Oleh:
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu apt. Ade Maria Ulfa, M.Kes.
selaku dosen mata kuliah Metodeologi dan Desain Penelitian yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan proposal ini. Kami menyadari, proposal ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan
demi kesempurnaan proposal ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................21
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kulit bawang merah (Allium cepa L.)(Crongquist, 1981) ...................4
Gambar 2.2 Struktur Alkaloid ..................................................................................6
Gambar 2.3 Strukur Flavonoid.................................................................................7
Gambar 2.4 Struktur Tanin ......................................................................................8
Gambar 2.5 Struktur Saponin...................................................................................8
Gambar 2.6 Proses Fraksinasi ................................................................................13
Gambar 2.7 Diagram alat spektrofotometri UV-Vis ..............................................15
v
BAB I
PENDAHULUAN
Limbah kulit bawang merah (Allium cepa L.) biasa ditemukan di pasar- pasar
tradisional dan hasil dari industri rumah tangga. Limbah ini sebagian besar masih
kurang pemanfaatannya. Hal ini sangat disayangkan ternyata kulit bawang merah
(Cazzole et al., 2013). Potensi tersebut karena kulit bawang merah mengandung
terdapat dalam kulit bawang merah sebagian besar merupakan senyawa fenolik.
sekunder tumbuhan, memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada
sebuah cincin aromatik (Nugroho, 2017). Senyawa fenolik memiliki sifat dapat
sekunder untuk memisahkan senyawa dari jaringan tumbuhan (Sari, 2017). Ekstrak
biasanya antara pelarut air dan pelarut organik. Teknik pemisahan cair-cair ini
1
Larutan atau senyawa organik akan terdistibusi ke dalam fasenya masing-
masing. Tergantung pada kelarutannya terhadap fase tersebut. Hasil fraksinasi akan
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisan tersebut
terbentuk berdasarkan bobot jenisnya. Bobot jenis yang lebih kecil akan menempati
lapisan atas (Nugroho, 2017). Etil asetat digunakan untuk memisahkan flavonoid
yang berbentuk aglikon dan flavonoid yang terikat dengan gula (Rhobinson, 1995).
Hasil dari fraksinasi yaitu berupa ekstrak kental, yang selanjutnya digunakan untuk
analisis kadar fenolik. Senyawa fenolik berbentuk cincin memiliki ikatan rantai
fenolik maka perlu dilakukan penetapan kadar fenolik total dari kulit bawang
ultraviolet (200-350 nm) dan sinar tampak (350-800 nm) oleh suatu senyawa
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis. Spektrofotometri UV-
Vis dapat digunakan untuk analisis kuantitatif suatu analit yang mengandung
suatu cahaya monokromatik melewati suatu media (larutan), maka sebagian cahaya
akan diserap, sebagian lagi dipantulkan, dan sebagian lagi akan dipancarkan.
dan reliabel sehingga memberikan presisi yang baik untuk pengukuran kuantitatif
2
senyawa kimia.
bawang merah, dan pemisahan fraksi etil asetat serta penetapan kadar fenolik
yaitu berapa banyak kandungan fenolik dari ekstrak kulit bawang merah sebelum
di fraksinasi dan berapa banyak kandungan fenolik ekstrak kulit bawang merah
Untuk mengetahui kadar fenolik total dari ekstrak kulit bawang merah sebelum
di fraksinasi dan kadar fenolik total fraksi etil asetat kulit bawang merah.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sumbangan
terhadap pengetahuan dan wawasan pemanfaatan bahan alam dari limbah kulit
bawang merah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sampingan yang cukup besar dari hasil pengolahannya. Limbah sampingan tersebut
berupa kulit bawang merah yang jumlahnya berkisar antara 20-30% dari hasil
Limbah kulit bawang merah merupakan limbah pasar tradisional dan industri
rumah tangga yang dapat dijadikan alternatif sebagai pupuk organik yang jarang
makro yang sangat baik bagi tanaman diantaranya flavonoid, saponin, alkaloid, dan
belum diketahui secara pasti (Advinda, 2018). Metabolit sekunder juga digunakan
sebagai penanda dan pengatur jalur metabolisme primer. Hormon tumbuhan yang
4
merupakan metabolit sekunder seringkali digunakan untuk mengatur aktivitas
tumbuhan dapat menarik serangga untuk membantu proses penyerbukan dan juga
Senyawa ini hanya di produksi dalam jumlah sedikit, tidak terus-menerus, dan tidak
terlalu penting seperti metabolit primer dalam kelangsungan hidup tanaman. Ada
satu atau dua gugus hidroksi (OH). Senyawa fenolik dibagi menjadi menjadi
5
2.2.1 Alkaloid
aromatik dan paling banyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar alkaloid berupa zat padat, tidak
berwarna, berasa pahit, memiliki efek farmakologis, dan umumnya sukar larut
dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut non-polar seperti, kloroform dan eter.
