USULAN PENELITIA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa
Oleh:
Diterima sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi
Kimia Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa.
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
D. Manfaat..........................................................................................................2
E. Ruang Lingkup..............................................................................................3
F. Kerangka Pemikiran......................................................................................3
G. Hipotesis........................................................................................................4
H. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
A. Pare (Momordica charantia L)......................................................................5
B. Kulit...............................................................................................................7
C. Masker...........................................................................................................9
D. Antioksidan..................................................................................................10
E. Spektrofotometer Uv-Vis............................................................................11
F. Bahan Pembuatan Masker Clay...................................................................13
III. BAHAN DAN METODE................................................................................15
A. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................15
B. Bahan dan Alat............................................................................................15
C. Metode Penelitian........................................................................................15
D. Prosedur Penelitian......................................................................................15
1. Pengambilan Sampel...........................................................................15
2. Determinasi Tanaman..........................................................................15
3. Pembuatan Serbuk Simplisia Buah Pare..............................................16
4. Penetuan Kadar Air Pada Simplisia.....................................................16
5. Uji Skrining Fitokimia Pare (Momordica charantia L).......................16
6. Pembuatan Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L)...................17
7. Uji Antioksidan Ekstrak Masker Clay Buah Pare...............................18
i
8. Formulasi Sediaan Masker Clay..........................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................28
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rencana dan jadwal penelitian...................................................................4
Tabel 2. Kandungan kimia tiap 100 gram pare........................................................5
Tabel 3. Formula masker clay standar yang digunakan (Harry, 2000)..................18
Tabel 4. Formulasi masker clay yang dimodifikasi dengan penambahan ekstrak
buah pare dengan perbandingan konsentrasi bentonit...........................................18
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L)...............................................................6
Gambar 2. Struktur kulit..........................................................................................8
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram AlirPenelitian………………………………………….…25
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi lingkungan yang tidak sehat akibat polusi udara seperti asap rokok,
pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor, bahan pencemar, dan
radiasi matahari menyebabkan timbulnya radikal bebas. Kulit merupakan bagian
tubuh terluar yang melapisi organ tubuh dan melapisi organ tubuh yang berkontak
langsung dengan lingkungan luar (Lam dan Sulindro, 2001). Kulit wajah
merupakan salah satu bagian yang paling sering terkena paparan sinar UV, oleh
karena itu, dibutuhkan antioksidan yang dapat membantu meredam dampak
negatif dari radikal bebas tersebut. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan
kulit akibat radikal bebas adalah meningkatkan konsumsi buah-buahan atau sayur-
sayuran yang mengandung antioksidan. Antioksidan didefinisikan sebagai zat
yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi
atau menetralisir radikal bebas. Antioksidan memiliki manfaat dalam bidang
kesehatan ataupun kecantikan, dalam kecantikan contohnya adalah untuk
mencegah penuaan dini.Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat
banyak tanaman yang memiliki kandungan antioksidan. Salah satu tanaman itu
adalah buah pare (Momordica charantia L.)(Rezaeizadeh et al., 2011).
Penggunaan buah pare sebagai antioksidan di masyarakat belum maksimal.
Hal ini disebabkan masih kurangnya informasi ke masyarakat tentang manfaat
buah pare yang dapat digunakan sebagai antioksidan dikarenakan dalam buah pare
terkandung senyawa kimia seperti flavonoid, saponin, steroid dan terpenoid
(Oktavianaet al., 2012). Masyarakat kebanyakan menggunakan buah pare sebagai
sayuran, namun sudah banyak juga yang menggunakan sebagai obat tradisional
untuk mengobati berbagai macam penyakit (Abidin, 2011). Saat ini telah
dikembangkan pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai sumber antioksidan dalam
sediaan kosmetika, dimana kosmetika merupakan bahan atau campuran bahan
yang digunakan pada permukaan kulit manusia dengan maksud untuk
membersihkan, memelihara, menambah daya tarik dan mengubah rupa dan tidak
termasuk golongan obat. Salah satu contoh kosmetik yang sedang trend saat ini
adalah maskerlumpur (mud mask).Masker lumpurmenjadi daya tarik tersendiri
karena masker wajah merupakan salah satu kosmetika perawatan kulit yangringan
dan mudah didapatkan juga memiliki banyak kelebihan tergantung pada bahan
formulasinya, salah satu bahan pembuatan masker lumpur (mud mask) yaitu
bentonit sebagai faktor pembentuk lumpur mineral clay. Claymerupakan lempung
tanah liat yang terbentuk dari pelapukan batuan granit yang dapat mengeras dan
membentuk massa padatan seiring dengan hilangnya air karna penguapan.
