Anda di halaman 1dari 36

UJI ANTIOKSIDAN DAN FORMULASI MASKER

WAJAH SEDIAAN CLAY EKSTRAK ETANOL


BUAH PARE (Momordica charantia L)

USULAN PENELITIA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa

Oleh:

ADHITYA WIDHI UTAMA


41204720115003

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2021
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA

Kami menyatakan bahwa usulan penelitian yang ditulis oleh :


Nama : Adhitya Widhi Utama
NPM : 41204720115003
Program Studi : Kimia
Judul : Uji Antioksidan Dan Formulasi Masker Wajah Sediaan
Clay Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L)

Diterima sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi
Kimia Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa.

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Agus Taufiq, M. Si Gladys Ayu Paramita,S.Si., M.Si

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Dian Arrisujaya, S.Pd., M.Si


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan pada penulis dalam menjalankan
kehidupannya, sehingga penulis dapat menyusun usulan penelitian yang berjudul
“Uji Antioksidan Dan Formulasi Masker Wajah Sediaan Clay Ekstrak Etanol
Buah Pare (Momordica charantia L)” Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bahwa ekstra etanol buah pare dapat digunakan sebagai masker wajah
sediaan clay.
Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih,
kepada :
1. Dr. Lany Nurhayati S.Si., M.Si. selaku dekan FMIPA Universitas Nusa
Bangsa.
2. Bapak Dian Arrisujaya, S. Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Kimia
FMIPA Universitas Nusa Bangsa.
3. Bapak Drs. Agus Taufiq, M. Si., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Gladys
Ayu Paramita, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal
pengajuan penelitian tugas akhir ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman
yang selalu memberikan semangat dan dukungan moril serta semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pembuatan
proposal, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya dan membalas
segala amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar laporan ini,
mencapai kesempurnaan. Semoga karya tulis ini, bermanfaat terutama bagi
penulis dan bagi pembaca dan semoga proposal pengajuan penelitian ini dapat
dilaksanakan dan berjalan dengan baik.
Bogor, Juni 2021

Adhitya Widhi Utama


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
D. Manfaat..........................................................................................................2
E. Ruang Lingkup..............................................................................................3
F. Kerangka Pemikiran......................................................................................3
G. Hipotesis........................................................................................................4
H. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
A. Pare (Momordica charantia L)......................................................................5
B. Kulit...............................................................................................................7
C. Masker...........................................................................................................9
D. Antioksidan..................................................................................................10
E. Spektrofotometer Uv-Vis............................................................................11
F. Bahan Pembuatan Masker Clay...................................................................13
III. BAHAN DAN METODE................................................................................15
A. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................15
B. Bahan dan Alat............................................................................................15
C. Metode Penelitian........................................................................................15
D. Prosedur Penelitian......................................................................................15
1. Pengambilan Sampel...........................................................................15
2. Determinasi Tanaman..........................................................................15
3. Pembuatan Serbuk Simplisia Buah Pare..............................................16
4. Penetuan Kadar Air Pada Simplisia.....................................................16
5. Uji Skrining Fitokimia Pare (Momordica charantia L).......................16
6. Pembuatan Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L)...................17
7. Uji Antioksidan Ekstrak Masker Clay Buah Pare...............................18

i
8. Formulasi Sediaan Masker Clay..........................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................28

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Rencana dan jadwal penelitian...................................................................4
Tabel 2. Kandungan kimia tiap 100 gram pare........................................................5
Tabel 3. Formula masker clay standar yang digunakan (Harry, 2000)..................18
Tabel 4. Formulasi masker clay yang dimodifikasi dengan penambahan ekstrak
buah pare dengan perbandingan konsentrasi bentonit...........................................18

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L)...............................................................6
Gambar 2. Struktur kulit..........................................................................................8

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Diagram AlirPenelitian………………………………………….…25

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi lingkungan yang tidak sehat akibat polusi udara seperti asap rokok,
pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor, bahan pencemar, dan
radiasi matahari menyebabkan timbulnya radikal bebas. Kulit merupakan bagian
tubuh terluar yang melapisi organ tubuh dan melapisi organ tubuh yang berkontak
langsung dengan lingkungan luar (Lam dan Sulindro, 2001). Kulit wajah
merupakan salah satu bagian yang paling sering terkena paparan sinar UV, oleh
karena itu, dibutuhkan antioksidan yang dapat membantu meredam dampak
negatif dari radikal bebas tersebut. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan
kulit akibat radikal bebas adalah meningkatkan konsumsi buah-buahan atau sayur-
sayuran yang mengandung antioksidan. Antioksidan didefinisikan sebagai zat
yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi
atau menetralisir radikal bebas. Antioksidan memiliki manfaat dalam bidang
kesehatan ataupun kecantikan, dalam kecantikan contohnya adalah untuk
mencegah penuaan dini.Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat
banyak tanaman yang memiliki kandungan antioksidan. Salah satu tanaman itu
adalah buah pare (Momordica charantia L.)(Rezaeizadeh et al., 2011).
Penggunaan buah pare sebagai antioksidan di masyarakat belum maksimal.
Hal ini disebabkan masih kurangnya informasi ke masyarakat tentang manfaat
buah pare yang dapat digunakan sebagai antioksidan dikarenakan dalam buah pare
terkandung senyawa kimia seperti flavonoid, saponin, steroid dan terpenoid
(Oktavianaet al., 2012). Masyarakat kebanyakan menggunakan buah pare sebagai
sayuran, namun sudah banyak juga yang menggunakan sebagai obat tradisional
untuk mengobati berbagai macam penyakit (Abidin, 2011). Saat ini telah
dikembangkan pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai sumber antioksidan dalam
sediaan kosmetika, dimana kosmetika merupakan bahan atau campuran bahan
yang digunakan pada permukaan kulit manusia dengan maksud untuk
membersihkan, memelihara, menambah daya tarik dan mengubah rupa dan tidak
termasuk golongan obat. Salah satu contoh kosmetik yang sedang trend saat ini
adalah maskerlumpur (mud mask).Masker lumpurmenjadi daya tarik tersendiri
karena masker wajah merupakan salah satu kosmetika perawatan kulit yangringan
dan mudah didapatkan juga memiliki banyak kelebihan tergantung pada bahan
formulasinya, salah satu bahan pembuatan masker lumpur (mud mask) yaitu
bentonit sebagai faktor pembentuk lumpur mineral clay. Claymerupakan lempung
tanah liat yang terbentuk dari pelapukan batuan granit yang dapat mengeras dan
membentuk massa padatan seiring dengan hilangnya air karna penguapan.
Bentonit berfungsi sebagai pelembut dengan menyerap kotoran yang menyumbat
pori-pori kulit wajah (Fauziah, 2017). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Uji Antioksidan Dan
Formulasi Masker Wajah Sediaan Clay Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
charantia L).

