Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PRAKTIKUM

MATA KULIAH PILIHAN POLIMER

“Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Hijau (Perna Viridis)


sebagai Bahan Baku Pembuatan Kitosan”

Disusun oleh :
ILYAS TEGUH PANGESTU NIM 40040117060012
ERDEA ANGGRIZA NIM 40040117060106
JIHAN SAFFIRA THALIB NIM 40040117060122

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua, sehinga penyusun dapat menyelesaikan Makalah MKP Polimer dengan
Judul “PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (PERNA VIRIDIS)
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KITOSAN”.
Makalah tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa Program
Studi Diploma III Teknik Kimia Universitas Diponegoro dalam mata kuliah pilihan polimer.
Makalah tersebut disusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak M. Endy Yulianto, ST, MT. selaku Ketua Program Diploma III Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2. Bapak Ir. Edy Supriyo, M.T. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Pilihan Polimer I.
3. Ibu Ir. Wahyuningsih, M.Si selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Pilihan Polimer II.
4. Teman-teman dan seluruh pihak terkait yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu
yang telah memberikan dorongan berupa semangat.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tersebut masih banyak
kekurangannya.Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.Penyusun berharap semoga makalah tersebut dapat bagi kita semua.

Semarang, 28 Mei 2019

Penyusun

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Praktikum : Mata Kuliah Pilihan Polimer


Judul Usulan Kegiatan : Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Hijau (Perna Viridis)
sebagai Bahan Baku Pembuatan Kitosan
Dosen Pembimbing : Ir. Edy Supriyo, M.T.
Praktikan : 1. Ilyas Teguh Pangestu
NIM 40040117060012
2. Erdea Anggriza
NIM 40040117060106
3. Jihan Saffira Thalib
NIM 40040117060122

Proposal Praktikum dengan Judul :


PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (PERNA VIRIDIS)
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KITOSAN

Telah disetujui pada tanggal


Semarang, 28 Juni 2019

Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Pilihan Polimer

Ir. Edy Supriyo, M.T.


NIP. 195904281987031003

ORGANISASI PENELITIAN

iii
Praktikum Mata Kuliah Pilihan Polimer akan dilaksanakan oleh mahasiswa
Program Studi Diploma III Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang, yaitu
sebagai berikut:
ILYAS TEGUH PANGESTU NIM 40040117060012
1. ERDEA ANGGRIZA NIM 40040117060106
2. JIHAN SAFFIRA THALIB NIM 40040117060122

Demikian usulan kegiatan ini dibuat agar dapat disetujui dan dapat
dilaksanakan dengan sebaik – baiknya.

Semarang, 29 Juli 2019

Praktikan I Praktikan II Praktikan III

Ilyas Teguh Pangestu Erdea Anggriza Jihan Saffira T


40040117060012 40040117060106 40040117060122

Mengetahui, Menyetujui,
Ka.Lab. MKP Polimer Dosen Pembimbing MKP Polimer

Fahmi Arifan, S.T., M.Eng. Ir. Edy Supriyo, M.T.


NIP. 198002202005011001 NIP. 195904281987031003

DAFTAR ISI

iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
ORGANISASI KELOMPOK ................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN......................................... ................................................ 1
Judul Praktikum 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat Penelitian. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kitin 3
2.2 Kitosan. ................................................................................................... 4
2.3 Kerang Hijau. .......................................................................................... 5
2.4 Reaksi kitin menjadi kitosan ................................................................... 6
2.5 Deproteinasi ............................................................................................. 7
2.6 Demineralisasi .......................................................................................... 7
2.7 Deasetilasi ................................................................................................ 8
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat Pembuatan kitosan dari cangkang kerang hijau........ ....................... 9
3.2 Bahan Pembuatan kitosan dari cangkang kerang hijau ............................ 9
3.3.Variabel ................................................................................................... 9
3.4 Alur penelitian .......................................................................................... 10
3.5 Cara Kerja ................................................................................................ 11
3.6 Rancangan Percobaan .............................................................................. 12
BAB IV RANCANGAN BIAYA DAN KEGIATAN
4.1 Jadwal Kegiatan ....................................................................................... 13
4.2 Anggaran Biaya. ....................................................................................... 13
4.3 Waktu pelasanaan..................................................................................... 13
4.4 Tempat pelaksanaan ................................................................................. 13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............ .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur kitin ...................................................................................... 3
Gambar 2. Struktur Kitosan ................................................................................. 4
Gambar 3. Bentuk Fisik Kerang Hijau ................................................................ 6
Gambar 4. Mekanisme reaksi kitin menjadi kitosan………………………….... 6
Gambar 5. Reaksi deproteinasi secara kimiawi pada proses isolasi kitin............ 7
Gambar 6. Reaksi Deasetilasi………………………………………………….. 8
Gambar 5. Diagram blok Pembuatan Kitosan………………………………….. 10