Bentonit berfungsi sebagai pelembut dengan menyerap kotoran yang menyumbat
pori-pori kulit wajah (Fauziah, 2017). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Uji Antioksidan Dan
Formulasi Masker Wajah Sediaan Clay Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
charantia L).
B. Identifikasi Masalah
Buah pare (Momordica charantia L) merupakan salah satu sebagai sumber
antioksidan alami yang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan
masker clay, tetapi tidak banyak dimanfaatkan dibidang industri kosmetika,
terutama masker wajah.
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
Mendapatkan formulasi masker wajah sediaan clay ekstrak etanol buah pare
(Momordica charantia L) dan kadar antioksidan pada masker clay ekstrak etanol
buah pare (Momordica chrantia L).
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan daya guna dari buah pare (Momordica charantia L)
sebagai masker clay.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
pemanfaatan buah pare (Momordica charantia L) sebagai bahan alami
(senyawa aktif) masker clayyang aman dan efektif sebagai masker wajah
yang dapat digunakan.
2
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pembuatan simplisia buah pare yang
akan digunakan untuk penentuan kadar air dan pembuatan ekstrak buah pare
dengan metode yang digunakan yaitu maserasi dengan perendaman menggunakan
pelarut etanol 96%. Hasil ekstraksi buah pare dibuat menjadi masker wajah
sediaan clay dengan parameter pengujian yang telah ditetapkan, kemudian
dilakukan penetapan uji antioksidan masker wajah ekstrak buah pare dengan
menentuakan nilai IC50.
F. Kerangka Pemikiran
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal radikal bebas.
Antioksidan digunakan sebagai bahan aktif untuk melindungi kulit dari oksidasi
sehinggadapatmencegah kerusakan kulit (Masaki, 2010). Senyawa antioksidan
tersebut meliputi alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid/triterpenoid (Oktaviana et
al., 2012). Menurut (Leelaprakash et al., 2011) menyebutkan bahwa buah, kulit
dan biji buah pare memiliki kandungan antioksidan tersebut. Tanaman pare yang
biasa digunakan untuk sayuran atau tanaman obat kini dapat dikembangkan
melalui kosmetik, salah satu contoh kosmetik yaitu masker. Masker adalah produk
kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada
ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi perkutan dengan menempelkan suatu
selaput atau membran pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara
masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013).
Terdapat beberapa jenis masker yang ada di pasaran seperti masker gel,
masker peel off dan masker clay. Masker wajah dengan tipe clay telah banyak
digunakan untuk melihat aktivitas antioksidan karena memiliki khasiat yang
mampu meremajakan kulit. Hasil penelitian (Syamsidi et al., 2021) menunjukan
aktivitas antioksidan sediaan clay mask tanah liat memiliki nilai IC50
741,34μg/mL penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Handoko, 2018) memiliki
nilai aktivitas antioksidan 98,53 ± 1,25%, yang mana menurut (Agustina, 2017),
semakin kecil nilai IC50 yang dihasilkan, semakin kuat aktivitas antioksidan suatu
senyawa. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai IC50 dari suatu senyawa,
semakin rendah aktivitas antioksidannya.
