Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

MATAKULIAH ILMU PRODUKSI ANEKA TERNAK

OLEH :

PUTRI LESTARI
O 121 19 236

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
MATAKULIAH ILMU PRODUKSI ANEKA TERNAK

BUDIDAYA MAGGOT DAN SIKLUS METAMORFOSIS LALAT HITAM


BSF (Black Solder Fly) MENGGUNAKAN MEDIA PERTUMBUHAN DARI
LIMBAH ORGANIC

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Ilmu Produksi Aneka Ternak

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kita panjatkan kepada Allah SWT karena rahmatnya dan

hidayanya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Ilmu Produksi Aneka

Ternak. Praktikum ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah dijurusan

Peternakan Fakultas Peternakan & Perikanan Universitas Tadulako. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Muh Sadik Arifuddin, M.Sc Dosen penanggung jawab mata kuliah

Ilmu Produksi Aneka Ternak Fakultas Peternakan & Perikanan

Universitas Tadulako.

2. Ir. Sri Sarjuni, M.Sc Sebagai Dosen pembimbing Praktikum mata kuliah

Ilmu Produksi Aneka Ternak Fakultas Peternakan & Perikanan

Universitas Tadulako.

3. Teman – teman dan semua pihak yang telah memberi bantuan dalam

penulisan laporan ini .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan oleh karena

itu penyusun mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi perbaikan

dimasa akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya mahasiswa peternakan & perikanan universitas tadulako

Palu, 26 Desember 2021

Putri Lestari

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Budidaya Maggot Dan Siklus Metamorfosis Lalat Hitam


BSF (Black Solder Fly) Menggunakan Media
Pertumbuhan Dari Limbah Organic
Nama : Putri Lestari

Stambuk : O 121 19 236

Kelas : F (PTK 6)

Semester : V (Lima)

Jurusan : Peternakan

Program Studi : S1 Peternakan

Fakultas : Peternakan dan Perikanan

Universitas : Tadulako

Palu, 26 Desember 2021

Putri Lestari

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Dosen Pembimbing Praktikum

Ir. Muhammad Ilyas Mumu, S,Pt., M.Sc.Ag Ir. Sri Sarjuni M.Si
NIP : 19701208199603 1 00 1 NIP : 1960060219860 2 00 5

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3.Tujuan Praktikum .................................................................. 3
1.4. Manfaat Praktikum ............................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Lalat BSF (Hermatia Illucens) ................... 5
2.1.1. Klasifikasi .................................................................. 5
2.1.2. Morfologi dan Siklus Hidup Lalat BSF
(Hermatia Illucens) ................................................... 5
2.1.3. Habitat Lalat BSF (Hermatia Illucens) ..................... 7
2.1.4. Kandungan Nutrisi Larva BSF .................................. 8
2.1.5. Media perkembangan Larva BSF .............................. 9
2.2. Keuntungan Budidaya Lalat BSF sebagai pakan ternak ...... 9
2.3. Pemanfaatan Limbah Organic dari sayuran dan buahan
sebagai media perkembangan Larva .................................... 10
III. Metode Praktikum
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................ 12
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................... 12

iv
3.3. Prosedur Kerja ...................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ...................................................................................... 16
4.2. Pembahasan .......................................................................... 16
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 19
5.2. Saran ..................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan nutrisi Larva ........................................................ 8

Tabel 2. Alat dan Bahan .............................................................. 12

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. (a) Larva, (b) pupa dan (c) Lalat dewasa .......................... 5

Gambar 2. Siklus hidup Lalat Black Soldier Fly .................................. 7

Gambar 3. Limbah Organic dari sayuran dan buahan ....................... 13

Gambar 4. Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum ..................... 13