B. Identifikasi Masalah
Buah pare (Momordica charantia L) merupakan salah satu sebagai sumber
antioksidan alami yang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan
masker clay, tetapi tidak banyak dimanfaatkan dibidang industri kosmetika,
terutama masker wajah.

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
Mendapatkan formulasi masker wajah sediaan clay ekstrak etanol buah pare
(Momordica charantia L) dan kadar antioksidan pada masker clay ekstrak etanol
buah pare (Momordica chrantia L).

D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan daya guna dari buah pare (Momordica charantia L)
sebagai masker clay.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
pemanfaatan buah pare (Momordica charantia L) sebagai bahan alami
(senyawa aktif) masker clayyang aman dan efektif sebagai masker wajah
yang dapat digunakan.

2
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pembuatan simplisia buah pare yang
akan digunakan untuk penentuan kadar air dan pembuatan ekstrak buah pare
dengan metode yang digunakan yaitu maserasi dengan perendaman menggunakan
pelarut etanol 96%. Hasil ekstraksi buah pare dibuat menjadi masker wajah
sediaan clay dengan parameter pengujian yang telah ditetapkan, kemudian
dilakukan penetapan uji antioksidan masker wajah ekstrak buah pare dengan
menentuakan nilai IC50.

F. Kerangka Pemikiran
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal radikal bebas.
Antioksidan digunakan sebagai bahan aktif untuk melindungi kulit dari oksidasi
sehinggadapatmencegah kerusakan kulit (Masaki, 2010). Senyawa antioksidan
tersebut meliputi alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid/triterpenoid (Oktaviana et
al., 2012). Menurut (Leelaprakash et al., 2011) menyebutkan bahwa buah, kulit
dan biji buah pare memiliki kandungan antioksidan tersebut. Tanaman pare yang
biasa digunakan untuk sayuran atau tanaman obat kini dapat dikembangkan
melalui kosmetik, salah satu contoh kosmetik yaitu masker. Masker adalah produk
kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada
ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi perkutan dengan menempelkan suatu
selaput atau membran pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara
masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013).
Terdapat beberapa jenis masker yang ada di pasaran seperti masker gel,
masker peel off dan masker clay. Masker wajah dengan tipe clay telah banyak
digunakan untuk melihat aktivitas antioksidan karena memiliki khasiat yang
mampu meremajakan kulit. Hasil penelitian (Syamsidi et al., 2021) menunjukan
aktivitas antioksidan sediaan clay mask tanah liat memiliki nilai IC50
741,34μg/mL penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Handoko, 2018) memiliki
nilai aktivitas antioksidan 98,53 ± 1,25%, yang mana menurut (Agustina, 2017),
semakin kecil nilai IC50 yang dihasilkan, semakin kuat aktivitas antioksidan suatu
senyawa. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai IC50 dari suatu senyawa,
semakin rendah aktivitas antioksidannya.

3
Perubahan kulit terasa ketika masker mulai memberikan efek yang menarik
lapisan kulit ketika masker mengering. Sensasi ini menstimulasi penyegaran kulit
dimana masker clay mampu mengangkat kotoran- kotoran dari wajah seperti
komedo ataupun sel kulit mati sehinga setelah penggunaan masker kulit tampak
cerah dan bersih (Harry, 2000).
Variasi konsentrasi kaolin dan bentonit dalam formulasi masker clay
menunjukkan efek pada sifat fisik sediaan dalam hal warna, pH, uji daya sebar
dan bentuk sediaan (Syamsidi et al., 2021). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
pembuatan masker clay ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L) dengan
perbedaan konsentrasi bentonit untuk mengetahui aktivitas antioksidan.

G. Hipotesis
Ekstrak buah pare (Momordica charantia L) mengandung antioksidan dan
dapat digunakan sebagai zat aktif masker clay.

H. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Nusa
Bangsa dan Laboratorium PT. L’ESSENTIAL. Penelitian akan dilakukan dari
bulan Oktober sampai Desember 2021. Rencana dan jadwal penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1:
Tabel1. Rencana dan jadwal penelitian

Bulan
Kegiatan
No Juli Agustus September Oktober
1 Studi Pustaka
3 Preparasi sampel dan
ekstraksi sampel
4 Uji fitokimia, uji aktivitas
antioksidan pada ekstrak
sampel
5 Formulasi masker clay
6 Uji kualitas, analisis
aktivitas antioksidan pada
masker clay
7 Membuat laporan akhir

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pare (Momordica charantia L)


1. Klasifikasi
Pare (Momordica charantia L) atau disebut bitter ground merupakan
sayuran budidaya dengan nilai ekonomi yang penting di negara-negara seperti
Indonesia, India, China, Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Pare (Momordica
charantia L) merupakan salah satu jenis buah yang telah lama dikenal khususnya
untuk masyarakat Indonesia dengan penyebaran tanaman yang luas, pare memiliki
rasa yang pahit pada daun dan buahnya disebabkan karna pare memiliki
kandungan zat glikosida yang disebut momordicin dan charantin. Kandungan gizi
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Kandungan kimia tiap 100 gram pare