Alkaloid merupakan turunan dari asam amino lisin, arnitin, fenilalanin, tirosin, dan
2.2.2 Flavonoid
menangkap radikal bebas 100x lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25x lebih
6
Beberapa flavonoid, seperti morin, fisetin, kuersetin, katekin, dan gosipetin
berkhasiat sebagai antioksidan dan dapat menghambat oksidasi LDL (low density
melindungi tumbuhan dari sinar UV, serangga, fungi, virus, dan bakteri sebagai
(Rhobinson, 1995). Salah satu jenis flavonoid adalah isoflavon pada kedelai yang
2.2.3 Terpenoid
komponen aktif obat alam yang dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai
(Rhobinson, 1995).
2.2.4 Tanin
dan bau yang memusingkan. Rasa yang pahit ini tidak disukai serangga sehingga
Tanin terdistribusi pada hampir semua jenis tanaman dengan letak dan jumlah yang
7
berbeda. Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan. Senyawa
ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora,
(Lisnawati, 2018).
2.2.5 Saponin
adanya molekul gula yang terikat pada aglikon triterpen atau steroid. Saponin juga
dapat digunakan sebagai sabun. Adapun beberapa dari triterpen yang memiliki rasa
pahit, seperti halnya pada limonin yang berada dalam buah jeruk terutama pada
teknik ekstraksi dan jenis pelarut yang tepat disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia
8
dari bahan baku maupun metabolit sekundernya. Selain itu, faktor
dengan kualitas yang tetap terjaga. Tetapi dengan waktu ekstraksi yang lebih
singkat, pelarut yang lebih sedikit, biaya yang lebih murah, serta resiko yang lebih
rendah. Itu semua harus menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan teknik
ekstraksi.
keberhasilan ekstraksi. Ada banyak jenis pelarut organik yang dapat digunakan
dalam ekstraksi bahan alam seperti, heksana, butanol, kloroform, etil asetat, aseton,
metanol, etanol, ataupun akuades. Setiap pelarut memiliki sifat berbeda- beda
seperti, nilai polaritas, titik didih, viskositas, dan tingkat kelarutan pada air. Hal ini
dengan sifat fisik dan kimia dari bahan dan metabolit sekunder yang akan diekstrak.
Tetapi, perlu juga diperhatikan jenis pelarut yang memiliki daya perusakan yang
kuat terhadap dinding sel dan jaringan sehingga proses ekstraksi juga berjalan lebih
sekunder dengan spektrum yang luas, maka pelarut dengan sifat kepolaran yang
luas atau berada pada nilai tengah dapat digunakan, seperti metanol, etanol, atau
aseton. Tabel di bawah ini, menampilkan sifat-sifat beberapa pelarut organik yang
9
Tabel 2.1 Sifat – sifat pelarut organik yang umum digunakan untuk ekstraksi
berbeda. Akuades, etanol, metanol, dan aseton termasuk pelarut yang mudah
didapat dengan harga yang relatif lebih rendah karena penggunaanya yang banyak
pada berbagai bidang. Sehingga secara ekonomi harganya akan lebih murah,
sedangkan pelarut yang jarang digunakan secara umum seperti, kloroform, butanol,
2.4 Ekstraksi
menjadi target untuk dipisahkan dari biomasa atau ampas atau bagian yang tidak
diperlukan karena sifatnya yang mengganggu baik dalam penyajian maupun karena
dimulai dengan proses pembukaan jaringan atau dinding sel dengan perlakuan
10
2.4.1 Maserasi
Meskipun demikian, metode ini masih secara luas digunakan karena beberapa
kelebihannya, seperti biaya yang murah, peralatan yang sederhana, serta tanpa
2.4.2 Perkolasi
bahan aktif dalam tumbuhan. Sebuah perkolator adalah wadah sempit berbentuk
sejumlah pelarut yang sesuai dan dibiarkan selama kira-kira 4 jam dalam wadah
merendam sampel. Campuran sampel dan pelarut dapat dimaserasi lebih lanjut
sekitar tiga perempat dari volume yang diperlukan dari produk jadi (Nugroho,
2017).