3
Perubahan kulit terasa ketika masker mulai memberikan efek yang menarik
lapisan kulit ketika masker mengering. Sensasi ini menstimulasi penyegaran kulit
dimana masker clay mampu mengangkat kotoran- kotoran dari wajah seperti
komedo ataupun sel kulit mati sehinga setelah penggunaan masker kulit tampak
cerah dan bersih (Harry, 2000).
Variasi konsentrasi kaolin dan bentonit dalam formulasi masker clay
menunjukkan efek pada sifat fisik sediaan dalam hal warna, pH, uji daya sebar
dan bentuk sediaan (Syamsidi et al., 2021). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
pembuatan masker clay ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L) dengan
perbedaan konsentrasi bentonit untuk mengetahui aktivitas antioksidan.
G. Hipotesis
Ekstrak buah pare (Momordica charantia L) mengandung antioksidan dan
dapat digunakan sebagai zat aktif masker clay.
Bulan
Kegiatan
No Juli Agustus September Oktober
1 Studi Pustaka
3 Preparasi sampel dan
ekstraksi sampel
4 Uji fitokimia, uji aktivitas
antioksidan pada ekstrak
sampel
5 Formulasi masker clay
6 Uji kualitas, analisis
aktivitas antioksidan pada
masker clay
7 Membuat laporan akhir
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Komponen Jumlah
Air 91,2 g
Kalori 29 g
Protein 1,1 g
Lemak 1,1 g
Karbohidrat 0,5 g
Kalsium 45 mg
Zat Besi 1,4 mg
Fosfor 64 mg
Vitamin A 18 mg
Vitamin B 0,08mg
Vitamin C 52 mg
Sumber : (Kristiawan, 2011)
Dibandingkan dengan sayuran jenis cucurbits yang lain, buah pare memiliki
nilai nutrisi yang tinggi diantaranya seperti protein, karbohidrat, berbagai vitamin
dan mineral dan kandungan obat. Walaupun buah dan daunnya memiliki rasa
yang pahit,secara tradisional cukup banyak dikonsumsi ataupun digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit seperti luka, demam, campak, hepatitis anemia,
malaria, kolera dan diabetes (Saxena et al., 2015).
Gambar 1. Pare (Momordica charantia L)
(Sumber : Fauziah et al., 2019)
6
3. Manfaat buah pare
Secara alami beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai sumber
antioksidan alami, hal ini dapat ditemukan dalam beberapa jenis sayuran dan
buah-buahan segar. Salah satu buah yang dapat dijadikan antioksidan adalah buah
pare (Momordica charantia L), pare banyak ditemui serta memiliki banyak
antioksidan yang didapatkan dari vitamin C yang terdapat pada buah pare,
kandungan kimia yang terdapat di buah pare (Momordica charantia L) yang dapat
digunakan sebagai antioksidan alami yaitu flavonoid, saponin dan alkaloid yang
tersebar pada bagian bagian tanaman (Cahyadi, 2009). Antioksidan merupakan
zat nutrisi yang berguna untuk melindungi sel-sel dari dampak radikal bebas yang
dapat merusak kulit. Adanya antioksidan bisa menghambat kulit kusam dan
keriput, mengurangi jerawat dan memperbaiki kerusakan sel akibat sinar UV
matahari (Hanum, 2017). Penggunaan buah pare (Momordica charantia L)
sebagai antioksidan masih sangat kurang dikalangan masyarakat karena
kurangnya infomasi tentang manfaat buah pare sebagai antioksidan, sebagian
masyarakat menggunakan buah pare (Momordica charantia L) hanya dikonsumsi
sebagai sayuran dan buah buahan.
B. Kulit
Kulit merupakan salah satu organ tubuh berada pada bagian luar tubuh
manusia. Organ ini merupakan organ yang akan bersentuhan langsung dengan
lingkungan, perannya adalah sebagai pelindung tubuh dari kerusakan atau
pengaruh lingkungan yang buruk. Kulit memiliki peran penting dalam
memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar,
baik secara fisik atau mekanis, kimiawi, sinar matahari (ultra violet) dan mikroba
(Darmawan A, 2013).