Komponen Jumlah
Air 91,2 g
Kalori 29 g
Protein 1,1 g
Lemak 1,1 g
Karbohidrat 0,5 g
Kalsium 45 mg
Zat Besi 1,4 mg
Fosfor 64 mg
Vitamin A 18 mg
Vitamin B 0,08mg
Vitamin C 52 mg
Sumber : (Kristiawan, 2011)
Dibandingkan dengan sayuran jenis cucurbits yang lain, buah pare memiliki
nilai nutrisi yang tinggi diantaranya seperti protein, karbohidrat, berbagai vitamin
dan mineral dan kandungan obat. Walaupun buah dan daunnya memiliki rasa
yang pahit,secara tradisional cukup banyak dikonsumsi ataupun digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit seperti luka, demam, campak, hepatitis anemia,
malaria, kolera dan diabetes (Saxena et al., 2015).
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L)
(Sumber : Fauziah et al., 2019)

Menurut (Subahar, 2004), sistematika (Taksonomi) pare diklasifikasikan


sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Sub-Devisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica Charantia L.
2. Morfologi
Pare merupakan tanaman semak semusim yang dapat tumbuh di dataran
rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, ataupun dapat
ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Pare tumbuh menjalar atau
merambat dengan sulur yang berbentuk spiral, batang berusuk lima panjang 2-5
meter dan yang muda berambut rapat, dauntunggal, bertangkai yang panjangnya
1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuk bulat panjang, berbagi 5-7, pangkal berbentuk
jantung dengan panjang 3,5–8,5 cm, lebar 2,5–6 cm, berwarna hijau tua. Bunga
tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang dan berwarna
kuning. Buah bulat menyerupai bulat telur memanjang dengan 8-10 rusuk,
berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit, berwarna hijau
menjadi jingga yang pecah dengan tiga katup jika masak. Biji banyak, coklat
kekuningan, bentuk pipih memanjang keras (Suwarto, 2010).

6
3. Manfaat buah pare
Secara alami beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai sumber
antioksidan alami, hal ini dapat ditemukan dalam beberapa jenis sayuran dan
buah-buahan segar. Salah satu buah yang dapat dijadikan antioksidan adalah buah
pare (Momordica charantia L), pare banyak ditemui serta memiliki banyak
antioksidan yang didapatkan dari vitamin C yang terdapat pada buah pare,
kandungan kimia yang terdapat di buah pare (Momordica charantia L) yang dapat
digunakan sebagai antioksidan alami yaitu flavonoid, saponin dan alkaloid yang
tersebar pada bagian bagian tanaman (Cahyadi, 2009). Antioksidan merupakan
zat nutrisi yang berguna untuk melindungi sel-sel dari dampak radikal bebas yang
dapat merusak kulit. Adanya antioksidan bisa menghambat kulit kusam dan
keriput, mengurangi jerawat dan memperbaiki kerusakan sel akibat sinar UV
matahari (Hanum, 2017). Penggunaan buah pare (Momordica charantia L)
sebagai antioksidan masih sangat kurang dikalangan masyarakat karena
kurangnya infomasi tentang manfaat buah pare sebagai antioksidan, sebagian
masyarakat menggunakan buah pare (Momordica charantia L) hanya dikonsumsi
sebagai sayuran dan buah buahan.

B. Kulit
Kulit merupakan salah satu organ tubuh berada pada bagian luar tubuh
manusia. Organ ini merupakan organ yang akan bersentuhan langsung dengan
lingkungan, perannya adalah sebagai pelindung tubuh dari kerusakan atau
pengaruh lingkungan yang buruk. Kulit memiliki peran penting dalam
memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar,
baik secara fisik atau mekanis, kimiawi, sinar matahari (ultra violet) dan mikroba
(Darmawan A, 2013).

7
Gambar 2. Struktur kulit
(Sumber: Applegate, 2011)

Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan).


Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit bagian luar. Lapisan epidermis
terdiriatas lima lapisan (Archoni, 2012) yaitu:
- Stratum korneum (lapisantanduk) : Lapisan paling luar di permukaankulit
- Stratum lusidum : Terdapatlangsung di bawahlapisanstratum korneum
-Stratum granulosum : Terdiri atas sel-sel bergranula yang lama-kelamaan akan
mati, kemudian terdorong ke atas menjadi bagian lapisan tanduk
-Stratum spinosum : Menahan gesekan dari luar
-Stratum basalis (stratum germinativum) : Lapisan yang mengandung sel-sel yang
aktif membelah diri untuk membentuk sel-sel kulit baru, menggantikan sel-sel
mati
Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan
epidermis, lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat. Pada lapisan ini,
serabut kolagen dan elastin yang parallel membentuk struktur penunjang pada
kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan
dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan system
pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak, pembuluh darah ini akan
mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona
(Betley, 2006). Lapisan hipodermis atau jaringan subkutis mengandung jaringan
lemak, pembuluh darah dan serabut saraf, fungsi dari jaringan subkutis atau
lapisan hipodermis adalah sebagai penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan
tempat penumpukan energi.
Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sanga tpenting bagi tubuh yaitu fungsi
perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh
dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar matahari, polusi,
bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan. Dapat membantu
menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan cara melepaskan keringat ketika

8
tubuh merasa panas, lalu keringatakan menguap dan tubuh akan terasa dingin
kembali. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat yaitu
mencapai empat kali beratnya, sehingga mampu mempertahankan tekstur atau
bentuknya sendiri. Kulit juga memiliki sistem saraf yang sangat peka terhadap
pengaruh atau ancaman dari luar oleh karena itu, kulit akan segera memberikan
reaksi bila ada peringatan awal dari system saraf tersebut seperti rasa gatal dan
kemerahan (Syahfitria, 2015).

