditampung dalam botol
sampel dan dikeringkan dengan gas N2. Semua fraksi dianalisa dengan
melarutkannya dengan H2SO4, dan warna cornflower-blue (biru
keunguan) yang terbentuk menunjukkan bahwa fraksi tersebut merupakan
pigmen bixin.
Spekstroskopi UV Tampak
Pengukuran spektra dilakukan untuk ekstrak kasar dan hasil isolasi
menggunakan spektrofotometer berkas rangkap CARY 50 pada panjang
gelombang 300-600 nm dengan pelarut aseton.
Analisa Persen Kadar Pigmen Bixin
Penentuan kadar pigmen dilakukan menurut JECFA. Sebanyak
0,1 g sampel dilarutkan dengan 100 mL aseton, diambil 1 mL kemudian
dilarutkan dengan 100 mL aseton dan diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer berkas tunggal Shimadzu 1240 pada panjang gelombang
502 nm dengan ketelitian ± 0,005 Abs (pada 1,0 Abs). Persen kadar
pigmen yang diperoleh dihitung dengan rumus:
A 100.000
% total bixin= × × 100 %
2,870 berat sampel( mg)
Dalam penghitungan 0,1 g sampel dianggap setara dengan 1 g sampel,
dimana A adalah absorbansi yang didapatkan.
c) Spektroskopi
Pigmen hasil isolasi dan ekstrak kasar juga diidentifikasi dengan
menggunakan spektrofotometer CARY 50 pada panjang gelombang 300-600
nm. Hasil spektra disajikan pada Gambar 2 dan Tabel 2.
Tabel 2. Serapan maksimum spektra bixin dalam aseton.
Gambar 2.
Pola spektra ekstrak kasar ( _____), fraksi 1 (------), fraksi 4 (……..) dan
fraksi 5 (_._._._) dalam aseton.
Dari pola spektra (Gambar 2) tampak bahwa fraksi 5 memiliki serapan
maksimum pada panjang gelombang 454 nm mendekati serapan maksimum
bixin dari literatur. Hasil serapan maksimum masing-masing spektra disajikan
pada Tabel 2.
d) Persen Kadar Pigmen Bixin
Persen kadar pigmen selaput biji B. orellana dianalisis dengan
spektrofotometer berkas tunggal Shimadzu 1240 pada panjang gelombang 502
nm (Tabel 3).
Tabel 3. Persen Kadar Pigmen Bixin
Berdasarkan hasil
penelitian total purata bixin yang diperoleh adalah 75±3%. Hasil penelitian
yang diperoleh sesuai dengan hasil literatur, dimana besar persen kadar pigmen
bixin pada literatur yaitu ± 80%.
o Kesimpulan
Fraksi 5 hasil isolasi ekstrak pigmen selaput biji B. orellana teridentifikasi
sebagai pigmen bixin dengan persen kadar sebesar 75±3%.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Pigmen adalah zat pemberi warna yang lazim digunakan dalam industri
farmasi, kosmetik dan makanan. Pigmen dapat diperoleh secara sintetis dan
alami. Pigmen menghasilkan warna yang dapat kita amati sehari-hari dan
tanaman merupakan salah satu produsen utama dari pigmen tersebut.
2. Pigmen flavonoid, tidak hanya berperan dalam menyumbangkan warna alami
pada makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik, bahkan dalam sejumlah
penelitian menunjukkan dampak potensial kelompok flavonoid antara lain
mengurangi resiko penyakit jantung, kanker, hyperlipidemias dan penyakit
kronis lainnya.
3. Adapun metode-metode isolasi dan identifikasi pigmen dari senyawa bahan
alam di antaranya adalah metode Spektrofotometri, KLT, FTIR, HPLC,
LCMS, dan NMR.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Chan, S.W., Lee, C.Y., Yap, C.F., Wan Aida, W.M., and Ho, C.W., 2009,
Optimation of Extraction Condition for Phenolic Compounds from
Limau Purut (Citrus hystrix) Peels, International Food Research
Journal, 16; 203-213.
Henry, G.A.F., and Houghton, J.D., 1996, Natural Food Colorants. Two Edition,
Blackie Academic and Profesional, London.
Markakis, P., 1982, Anthocyanin as Food Colors, Academis Press, New York.
Nollet, L.M.L., 1996, Hand Book of Food Analysis. Two Edition, Marcel Dekker,
Inc. New York.
Paliwal, H., Goyal, S., Singla, S., and Daksh, S., 2016, Pigments from Natural
Sources: An overview, International Journal of Research in Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, 1, (3); 1-12.
Pipin, T.L., Soetjipto, H., dan Leenawati, L., 2007, Aktivitas Antioksidan dan
Antibakteri Pigmen Bixin Selaput Biji Kesumba (Bixa orellana L.) ,
Indo J. Chem, 7, (1); 88 - 92 .
Winarno, F.G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.