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Mutu Kitosan…………………………………………………. 5
Tabel 2. Kandungan Cangkang Kerang Hijau…………………………………. 6
Tabel 3. Berat cangkang kerang hijau dengan konsentrasi NaOH…………….. 10
Tabel 4. Tabel Jadwal Kegiatan………………………………………………... 11

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Kerang hijau (Perna Viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang dikenal
memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu
terdiri dari 40,8% air, 21,9% protein, 14,5% lemak, 18,5% karbohidrat dan 4,3% abu,
sehingga menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging
ayam, dari 100 gram daging kerang hijau mengandung 100 kalori (Eshmat et al, 2014)
Salah satu alternatif upaya pemanfaatan limbah cangkang kerang hijau agar
memiliki nilai dan daya guna limbah cangkang kerang hijau menjadi produk yang bernilai
ekonomis tinggi adalah pengolahan menjadi kitosan. Cangkang kerang hijau (Perna
Viridis) mengandung zat kitin sekitar 14%-35% (Marganof,2003).
Kitin adalah senyawa karbohidrat yang termasuk dalam polisakarida tersusun atas
monomer-monomer asetil glukosamin yang saling berikatan (Saraswathy, 2001). Kitin
merupakan bahan organik utama terdapat pada kelompok hewan seperti crustaceae,
insekta, fungi, mollusca dan arthropoda. Satu diantara enam monosakarida yang menyusun
rantai kitin adalah glukosamin (Suhardi,1993). Kitin diperoleh dengan melakukan dua
tahap utama yaitu deproteinasi dan demineralisasi. Salah satu senyawa turunan kitin yaitu
kitosan yang dibuat dengan mendeasetilasi senyawa kitin.
Kitosan merupakan polimer mempunyai berat molekul yang tinggi berkisar antara
50 kDa – 2000 kDa yang banyak digunakan di berbagai industri kimia antara lain; sebagai
koagulan dalam pengolahan limbah air, bahan pelembab, pelapis benih yang akan ditanam,
adsorben ion logam, bidang farmasi, pelarut lemak, dan pengawet makanan. Kitosan
mempunyai bentuk mirip dengan selulosa dan bedanya terletak pada gugus rantai C 2-.
Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan kitosan memiliki polikation
bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. (Mekawati,
dkk.2000)
Kitosan ditemukan oleh C.Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin
dengan larutan basa/alkali konsentrasi tinggi. Fakta lain tentang kitosan. Kitosan adalah
Polimer alami yang bersifat biodegradable dan tidak beracun. Memiliki nama kimia poli-
(2-deoksi-2-asetilamin-2-glukosa) atau poli-(2-deoksi-aminoglukosa) yang berikatan β
(1,4) glikosidik atau juga disebut poli-(1.4-2-amino-2-deoksi-β-D-glukosamin). Banyak
diaplikasikan dalam berbagai industri seperti pertanian (produk Super-ChitoFarm), pangan
(produk Super-ChitoFood), farmasi, pengolah limbah, dll. Kitosan merupakan turunan
kitin dengan berat molekul 100 – 1000 kDa, bersifat tidak larut air, tetapi larut dalam asam
organik lemah seperti asam asetat (cuka encer), asam sitrat, asam format, dll.
Kitosan merupakan turunan kitin dengan rumus N-asetil-D-Glukosamin,
merupakan polimer kationik yang mempunyai jumlah monomer sekitar 2000-3000
monomer, tidak berifat toksik atau beracun dengan LD50 (Lethal Dhose 50%, yaitu
ambang dosis dalam 50% sampel) = 16 gr/kg BB. Kitosan juga memiliki karakteristik fisik,
biologi, kimiawi yang baik di antaranya biodegradable (dapat terurai oleh mikro
organisme), biocompatible, dan non toksik (tidak beracun), karena sifat alami inilah