Gambar 5. Proses mencincang kasar limbah sayuran dan buahan ..... 13

Gambar 6. Timbangan pertamadan kedua sebanyak 4 kg ................... 14

Gambar 7. Proses pencampuran limbah Organic dengan EM-4 ......... 14

Gambar 8. Menggunting jaring waring kurang lebih ¼ meter ............ 15

Gambar 9. Simpan dan tunggu hasilnya sekitar 1 minggu ................... 15

Gambar 10. Hasil metamorfosis Maggot BSF (larva) menggunakan

Media limbah Organic setelah 1 minggu ........................... 16

Gambar 11. Metamorfosis siklus kedua (larva) Maggot BSF

setelah 1 minggu ................................................................ 16

vii
viii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Magot atau larva BSF merupakan hasil metamorfosis lalat tentara hitam

(Hermetia illucens L. ) jenis black soldier fase kedua setelah fase telur dan

sebelum fase pupa di mana prosesnya diawali oleh telur lalat BSF yang menetas

lalu menjadi maggot lalu setelahnya berkembang menjadi pupa hingga menjadi

lalat dewasa yang dimana pada fase kedua tersebut mempunyai sumber protein

yang paling banyak. Larva BSF dapat dijadikan sebagai bahan pakan hewan

ternak dan dapat menekan harga pakan lebih murah (Rachmawati dkk, 2010)

Menurut Newton et al (2015), budidaya Maggot tidak begitu sulit untuk

dilakukan karena pada dasarnya maggot berada di sekitar lingkungan kita.

Keistimewaan dari maggot Hermetia illucens yaitu bila nutrien tidak cukup

untuk perkembangan larva maka fase dapat mencapai 4 bulan tetapi bila nutrien

cukup maka lama fase larva hanya memerlukan waktu 2 minggu. Substrat yang

berkualitas akan menghasilkan maggot Hermetia illucens yang lebih banyak

dan yang berkualitas akan menghasilkan maggot Hermetia illucen yang lebih

banyak karena dapat menyediakan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan serta

perkembangan maggot yang hasilnya dapat diukur melalui produksi berat segar

maggot Hermetia illucens. Dan kekurangan energi dapat menghambat

perkembangan tubuh maggot Hermetia illucens (Arief dkk,. 2012).

Larva BSF dapat mengubah limbah organic di dalam tubuhnya menjadi

lemak dan protein (Supriyatna dan Putra, 2017). Selain itu, pakan dari larva

1
2

BSF dapat menurunkan pengeluaran biaya pakan, meningkatkan protein hewan

perternak dan menstabilkan produktivits hewan ternak. Larva BSF dapat

dikonsumsi oleh hewan ternak secara langsung ataupun dicampur dengan dedak

yang akan dibuat sebagai pelet.

Kelebihan dari maggot BSF untuk dijadikan sebagai bahan pakan yaitu

memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Maggot BSF mengandung 41-42%

protein kasar; 31-35% lemak kasar; 14-15% abu; 4,8-5,1% kalsium dan 0,6-

0,63% fospor (Fauzi dan Sari, 2018). Kandungan manggot BSF tergantung

dengan apa yang dimakan, jika media tumbuhnya mengandung nutrisi yang

baik maka manggot yang dihasilkan juga memiliki kandungan nutrisi yang baik

karena mampu mengoptimalkan apa yang dimakan untuk meningkatkan

kandungan nutrisi tubuhnya. Berdasarkan hal tersebut, tepung maggot BSF

dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pakan baru.

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak ketersedian

pangan hayati yang melimpah seperti buah-buahan dan sayuran sehingga

mudah ditemukan dimanapun dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Buah-buahan dan sayuran memiliki rentan waktu yang cepat dalam proses

pembusukan, sehingga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Pengelolaan limbah merupakan sebuah tantangan terutama di wilayah-wilayah

Indonesia khususnya di UMM dan TPA pasar yang harus dibenahi. Limbah

organik memiliki ketersedian yang sangat banyak dibandingkan dengan limbah

anorganik. Menurut Pitoyo, Arthana, dan Sudarma (2016), jumlah limbah bahan
3

organik di terdiri dari 70% dan bahan anorganik sebesar 30%. Hal sama juga

dikemukakan oleh Banowati (2012).