C. Masker
Perawatan kulit wajah sangat perlu dilakukan agar kulit wajah menjadi sehat
dan selalu terawat. Perawatan kulit wajah juga merupakan cara terbaik yang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kecantikan seseorang (Firli,
2016). Perawatan kulit wajah bisa dengan menggunakan produk dengan sediaan
cream, cairan dan masker. Masker wajah adalah kosmetik yang digunakan pada
tahapan terahir dalam tindakan perawatan kulit wajah. Masker juga termasuk
kosmetik yang bekerja secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel kulit
mati (Ni Wayan, 2014). Masker kulit wajah merupakan salah satu jenis kosmetika
tradisional yang dapat digunakan sebagai alternative untuk perawatan wajah
upaya mempertahankan dan menjaga kesehatan kulit wajah. Masker wajah juga
akan maksimal fungsinya untuk meningkatkan kebersihan kulit, kesehatan kulit,
kecantikan kulit, memperbaiki dan merangsang kembali sel-sel kulit
(Sulistianingrum, 2014). Masker wajah memiliki karakteristik yaitu dapat di
aplikasikan pada kulit wajah dan dapat memberikan efek kencang pada kulit dan
untuk memaksimalkan kinerja dari masker wajah tersebut di butuhkan bahan aktif
yang sesuai dengan kebutuhan wajah (Ni Wayan, 2014).
Berbagai jenis masker digunakan dalam melakukan perawatan. Jenis-jenis
masker wajah seperti masker clay,mask peel off,sheet mask dan gel mask. Masing
–masing dari sediaan masker memiliki khasiat yang berbeda. Jenis- jenis masker
yang umum di pasaran :
1. Masker Clay : sangat baik untuk kulit wajah tipe berminyak dan
rentan berjerawat karena mampu membersihkan kulit secara
mendalam atau deep cleansing. Masker clay akan menyerap kelebihan
minyak dari wajah sekaligus menarik kotoran dari dalam pori-pori.

9
Saat memakai masker clay, usahakan jangan sampai keras dan kering
total untuk menghindari iritasi dan dehidrasi pada kulit. Saat masker
mulai mengering dan retak, segera basuh wajah dengan air hangat
hingga bersih.
2. Masker Peel Off : tidak hanya menggangkat komedo maupun kotoran,
peel of mask juga efektif dalam melembapkan kulitkarena masker
diaplikasikan secara menyeluruh dan didiamkan selama beberapa saat.
Jika sudah kering, masker ini biasanya bentuknya tipis dan mudah
dikelupas. Tapi bagi pemilik kulit sensitif yang reaktif, sebaiknya cek
terlebih dahulu seberapa sensitif kulit agar tidak terjadi iritasi atau
kulit memerah dan mengelupas.
3. Sheet Mask : masker yang identik dengan lembaran kertas yang
praktis dipakai. Masker berbentuk lembaran ini terbuat dari kertas
khusus masker yang terendam dalam essence dengan berbagai macam
kandungan. Sayangnya, masker wajah ini hanya bias digunakan sekali
pakai dengan kemasan yang higienis dan mudah digunakan.
4. Gel Mask : masker ini digunakan untuk kulit berminyak karena
kandungan minyaknya lebih sedikit. Masker gel juga bias membantu
mendinginkan kulit wajah yang panas dan iritasi ringan.
Penggunaan masker clay menjadi daya tarik tersendiri untuk digunakaan
karena memiliki banyak manfaat dan juga memiliki keunggulan yang mudah di
dapat karena harga yang ekonomis di pasaran, tergantung dari yang klaimdari
brand masker clay tersebut.

D. Antioksidan
Antioksidan adalah suatu zat yang dapat menetralkan dan menghancurkan
radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat
pasangan elektron, senyawa antioksidan merupakan suatu inhibitor yang dapat
digunakan untuk menghambat antioksidasi. Antioksidan merupakan unsur
senyawa kimia yang dapat melindungi komponen komponen senyawa biologi
seperti protein, vitamin, lipida dan DNA yang mampu menghilangkan,
membersihkan dan menahan pembentukan atau memadukan efek spesies oksigen
reaktif dan perubahan warna yang dikarenakan terjadinya oksidasi (Suryanto,

10
2012). Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antiosidan sebagai
inhibitor (Penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif sebagai salah
satu pencetus penyakit diatas (Winarsih, 2007).
Metode yang sering digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah dengan
metode DPPH, metode DPPH dapat memberikan informasi suatu reaktivitas
senyawa sampel yang diuji dengan suatu radikal bebas yang stabil. Senyawa
antioksidan yang bereaksi dengan radikal DPPH menyebabkan absorbsi DPPH
akan berkurang yang ditandai dengan adanya perubahan warna radikal bebas
DPPH yang berwarna ungu menjadi kuning pucat (Haeriaet al.,2016). Tujuan
metode ini untuk mengetahui nilai konsentrasi ekuivalen yang mampu
menghambat 50% oksidasi atau aktivitas radikal bebas (Haeriaet al., 2016).
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, murah, cepat dan sensitif untuk
pengujian aktivitas senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Evitadevi, 2019).

E. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer digunakan untuk menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat untuk pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Khopkar, 1990).
Spektrofotomer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
sampel (Sastrohamidjojo, 2007), prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis yaitu
larutan yang berwarna dalam tabung reaksi khusus dimasukkan ke tempat
cuplikan dan absorbansi atau % transmitansi dapat dibaca pada skala pembacaan.
Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik.
Setelah melewati pengaturan panjang gelombang hanya sinar yang monokromatis
dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh
fotodetektor (Hendayana, 1994). Apabila cahaya dengan panjang gelombang
tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang
bersangkutan maka sebagian cahaya tesebut akan diserap dan intensitas
penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang
berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari
persamaan berikut :

11
1. Hukum Lambert :
Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorpsi.
2. Hukum Beer :
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Maka dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa absorbansi
cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day &
Underwood, 1989).