1
kitosan menjadi andalan senyawa serbaguna masa depan yang ramah lingkungan. Kitosan
diproduksi secara kimiawi dalam proses deasetilasi atau penghilangan gugus asetil kitin
menggunakan larutan basa/alkali panas. Kitosan dapat juga diproduksi secara enzimatis
menggunakan enzim kitin deasetilasi.
Kitosan merupakan bahan kimia alami yang multiguna berbentuk lembaran tipis,
tidak berbau, tidak berasa, berwarna putih sampai agak kuning. Kitosan lebih banyak
digunakan daripada kitin karena kelarutannya lebih tinggi daripada kitin. Di sisi lain
besarnya jumlah limbah cangkang kerang hijau yang dihasilkan menimbulkan berbagai
masalah lingkungan. Oleh karena itu diperlukan upaya serius untuk menanganinya agar
dapat bermanfaat dan mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang telah dibahas, dapat dirumuskan beberapa masalah antara
lain, sebagai berikut :
a. Bagaimana Grafik Perbandingan berat kitosan dengan konsentrasi NaOH ?
b. Berapakah variabel yang optimal dalam pembuatan kitosan dari limbah cangkang
kerang hijau (Perna Viridis) ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui grafik perbandingan berat kitosan dengan konsentrasi NaOH
b. Mengetahui variabel yang optimal dalam pembuatan kitosan dari limbah cangkang
kerang hijau (Perna Viridis).
MANFAAT PENELITIAN
a. Dapat mengurangi limbah cangkang kerang hijau.
b. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat tentang manfaat limbah cangkang kerang
hijau.
c. Diharapkan penelitian ini berguna bagi ilmu pengetahuan dan menambah data ilmiah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kitin
Kitin adalah senyawa karbohidrat yang termasuk dalam polisakarida,
tersusun atas monomer-monomer asetil glukosamin yang saling berikatan dengan
ikatan 1,4 beta membentuk suatu unit polimer linier yaitu beta-(1,4)-2-asetamido-2-
deoksi-D-glukosa atau beta-(1,4)-N-asetil glukosamin. (Saraswathy, G., Pal, S.,
Rose, C., and Sastry, T.P., 2001). Struktur kitin diperlihatkan pada Gambar 1:

Gambar 1. Struktur Kitin (Pudjaatmaka, A. H.,1991)


Kitin merupakan bahan organik utama terdapat pada kelompok hewan
seperti, crustaceae, insekta, fungi, mollusca dan arthropoda. Dalam cangkang
udang yang termasuk kelompok crustaceae, kitin berikatan dengan protein, garam-
garam anorganik seperti kalsium karbonat dan lipid termasuk pigmen-pigmen.
Stephen (1995) menyebutkan dalam kulit kepiting terdapat 60% kitin, sedangkan
dalam lidah, rahang ataupun contoh yang lainnya dari kelas gastropoda. terdapat
20% kandungan kitin. Kitin juga diketahui terdapat pada kulit keong, kepiting,
kerang dan cangkang bekicot (Stephen, 1995). Bahan-bahan berkitin terutama
berada di bagian ektodermal dalam binatang multiseluler dan membentuk
eksoskeleton yang spesifik dari kebanyakan binatang tidak bertulang belakang.
Tidak ada bukti adanya hubungan antara proporsi kitin dengan kekerasan atau
fleksibilitas bahan. Kitin diperoleh dengan melakukan sejumlah proses pemurnian.
Proses isolasi kitin terdiri dari dua tahap utama, yaitu deproteinasi dan
demineralisasi. Deproteinasi betujuan untuk menghilangkan protein yang terdapat
pada cangkang. Tahap ini dilakukan dengan menambahkan NaOH pada konsentrasi
rendah sehingga terbentuk Na-proteanat yang larut dalam air. Tahap demineralisasi