2.4.3 Refluks
Refluks berarti pelarut yang diputar kembali atau di-recycle secara continue
melalui pengkondensasian berulang pada sebuah alat kondensor. Pada metode ini,
bahan yang akan diekstrak direndam pada pelarut dalam sebuah bejana/labu
berbentuk bulat dan ditempatkan pada sebuah pemanas (dapat menggunakan water
bath, heating mantle, atau hot plate). Bagian atas labu adasebuah lubang yang
11
dihubungkan dengan alat pendingin balik (kondesor). Lubang pada bejana tersebut
juga berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan, pelarut, maupun hasil
2.4.4 Sokhlet
memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut dan pengotor tidak larut dalam pelarut
itu. Jika senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan yang tinggi dalam suatu
senyawa dari zat yang tidak larut. Keuntungan dari sistem ini adalah proses
ekstraksi cukup dilakukan dalam satu wadah, dimana secara continue pelarut yang
senyawa terlarut ke labu penampung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk
2.4.5 Fraksinasi
Fraksinasi berasal dari kata fraction atau bagian, secara harfiah dapat
dapat dikatakan sebagai proses pembagian kelompok. Sebuah ekstrak dari suatu
bahan tanaman dapat mengandung puluhan atau ratusan senyawa. Ada berbagai
macam tujuan dari fraksinasi. Fraksinasi dapat ditujukan untuk mendapatkan fraksi
(bagian) tertentu dari suatu ekstrak, dimana bagian itulah yang merupakan fraksi
aktif dan perlu dipisahkan dari fraksi lainnya yang kurang aktif. Tujuan lainnya
adalah dalam rangka mendapatkan ekstrak yang lebih murni sehingga perlu
12
dihilangkan senyawa-senyawa lain yang mengotori atau mengganggu. Fraksinasi
juga diperlukan ketika akan melakukan isolasi atau pemisahan satu senyawa
menggunakan kolom kromatografi dengan fase diam dan fase gerak tertentu.
senyawa dari kumpulan senyawa dalam sebuah ekstrak yang telah dilarutkan pada
suatu pelarut dengan cara menambahkan jenis pelarut lain yang memiliki polaritas
(separating funnel).
Kedua fase tersebut terbentuk setelah kedua pelarut beserta ekstrak yang ada
di dalamnya bercampur dengan cara dikocok lalu didiamkan selama beberapa saat.
Fase bagian atas ditempati oleh pelarut yang memiliki masa jenis lebih rendah dan
fase bagian bawah ditempati oleh pelarut dengan masa jenis lebih tinggi. Senyawa-
senyawa dari ekstrak tersebut akan bergerak dan terpisah dengan dua
13
Sejumlah senyawa akan bergabung bersama fase bagian atas dan ada sejumlah
senyawa lainnya akan bergabung dengan fase bagian bawah. Setelah masing-
masing fraksi tersebut dipisahkan, maka tahap selanjutnya adalah pengentalan atau
Kromatografi kolom dikenal fase gerak (mobile phase) dan fase diam (stationary
2.5 Spektrofotometri
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara
ini diperoleh dengan alat pengurai, seperti prisma, grating atau celah optis.