2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam

praktikum ini adalah bagaimana teknik budidaya Maggot Lalat BSF (Black

Solder Fly) sebagai pakan ternak alternatif , bagaimana siklus metamorfosis dan

perkawinan Lalat BSF hingga menjadi Maggot serta pemanfaatan limbah

organic dari sayuran dan buahan sebagai media pertumbuhannya.

2.3. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu ;

1. Untuk mengetahui teknik budidaya Maggot Lalat BSF (Black Solder Fly)

sebagai pakan ternak alternatif.

2. Agar dapat memahami siklus metamorfosis/perkawinan Lalat BSF hingga

menjadi Maggot/larva (fase kedua)

3. Memanfaatkan Limbah Organic dari sayuran sebagai media pertumbuhan

Maggot Lalat BSF (Black Solder Fly)

2.4. Manfaat

a. Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa serta informasi bagi para

pembaca terkait teknik budidaya Maggot Lalat BSF (Black Solder Fly)

b. Memberikan pemahaman mengenai siklus metamorfosis dan perkawinan

dari Lalat BSF (Black Solder Fly) hingga menghasilkan telur dan

berkembangbiak menjadi Maggot.


4

c. Dapat memanfaatkan sisah dari Limbah Sayuran yang digunakan sebagai

media pertumbuhan Maggot Lalat BSF (Black Solder Fly)

d. Sebagai pakan ternak alternatif yang ramah lingkungan dan biaya

ketersediaan pakan yang relatif lebih murah.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Lalat Black Solder Fly (Hermetia illucens L. )

2.1.1. Klasifikasi

Nama umum: Black Soldier Fly, American Soldier Fly, Tentara Hitam

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub ordo : Brachycera

Super family : Stratiomyoidea

Famili : Stratiomyidae

Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens (Wardhana, 2016)

2.1.2. Morfologi dan Siklus Hidup Lalat Black Soldier Fly (Hermetia

illucens L. )

Gambar 1. (a) Larva, (b) Pupa dan (c) Lalat dewasa BSF

Sumber : Wardhana (2016)

5
6

Lalat Black Soldier Fly (BSF) atau yang sering dikenal dengan lalat

tentara hitam memiliki tubuh yang sesuai dengan julukan yaitu

berwarna hitam dan pada bagian abdomen lalat ini berwarna transparan

(wasp waist) sehingga sekilas menyerupai warna abdomen lebah.

Panjang tubuh lalat ini berkisar 15-20 mm dan jangka hidupnya hanya

3-5 hari. (Gambar 1).

Menurut Tumberlin, Sheppard, & Joyce (2002) Siklus hidup lalat

BSF dari telur menjadi dewasa sekitar 40-43 hari (Gambar 2). Salah

satu faktor yang berperan dalam siklus hidup H. illucen adalah suhu,

Suhu 30oC merupakan suhu yang optimal untuk larva dapat tumbuh

dan berkembang menjadi larva yang lebih aktif dan produktif, karena

suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur. suhu yang hangat

dapat memicu telur untuk menetas lebih cepat dibangkan dengan suhu

yang rendah, tetapi pada suhu 36oC prepupa tidak dapat bertahan hidup

dan tidak dapat berkembang biak karena suhu terlalu panas, sedangkan

pada suhu 27oC larva atau prepupa akan mengalami perkembangan

empat hari lebih lambat dibandingkan dengan suhu 30oC (Tumberlin,

Adler, & Myers, 2009).

Menurut Rachmawati & Samidjan (2013) Lalat betina dapat

memproduksi sekitar 185-1235 telur. Literatur lain juga menyebutan

lalat betina membutuhkan waktu 20-30 menit untuk bertelur dengan

memproduksi telur sebanyak 546-1.505 butir dan berat massa telur 16

mg dengan berat individu masing-masing sekitar 0,026-0,030 mg. lalat


7

betina bertelur sekitar pukul 14.00-15.00. Lalat betina hanya bertelur

satu kali selama hidupnya setelah bertelur lalat akan mati (Tumberlin et

al., 2002). Angka yang tecantum pada gambar (Gambar 2.2)

menunjukkan lama waktu (hari) perkembangan lalat H. illucen dalam

setiap tahapan metamorfosisnya.