3
dilakukan untuk memurnikan kitin dari mineral-mineral yang terkandung dalam
cangkang. Tahap ini dilakukan dengan menambahkan HCl encer (Suhardi, 1993).
2.2 Kitosan
Kitosan adalah kitin yang telah dihilangkan gugus asetilnya melalui proses
deasetilasi. Proses deasetilasi kitin dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH
50%. Kitosan merupakan suatu senyawa polimer dari glukosamina pada ikatan beta-
1,4 atau polimer dari 2-amino-2-deoksi-D-glukosa. Kitosan adalah kitin yang
terdeasetilasi sebanyak mungkin, tetapi tidak cukup sempurna untuk dinamakan poli
glukosamin (Bastaman 1989). Struktur kitosan dapat dilihat pada Gambar 2:

Gambar 2. Struktur Kitosan (Stephen, 1995)


Kebanyakan mutu kitosan komersil mengandung 75-95 % glukosamin dan
5-25 % unit N-asetilglukosamin (Stephen, 1995). Menurut Pujiastuti (2001), derajat
deasetilasi kitin terhadap kitosan biasanya berkisar antara 70-100% tergantung
penggunaannya. Spesifikasi kitosan untuk kualitas teknis mempunyai derajat
deasetilasi sekitar 85%, untuk kualitas makanan derajat deasetilasinya sekitar 90%,
sedangkan untuk kitosan berkualitas farmasetis derajat deasetilasinya sekitar 95%
(Pujiastuti, 2001). Derajat deasetilasi menentukan muatan gugus amino bebas dalam
polisakarida serta digunakan dalam membedakan antara kitin dan kitosan. Semakin
tinggi derajat deasetilasi maka kualitas kitosan semakin baik. Karakteristik kitosan
dapat diketahui secara fisika dan kimia. Kualitas kitosan dapat diketahui dari
kemurnian kitosan, berat molekul, kadar abu, kadar air dan derajat
deasetilasinya.Kadar abu adalah indikator keefektifan tahap demineralisasi. Kualitas
kitosan yang baik memiliki kadar abu kurang dari 1%. Kitosan dapat dimanfaatkan
sebagai adsorben limbah logam berat, zat pewarna, pengawet,anti jamur, flokulan,
anti kanker dan anti bakteri(Stephen, 1995).

4
2.2.1 Sifat-Sifat Kitosan
Sugita dkk. (2009) menyatakan bahwa kitosan adalah salah satu
polimer yang bersifat non-toxic, biocompatible, biodegradable dan bersifat
polikationik dalam suasana asam. Sifat dan penampilan produk kitosan ini
dipengaruhi oleh perbedaan kondisi, seperti jenis pelarut, konsentrasi, waktu
dan suhu proses ekstraksi. Kitosan dapat diperoleh dengan berbagai macam
bentuk morfologi diantaranya struktur yang tidak teratur. Selain itu dapat juga
berbentuk padatan amorf berwarna putih dengan struktur kristal tetap dari
kitin murni. Kitosan merupakan senyawa kimia yang mudah menyesuaikan
diri, hidrofobik, memiliki reaktifitas yang tinggi yang disebabkan oleh
kandungan gugus hidroksil (OH) dan gugus amino (NH2) yang bebas dan
ligan yang bervariasi. Kumpulan gugus hidroksil (hidroksil pertama pada C-
6 dan hidroksil kedua pada C-3) serta gugus amino yang sangat reaktif (C-2)
atau N-asetil yang seluruhnya terdapat pada kitin. Kitosan berbentuk spesifik
dan mengandung gugus amino dalam rantai karbonnya (Riesca dkk., 2013).
Tabel 1. Karakteristik Kitosan

Tabel 1. Standar Mutu Kitosan (Suhartono, 2006)

2.3 Kerang Hijau (Perna Viridis)


2.3.1 Klasifikasi Kerang Hijau
Kerang hijau (Perna virisis) memiliki nama yang berbeda di Indonesia
seperti kijing, kaung-kaung, kapal–kapalan, kedaung dan kemudi kapal.
Menurut Vakily, (1989) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan sebagai
berikut :

5
Klasifikasi kerang hijau sebagai berikut:
Kerajaan (Kingdom) : Animalia
Filum (Phylum) : Moluska
Kelas (Class) : Bivalvia
Sub klas (Sub Class) : Lamellibranchiata
Bangsa (Ordo) : Anisomyria
Induk suku(Superfamily) : Mytilacea
Suku (Family) : Mytilidae
Anak suku (Sub family) : Mytilinae
Marga (Genus) : Perna
Jenis (species) : Perna viridis