14
Fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang mikro
(Marzuki, 2012).
sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang
diperoleh cukup akurat, di mana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detektor
dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan
15
penyebar cahaya dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau
cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada
gambar di atas, hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses
kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki
e) Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat
listrik yang berasal dari detektor. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
harus betul-betul steril, jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A), sedangkan cahaya yang
Beer atau Hukum Beer, berbunyi: "Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet,
16
inframerah, dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan" (Junaidi,
2017).
a) Kromofor
Kromofor merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa organik yang
mampu menyerap sinar ultra-violet dan sinar tampak. Contoh gugus kromofor,
yaitu: alkena, alkuna, karbonil, karboksil, amida, nitro, dan nitrat. Selain kromofor,
pada molekul organik juga dikenal istilah auksokrom yang merupakan gugus
fungsionil yang mempunyai elektron bebas, seperti : -OH, -O, NH, dan -OCH.
pergeseran pita absorbsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar (Gandjar,
2012).
b) Pilihan pelarut
digunakan untuk melarutkan suatu sampel. Sampel akan menyerap sinar UV secara
maksimal pada suatu pelarut dan menyerap sinar UV secara minimal pada pelarut
c) Pengaturan suhu
Suhu rendah menawarkan pita serapan senyawa obat yang lebih tajam
daripada suhu kamar. Resolusi vibrasional akan lebih karena level vibrasional yang
2012).
17
d) Ion-ion organik
melibatkan beberapa atom seperti MnO4 dan CrO2 dan yang melibatkan atom
tunggal yang memiliki kulit elektron terluar d- yang tidak lengkap (Gandjar, 2012).
Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan yang berwarna,
maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap secara selektif dan
radiasi sinar lainnya akan diteruskan. Absorbansi maksimum dari larutan berwarna
terjadi pada daerah warna yang berlawanan dengan warna yang diamati, misalnya
larutan berwarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada daerah warna
hijau. Dengan kata lain, warna yang diserap adalah warna komplementer.
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380
sampai 750 nm, sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih,
merah, biru, hijau, atau apapun. Selama dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut
termasuk ke dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umum dipakai
pada spektro visibel adalah lampu tungsten. Sampel yang dapat dianalisis dengan
metode ini hanya sampel yang memilki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri
dari metode spektrofotometri visibel. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak
memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen
18
2.7 Hipotesis
Ho: Ada perbedaan kadar fenolik ekstrak bawang merah sebelum dan sesudah di
fraksinasi.
H: Tidak ada perbedaan kadar fenolik ekstrak bawang merah sebelum dan
sesudah di fraksinasi.
19
2.8 Kerangka Pikir Penelitian
Serbuk simplisia
Maserasi
Skrining Fitokimia
Fraksi etil asetat
Ekstrak Metanol • Uji flavonoid
• Uji alkaloid
• Uji tanin
• Ujisaponin
• Uji steroid
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
(Duran) 100 mL, pipet volume, labu ukur (iwaki dan Pyrex) 100 mL, 50 mL, dan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit bawang merah,
metanol 97%, akuades, bubuk Mg, asam galat, HCI pekat, HCl 1%, akuades, FeCl3
1%, Na2CO3 7%, reagen Meyer, reagen Folin Ciocalteau, kloroform, n- heksan,
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah kulit bawang merah (Allium cepa L.).
3.3.2 Sampel
Bandar Lampung.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel, meliputi:
3.1 Variabel bebas, yaitu penetapan kadar fenolik.
21
3.2 Variabel terkontrol, yaitu mengunakan pelarut metanol.
Kulit bawang merah yang digunakan adalah bagian kulit terluar pertama dan
kedua. Kulit bawang merah yang terkumpul kemudian disortasi dan dicuci
memisahkan kulit bawang merah yang rusak karena pengeringan. Setelah itu, kulit
dalam wadah tutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 24 jam. Setelah
24 jam disaring dengan kertas saring. Remaserasi dilakukan tiap 1x24 jam dengan
menghilangkan pelarutnya sampai didapat ekstrak yang cukup pekat, lalu di oven
22
a) Identifikasi Alkaloid
dalam tabung A, dan tambahkan 2 mL ekstrak aseton kulit bawang putih (Allium
Kemudian disaring. Filtrat kemudian diuji dengan reagen Meyer (HgCl2 + KI).