12
F. Bahan Pembuatan Masker Clay
1. Bentonit
Bentonit berupa kristal, mineral seperti clay, tidak berbau, kuning
pucat hingga krem keabu-abuan, berbentuk bubuk halus. Bentonit
memiliki fungsi sebagai adsorben dan mempunyai sifat seperti
senyawa tabir surya untuk melindungi organ tubuh dari radiasi sinar
UV yang berbahayasebelum menembus kulit. Dalam bidang farmasi,
bentonit biasanya digunakan untuk memformulasi suspensi, gel, dan
sol (Rowe et al.,2009). Bentonit juga digunakan sebagai bahan pelembut
yang dapat menyerap kotoran yang menyumbat pori-pori kulit wajah
(Fauziah, 2017).
2. Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung
dengan memiliki kandungan besi yang rendah dan umumnya berwarna
putih atau agak keputihan. Kaolin merupakan pengental pada sediaan
masker yang berfungsi untuk menyerap kotoran pada pori-pori,
memperhalus kulit wajah, mencegah timbulnya jerawat serta
memperlancar peredaran darah (Fauziah, 2017)
3. Xanthan Gum
Xanthan Gum berupa serbuk berwarna coklat muda atau putih dan
tidak berbau. Xanthan gum berfungsi sebagai stabilizing agent dan
thickeninagent.
4. Gliserin
Gliserin adalah humektan karena gliserin merupakan salah satu bahan
yang dapat mengikat air pada sediaan agar tidak menguap, menstabilkan
dan sebagai pelembab (Hendradi et al., 2013).
5. Sodium Lauril Sulfat
Sodium lauril sulfat adalah surfaktan ionic yang berfungsi sebagai
pembersih dan zat pembasah (wetting agent) dan berfungsi dengan baik
dan kuat dalam membersihkan kotoran dan minyak (Faisal, 2017).
Sodium lauril sulfat berbentuk kristal berwarna putih hingga kuning
pucat (Rowe et al., 2009).

13
6. TiO2 (Titanium dioksida)
TiO2 berupa kristal padat/putih, tidak berbau dan tidak berasa. Titanium
dioksida merupakan pigmen sintesis yang berwarna putih dan termasuk
ke dalam zat pembuaran warna kosmetik (BPOM, 2012). Pencampuran
titanium dioksida dan bentonit menghasilkan sediaan berwarna putih
(Wibowo, 2017).
7. Nipagin
Nipagin digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, produk makanan
dan formulasi farmasetik (Rowe et al., 2009).

14
III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 bulan januari 2021 di
Laboratorium Universitas Nusa Bangsa di Jl. K.H. Sholeh Iskandar Km. 4,
Cibadak, Kec. Tanah Sereal, Bogor.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampel buah pare
(Momordica charantia L), aquadest, asam klorida, bentonit, DPPH (2.2–difenil–
1–pikrilhidrazil), etanol 96%, FeCL3, gliserin, H2SO4, kaolin, metanol, nipagin,
natrium metabilsulfit, parfum, sodium laurilsulfat,TiO2, kuersetin, xanthan gum.
2. Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitanini yaitu blender, kaca arloji,
kertas saring, magnetic stirer, neraca analitik, peralatan gelas, pH meter, spatula,
spektrofotometer UV-Vis, viskometer brookfield.,

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan metode
eksperimental terdiri dari beberapa tahapan yaitu proses pengambilan sampel buah
pare, pembuatan simplisia, ekstraksi buah pare (Momordica charantia L) dengan
etanol 96%, uji antioksidan pada ekstrak buah pare (Momordica charantia L)
sediaan clay dengan perbandingan konsentrasi bentonite, pembuatan formula
masker wajah buah pare sediaan clay dan tahap pengujian sediaan masker clay
ekstrak pare meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji viskositas, uji
pengukuran pH, uji waktu mengering, uji iritasi, uji kesukaan, uji stabilitas dan uji
skrining fitokimia.
D. Prosedur Penelitian

a. Pengambilan Sampel
Sampel buah pare (Momordica charantia L) akan diperoleh dari
pedagang yang berlokasi di pasar raya Parung, Kabupaten Bogor.
b. Determinasi Tanaman
Buah pare (Momordica charantia L) dideterminasi di Herbarium
Herbarium Bogoriensis, Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) Jalan Raya Bogor - Jakarta Km 46, Cibinong
16911.

c. Pembuatan Serbuk Simplisia Buah Pare


Buah pare yang sudah disortir kemudian dicuci dengan air
mengalir,buah pare di cacah hingga berbentuk kecil-kecil lalu
dikeringkan di bawah sinar matahari. Buah pare yang sudah kering
dihaluskan hingga menjadi serbuk.

d. Penetuan Kadar Air Pada Simplisia


Cawan porselen dikeringkan pada suhu 105ºC selama 30 menit.
Setelah itu didinginkan dalam desikator. Simplisia ditimbang sebanyak
2 g lalu dimasukkan ke dalam cawan dan dipanaskan dalam oven pada
suhu 105ºC selama 3 jam. Kemudian cawan diangkat dan didinginkan
dalam deksikator selama 30 menit. Setelah itu, cawan dengan simplisia
ditimbang hingga simplisia menjadi konstan.

e. Uji Skrining Fitokimia Pare (Momordica charantia L)


Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif pada ekstrak kental buah
pare untuk mengetahui adanya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin dan steroid / triterpenoid dalam ekstrak yang kemungkinan
berperan sebagai antioksidan.
a. Identifikasi Senyawa Alkaloid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare ditambahkan 0,2 ml asam
klorida 2 N. Larutan dibagi dalam dua tabung reaksi, pada tabung
pertama ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, tabung kedua
ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, alkaloid positif jika
terjadi endapan putih pada tabung satu dan endapan jingga pada
tabung dua (Khunaifi, 2010).

