DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
PROGRAM S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan
penyusunan Laporan Ilmu Nutrisi Aneka Ternak. Meskipun disadari sepenuhnya
laporan ini masih memiliki banyak kekurangannya. Penyusunan laporan ini dibuat
untuk melengkapi satu sks dan menjadi suatu syarat kelulusan pada mata kuliah
Ilmu Nutrisi Aneka Ternak.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan
laporan yang telah dibuat. Akhir kata penyusun ucapkan, sekian dan terima kasih.
Syarifa Agustina
B1D021175
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 10
LAMPIRAN ........................................................................................................... xi
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Black Soldier (Tomberlin dan Sheppard, 2002) ..... 5
Gambar 3. Morfologi Larva, Pupa dan Lalat Dewasa Black Soldier (Hermetia
illucens) (McShaffrey, 2013) ................................................................ 6
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
broiler tidak berdampak negatif baik itu pada kecernaan bahan kering (57,96-
60,42%), energi (62,03-64,77%), dan protein (64,59-75,32%). Namun,
penggunaan tepung larva BSF sebesar 25% atau 11,25% dalam pakan juga
dilaporkan mampu meningkatkan konsumsi pakan burung puyuh, dengan
berat telur berkisar 9,25-10,12 g, termasuk meningkatkan poduksitelur hingga
3,39% (Nagara, 2019).
Melihat banyaknya manfaat larva BSF, perlu dipikirkan tentang teknik
budidayanya yang praktis. Peternak dapat mengembangkan lalat ini dengan
limbah rumah tangga, limbah kandang, atau limbah pasar yang ada di sekitar
rumah mereka. Setidaknya, masalah sampah organik di lingkungan kita dapat
diselesaikan dengan menggunakan agen biokonversi lalat BSF, yang dapat
menghasilkan produk lain yang lebih menguntungkan dan ekonomis. Tepung
BSF secara tidak langsung mengurangi biaya pengadaan pakan ternak tanpa
mengurangi kualitas, kuantitas, atau kinerja produk ternak.
2
3. Mahasiswa/praktikan diharapkan bisa memahami pemanenan
maggot (larva Black Soldier Fly)
4. Mahasiswa/praktikan diharapkan dapat memahami proses
penanganan prepupa Black Soldier Fly
5. Mahasiswa/praktikan diharapkan mampu memahami proses
pemeliharaan Black Soldier Fly
6. Mahasiswa/praktikan diharapkan bisa memahami proses
pemanenan telur Black Soldier Fly
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Maggot BSF sebagai alat mengidentifikasi umur mayat oleh kepolisian dan
anak-anaknya dijadikan sumber protein untuk ternak ikan dan unggas (Fauzi
& Sari, 2018).
Maggot adalah organisme yang berasal dari telur lalat black soldier
dan salah satu organisme pembusuk karena mengonsumsi bahan-bahan
organik untuk tumbuh (Silmina dkk, 2011). Daur hidup BSF juga dikenal
sebagai siklus Lalat Tentara Hitam, memiliki siklus hidup yang sangat
singkat. Daur hidupnya hanya lima hingga delapan hari karena mereka tidak
makan. Siklus hidup lalat BSF, terdiri dari lalat BSF, telur BSF, maggot,
kupu-kupu, dan kepompong. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa fase siklus hidup lalat black soldier, dimulai pada fase
telur, maggot (larva), prepupa, pupa dan serangga dewasa (Fahmi, 2015).
Dengan waktu hidupnya antara 5-8 hari, telur 2-4 hari, maggot 2-3 minggu,
pupa 7 hari, dan prepupa 7 hari. Total siklus hidup lalat BSF adalah 40 hingga
44 hari.
Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Black Soldier (Tomberlin dan Sheppard, 2002)
5
Gambar 3. Morfologi Larva, Pupa dan Lalat Dewasa Black Soldier
(Hermetia illucens) (McShaffrey, 2013)
6
pertama yang perlu diperhatikan ketika pemanenan adalah menyemprotkan
atau menyiramkan air kepada media. Selanjutnya melakukan penyaringan
untuk memisahkan magot dengan media (kasgot), sehingga pakan alami
magot siap diolah atau diberikan langsung ke ternak (Nagara, 2019).
7
Asam Amino Esensial Mineral dan Lain-Lain
Methionone 0,83 P 0,88%
Lysine 2,21 K 1,16%
Leucin 2,61 Ca 5,36%
Isoleucine 1,51 Mg 0,44%
Histidene 0,96 Mn 348 ppm
Phenyllalanine 1,49 Fe 776 ppm
Valine 2,23 Zn 271 ppm
8
BAB 3
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
9
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Foto Penetasan
10
Cara Penetasan Telur Penetasan telur perlu memperhatikan tata
cara sebagai berikut.