Gambar 3. Bentuk Fisik Kerang Hijau


2.3.2 Kandungan Cangkang Kerang Hijau
Tabel 2. Kandungan Cangkang Kerang Hijau

Senyawa yang Terkandung Nilai (%)


CaCO3 95,69
SiO2 0,22
Fe2O3 1,00
Kitin 14-35
MgO 3,08
Al2O3 0,01

(Sumber : Singar, 2009)

Reaksi Kitin Menjadi Kitosan

Gambar 4. Mekanisme Reaksi Kitin Menjadi Kitosan


(Sumber : Hargono et.al, 2008)

6
Deproteinasi
Deproteinasi merupakan proses pemisahan protein dari kitin. Proses ini dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu secara enzimatik menggunakan enzim proteolitik
dan secara kimia misalnya menggunakan NaOH atau KOH. Namun, lebih sering
digunakan natrium hidroksida pada tahap deproteinasi, dikarenakan lebih mudah dan
efektif. Pemisahan protein menggunakan 7 NaOH berlangsung dengan proses protein
diekstraksi sebagai Na-proteinat yang larut dalam air (Knorr, 1984), sedangkan pada
enzim proteolitik akan mendegradasi protein sehingga terpisah dari kitin (Muzzarelli,
1985).

Gambar 5. Reaksi deproteinasi secara kimiawi pada proses isolasi kitin


Demineralisasi
Demineralisasi merupakan proses pemisahan mineral atau senyawa anorganik
dari kitin. Mineral utama yang terkandung dalam cangkang kerang adalah kalsium
fosfat (Ca3 (PO4)2) dan kalsium karbonat (CaCO3). Proses demineralisasi ini biasanya
dilakukan menggunakan larutan asam klorida dengan merendam bahan hasil
deproteinasi. Menurut Shimahara (1988), penggunaan asam klorida lebih efektif untuk
melarutkan kalsium menjadi kalsium klorida, tetapi asam klorida juga menyebabkan
kitin mengalami depolimerisasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CaCO3(s) + 2 HCl (l) CaCl2(l) + H2O (g) + CO2(g)
Ca3(PO4)2(s)+ 4 HCl(l) 2 CaCl2(l) + Ca(H2PO4)2 (l)

2.7 Deasetilasi

7
Deasetilasi merupakan suatu proses penghilangan gugus asetil (COCH3) dari suatu
kitin. Reaksi yang terjadi dalam proses tersebut antara NaOH dengan gugus N-asetil
pada kitin (rantai C-2) yang akan menghasilkan Na-asetat dan terbentuklah gugus
amina (-NH2) pada kitosan. Semakin banyak gugus asetil yang hilang dari polimer
kitin maka akan semakin kuat interaksi antar ion dan ikatan hidrogen dari kitosan.

Gambar 6. Reaksi deasetilsasi

8
BAB III
METODOLOGI
Alat
-Mortar dan alu
-Gelas beker
-Magnetic stirrer
-Termometer
-Neraca digital
-Oven
-Pipet
-Kertas saring
-Kertas pH
-Corong buchner
-Botol semprot

Bahan
- NaOH
- HCl
- Aquadest
- Limbah cangkang kerang hijau
-Asam Asetat

Variabel
Variabel bebas : - Konsentrasi NaOH saat Deasetilasi (0,1 N, 0,2 N, 0,3 N, 0,4
N, 0,5 N )
Variabel tetap : - Konsentrasi Serbuk Cangkang Kerang Hijau ( 50 gr)
Waktu Pemanasan saat Deasetilasi (0,5 jam )
- Konsentrasi NaOH saat Deproteinasi (1 N )
- Konsentrasi HCL saat Demineralisasi (2 M)
- Suhu Pemanasan saat Deproteinasi (65 oC)
- Suhu Pengeringan saat Demineralisasi (30 oC)
- Suhu Pemanasan saat Deasetilasi (100 oC)
- Waktu pengadukan saat Deproteinasi (2 jam)
- Asam asetat 1% saat pembuatan coating
3.4 Alur Penelitian

9
Cangkang kerang hijau kering

Penggilingan -

-
Pengayakan

Deproteinasi (Larutan NaOH selama 2 jam pada 65 oC)

Penyaringan dan pencucian

Demineralisasi (Larutan HCl selama 30 menit pada temperatur kamar)