7
Gambar 2. Struktur kulit
(Sumber: Applegate, 2011)
8
tubuh merasa panas, lalu keringatakan menguap dan tubuh akan terasa dingin
kembali. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat yaitu
mencapai empat kali beratnya, sehingga mampu mempertahankan tekstur atau
bentuknya sendiri. Kulit juga memiliki sistem saraf yang sangat peka terhadap
pengaruh atau ancaman dari luar oleh karena itu, kulit akan segera memberikan
reaksi bila ada peringatan awal dari system saraf tersebut seperti rasa gatal dan
kemerahan (Syahfitria, 2015).
C. Masker
Perawatan kulit wajah sangat perlu dilakukan agar kulit wajah menjadi sehat
dan selalu terawat. Perawatan kulit wajah juga merupakan cara terbaik yang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kecantikan seseorang (Firli,
2016). Perawatan kulit wajah bisa dengan menggunakan produk dengan sediaan
cream, cairan dan masker. Masker wajah adalah kosmetik yang digunakan pada
tahapan terahir dalam tindakan perawatan kulit wajah. Masker juga termasuk
kosmetik yang bekerja secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel kulit
mati (Ni Wayan, 2014). Masker kulit wajah merupakan salah satu jenis kosmetika
tradisional yang dapat digunakan sebagai alternative untuk perawatan wajah
upaya mempertahankan dan menjaga kesehatan kulit wajah. Masker wajah juga
akan maksimal fungsinya untuk meningkatkan kebersihan kulit, kesehatan kulit,
kecantikan kulit, memperbaiki dan merangsang kembali sel-sel kulit
(Sulistianingrum, 2014). Masker wajah memiliki karakteristik yaitu dapat di
aplikasikan pada kulit wajah dan dapat memberikan efek kencang pada kulit dan
untuk memaksimalkan kinerja dari masker wajah tersebut di butuhkan bahan aktif
yang sesuai dengan kebutuhan wajah (Ni Wayan, 2014).
Berbagai jenis masker digunakan dalam melakukan perawatan. Jenis-jenis
masker wajah seperti masker clay,mask peel off,sheet mask dan gel mask. Masing
–masing dari sediaan masker memiliki khasiat yang berbeda. Jenis- jenis masker
yang umum di pasaran :
1. Masker Clay : sangat baik untuk kulit wajah tipe berminyak dan
rentan berjerawat karena mampu membersihkan kulit secara
mendalam atau deep cleansing. Masker clay akan menyerap kelebihan
minyak dari wajah sekaligus menarik kotoran dari dalam pori-pori.
9
Saat memakai masker clay, usahakan jangan sampai keras dan kering
total untuk menghindari iritasi dan dehidrasi pada kulit. Saat masker
mulai mengering dan retak, segera basuh wajah dengan air hangat
hingga bersih.
2. Masker Peel Off : tidak hanya menggangkat komedo maupun kotoran,
peel of mask juga efektif dalam melembapkan kulitkarena masker
diaplikasikan secara menyeluruh dan didiamkan selama beberapa saat.
Jika sudah kering, masker ini biasanya bentuknya tipis dan mudah
dikelupas. Tapi bagi pemilik kulit sensitif yang reaktif, sebaiknya cek
terlebih dahulu seberapa sensitif kulit agar tidak terjadi iritasi atau
kulit memerah dan mengelupas.
3. Sheet Mask : masker yang identik dengan lembaran kertas yang
praktis dipakai. Masker berbentuk lembaran ini terbuat dari kertas
khusus masker yang terendam dalam essence dengan berbagai macam
kandungan. Sayangnya, masker wajah ini hanya bias digunakan sekali
pakai dengan kemasan yang higienis dan mudah digunakan.
4. Gel Mask : masker ini digunakan untuk kulit berminyak karena
kandungan minyaknya lebih sedikit. Masker gel juga bias membantu
mendinginkan kulit wajah yang panas dan iritasi ringan.
Penggunaan masker clay menjadi daya tarik tersendiri untuk digunakaan
karena memiliki banyak manfaat dan juga memiliki keunggulan yang mudah di
dapat karena harga yang ekonomis di pasaran, tergantung dari yang klaimdari
brand masker clay tersebut.
D. Antioksidan
Antioksidan adalah suatu zat yang dapat menetralkan dan menghancurkan
radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat
pasangan elektron, senyawa antioksidan merupakan suatu inhibitor yang dapat
digunakan untuk menghambat antioksidasi. Antioksidan merupakan unsur
senyawa kimia yang dapat melindungi komponen komponen senyawa biologi
seperti protein, vitamin, lipida dan DNA yang mampu menghilangkan,
membersihkan dan menahan pembentukan atau memadukan efek spesies oksigen
reaktif dan perubahan warna yang dikarenakan terjadinya oksidasi (Suryanto,
10
2012). Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antiosidan sebagai
inhibitor (Penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif sebagai salah
satu pencetus penyakit diatas (Winarsih, 2007).
Metode yang sering digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah dengan
metode DPPH, metode DPPH dapat memberikan informasi suatu reaktivitas
senyawa sampel yang diuji dengan suatu radikal bebas yang stabil. Senyawa
antioksidan yang bereaksi dengan radikal DPPH menyebabkan absorbsi DPPH
akan berkurang yang ditandai dengan adanya perubahan warna radikal bebas
DPPH yang berwarna ungu menjadi kuning pucat (Haeriaet al.,2016). Tujuan
metode ini untuk mengetahui nilai konsentrasi ekuivalen yang mampu
menghambat 50% oksidasi atau aktivitas radikal bebas (Haeriaet al., 2016).
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, murah, cepat dan sensitif untuk
pengujian aktivitas senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Evitadevi, 2019).
E. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrofotometer digunakan untuk menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat untuk pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Khopkar, 1990).
Spektrofotomer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
sampel (Sastrohamidjojo, 2007), prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis yaitu
larutan yang berwarna dalam tabung reaksi khusus dimasukkan ke tempat
cuplikan dan absorbansi atau % transmitansi dapat dibaca pada skala pembacaan.
Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik.
Setelah melewati pengaturan panjang gelombang hanya sinar yang monokromatis
dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh
fotodetektor (Hendayana, 1994). Apabila cahaya dengan panjang gelombang
tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang
bersangkutan maka sebagian cahaya tesebut akan diserap dan intensitas
penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang
berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari
persamaan berikut :
11
1. Hukum Lambert :
Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorpsi.
2. Hukum Beer :
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Maka dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa absorbansi
cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day &
Underwood, 1989).
12
F. Bahan Pembuatan Masker Clay
1. Bentonit
Bentonit berupa kristal, mineral seperti clay, tidak berbau, kuning
pucat hingga krem keabu-abuan, berbentuk bubuk halus. Bentonit
memiliki fungsi sebagai adsorben dan mempunyai sifat seperti
senyawa tabir surya untuk melindungi organ tubuh dari radiasi sinar
UV yang berbahayasebelum menembus kulit. Dalam bidang farmasi,
bentonit biasanya digunakan untuk memformulasi suspensi, gel, dan
sol (Rowe et al.,2009). Bentonit juga digunakan sebagai bahan pelembut
yang dapat menyerap kotoran yang menyumbat pori-pori kulit wajah
(Fauziah, 2017).
2. Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung
dengan memiliki kandungan besi yang rendah dan umumnya berwarna
putih atau agak keputihan. Kaolin merupakan pengental pada sediaan
masker yang berfungsi untuk menyerap kotoran pada pori-pori,
memperhalus kulit wajah, mencegah timbulnya jerawat serta
memperlancar peredaran darah (Fauziah, 2017)
3. Xanthan Gum
Xanthan Gum berupa serbuk berwarna coklat muda atau putih dan
tidak berbau. Xanthan gum berfungsi sebagai stabilizing agent dan
thickeninagent.
4. Gliserin
Gliserin adalah humektan karena gliserin merupakan salah satu bahan
yang dapat mengikat air pada sediaan agar tidak menguap, menstabilkan
dan sebagai pelembab (Hendradi et al., 2013).
5. Sodium Lauril Sulfat
Sodium lauril sulfat adalah surfaktan ionic yang berfungsi sebagai
pembersih dan zat pembasah (wetting agent) dan berfungsi dengan baik
dan kuat dalam membersihkan kotoran dan minyak (Faisal, 2017).
Sodium lauril sulfat berbentuk kristal berwarna putih hingga kuning
pucat (Rowe et al., 2009).
13
6. TiO2 (Titanium dioksida)
TiO2 berupa kristal padat/putih, tidak berbau dan tidak berasa. Titanium
dioksida merupakan pigmen sintesis yang berwarna putih dan termasuk
ke dalam zat pembuaran warna kosmetik (BPOM, 2012). Pencampuran
titanium dioksida dan bentonit menghasilkan sediaan berwarna putih
(Wibowo, 2017).
7. Nipagin
Nipagin digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, produk makanan
dan formulasi farmasetik (Rowe et al., 2009).
14
III. BAHAN DAN METODE
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan metode
eksperimental terdiri dari beberapa tahapan yaitu proses pengambilan sampel buah
pare, pembuatan simplisia, ekstraksi buah pare (Momordica charantia L) dengan
etanol 96%, uji antioksidan pada ekstrak buah pare (Momordica charantia L)
sediaan clay dengan perbandingan konsentrasi bentonite, pembuatan formula
masker wajah buah pare sediaan clay dan tahap pengujian sediaan masker clay
ekstrak pare meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji viskositas, uji
pengukuran pH, uji waktu mengering, uji iritasi, uji kesukaan, uji stabilitas dan uji
skrining fitokimia.
D. Prosedur Penelitian
a. Pengambilan Sampel
Sampel buah pare (Momordica charantia L) akan diperoleh dari
pedagang yang berlokasi di pasar raya Parung, Kabupaten Bogor.
b. Determinasi Tanaman
Buah pare (Momordica charantia L) dideterminasi di Herbarium
Herbarium Bogoriensis, Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) Jalan Raya Bogor - Jakarta Km 46, Cibinong
16911.
16
b. Identifikasi Senyawa Flavonoid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare dimasukkan kedalam
tabung reaksi, kemudian ditambahakan etanol secukupnya.
Ditetesi dengan HCl sebanyak 5 tetes dan ditambahkan Serbuk
Mg secukupnya. Selanjutnya divortex, dan apabila terdapat
perubahan warna menjadi merah, kuning, atau jingga maka
positif mengandung senyawa flavonoid (Harborne, 1987).
c. Identifikasi Senyawa Saponin
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan etanol secukupnya.
Ditambahkan aquadest yang telah dipanaskan sebelumnya, lalu
dikocok dengan kuat. Apabila terdapat buih, maka positif
mengandung senyawa saponin (Thomas et al., 2019).
d. Identifikasi Senyawa Tanin
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare diencerkan dengan etanol
kemudian larutan tersebut ditambahkan pereaksi FeCl3.
Terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan
adanya golongan tanin (Septiningsih et al., 2017).
e. Identifikasi Senyawa Steroid / Triterpenoid
Sebanyak 1 mg ekstrak kental pare ditambahkan 1 mL etanol,
kemudian ditambahkan 1 mL kloroform, 1 mL H2SO4 pekat dan 1
mL asam asetat glasial (Uji Lieberman-Bouchard). Senyawa
golongan steroid ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau
atau biru dan senyawa golongan triterpenoid ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah atau warna ungu (Harborne, 1987).
17
selama 5 hari sambil diadukhingga diperoleh ekstrak cair hasil maserasi
5 hari, hasil maserasi tersebut kemudian disaring dengan kertas saring
dan dikumpulkan untukdievaporasimenggunakan vacuum rotary
evaporator hingga diperoleh maserat murni. Selanjutnya diuapkan
diatas hotplate pada suhu 75ºC, setelah diperoleh ekstrak kental
kemudian dimasukan kedalam vial dan ditimbang (Thomaset al.,2019).
Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat.
Bobot ekstrak
Rendemen = x 100 %
Bobot simplisia
18
i. Penentuan Nilai IC50
Konsentrasi sampel dan persen inhibisinya diplot masing-
masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear.
Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari
masing-masing sampel dan dinyatakan dengan nilai y sebesar 50
dan nilai xyang akan diperoleh sebagai IC50 (Septiningsih et al.,
2017).
X
%
Inhibi
si
Konsentrasi (mg/L) Y
19
h. Formulasi Sediaan Masker Clay
Sediaan masker dibuat berdasarkan formula standar yang
kemudian di modifikasi, formula standar dapat dilihat pada Tabel 3. :
Tabel 3. Formula masker clay standar yang digunakan
Jumlah (b/b)
No Bahan F1 F2 F3
1 Ekstrakbuah pare 10 10 10
2 R/ Bentonit 2 4 6
3 Xanthan Gum 0,5 0,5 0,5
4 Kaolin 34 34 34
5 Gliserin 2 2 2
6 Sodium Lauril Sulfat 2 2 2
7 TiO2 0,5 0,5 0,5
8 Nipagin 0,1 0,1 0,1
20
9 Parfum q.s q.s q.s
10 Aquadest 100 100 100
i. Uji Organoleptik
Masker wajah sediaan clay pada pengujian organoleptik
dilakukan pengamatan terhadap aroma, warna dan tekstur yang
diamati secara visual (Djajadisastra, 2004).
j. Uji Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan masker wajah sediaan clay
dioleskan pada kaca objek yang bersih dan kering sehingga
membentuk suatu lapisan tipis. Kaca objek kemudian ditutup
dengan kaca preparat, apabila tidak terlihat adanya butiran halus,
tekstur tampak rata menunjukan sediaan masker clay sudah
homogen ( Ansel et al., 1989).
k. Uji Viskositas
21
Sampel masker wajah sediaan clay sebanyak 50 gram
dimasukan ke dalam gelas piala, kemudian diukur viskositasnya
dengan menggunakan Viskometer Brookfield dengan spindel no. 6
kecepatan 6 rpm, kemudian diamati hasil viskositas tersebut
(Septiani et al., 2011).
l. Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat
pH meter. Sebelum digunakan, alat terlebih dahulu dikalibrasi
dengan menggunakan larutan dapar standar dengan pH 7,00
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan asam pH 4,00 hingga
alat menunjukan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan menggunakan aquadest, lalu dikeringkan dengan tissue.
Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan kedalam
aquadest sebanyak 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. pHmeter dibiarkan beberapa menit hingga
menunjukkan nilai yang konstan. Angka yang ditunjukkan pada
pHmeter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
n. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan masker wajah
sediaan clay di belakang kulit telinga, kemudian didiamkan selama
beberapa jam dan diamati reaksi yang terjadi. Reaksi positif
ditandai dengan adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada
daerah yang diberi perlakuan (Ditjen POM RI, 1985).
o. Uji Kesukaan
22
Pengujian dilakukan kepada sukarelawan sebanyak 20 orang,
pengujian yang dilakukan meliputi penampilan, aroma, tekstur
serta kecepatan mengering.
p. Uji stabilitas
Pengujian stabilitas dilakukan dengan menyimpan sediaan
pada suhu penyimpanan yang berbeda yaitu dengan suhu 4ºC
(Kulkas), 25ºC (Temperatur ruang) dan 40ºC (Oven) selama 28
hari dan dilakukan pengamatan setiap 7 hari, 14 hari, 21 hari dan
28 hari dengan dilakukan pengujian organoleptik (aroma dan
warna), viskositas dan uji pH (Akhtaret al.,2011).
23
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L., Yulianti, M., Shoviantari, F., & Sabban, IF (2017). Formulation and
Evaluation of Liquid Bath Soap with Extracts Tomato (Solanum
lycopersicum L.) as an Antioxidant. Wiyata Journal of Science and Health
Research, 4 (2), p. 104-110.
Akhtar, N., Mehmood, A., Khan, B. A., Mahmood, T., Muhammad, H., Khan, S.,
& Saeed, T. 2011. Exploring cucumber extract for skin
rejuvenation. African Journal of Biotechnology, 10(7), 1206-1216.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Terjemahan
Ibrahim dan Farida. Jakarta :Universitas Indonesia Press.Bandung:
UNPAD.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
Evitadevi, A. 2019. Pemanfaatan Ekstrak Beras Merah dan Beras Ketan Hitam
Sebagai Serum Wajah. Skripsi. Program Studi Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Nusa Bangsa. Bogor.
Fauziah, D.W. 2017. Pengaruh Basis Kaolin dan Bentonit Terhadap Sifat Fisika
Masker Lumpur Kombinasi Minyak Zaitun (Olive Oil) dan Teh
Hijau(Camelia sinensis). Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan. 3(2): 9-13.
24
Fauziah, F., Widiyanti, S. A., Rinaldi, R., & Silviana, E. 2019. Formulasi dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Salep Dari Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica
Charantia L) Sebagai Obat Luka. Journal of Pharmaceutical And
Sciences, 2(1), 45-51.
Haeria, H., & Andi, T. U. 2016. Penentuan kadar flavonoid total dan aktivitas
antioksidan ekstrak etanol daun bidara (Ziziphus spina-christi L.). Journal
of Pharmaceutical and Medicinal Science (1), 57-61.
Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A. A., & Supriatna, A. 1994. Kimia
analitik instrumen. Edisi IKIP Semarang Press, Semarang.
25
Lee, C. K. 2013. Assessments Of The Facial Mask Materials In Skin
Care (Doctoral dissertation, Thesis, Department of Cosmetic Science,
Chia-Nan University of Pharmacy and Science, 2013, 10-19).
Lu, J.B. 2010. The Development of Fomula and Quality Control Method for
Tranexamic Acid Hydrogel Mask. Thesis. Department of Applied
Chemistry. Chaoyang University of Technology. Taiwan. Hal. 12-15.
Rastuti, U., & Purwati, P. 2012. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun kalba
(Albiziafalcataria) dengan metode dpph (1, 1-Difenil-2-pikrilhidrazil) dan
identifikasi senyawa metabolit sekundernya UndriRastuti* dan
Purwati. Molekul, 7(1), 33-42.
Saxena, S., Singh, A., Archak, S., Behera, T. K., John, J. K., Meshram, S. U., &
Gaikwad, A. B. 2015. Development of novel simple sequence repeat
markers in bitter gourd (Momordica charantia L.) through enriched
genomic libraries and their utilization in analysis of genetic diversity and
cross-species transferability. Applied biochemistry and
biotechnology, 175(1), 93-118.
Septiani, S. 2012. Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol
biji melinjo (Gnetun gnemon Linn.). Students e-Journal, 1(1), 39.
26
Septiningsih, R., Sutanto, S., & Indriani, D. 2017. Aktivitas antioksidan ekstrak
etanol daun, buah dan biji pare (Momordica charantina
L). FITOFARMAKA: JurnalI lmiah Farmasi, 7(1), 4-12.
Syamsidi, A., Alifah, M.S., Evi, S. 2021. Formulation and Antioxidant Activity of
Clay Mask of Tomato (Solanum lycopersicumL.)Lycopene Extract with
Variation of Concentration of Kaoline and Bentonite Bases).ISSN: 2442-
8744 (electronic); 2442-7284.
27
LAMPIRAN
Ekstrak
Uji Organoleptik, Uji Homogenitas, Uji Viskositas, Pengukuran Ph, Uji Waktu Mengering, Uji Iritasi, Uji Kesukaan
28