1. Menyiapkan media penetasan yang
terdiri dari dedak, serbuk gergaji
halus, dan sedikit tambahan air.
2. Meletakkan media di atas box
plastik yang dapat membatasi
pergerakan larva setelah menetas
nanti. Telur-telur yang telah
dipindahkan di taruh pada alas
plastik pada tengah media dan
ditaburi tepung terigu.
3. Menunggu hingga telur-telur BSF
menetas dan berkembang dengan
konsumsi pakan awalnya berupa
dedak halus tersebut.
4. Penempatan media penetasan
haruslah terlindung dari berbagai
macam gangguan yang dapat
mengancam keberlangsungan
hidup dari larva BSF.
Waktu Penetasan Waktu penetasan yang dilakukan adalah
selama 3 hari.
Media Penetasan Dedak, serbuk gergaji halus, dan
tambahan sedikit air (tidak sampai
menggenang).
Harga Penjualan Telur BSF dijual dengan harga Rp.
5.000/gram.
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak
11
2. Proses Pembesaran Maggot
Tabel 3. Pembesaran Maggot
Data Hasil
12
Cara Pembesaran Maggot Tata cara pembesaran maggot atau larva
BSF dilakukan dengan langkah-langkah
di bawah ini.
1. Menyiapkan media pemindahan
baby larva, terdiri dari dedak dan
serbuk gergji halus.
2. Memindahkan mini larva yang
telah menetas ke area yang lebih
besar, seperti pada praktikum
menggunakan kotak semen.
3. Memposisikan baby larva agak
menggunung di area tengah media
dan memberikan pakan campuran
fermentasi.
4. Terus melakukan pemantauan dan
pemberian pakan seiring
berjalannya fase pembesaran.
Waktu pembesaran maggot adalah
Waktu Pembesaran Maggot
selama 4-14 hari.
Media yang digunakan masih sama, yaitu
Media Pembesaran Maggot dedak dan serbuk gergaji halus, hanya
tempatnya yang diganti.
Baby larva BSF yang telah menetas
Harga Baby Larva BSF
dijual dengan harga Rp. 6.000/gram.
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak
13
3. Pemanenan Maggot
Tabel 4. Pemanenan Maggot
Data Hasil
Foto Pemanenan
14
Kriteria Pemanenan Ukuran : Untuk ukuran panen dari
maggot, tidak terlalu diperhitungkan.
Namun apabila diperhatikan ukurannya
berada antara 2-3 cm. Selain itu
pemanenan di PT Gumiku Lestari lebih
mengutamakan penimbangan pengemasan
untuk kriteria penjualannya.
Warna: Pada warna pemanenan praktikum
yang telah dilakukan maggot PT Gumiku
Lestari cenderung berwarna kuning hingga
kuning pucat.
Tujuan Budidaya Tujuan pembudidayaan maggot
digolongkan menjadi dua, yaitu.
1. Penanganan sampah
2. Komersil
Harga Penjualan Maggot Segar : Rp. 6.000-8.000/gram
Kering : Rp. 30.000
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak
15
Penanganan Prepupa BSF Ketika BSF telah memasuki fase
prepuma maka akan dilakukan
penanganan dengan berhentinya
pemberian pakan untuk BSF.
Pemberhentian ini dilakukan karena lalat
akan lebih berfokus untuk
mempersiapkan perubahan ke pupa.
Selain itu, ketika fase prepupa ini lalat
tidak menyukai sinar matahari. Namun,
pada PT Gumiku Lestari penutupan
wadah prepupa tidak dilakukan
(dibiarkan terbuka).
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak
16
6. Proses Pemanenan Telur
Tabel 7. Pemanenan Telur
Data Hasil
17
Gambar 5. Siklus Hidup Lalat Black Soldier
Melalui praktikum ini diketahui bahwa untuk media penetasan telur
BSF digunakan media berupa dedak, serbuk gergaji halus, dan penambahan
air secukupnya. Telur yang telah dikerik akan diletakkan pada wadah plastik
beralaskan media. Penetasan dilakukan kurang lebih dalam wakru 3 hari
sebelum nantinya telur berubah menjadi larva. Selain penjualan larva, PT
Gumiku Lestari juga menyediakan penjualan telur BSF yang dipasarkan
berkisar Rp. 5.000/gram.
Maggot umumnya dikenal sebagai organisme pembusuk karena
kebiasaannya mengkonsumsi bahan-bahan organik. Maggot mengunyah
makanan dengan mulutnya yang berbentuk seperti pengait (hook). Maggot
dapat tumbuh pada bahan organik di wilayah temperate dan tropis. Maggot
dewasa tidak makan, tetapi hanya membutuhkan air. Sebab nutrisi hanya
diperlukan untuk reproduksi selama fase larva. Hermetia illucens dalam
siklus hidupnya tidak hinggap pada makanan yang langsung dikonsumsi
manusia. Dalam usia dewasa makanan utamanya adalah sari bunga,
sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang
ada dalam tubuhnya. Perkembangbiakan dilakukan secara seksual di mana
betina mengandung telur yang nantiya akan diletakan pada permukaan bersih.