Endapan berwarna kuning pucat dan putih yang dihasilkan menunjukkan hasil
b) Identifikasi Flavonoid
dalam tabung A, dan tambahkan 3 mL ekstrak aseton kulit bawang putih (Allium
sativum L.) ke dalam tabung B, kemudian tambahkan 3 mL HCL pekat dan serbuk
Mg. Larutan yang berubah warna menjadi merah atau merah jingga menunjukkan
c) Identifikasi Tanin
tabung A, dan tambahkan 2 mL ekstrak aseton kulit bawang putih (Allium sativum
L.) ke tabung B, dan tambahkan 3 tetes besi klorida (FeCl3). Larutan yang berubah
warna menjadi biru atau hijau kehitam menunjukkan hasil positif adanya tanin.
d) Identifikasi Saponin
dalam tabung A, dan tambahkan 2 mL ekstrak aseton kulit bawang putih (Allium
seluruhnya, panaskan selama 5 menit. Setelah dingin, kocok kuat hingga terbentuk
berbusa. Pembentukan busa atau buih yang stabil ± 10 menit setinggi 1–10 cm
23
menunjukkan adanya saponin.
e) Uji Steroid/triterpen
Liebermann Burchard (asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat). Reaksi positif
akan ditunjukkan dengan adanya cincin berwarna jingga atau ungu untuk
3.7 Fraksinasi
dengan urutan pelarut n-heksan dan etil asetat di dalam corong pisah. Ekstrak kulit
heksan 50 mL (1:1). Campuran dikocok dan dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan,
yaitu, lapisan fraksi n-heksan (atas) dan lapisan metanol (bawah). Fase n- heksan
difraksinasi kembali hingga diperoleh fase n-heksan berwarna bening, lakukan 2-3
etil asetat dengan perbandingan (1:1) dan dilakukan secara berulang hingga berubah
warna menjadi bening (tidak pekat) 3-4 kali pengulangan. Fase etil asetat yang telah
24
3.8 Penetapan Kadar
Larutan standar asam galat 100 ppm dibuat dengan melarutkan 10 mg asam
galat ke dalam 100 mL metanol. Kemudian dari larutan standar dibuat konsentrasi
asam galat ditambahkan 0,4 mL reagen Folin Ciocalteau dan 4 mL Na2CO3 7%.
Larutan sampel ekstrak kulit bawang merah 100 ppm dibuat dengan
menimbang 10 mg ekstrak kulit bawang merah dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL kemudian ditambahkan metanol sampai tanda tera. Larutan sampel ekstrak kulit
bawang merah 50 ppm dipipet sebanyak 5 mL ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian
volumenya sampai tanda tera dengan metanol. Larutan fraksi etil asetat dibuat
Larutan untuk operating time yang telah dibuat, diukur absorbansinya, dan
diamati setiap menit selama 20 menit pada panjang gelombang 400-800 nm.
25
3. Pembuatan kurva kalibrasi asam galat
maksimum.
26
DAFTAR PUSTAKA
Cazzola, R., Camerotto, C., & Cestaro, B. (2011). Anti-oxidant, anti-glycant, and
inhibitory activity against α-amylase and α-glucosidase of selected spices
and culinary herbs. International Journal of food sciences and
nutrition, 62(2), 175-184.
Fatmawati, S.( 2019). Bioaktivitas Dan Konstituen Kimia Tanaman Obat Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2007). Kimia farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 224, 228.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2012). Analisis obat secara spektrofotometri dan
kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 316, 368-381.
Hanani, E. (2015). Analisis Fitokimia. Jakarta: Buku Kedokteran Egc. Hal. 8-20.
Marlinda, M., Sangi, M. S., & Wuntu, A. D. (2012). Analisis senyawa metabolit
sekunder dan uji toksisitas ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea
americana Mill.). Jurnal Mipa, 1(1), 24-28.
Sari, A. K., & Ayuchecaria, N. (2017). Penetapan kadar fenolik total dan flavonoid
total ekstrak beras hitam (Oryza sativa L) Dari Kalimantan Selatan. Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina, 2(2), 327-335.
27
Yahya, S. (2013). Spektrofotometri UV-Vis. Jakarta: Erlangga.
28