Gambar 2. Siklus hidup Lalat Black Soldier Fly

Sumber : Wardhana (2016) yang dimodifikasi

2.1.3. Habitat Lalat Black Soldier Fly (Hermetia Illucens)

Lalat H. illucen merupakan insekta yang berasal berasal dari

Amerika serikat dan kemudian tersebar ke wilayah tropis dan subtropis

didunia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis

sehingga kondisi ini sangat ideal untuk budidaya H. illucen. lalat ini

sangat mudah dikembangkan dalam skala massal dan tidak memerlukan

peralatan yang khusus. Tahap akhir larva (pupa) akan bermigrasi

sendiri dari media tumbuh yang digunakan, sehingga memudahkan

untuk dipanen. Lalat ibukan lalat hama dan tidak ditemukan di tempat

yang kotor atau padat penduduk sehingga lalat ini relative aman dilihat

dari segi kesehatan manusia (Li et al., 2011).


8

2.1.4. Kandungan Nutrisi Larva Lalat Hermatia illucens

Kandungan nutrisi larva H. illucen dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Larva ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 44,26%

dan kandungan lemak 29,65 %. Nilai asam lemak, asam amino dan

mineral yang terkandung dalam larva ini juga tidak kalah dengan

sumber protein lainnya, sehingga larva ini dapat dijadikan bahan baku

untuk pakan ternak (Fahmi, 2015).

Tabel 1. Kandungan nutrisi larva H. Iilucen

Sumber : Fahmi (2007)

2.1.5. Media perkembangan larva Black Soldier Fly

Larva lalat BSF dapat tumbuh dan berkembang subur pada media

organik, seperti BIS, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran ayam, sampah

buah dan limbah organik lainnya. Kemampuan larva BSF hidup dalam

berbagai media terkait dengan karakteristiknya yang memiliki toleransi


9

pH yang luas (Mangunwardoyo et al. 2011). Selain itu, kemampuan

larva dalam mengurai senyawa organik ini juga terkait dengan

kandungan beberapa bakteri yang terdapat di dalam saluran

pencernaannya (Dong et al. 2009; Yu et al. 2011). Banjo et al. (2005)

berhasil mengidentifikasi beberapa bakteri yang diisolasi dari sistem

pencernaan larva BSF, yaitu Micrococcus sp, Streptococcus sp,

Bacillus sp dan Aerobacter aerogens.

2.2. Keuntungan Budidaya Lalat Black Soldier Fly sebagai pakan ternak

Pemanfaatan larva BSF sebagai pakan ternak memiliki keuntungan secara

langsung maupun tidak langsung. Larva BSF mampu mengurai limba organik,

termasuk limbah kotoran ternak secara efektif karena larva tersebut termasuk

golongan detrivora, yaitu organisme pemakan tumbuhan dan hewan yang telah

mengalami pembusukan. Dibandingkan dengan larva dari keluarga lalat

Muscidae dan Calliphoridae, larva ini tidak menimbulkan bau yang menyengat

dalam proses mengurai limbah organik sehingga dapat diproduksi di rumah atau

pemukiman. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Banks et al. (2014) yang

menunjukkan adanya penurunan senyawa volatil pada media yang diberi larva

BSF berdasarkan pengamatan di laboratorium.

Peluang nyata dalam pengolahan sampah dengan biokonversi dapat

ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya bahwa larva ini mengonsumsi serta

mendegradasi sejumlah bahan organik yang terkandung dalam suatu sampah

sampai sebesar 70% (Lalander dkk., 2014). Keberhasilan pengembangbiakan

lalat Hermetia illucen ini, ditentukan oleh media tumbuhnya. Ketika proses
10

reproduksi lalat terjadi, lalat jenis ini akan menyukai media tumbuh yang khas

dan ketika dia menyukai aroma tersebut maka lalat tersebut mau hidup dan

berkembang di media tersebut (Katayane dkk., 2014). Lalat ini sangat cepat

pertumbuhannya dan mudah tumbuh di limbah organik seperti kotoran unggas.