Namun penempatannya tetap mengutamakan kedekatan larva dengan sumber
makanan yang cocok. Larva kecil sangat memerlukan banyak makanan untuk
tumbuh (Nagara, 2019).
Larva lalat BSF dapat tumbuh dan berkembang subur pada media
organik. Pada praktikum ini digunakan limbah sayuran, limbah buah-buahan,
dan produk yang telah memasuki masa kadaluarsa. Pakan tersebut
mengandung sumber nutrien dengan kadar protein yang cukup dalam
pertumbuhan dan perkembangbiakan maggot. Pemberikan jenis limbah
sayuran yang berbeda akan sangat memberikan kualitas dan hasil yang baik
bagi maggot. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dan kualitas
maggot, salah satunya ialah dalam pemberian pakan. Perlu diketahui bahwa
maggot menyukai tempat yang lembab. Namun, jika kondisi terlalu lembab
18
atau media banyak mengandung air maka dapat menyebabkan maggot tidak
nyaman dan akan keluar dari media tersebut (Nagara, 2019).
Suhu yang umum untuk kelngsungan kehidupan maggot sekitar 30℃
dan paling tinggi 35℃. Suhu rendah juga tidak baik, karena akan
memperlambat pertumbuhan maggot. Teknik pemanenan yang dilakukan
adalah dengan pengayakan. Jika penjualan yang diinginkan dalam bentuk
segar maka maggot akan langsung ditimbang begitu pengayakan selesai dan
untuk harga dijual antara RP.6.000-8.000/gramnya. Sedangkan, bentuk
pengolahannya akan dikeringkan terlebih dahulu menggunakan microwave,
pengemasan, dan kemudian penjualan dengan harga Rp. 30.000/180 gram.
Pada praktikum ini digunakan berbagai jenis limbah yang berbeda.
Limbah yang digunakan antara lain: limbah sayuran, limbah buahan, dan
limbah produk kadaluarsa. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil limbah
rumah tangga maupun sisa makanan atau dari pengolahan yang harganya
relatif murah dan mampu didapatkan melalui warga sekitar wilayah Desa
Midang.
Pemanenan maggot dilakukan dengan mengayak di mana bertujuan
memisahkan maggot dari media tumbuhya. Saat maggot di atas permukaan
media dilakukan pengumpulan maggot dan diletakkan di dalam wadah yang
telah disediakan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya
maggot. Salah satu hal yang mempengaruhi produksi maggot pada media
yang disediakan, yaitu kondisi lingkungan budidaya maggot dan kandungan
nutrien bahan. Dilihat dari kondisi lingkungannya, maggot menyukai kondisi
lingkungan yang lembab. Begitu juga dengan kandungan nutrien pada media
tumbuh maggot. Kandungan nutrien yang optimum sangat penting bagi
pertumbuhan biomassa maggot. Bahan yang cocok bagi pertumbuhan maggot
adalah bahan yang banyak mengandung bahan organik.
Tujuan pembudidayaan larva BSF di PT Gumiku Lestari terbagi
menjadi dua, yaitu sebagai sarana pengolahan sampah dan penjualan pakan
komersil. Pengolahan sampah dilakukan guna meningkatkan kesadaran dalam
pencemaran lingkungan sekitar. Mengingat tempat praktikum yang kami
kunjungi merupakan TPS Sampah sekitar wilayah tersebut, maka
19
pemanfaatan area ini bisa dijadikan tempat pembudidayaan. Selain untuk
pengolahan sampah, budidaya larva BSF juga bertujuan dalam penyediaan
pakan komersil dalam bentuk segar dan kering. Pemberian pakan bagi
maggot komersil biasanya disediakan berupa produk-produk yang telah
kadaluarsa. Hal ini disebabkan kadar nutrisi yang ada pada produk masih
tinggi bagi kebutuhan maggot. Selain itu, pemberian produk kadaluarsa juga
membantu kita dalam menangani pencemaran lingkungan yang disesbabkan
oleh berbagai jenis produk pengeluaran pabrik.
20
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
ix
Tomberlin, J. K., & Sheppard, D. C. (2002). Factors influencing mating
and oviposition of black soldier flies (Diptera: Stratiomyidae)
in a colony. Journal of Entomological Science, 37(4), 345–352.
https://doi.org/10.18474/0749-8004-37.4.345. Diakses pada tanggal 19
November 2023.
x
LAMPIRAN
xi