KELOMPOK 5
ADE GUSTINA HAZAR NASUTION (210407010)
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Netti Herlina, M.T. Dra.
Nunuk Priyani, M.Sc.
Prof. Dr. Termala Alexander Barus, M.S.c.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi Lingkungan ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Lingkungan. Selain itu, penulisan laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai preparasi media bagi para pembaca dan penulis.
Dalam penulisan laporan ini, kami banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Secara khusus kami meyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Ir. Netti Herlina, M.T., Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Termala
Alexander Barus, M.Sc., selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi Lingkungan.
2. Bapak Dr. Eng. Ir. Hafizhul Khair AM S.T., M.T., selaku kepala laboratorium Bioteknologi
Lingkungan.
3. Kakak dan abang asisten, orangtua serta semua pihak yang telah memberikan banyak bantuan
selama proses pengerjaan laporan ini hingga selesai.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa laporan kami masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna penyempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap agar
laporan praktikum Mikrobiologi Lingkungan ini dapat memberikan manfaat untuk semua. Sekian
dan terimakasih.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Tabel 4.1 Pengamatan Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar ........................................ IV-1
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya pembiakan mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar bakteri dapat
berkembang dengan baik. Dalam pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan bahan-bahan
organik dan ion-ion pendukung sebagai sumber energi dan katalis. Faktor-faktor yang penting bagi
proses pembiakan mikroorganisme yaitu nutrisi, oksigen dan gas lain, kelembaban, pH media,
suhu, serta kontaminan. Media yang baik untuk pembiakan mikroorganisme harus mengandung
unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfat anorganik, sulfur, logam, air, dan mineral (Zimbro
dkk, 2009).
I-1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum mikrobiologi modul preparasi media adalah sebagai
berikut:
1. Apa fungsi dari media?
2. Apa saja pembagian dalam media?
3. Apa saja kriteria penggunaan media?
4. Bagaimana prinsip dasar preparasi media?
5. Apa perbedaan dari agar komersil dengan agar teknik?
I-2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Media adalah substansi dengan kadar tertentu dalam bentuk cair, setengah padat atau padat yang
mengandung bahan alami dan/atau buatan untuk mendukung perkembangbiakan mikroorganisme.
Media yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme harus
sesuai susunannya dengan kebutuhan mikroorganime yang bersangkutan. Pada media itulah
mikroorganisme akan melakukan aktivitas pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan mikroorganisme,
diperlukan campuran beberapa bahan yang mengandung nutrien. Nutrien tersebut dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Nutrien tersebut berupa molekul karbon (C),
hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan beberapa mineral serta vitamin untuk pertumbuhan,
reproduksi dan memproduksi hasil metabolisme (Luklukyah dkk, 2019).
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah yang sesuai dengan lingkungan pertumbuhan
mikroba tersebut, yaitu susunan makanannya dimana media harus mengandung air untuk menjaga
kelembaban dan untuk pertukaran zat atau metabolisme, juga mengandung sumber karbon,
mineral, vitamin dan gas, tekanan osmosis yaitu harus isotonik (Yusmaniar, 2017).
II-1
2.3 Pembagian Media
Adapun macam-macam media dapat dibagi berdasarkan komposisi, sifat fisik dan, tujuannya yaitu
sebagai berikut:
II-2
Nitrogen dan bersifat sebagai larutan penyangga, beberapa kuman dapat tumbuh dalam larutan
pepton 4%.
3. Media padat
Menurut Yusmaniar (2017), media padat mengandung komposisi agar sebesar 15 %. Media padat
digunakan untuk mempelajari koloni kuman, untuk isolasi dan untuk memperoleh biakan murni.
Contoh media padat Nutrient Agar (NA), Potato Detrose Agar (PDA), dan Plate Count Agar
(PCA).
2. Media Selektif/Penghambat
Menurut Rachmawaty (2020), media pembiakan selektif mendukung pertumbuhan
mikroorganisme jenis tertentu dan menghambat pertumbuhan flora campuran lain. Selektifitas ini
diperoleh dengan menambahkan bahan kimia, pewarna, atau antibiotik pada media. Contoh media
ini adalah Selective Strep Agar dengan 5% darah domba, media Thiosulfate Citrate Bile Salt
Sucrose (TCBS) merupakan media selektif untuk bakteri Vibrio colera, Media Salmonella &
Shigella Agar (SSA), media ini digunakan untuk menyeleksi bakteri Salmonella dan Shigella.
II-3
4. Media untuk Karakterisasi Bakteri
Menurut Rachmawaty (2020), media yang digunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, antibiotik, residu pestisida.