Ketika lalat Hermetia illucen sudah matang, dibutuhkan waktu 3–4 hari untuk

dijadikan pakan yang akan melalui proses pengeringan dan penggilingan untuk

dijadikan bahan pakan (Widjastuti dkk., 2014).

2.3. Pemanfaatan Limbah Organic sebagai media pertumbuhan Maggot

Larva

Sampah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu sampah

organik dan sampah anorganik. Sampah organic ditempat kami merupakan

sumbangan terbesar dalam penumpukan sampah, contohnya adalah sampah

dedaunan, sisa-sisa makanan, kotoran binatang dan lain-lain. Sampah organic

mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan kembali menjadi barang

yang berguna dan bisa mempunyai nilai ekonomi yang cukupbesar. Sebenarnya

di Pedesaan, sampah organic banyak dimanfaatkan oleh penduduk. Contoh

Kecil Saja dengan mereka membuang sampah organik di lahan perkebunan atau

pertanian bias dijadikan sebagai pupuk alami. Dengan memanfaatkan

Teknologi Biokonversi dengan menggunakan Larva Lalat Tentara Hitam

(BSF), Karena dalam Lalat BSF memiliki aktivitas selulotik dengan adanya

bakteri pada ususnya (Supriatna & Ukit, 2016). Keberadaan bakteri dalam usus

larva tersebut membantu larva dalam mengkonversi limbah organic dalam

ususnya. Larva BSF mampu mengkonversi limbah organik (Buah-Buahan dan


11

Sayur-Sayuran) menjadi lemak dan protein dalam biomassa tubuhnya (Larde,

1990 ; Shepard & Newton, 1994; Leclercq, 1997; Oliver, 2001; Newton et al.,

2005; Li et al., 2011; Diener et al., 2011; Zheng et al., 2011.

Penyediaan pakan ternak yang berkualitas merupakan salah satu factor

penentu keberhasilan industry peternakan dan menjadi komponen terbesar

dalam kegiatan usaha tersebut, yaitu 50-70% (Katayane et al. 2014). Beski et

al. (2015) menyatakan bahwa komponen protein mempunyai peran yang

penting dalam suatu formula pakan ternak karena terlibat dalam pembentukan

jaringan tubuh dan terlibat aktif dalam metabolisme vital seperti enzim,

hormon, antibodi dan lain sebagainya


BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu,18 Desember 2021 Pukul 13.00

WITA – selesai. Bertempat di Laboratorium Desa Sibalaya, Kabupaten Sigi

Provinsi Sulawesi Tengah.

3.2. Alat dan Bahan

Tabel 2. Alat dan Bahan Praktikum

Alat Bahan

- Ember dan Loyang - Limbah sayur dan buah-

- Timbangan Digital buahan yaitu ; tomat, pisang,

- Parang wortel, paria, gambas, kol,

- Irisan kayu (talenan) mentimun, kangkung,

- Jaring Waring bayam, pakis.

- Gunting - Daun pisang kering

- Tali Rafia - Em-4 Peternakan

- Kertas Label

- Camera (alat dokumentasi)

- Tissue

3.3. Prosuder Kerja

1. Dokumentasikan alat dan bahan yang telah dipersiapkan dalam

melaksanakan praktikum.

12
13

Gambar 3. Limbah Organic dari sayuran dan buah-buahan

Gambar 4. Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum

2. Kemudian, limbah sayuran dan buahan yang telah dipersiapkan tersebut

cincang kasar diatas talenan kayu menggunakan parang.

Gambar 5. Proses mencincang kasar Limbah sayuran dan buah-buahan


14

3. Masukkan kedalam ember limbah sayuran dan buahan yang sudah

dicincang, lalu timbang sebanyak 4 kg diatas loyang kemudian masukkan

kedalam ember baru yang bersih.