16
b. Identifikasi Senyawa Flavonoid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare dimasukkan kedalam
tabung reaksi, kemudian ditambahakan etanol secukupnya.
Ditetesi dengan HCl sebanyak 5 tetes dan ditambahkan Serbuk
Mg secukupnya. Selanjutnya divortex, dan apabila terdapat
perubahan warna menjadi merah, kuning, atau jingga maka
positif mengandung senyawa flavonoid (Harborne, 1987).
c. Identifikasi Senyawa Saponin
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan etanol secukupnya.
Ditambahkan aquadest yang telah dipanaskan sebelumnya, lalu
dikocok dengan kuat. Apabila terdapat buih, maka positif
mengandung senyawa saponin (Thomas et al., 2019).
d. Identifikasi Senyawa Tanin
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare diencerkan dengan etanol
kemudian larutan tersebut ditambahkan pereaksi FeCl3.
Terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan
adanya golongan tanin (Septiningsih et al., 2017).
e. Identifikasi Senyawa Steroid / Triterpenoid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare ditambahkan 1 mL etanol,
kemudian ditambahkan 1 mL kloroform, 1 mL H2SO4 pekat dan 1
mL asam asetat glasial (Uji Lieberman-Bouchard). Senyawa
golongan steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau
atau biru dan senyawa golongan triterpenoid ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah atau warna ungu (Harborne, 1987).

f. Pembuatan Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L)


Proses ekstaksi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode maserasi. Maserasi dilakukan dengan merendam simplisia buah
pare dengan menggunakan pelarut etanol 96%, perendaman dilakukan

17
selama 5 hari sambil diadukhingga diperoleh ekstrak cair hasil maserasi
5 hari, hasil maserasi tersebut kemudian disaring dengan kertas saring
dan dikumpulkan untukdievaporasimenggunakan vacuum rotary
evaporator hingga diperoleh maserat murni. Selanjutnya diuapkan
diatas hotplate pada suhu 75ºC, setelah diperoleh ekstrak kental
kemudian dimasukan kedalam vial dan ditimbang (Thomaset al.,2019).
Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat.
Bobot ekstrak
Rendemen = x 100 %
Bobot simplisia

g. Uji Antioksidan Ekstrak Masker Clay Buah Pare


f. Pembuatan larutan DPPH 1 Mm
DPPH ditimbang sebanyak 19,716 mg dan dilarutkan dengan
metanol sampai 50 ml dalam labu ukur (Septiningsih et al., 2017).
g. Penentuan panjang gelombang maksimum
1 mL larutan DPPH 1 Mm ditambahkan metanoldalam labu
ukur 5 ml kemudian dihomogenkan dan diinkubasi selama 30
menit pada suhu 37ºC. Serapannya diukur pada panjang
gelombang 480 nm sampai dengan 560 nm dengan menggunakan
spektrofotometer UV-VIS (Septiningsihet al., 2017).

h. Pengukuran sampel dengan spektrofotometer UV-VIS


Sampel dari setiap konsentrasi dilarutkan dengan metanol p.a
sampai volume 50 mL (konsentrasi 0; 5; 10; 20; 30 mg/L),
ditambahkan 1 mL larutan DPPH 1 Mm, dikocok dengan vortex
hingga homogen, kemudian didiamkan selama 30 menit dalam
ruang gelap. Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 514 nm. Perlakuan yang sama dilakukan
untuk standar kuersetin yang sudah dilarutkan dengan metanol p.a.
(Konsentrasi 0; 3; 6; 9; 12 mg/L) (Septiningsih etal., 2017).
Nilai aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus :
Abs blanko – Abs Sampel
% Inhibisi Radikal DPPH = X 100%
Abs blanko

18
i. Penentuan Nilai IC50
Konsentrasi sampel dan persen inhibisinya diplot masing-
masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear.
Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari
masing-masing sampel dan dinyatakan dengan nilai y sebesar 50
dan nilai xyang akan diperoleh sebagai IC50 (Septiningsih et al.,
2017).

X
%
Inhibi
si

Konsentrasi (mg/L) Y

Nilai IC50 dapat ditentukan dari grafik menggunakan persamaan


y = a + bx dengan rumus :
y = a + bx
50 = a + bx
50−a
x(IC50) =
b
Keterangan:
a = Intersep (Perpotongan garis disumbu Y)
b = Slope (Kemiringan)
x = Konsentrasi sampel (mg/L)
y = Persen inhibisi (50)

19
h. Formulasi Sediaan Masker Clay
Sediaan masker dibuat berdasarkan formula standar yang
kemudian di modifikasi, formula standar dapat dilihat pada Tabel 3. :
Tabel 3. Formula masker clay standar yang digunakan

Bahan Konsentrasi (b/b)


R/ Bentonit 1-8%
Xanthan Gum 0,1-1,0%
Kaolin 5-40%
Gliserin 2-10%
Sodium LaurilSulfat 2-20%
TiO2 < 1%
Nipagin < 1%
Parfum q.s
Aquadest 10 %
Sumber : (Harry, 2000)
Tabel 4. Formulasi masker clay yang dimodifikasi dengan penambahan
ekstrak buah pare dengan perbandingan konsentrasi bentonit

Jumlah (b/b)
No Bahan F1 F2 F3
1 Ekstrakbuah pare 10 10 10
2 R/ Bentonit 2 4 6
3 Xanthan Gum 0,5 0,5 0,5
4 Kaolin 34 34 34
5 Gliserin 2 2 2
6 Sodium Lauril Sulfat 2 2 2
7 TiO2 0,5 0,5 0,5
8 Nipagin 0,1 0,1 0,1

20
9 Parfum q.s q.s q.s
10 Aquadest 100 100 100

a. Pembuatan sediaan basis masker clay


Cara pembuatan untuk sediaan basis masker clay yaitu aquadesr
dituangkan dalam lumpang kemudian ditambahkan Bentonit. Bentonit
dibiarkan beberapa menit agar terbasahi dengan aquadest lalu
ditambahkan Xanthan gum dan digerus cepat sampai seluruh gum
melarut. Kaolin ditambahkan sedikit demi sedikit dalam lumpang
sambil digerus dan ditambahkan TiO2 dan Gliserin dalam lumpang
(Fase 1), dilarutkan Na-metabisulfit dengan nipagin dalam 20 ml air
panas (Larutan A) dan juga Sodium lauril sulfat dilarutkan dalam
aquadest (Larutan B). Larutan A dituangkan kemudian digerus pelan
pelan setelah ituu dituangkan perlahan lahan larutan B sampai terbentuk
pasta homogen (Fase 2). Fase 1 dan 2 digabungkan, lalu digerus
homogen hingga terbentuk pasta basis masker clay.
b. Pengujian Sediaan Masker Clay

i. Uji Organoleptik
Masker wajah sediaan clay pada pengujian organoleptik
dilakukan pengamatan terhadap aroma, warna dan tekstur yang
diamati secara visual (Djajadisastra, 2004).

j. Uji Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan masker wajah sediaan clay
dioleskan pada kaca objek yang bersih dan kering sehingga
membentuk suatu lapisan tipis. Kaca objek kemudian ditutup
dengan kaca preparat, apabila tidak terlihat adanya butiran halus,
tekstur tampak rata menunjukan sediaan masker clay sudah
homogen ( Ansel et al., 1989).

k. Uji Viskositas

21
Sampel masker wajah sediaan clay sebanyak 50 gram
dimasukan ke dalam gelas piala, kemudian diukur viskositasnya
dengan menggunakan Viskometer Brookfield dengan spindel no. 6
kecepatan 6 rpm, kemudian diamati hasil viskositas tersebut
(Septiani et al., 2011).

l. Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat
pH meter. Sebelum digunakan, alat terlebih dahulu dikalibrasi
dengan menggunakan larutan dapar standar dengan pH 7,00
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan asam pH 4,00 hingga
alat menunjukan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan menggunakan aquadest, lalu dikeringkan dengan tissue.
Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan kedalam
aquadest sebanyak 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. pHmeter dibiarkan beberapa menit hingga
menunjukkan nilai yang konstan. Angka yang ditunjukkan pada
pHmeter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

m. Uji Waktu Mengering


Masker clay ditimbang sebanyak 1 gram, dioleskan pada kulit
punggung lengan secara merata, kemudian dihitung kecepatan
mengering masker wajah sediaan clay dengan menggunakan
stopwatch (Djajadisastra, 2004).

n. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan masker wajah
sediaan clay di belakang kulit telinga, kemudian didiamkan selama
beberapa jam dan diamati reaksi yang terjadi. Reaksi positif
ditandai dengan adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada
daerah yang diberi perlakuan (Ditjen POM RI, 1985).

o. Uji Kesukaan

22
Pengujian dilakukan kepada sukarelawan sebanyak 20 orang,
pengujian yang dilakukan meliputi penampilan, aroma, tekstur
serta kecepatan mengering.

p. Uji stabilitas
Pengujian stabilitas dilakukan dengan menyimpan sediaan
pada suhu penyimpanan yang berbeda yaitu dengan suhu 4ºC
(Kulkas), 25ºC (Temperatur ruang) dan 40ºC (Oven) selama 28
hari dan dilakukan pengamatan setiap 7 hari, 14 hari, 21 hari dan
28 hari dengan dilakukan pengujian organoleptik (aroma dan
warna), viskositas dan uji pH (Akhtaret al.,2011).

23
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2011). Pengaruh Perebusan Buah Pare (Momordica charantia L.)


dalam Media Air dan Santan Terhadap Kandungan Vitamin
C Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar).

Agustina, L., Yulianti, M., Shoviantari, F., & Sabban, IF (2017). Formulation and
Evaluation of Liquid Bath Soap with Extracts Tomato (Solanum
lycopersicum L.) as an Antioxidant. Wiyata Journal of Science and Health
Research, 4 (2), p. 104-110.

Applegate. J.E. 2011. The Anatomy and Physiology Learning System


4thEdition.St.Louis : Saunders/ Elsevier

Akhtar, N., Mehmood, A., Khan, B. A., Mahmood, T., Muhammad, H., Khan, S.,
& Saeed, T. 2011. Exploring cucumber extract for skin
rejuvenation. African Journal of Biotechnology, 10(7), 1206-1216.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Terjemahan
Ibrahim dan Farida. Jakarta :Universitas Indonesia Press.Bandung:
UNPAD.

Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica


charantia L.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine
shrimp lethality test (Bst) (Doctoral dissertation, Medical faculty).Ditjen
POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29.

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.

Djajadisastra, J. 2004. Seminar Setengah Hari HIKI: Cosmetic Stability. Depok:


Departemen Farmassi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Indonesia.

Evitadevi, A. 2019. Pemanfaatan Ekstrak Beras Merah dan Beras Ketan Hitam
Sebagai Serum Wajah. Skripsi. Program Studi Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Nusa Bangsa. Bogor.

Fauziah, D.W. 2017. Pengaruh Basis Kaolin dan Bentonit Terhadap Sifat Fisika
Masker Lumpur Kombinasi Minyak Zaitun (Olive Oil) dan Teh
Hijau(Camelia sinensis). Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan. 3(2): 9-13.

24
Fauziah, F., Widiyanti, S. A., Rinaldi, R., & Silviana, E. 2019. Formulasi dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Salep Dari Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica
Charantia L) Sebagai Obat Luka. Journal of Pharmaceutical And
Sciences, 2(1), 45-51.

Faisal, M. 2017. Karakterisasi Sifat Fisik dan Permeabilitas Krim


Gammaoryzanol dengan Variasi Natrium Lauri Sulfat. Skripsi. Jakarta:
UIN SyarifHidayat

Haeria, H., & Andi, T. U. 2016. Penentuan kadar flavonoid total dan aktivitas
antioksidan ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus spina-christi L.). Journal
of Pharmaceutical and Medicinal Science (1), 57-61.