5. Media Diferensial
Menurut Zimbro dkk (2009), media diferensial adalah media yang mengandung unsur yang
memungkinkan untukmengidentifikasi mikroorganisme jenis tertentu dari kultur murni atau
campuran. Identifikasi ini biasanya berdasarkan penampakan dari mikroorganisme, seperti warna
koloni atau adanya presipitat. Contoh media ini adalah sebagai berikut:
a. Media Mac Conkey: pada media ini dapat dibedakan bakteri yang memfermentasikan laktosa
dan yang tidak memfermentasikan laktosa.
b. Media Klinger Iron Agar (KIA): pada media ini dapat diketahui bakteri yang
memfermentasikan laktosa dan glukosa serta pembentukan H₂S.
c. Triple Sugar Iron Agar (Agar TSI): media ini digunakan untuk mengidentifikasi organisme
intestinal gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk memfermentasikan dektrosa,
laktosa, dan sukrosa, serta menghasilkan sulfida.
II-4
Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhan. Media selain untuk menumbuhkan mikroba juga dibutuhkan untuk isolasi &
inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan biokimia mikroba. Media yang baik untuk
pertumbuhan mikroba adalah yang sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut,
yaitu susunan makanannya di mana media harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan
untuk pertukaran zat atau metabolisme, juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan
gas, tekanan osmosis yaitu harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga
yang alkali, temperatur harus sesuai dan steril. Media harus mengandung semua kebutuhan untuk
pertumbuhan mikroba, yaitu: sumber energi misalnya gula, sumber nitrogen, juga ion anorganik
essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin serta unsur makro dan unsur mikro
(Yusmaniar, 2017).
b. Temperatur
Bakteri agar dapat tumbuh optimal membutuhkan suhu tertentu. Umumnya bakteri patogen
membutuhkan suhu sekitar 37oC sesuai dengan suhu tubuh manusia walaupun ada juga bakteri
yang membutuhkan suhu tinggi seperti Camphylobacter (42oC).
c. Tekanan Osmosis
Secara umum untuk pertumbuhannya, bakteri membutuhkan media isotonik. Apabila media
bersifat hipotonik maka bakteri akan mengalami plasmoptysis dan apabila bersifat hipertonik,
bakteri akan mengalami plasmolysis.
II-5
d. Derajat Keasaman (pH)
Sebagian besar bakteri membutuhkan pH sekitar netral. Namun beberapa bakteri butuh perlakuan
khusus sebagai contoh bakteri vibrio yang membutuhkan pH alkali sekitar 8-10 untuk dapat
tumbuh optimal.
e. Sterilitas
Sterilitas merupakan hal yang mutlak dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan mikrobiologi,
karena bakteri yang diharapkan tumbuh adalah bakteri penyebab. Jika media yang digunakan tidak
steril maka tidak dapat dibedakan apakah yang tumbuh merupakan bakteri yang dibutuhkan atau
hanya sekedar bakteri kontaminan.
II-6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada kegiatan praktikum mikrobiologi lingkungan modul
preparasi media ini adalah sebagai berikut:
1. Alat-alat yang digunakan pada modul 1 sterilisasi
Adapun alat-alat yang digunakan pada modul sterilisasi sebelumnya diantaranya, mangkuk plastik,
kawat, dandang, gelas ukur, spatula/sendok, batang pengaduk dan gelas keramik.
2. Aluminium Foil
Fungsi: untuk menutup bagian atas gelas keramik ketika dikukus agar media yang dibuat tetap
steril.
3. Timbangan
Fungsi: sebagai alat untuk mengukur takaran bahan-bahan praktikum.
III-1
4. Panci
Fungsi: digunakan untuk merebus kentang dan agar-agar.
5. Dandang
Fungsi: sebagai alat untuk mengukus alat dan bahan pada praktikum.
Di samping itu, untuk mendukung proses pelaksanaan praktikum prepasi media sesuai dengan
prosedur, beberapa alat tambahan yang digunakan sebagai pelengkap berupa :
1. Tissue
2. Serbet
3. Alat pelindung diri (APD)
3.2. Bahan
A. Nutrien Agar (NA)
Berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan untuk media Nutrient Agar (NA):
1. Aqua
Pada praktikum ini aqua berfungsi sebagai bahan cair untuk melarutkan agar-agar. Media nutrient
agar menggunakan aqua sebanyak 400 ml.
III-2
2. Tepung Agar-Agar
Agar-agar adalah zat berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga dan bisa dimakan, dalam
bidang medis digunakan sebagai pembiak bakteri di laboratorium.
2. Tepung Agar-Agar
Agar-agar adalah zat berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga dan bisa dimakan, dalam
bidang medis digunakan sebagai pembiak bakteri di laboratorium.