Gambar 6. Timbangan pertama dan kedua sebanyak 4kg

4. Masukkan bersama EM-4 Peternakan sebanyak 40 ml, homogenkan dan

tutup permukaannya selembar demi selembar dengan daun pisang kering,

tujuannya agar permukaannya tidak lembab dan memudahkan proses Lalat

BSF dalam siklus perkawinan.

Gambar 7. Proses pencampuran Limbah Organic dengan EM-4

5. Gunting jaring waring kurang lebih ¼ meter lalu tutup diatas permukaan

ember dan ikat rapih menggunakan tali rafia dengan tujan agar tidak

terganggu oleh predator lainnya.


15

Gambar 8. Menggunting Jaring Waring kurang lebih ¼ meter

6. Beri label pada ember sesuai kelompok masing-masing dan tunggu hasilnya

sekitar 1 minggu.

Gambar 9. Simpan dan tunggu hasilnya sekitar 1 minggu


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Gambar 10. Hasil metamorfosis Maggot BSF (larva) menggunakan media

limbah organic setelah 1 minggu

Gambar 11. Metamorfosis siklus kedua (Larva) Maggot BSF setelah 1

minggu

4.2. Pembahasan

Maggot BSF merupakah salah satu fase dari lalat jenis black soldier di mana

prosesnya diawali oleh telur lalat BSF yang menetas lalu menjadi maggot lalu

setelahnya berkembang menjadi pupa hingga menjadi lalat dewasa

(Rachmawati dkk, 2010).

16
17

Maggot Hermetia illucens dapat dikembangbiakkan pada media yang kaya

akan bahan organic. Pada praktikum kali ini, diketahui bahwa hasil dari

metamorfosis siklus kedua (larva) dari tahap awal terjadinya perkawinan Lalat

BSF didalam ember dengan pemberian limbah organic hingga menghasilkan

telur dan menetas menjadi Maggot (larva) hanya membutuhkan waktu sekitar

1 minggu. Bila nutrien tidak cukup untuk perkembangan larva maka fase larva

dapat mencapai 4 bulan tetapi bila nutrien cukup maka lama fase larva hanya

memerlukan waktu 2 minggu. Hal tersebut dikatakan bahwa selama masa

perkembangan hingga mencapai fase larva kebutuhan nutrien tercukupi, namun

untuk masa panen yang lebih optimal memerlukan waktu sekitar 2 minggu

(Hem, dkk, 2008).

Siklus reproduksi lalat BSF dimulai dari pemilihan tempat bertelur yang

lokasinya tidak jauh dari sumber makanan. Untuk mengundang kehadiran Lalat

BSF yang nantinya lalat tersebut akan bertelur dan telur tersebut menetas hingga

menghasilkan Maggot BSF, dapat dilakukan dengan cara fermentasi

menggunakan EM-4 Peternakan kedalam campuran limbah organic dari

sayuran dan buahan sebagai media perkawinan Lalat BSF tersebut. Karena

Lalat BSF menyukai media dan tempat-tempat yang relatif lebih bersih dan

yang berbau khusus hasil fermentasi. Beda halnya dengan Lalat hijau yang

menyukai tempat yang busuk, amis dan kotor sehingga sering dijumpai pada

bangkai, tempat sampah dll. Limbah organic tersebut dapat terurai dengan

bantuan Larva BSF yang disebut dengan metode biokonversi sampah, dalam
18

proses biokonversi sampah larva menyerap nutrient dari sampah organik

menjadi biomassa larva BSF (Nugraha, 2011).

Hidup lalat BSF membutuhkan total daur hidup selama 40 hari dimana fase

telur akan terjadi selama 3 hari dilanjutkan 18 hari fase maggot. Maggot menuju

tahap prepupa 14 hari lalu tiga hari setelahnya akan menjadi pupa kemudian

bertansformasi menjadi lalat dewasa yang bertahan selama 3 hari dan akan mati

jika telah kawin. Untuk sekali bertelur mampu menghasilkan500 sampai 900

telur dan kekhawatiran akan overpopulasi tidak akan terjadi karena predator

sangat banyak (Fatmasari, 2017).