Penyaringan dan pencucian (pH produk netral)

Pengeringan

Bubuk kitin

Deasetilasi (Larutan NaOH selama ½ jam pada 100 oC)

Penyaringan dan pencucian (pH produk netral)

Pengeringan

Kitosan

Gambar 5. Blok Diagram Pembuatan Kitosan

Cara Kerja
3.5.1 Pra Eksperimen

10
1. Melakukan studi literatur.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada eksperimen
3.5.2 Eksperimen.
3.5.2.1 Deproteinasi
Proses ini dilakukan pada suhu 65°C, dengan menggunakan larutan NaOH 1 N
dengan perbandingan serbuk cangkang kerang hijau dengan NaOH = 50 : 100 (gr
serbuk/ml NaOH ) sambil diaduk konstan selama 120 menit. Kemudian disaring dan
endapan yang diperoleh dicuci dengan menggunakan aquadest sampai pH netral.
Proses ini dilanjutkan dengan proses demineralisasi.
3.5.2.2 Demineralisasi
Proses demineralisasi pada suhu 25-30°C dengan menggunakan larutan HCl 2 M
dengan perbandingan sampel dengan larutan HCl = 1 : 5 (gr serbuk/ml HCl ) sambil
diaduk konstan selama 30 menit. Kemudian disaring dan endapan yang diperoleh
dicuci dengan menggunakan aquadest sampai pH netral. Hasil dari proses ini disebut
chitin.
3.5.2.3 Deasetilasi
Chitin kemudian dimasukkan dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1 N, 0,2
N, 0,3 N, 0,4 N, 0,5 N pada suhu 100°C sambil diaduk konstan selama 30 menit pada
proses deasetilasi. Hasil yang berupa slurry disaring, lalu dicuci dengan aquadest
sampai pH netral lalu dikeringkan.Hasil yang diperoleh disebut kitosan. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap aplikasi chitosan sebagai pengawet buah (tomat). Kemudian
di lanjutkan dengan :
a. Persiapan Bahan
Tahap persiapan ini merupakan tahap sortasi bahan baku tomat. Tomat yang telah
dibersihkan tersebut kemudian dikeringkan dengan oven sampai massanya
konstan.
b. Pembuatan Edible Coating
Edible coating dari kitosan 0.5 % w/v dibuat dengan cara melarutkan 1,84 gram
kitosan dalam 50 ml asam asetat 1%, diaduk pada suhu 40°C selama 60 menit.
Larutan kemudian disaring. Larutan yang tersaring diaduk dengan magnetic stirer
selama 15 menit. Larutan disimpan pada suhu kamar.
c. Proses Coating pada Tomat
Tomat langsung dicelupkan kedalam larutan kitosan 0.5% yang telah disediakan,
kemudian dikeringkan pada suhu 30°C. Setelah itu disimpan sambil diamati kadar
air tomat, penyusutan massa tomat serta kandungan gula reduksi sampai hari ke
tujuh pada suhu kamar dan bandingkan dengan tomat yang tidak di coating.

3.5.2.4 Melakukan Pengujian Karakterisasi Kitosan


Menguji pengawetan pada buah (apel)
a. Menguji pH
b. Menguji kadar air
c. Menguji warna
d. Menguji bau

11
3.6 Rancangan Percobaan
Tabel komposisi bahan yang akan digunakan
3.6.1 Tabel 3. Berat Limbah Cangkang Kerang Hijau dengan Konsentrasi NaOH 1 N
Berat Cangkang Kerang Hijau Konsentrasi NaOH (1 N)
(gram)
50 0.1
50 0.2
50 0.3
50 0.4
50 0.5

12
BAB IV
RANCANGAN BIAYA DAN KEGIATAN
4.1 Jadwal Kegiatan

No Uraian Kegiatan Minggu


1 2 3 4 5
1. Studi Literatur
2 Penyiapan Bahan dan Peralatan
Penelitian
3 Penelitian Pendahuluan
4 Analisa hasil
5 Pembuatan laporan

1.2 Anggaran Biaya


Biaya praktikum = Rp. 300.000,00
Pembuatan laporan = Rp. 50.000,00
Lain – lain = Rp. 50.000,00 +
= Rp. 400.000,00