III-3
3. Kentang
Kentang adalah tanaman berumbi yang tinggi karbohidrat.
4. Gula
Gula yang digunakan pada pembuatan media ini sebanyak 5 gram, berfungsi sebagai pengganti
dextrose.
III-4
3.3 Prosedur Praktikum
A. Prosedur Pembuatan Nutrient Agar
Mulai
Selesai
III-5
B. Prosedur Pembuatan Potato Dextrose Agar
Mulai
Selesai
III-6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Menurut Rachmawaty (2020), media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang digunakan untuk membiakkan mikroba. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi
media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Pada pecobaan
ini media yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA).
Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sering digunakan untuk menumbuhkan
dan mengembangbiakkan bakteri (Wachidah, 2016). Media ini dibuat dari tepung agar sebanyak
4 gram dan 450 ml akuades. Agar pada NA berfungsi sebagai pemadat medium dan akuades
sebagai bahan pelarut dalam pembuatan medium dan sebagai sumber O₂.
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sering digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan jamur dan kapang. Media ini dibuat dari 125 gram kentang yang direbus
untuk diambil sari sarinya. Kemudian larutan kentang yang sudah disaring ditambahkan 4 gram
tepung agar, 5 gram gula pasir, dan akuades secukupnya. Kentang menjadi sumber karbon,
karbohidrat, dan nutrisi bagi mikroba. Dextrose sebagai sumber energi dan sebagai sumber
karbon. Agar sebagai bahan pemadat medium. Akuades sebagai bahan pelarut dalam pembuatan
medium dan sebagai sumber O₂.
IV-1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini antara lain:
1. Menurut Yusmaniar dkk. (2017), media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan. Media juga dibutuhkan untuk isolasi &
inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan biokimia mikroba. Media yang baik untuk
pertumbuhan mikroba adalah yang sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut.
2. Adapun macam-macam media dapat dibagi berdasarkan komposisi, sifat fisik dan, tujuannya.
Berdasarkan komposisinya, media dapat dibagi menjadi media sintesis, semi sintesis, dan
nonsintesis. Berdasarkan sifat fisiknya media dibagi menjadi media cair, media semi padat,
dan media padat. Berdasarkan tujuan, media dapat dibagi menjadi 5, yaitu: media untuk
isolasi, media selektif, media diperkaya, media untuk karakterisasi bakteri, dan media
diferensial.
3. Media harus memenuhi semua kriteria untuk pertumbuhan mikroba, yaitu sumber energi
misalnya gula, sumber nitrogen, juga ion anorganik essensial, dan seperti vitamin. Media
pertumbuhan mengandung unsur makro yang dibutuhkan mikroba seperti karbon (C),
hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan fosfor (P) dan mikro seperti besi (Fe) dan
magnesium (Mg).
4. Perbedaan antara agar komersil dan teknis adalah dari kandungan bahan- bahan yang
digunakan dalam agar tersebut. Agar komersil tidak mengandung pati, gelatin, dan protein.
Agar teknis memiliki kandungan pati, gelatin, protein, gelisat, dan sebagainya yang memenuhi
syarat bakteriologi.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini antara lain:
1. Sebaiknya praktikan ke depannya dapat memahami terlebih dahulu prosedur kerja percobaan
dengan baik sebelum melakukan kegiatan praktikum.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih mengecek alat-alat yang digunakan pada percobaan
sudah steril agar tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme yang lain.
3. Sebaiknya praktikan ke depannya melakukan prosedur percobaaan praktikum dengan baik.
V-1
DAFTAR PUSTAKA
Cappuccino, J.G. & Sherman, N. 2014. Manual Laboratorium Biologi. EGC: Jakarta, Indonesia.
Juariah, S. 2018. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan
Bacillus sp. Akademi Analis Kesehatan Yayasan Fajar Pekanbaru: Pekanbaru
Luklukyah, Z., Sermalia, N.P., Mujtahidah, T., 2019. Mikrobiologi Dasar. Universitas Tidar: Jawa
Tengah.
Yudistara, R. 2019. Perbedaan Jumlah Koloni Candida Albicans Pada Media Emb (Eosin
Methylen Blue) Dan Sda (Sabouroud Dextrose Agar). Undergraduate thesis, Universitas
Katolik Musi Charitas: Palembang.
Yusmaniar, Wardiyah, Nida, K., 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Zimbro, M.J., David A.P., Sharon M.M., George E.W., and Julie A.J., 2009. DifcoTM & BBLTM
Manual: Manual of Microbiological Culture Media, Second Edition. Becton, Dickinson and
Company: Maryland.
v
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI
Foto Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar Foto Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar
Sumber: Aswara, 2022 Sumber: Nasution, 2022
Foto Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar Foto Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar
Sumber: Irvani, 2022 Sumber: Aulia, 2022
vii
LAMPIRAN B
APLIKASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Beberapa peneliti melakukan penelitian untuk menemukan media alternatif salah satunya dengan
sumber karbohidrat. Berbagai sumber protein lain juga berhasil digunakan sebagai media alternatif
pertumbuhan mikroorganisme. Seperti yang dilakukan oleh Jauriah (2018) yang menggunakan
beberapa biji dari suku Leguminoseae yaitu kacang tunggak, kacang hijau, kacang kedelai hitam,
dan kedelai untuk pertumbuhan berbagai macam bakteri seperti Escherichia coli, Bacillus sp.,
Staphylsococcus sp., Klebsiella sp. dan Pseudomonas sp. Selain bakteri, bahan- bahan tersebut
juga dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur. Limbah ampas tahu selama ini hanya
dijadikan makanan ternak. Setiap kilogram kedelai akan menghasilkan limbah cair berkisar antara
1,5 – 2 liter. Oleh karena itu limbah cair industri tahu dapat digunakan sebagai media alternatif
pertumbuhan bakteri seperti Bacillus sp. Limbah tahu masih memiliki kandungan organik yaitu
protein (40%- 50%), karbohidrat (25%- 50%), dan lemak (10%).
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair industri tahu yang berada di
jalan Lilin dan strain Bacillus sp. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah experiment
laboratory yakni melihat pertumbuhan Bacillus sp. pada media alternatif dari limbah ampas tahu
dengan variasi konsentrasi yaitu 6%, 7%, 8%, 9% dan 10% dan diinkubasi dalam waktu 24 jam
dan 48 jam. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, ose, lampu spritus, tabung
reaksi dan rak, erlenmeyer, hot plate beaker glass, petridisk dan alat gelas lainnya. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini : ialah limbah cair tahu, agar batang, Media NA (Nutrient Agar),
NaCl 0,9 %, suspensi Bacillus sp. yang instan, alkohol, kapas, pH kertas, aluminium foil dan
aquadest.
Pada penelitian ini yang dilakukan adalah pengamatan karakteristik fisik media pertumbuhan dan
total koloni Bacillus sp. pada media limbah cair tahu dan Nutrient Agar dengan variasi kosentrasi
6%, 7%, 8%, 9% dan 10%. Metode yang di gunakan adalah spread plate atau metode sebar, dan
inkubasi selama 48 jam pada suhu 37°C.
Pada penelitian ini, koloni pada media Nutrient Agar terlihat lebih besar dan mudah diamati.
Sedangkan pada media limbah cair tahu terlihat lebih kecil tetapi masih bisa di amati. Hal ini
dikarenakan media Nutrient Agar merupakan media yang sudah teruji secara klinis untuk
vii
pertumbuhan bakteri, sehingga proses metabolisme bakteri berlangsung optimal. Hasil
pertumbuhan Bacillus sp. pada media limbah cair tahu kosentrasi 8% menunjukkan bahwa
pertumbuhan Bacillus sp. pada pengenceran 10-4 dengan total koloni yaitu 102 x 10-4 CFU/mL.
menjadi rata-rata tertinggi pertumbuhan koloni pengulangan pertama dan kedua pada media
limbah cair tahu. Hasil dari pertumbuhan koloni di media Nutrient Agar dan limbah cair tahu
berbeda, pada media Nutrient Agar koloni yang tumbuh lebih besar dan jelas. Sedangkan pada
media limbah cair tahu koloni yang tumbuh kecil dan bisa dilihat. Hal tersebut di sebabkan oleh
nutrisi yang terdapat pada media Nutrient Agar dan media limbah cair tahu berbeda. Berdasarkan
uraian diatas, media alternatif yang paling efektif dari limbah cair tahu untuk pertumbuhan
Bacillus sp. adalah media dengan kosentrasi 8% karena pertumbuhan populasi bakteri dikatakan
baik, penyebaran merata dan mendekati jumlah koloni pada kontrol positif.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pertumbuhan Bacillus sp. pada media Nutrient Agar pada pengenceran 10-4 yaitu 221x10-4 besar,
sangat mudah dilihat dengan mata telanjang sedangkan pertumbuhan pada media limbah cair
industri tahu pada kosentrasi 6% bakteri yang tumbuh 24x10-4 , kosentrasi 7% bakteri yang
tumbuh 27x10-4 , kosentrasi 8% bakteri yang tumbuh 102x10-4 , kosentrasi 9% yang tumbuh
46x10-4 , kosentrasi 10% yang tumbuh 62x10-4 . bakteri yang tumbuh kecil,tetapi masih bisa
dilihat oleh mata (Juariah, 2018).
i viii