Dalam siklus hidupnya lalat Hermertia illucens memiliki lima stadia yaitu:

1) fase dewasa; 2) fase telur; 3) fase larva; 4) fase prepupa, dan 5) fase pupa

(Diener, 2007). Siklus hidup lalat BSF membutuhkan total daur hidup selama

40 hari dimana fase telur akan terjadi selama 3 hari dilanjutkan 18 hari fase

maggot. Maggot menuju tahap prepupa 14 hari lalu tiga hari setelahnya akan

menjadi pupa kemudian bertansformasi menjadi lalat dewasa yang bertahan

selama 3 hari dan akan mati jika telah kawin. Untuk sekali bertelur mampu

menghasilkan500 sampai 900 telur dan kekhawatiran akan overpopulasi tidak

akan terjadi karena predator sangat banyak (Fatmasari, 2017).


BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa hasil dari metamorfosis siklus kedua (larva) dari

tahap awal terjadinya perkawinan Lalat BSF didalam ember dengan pemberian

limbah organic hingga menghasilkan telur dan menetas menjadi Maggot (larva)

hanya membutuhkan waktu sekitar 1 minggu. Bila nutrien tidak cukup untuk

perkembangan larva maka fase larva dapat mencapai 4 bulan tetapi bila nutrien

cukup maka lama fase larva hanya memerlukan waktu 2 minggu. Hal tersebut

dikatakan bahwa selama masa perkembangan hingga mencapai fase larva

kebutuhan nutrien tercukupi, namun untuk masa panen yang lebih optimal

memerlukan waktu sekitar 2 minggu.

Pada praktikum kali ini, dalam tahap siklus metamorfosis dari Lalat BSF

hingga menjadi Maggot kurang sempurna dan kurang efisien. Karena waktu

yang dibutuhkan mulai dari sistem perkawinan sampai bertelur dan menetas

hingga menjadi larva atau Maggot membutuhkan waktu yang optimal untuk

masa panen sekitar 2 minggu, sedangkan dalam praktikum ini masa panen

hanya 1 minggu.

5.2. Saran

Untuk praktikum kedepannya, akan lebih baik jika praktikum dilaksanakan

setelah selesai pertengahan materi agar mahasiswa dalam melaksanakan

praktikum matakuliah Ilmu Produksi Aneka Ternak ini mempunyai lebih

banyak waktu luang, sehingga waktu yang dibutuhkan pada praktikum Maggot

ini berjalan dengan baik dan efisien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Banjo AD, Lawal OA, Olusole OO. 2005. Bacteria associated with Hermetia

illucens (Linaeus) diptera: Stratiomyidae. Asian J Microbiol

Biotechnol Environ Sci Pap. 7:351-354.

Banks IJ, Gibson WT, Cameron MM. 2014. Growth rates of Black Soldier Fly

larvae on fresh human faeces and their implication for improving

sanitation. Trop Med Int Heal. 19:14-22.

Diener S, Studt Solano NM, Roa Gutiérrez F, Zurbrügg C, Tockner K. 2011.

Biological treatment of municipal organic waste using Black Soldier

Fly larvae. Waste Biomass Valorization. 2:357-363.

Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal

Jawab.Bandung: Alfabeta.

Fatmasari, L. (2017). Tingkat Densitas Populasi, Bobot, dan Panjang Maggot

(Hermetia illucens) pada Media yang Berbeda [Skripsi]. Universitas

Islam

Katayane, F, A,. Bagau, B,. Wolayan, F, R,. & Imbar, M, R. 2014. Produksi dan

Kandungan Maggot (Hermetia illucens) Dengan Media Tumbuh yang

Berbeda. Jurnal Zootek. Volume 34. Halaman 27 36.Negeri Raden

Intan.

Lalander, C, H,. Fidjelan, J,. Diener, S,. Eriksson, S,. & Vinneras, B. 2014. High

waste-to-Biomass Conversion and Efficient Salmonella spp.