1.3 Waktu Pelaksanaan


Praktikum dilaksanakan pada bulan Juli 2019 pada semester 5.
Lokasi Pelaksanaan
Praktikum Mata Kuliah Pilihan Polimer akan dilaksanakan di Laboratorium PSD III Teknik
Kimia Universitas Diponegoro.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kerang hijau (Perna Viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang dikenal memiliki
nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8%
air, 21,9% protein, 14,5% lemak, 18,5% karbohidrat dan 4,3% abu. Salah satu alternatif upaya
pemanfaatan limbah cangkang kerang hijau agar memiliki nilai dan daya guna limbah cangkang
kerang hijau menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi adalah pengolahan menjadi kitosan.
Kitosan adalah kitin yang telah dihilangkan gugus asetilnya melalui proses deasetilasi.
Proses deasetilasi kitin dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH 50%. Kitosan
merupakan suatu senyawa polimer dari glukosamina pada ikatan beta-1,4 atau polimer dari 2-
amino-2-deoksi-D-glukosa. Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai adsorben limbah logam berat,
zat pewarna, pengawet,anti jamur, flokulan, anti kanker dan anti bakteri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, S. 1989. Studies on Degradation and Extraction of Chitin and Chitosan from Prawn
Shells. England : The Queen’s University of Belfast.
Eshmat., M. Ervany, G. Mahasri dan B. S. Rahardja. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Kerang Hijau (Perna Viridis L.) di Perairan
Ngemboh Kabupaten Gresik Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 6(1)
: 101 – 108.
GOSLING, E. 2004. Bivalvia Mollusc Biology, Ecology and Culture. Fishing Bews Books:
327 pp.
Hargono., Abdullah., dan Sumantri, I. 2008. Pembuatan Kitosan dari Limbah Cangkang Udang
serta Aplikasinya dalam Mereduksi Kolesterol Lemak Kambing, J Reaktor 12 (1) :
53-57.
Knorr. 1984. Use of Chitinous Polymers in Food–A Challenge for Food Research and
Development. Food Technology Magazine, vol. 38, pp. 85-97.
Marganof, (2003), “Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat(Timbal, Kadmium
dan Tembaga) di Perairan”, http://rudict.topcities.com/pps702-71034/margonof.htm.
Mekawati, Fachriyah, E. dan Sumardjo, D., 2000. “Aplikasi Kitosan Hasil tranformasi Kitin
Limbah Udang (Penaeus merguiensis) untuk Adsorpsi Ion Logam Timbal”. Jurnal
Sains and Matematika. FMIPA Undip. Semarang. Vol. 8 (2). hal. 51-54.
Muzzarelli R.A.A., 1985, Chitin. In G.O. Aspinall, The Polysaccharides. (Vol. 3) (pp. 417-
450). New York: Academic Press
Pudjaatmaka, A.H. 1991. Kimia Organik, jilid 1 edisi ke-3, Erlangga, Jakarta, Terjemahan :
Organic Chemistry, fessenden R.J. dan Fessenden J.S., 1982, Wadsworth,Inc, Belmot.
Pujiastuti, P. 2001. Kajian Transformasi Khitin MenjadiKhitosan Secara Kimiawi dan
Enzimatik. SeminarNasional Jurusan Kimia, Surakarta, 13 Oktober2001, Jurusan
Kimia F MIPA UNS.
Riesca Ayu Kusuma W., Djony Izak Rudyarjo dan Adri Supardi. 2013. Sintesis dan
karakterisasi bioselulosa-kitosan dengan penambahan gliserol sebagai plasticizer.
Jurnal Fisika dan Terapannya, 1(1): 8 - 22.
Saraswathy, G., S. Pal, C. Rose, and T.P. Sastry. 2001. A novel bioinorganic bone implant
containing deglued bone, chitosan, and gelatin. Bulletin Materials Science 24: 415-
420.
Stephen A.M. 1995. Food Polysaccharides and Their Aplications. department Of
Chemistry.University Of Cape Town Rondebosch.
Sugita, P, dkk., 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. IPB Press, Bogor.
Suhardi. (1993). Khitin dan Khitosan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. Yogyakarta.
Suhartono, M.T. 2006. Pemanfaatan Kitin, Kitosan, kitooligosakarida. Foodreview J (6) : 30-
33.

15
16

Anda mungkin juga menyukai