Harborne, J. B. 1987. Metode fitokimia: Penuntun cara modern


menganalisistumbuhan. Bandung: Penerbit ITB, 78.

Harry, R. G. 2000. Harry’s Cosmeticology. Edisi VIII.New york: Chemical


Publishing Co.Inc. Halaman 471-483. Menganalisa Tumbuhan.
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung : ITB.

Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A. A., & Supriatna, A. 1994. Kimia
analitik instrumen. Edisi IKIP Semarang Press, Semarang.

Hendradi, E., Chasanah, U., Indriani, T., Fionnayuristy, F. 2013. Pengaruh


Gliserin dan Propilenglikol terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan
SpfSediaan Krim Tipe O/W Ekstrak Biji Kakao (Theobroma cacao
L.)(Kadar Ekstrak Kakao 10%, 15% dan 20%). Pharmascientia. 2 (1); 31-
41

Khopkar, S.M. 1990. Basic Consept of Analitycal Chemistry, Diterjemahkan oleh


Saptorahardjo. Jakarta: UI Press.

Khunaifi, M. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong


(Anrederacordifolia (Ten) Steenis) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Kisuma, P. 2012. Penetapan kadar flavonoid total dan daya antioksidan dari


ekstrak etanol buah pare (momordica charantia l) (Doctoral dissertation,
UIN Alauddin Makassar).

Kristiawan, B. 2011. Budidaya Tanaman Pare Putih (Momordica charantia L) di


Aspakusa makmur UPT usaha pertanian teras Boyolali.

25
Lee, C. K. 2013. Assessments Of The Facial Mask Materials In Skin
Care (Doctoral dissertation, Thesis, Department of Cosmetic Science,
Chia-Nan University of Pharmacy and Science, 2013, 10-19).

Lu, J.B. 2010. The Development of Fomula and Quality Control Method for
Tranexamic Acid Hydrogel Mask. Thesis. Department of Applied
Chemistry. Chaoyang University of Technology. Taiwan. Hal. 12-15.

Manurung, R. L. 2018. Formulasi sediaan masker gel ekstrak etanol buah pare


(Momordica charantia L.) (Doctoral dissertation, Institusi Kesehatan
Helvetia).

Masaki, H. 2010. Role of antioxidants in the skin: Anti-aging effects.


Journal of Dermatological Science, 58(2), 85–90.

Oktaviana, R., Subakir, S., & Himawan, A. B. 2012. Uji Banding Efektivitas


Ekstrak Buah Pare Belut (TrichosanthesAnguina Linn) Dengan Zinc
Pyrithione 1% Terhadap pertumbuhan Pityrosporum Ovale Pada Penderita
Berketombe (Doctoral dissertation, FakultasKedokteran).

Rastuti, U., & Purwati, P. 2012. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun kalba
(Albiziafalcataria) dengan metode dpph (1, 1-Difenil-2-pikrilhidrazil) dan
identifikasi senyawa metabolit sekundernya UndriRastuti* dan
Purwati. Molekul, 7(1), 33-42.

Rawlins, E., A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics.


EdisiKedelapanbelas. London :Bailierre Tindall. Halaman 355.

Rowe, R. C., Sheskey, P, J., dan Quinn, M, E. 2009. Handbook of


Pharmaceutical Exicipient Sixth Edition. London: Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Association. Halaman 1, 283, 378-
380. 549550, 741-742, 779.

Saxena, S., Singh, A., Archak, S., Behera, T. K., John, J. K., Meshram, S. U., &
Gaikwad, A. B. 2015. Development of novel simple sequence repeat
markers in bitter gourd (Momordica charantia L.) through enriched
genomic libraries and their utilization in analysis of genetic diversity and
cross-species transferability. Applied biochemistry and
biotechnology, 175(1), 93-118.

Septiani, S. 2012. Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol
biji melinjo (Gnetun gnemon Linn.). Students e-Journal, 1(1), 39.

26
Septiningsih, R., Sutanto, S., & Indriani, D. 2017. Aktivitas antioksidan ekstrak
etanol daun, buah dan biji pare (Momordica charantina
L). FITOFARMAKA: JurnalI lmiah Farmasi, 7(1), 4-12.

Subahar, T. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare, si Pahit Pembasmi Penyakit:


Agromedia Pustaka.

Suwarto. 2010. Budidaya Tanaman Unggulan Perkebunan. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Syamsidi, A., Alifah, M.S., Evi, S. 2021. Formulation and Antioxidant Activity of
Clay Mask of Tomato (Solanum lycopersicumL.)Lycopene Extract with
Variation of Concentration of Kaoline and Bentonite Bases).ISSN: 2442-
8744 (electronic); 2442-7284.

Thomas, Nur Ain. Widyasusanti Abdulkadir., Mega AgustiwiMohi. 2019.


Formulasi dan Uji Efektivitas Gel Ekstrak Buah Pare (Momordica
charantia L) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis dan
Propionibacterium acnes PenyebabJerawat Vol.2 No.1 .Universitas
Negeri Gorontalo.

Wibowo, E.A.P. 2017. Sintesis Komposit N-TIO2 / Bentonit dan Karakterisasi


Menggunaan FTIR. Jurnal Teknologi Terpadu. 5(1): 96-98.

27
LAMPIRAN

Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian

Pengambilan sampel Buah Pare

Determinasi Buah Pare

Pembuatan serbuk simplisia


Penentuan kadar air simplisia

Ekstraksi dengan etanol 96%

Ekstrak

Uji antioksidan ekstrak masker clayFormulasi


buah pare sediaan masker clay
Uji fitokomia

Pengujian sediaan masker clay

Uji Organoleptik, Uji Homogenitas, Uji Viskositas, Pengukuran Ph, Uji Waktu Mengering, Uji Iritasi, Uji Kesukaan

28

Anda mungkin juga menyukai