Reduction using Black Soldier Fly For Waste Recycling. Agron

Suistain Development. Volume 36. Halaman 261–271.

Larde, G. (1990): Recycling of Cofee Pulp by Hermetia illucens (Diptera:

Stratiomyidae) larvae. Biological wastes. 33: 307-310.

Leclercq, M. (1997): A propos de Hermetia illucens (Linnaeus, 1758) “soldier fly”

(diptera stratiomyidae: hermetiinae). Bulletin et annales de la societe

royale belge d’entemologie, 133: 275-282.

Li, Q., Zheng, L., Qiu, N., Cai, H., Tomberlin, J,K. & Yu, Z. (2011): Bioconversion

of dairy manure by black soldier fly (diptera: stratiomyidae) for

biodiesel and sugar production. Waste management.31:1316-1320.

Mangunwardoyo, W,. Aulia., & Hem, S. 2011. Penggunaan Bungkil Inti Kelapa

Sawit Hasil Biokonversi Sebagai Substrat Pertumbuhan Larva

Hermetia illucens L (Maggot). Jurnal Biota. Volume 16 ISSN 0853 –

8670. Halaman 166–172.

Newton, G. L., Sheppard, D. C., Watson, D.W., Burtle, G. & Dove, R. (2005):

Using the Black Soldier Fly, Hermetia illucens, as a Value Added

Tool for Management of Swine. Manure. Animal and Poultry Waste

Management Center, North Carolina State University, Raleigh, NC.

pp. 17.
Nugraha, F. A. (2011). Analisis Laju Penguraian dan Hasil Kompos pada

Pengolahan Sampah Sayur dengan Larva Black Soldier Fly (Hermetia

Illucens). 1–11.

Oliver, P. A. (2004): The Bioconversion of Putrescent wastes. Engineering

separation recycling (ESR). Washington, Lousiana.

Rachmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan dan

kandungan nutrisi larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera:

Startiomyidae) pada bungkil kelapa sawit. J Entomol Indones. 7:28-

41.

Rachmawati, D dan I. Samidjan. 2013. Efektivitas substitusi tepung ikan dengan

tepung maggot dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan dan

kelulushidupan ikan patin (Pangasius pangasius). Jurnal Saintek

Perikanan. 9 (1) : 62-67.

Sheppard, D. C. & Newton, G. L (1994). Sistem manajemen kotoran yang

bernilai tambah menggunakan warna hitam tentara terbang. sumber

daya hayatiteknologi . 50: 275-279

Supriyatna, A. & Putra, R. E. (2017) Estimasi Pertumbuhan Larva Lalat Black

Soldier (Hermetia illucens) dan Penggunaan Pakan Jerami Padi yang

Difermentasi dengan Jamur P. chrysosporium, Jurnal Biodjati.

1Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Sunan Gunung Djati Bandung


Supriyatna A. &Ukit. (2016):Pemutaran dan Isolasi Selulolitik B acteria dari Gut

dari Hitam Tentara lalat Larva (Hermetiaillucens ) Makanan dengan

REs Sedotan. jurnal o f Biologi & Biologi Pendidikan . Biosaintifika

. 8(3): 314-320.

Tomberlin JK, Sheppard DC, Joyce JA. 2002. Selected life-history traits of

BlackSoldier Flies (Diptera: Stratiomyidae) reared on three artificial

diets. Ann Entomol Soc Am. 95:379-386.

Widjastuti, T,. Wiradimadja, R,. & Rusmana, D. 2014. The Effect of Substitution

of Fish Meal By Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Maggot Meal

In The Diet On Production Performance Of Quail (Coturnix coturnix

japonica). Scientific Papers Series D Animal Science. Volume 57.

Halaman 125 – 129.

Yu G, Cheng P, Chen Y, Li Y, Yang Z, Chen Y, Tomberlin JK. 2011. Inoculating

poultry manure with companion bacteria influences growth and

development of Black Soldier Fly (Diptera: Stratiomyidae) larvae.

Environ Entomol. 40:30-35.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai