Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TETAP PRAKTIKUMILMU NUTRISI ANEKA TERNAK

“Produk Yugoti pada Peternakan Maggot di PT Berkahi Gumiku Lestari, Desa


Midang, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat”

DOSEN PENGAMPU:

IR. DWI KUSUMA PURNAMASARI, S.PT., M.SI

DISUSUN OLEH:

SYARIFA AGUSTINA (B1D021175/5B2)

PROGRAM S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI


ANEKA TERNAK INI,
DISERAHKAN GUNA MELENGKAPI SATU SKS, SERTA MENJADI
SUATU SYARAT
KELULUSAN DARI MATA KULIAH ILMU NUTRISI ANEKA TERNAK
DI FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM

Senin, 13 November 2023

Praktikan, Dosen Pengampu,

Syarifa Agustina Ir. Dwi Kusuma Purnamasari, S.Pt., M.Si.


B1D021175 NIP. 19701103 199702 2001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan
penyusunan Laporan Ilmu Nutrisi Aneka Ternak. Meskipun disadari sepenuhnya
laporan ini masih memiliki banyak kekurangannya. Penyusunan laporan ini dibuat
untuk melengkapi satu sks dan menjadi suatu syarat kelulusan pada mata kuliah
Ilmu Nutrisi Aneka Ternak.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan
laporan yang telah dibuat. Akhir kata penyusun ucapkan, sekian dan terima kasih.

Mataram, 13 November 2023

Syarifa Agustina
B1D021175

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL.................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum ........................................................... 2

1.2.1 Tujuan Praktikum .......................................................................... 2

1.2.2 Kegunaan Praktikum ..................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1 BSF (Black Soldier Fly) ......................................................................... 4

2.2 Daur Hidup BSF ..................................................................................... 5

2.3 Budidaya BSF ......................................................................................... 6

2.4 Kandungan Nutrisi Maggot .................................................................... 7

2.5 Manfaat Maggot ..................................................................................... 8

BAB 3 MATERI DAN METODE PRAKTIKUM.................................................. 9

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ................................................................ 9

3.2 Materi Praktikum .................................................................................... 9

3.2.1 Alat-Alat Prkatikum ...................................................................... 9

3.2.2 Bahan-Bahan Praktikum ............................................................... 9

3.3 Metode Praktikum .................................................................................. 9

iv
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 10

4.1 Hasil Praktikum .................................................................................... 10

4.2 Pembahasan Praktikum ........................................................................ 17

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 21

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 21

5.2 Saran ..................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. ix

LAMPIRAN ........................................................................................................... xi

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Black Soldier Fly ................................................................................... 4

Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Black Soldier (Tomberlin dan Sheppard, 2002) ..... 5

Gambar 3. Morfologi Larva, Pupa dan Lalat Dewasa Black Soldier (Hermetia
illucens) (McShaffrey, 2013) ................................................................ 6

Gambar 4. Maggot Olahan dan Segar ..................................................................... 7

Gambar 5. Siklus Hidup Lalat Black Soldier ........................................................ 18

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Maggot ....................................................................... 7

Tabel 2. Penetasan Telur BSF ............................................................................... 10

Tabel 3. Pembesaran Maggot ................................................................................ 12

Tabel 4. Pemanenan Maggot ................................................................................. 14

Tabel 5. Penanganan Prepupa ............................................................................... 15

Tabel 6. Pemeliharaan Lalat .................................................................................. 16

Tabel 7. Pemanenan Telur ..................................................................................... 17

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Bersama ....................................................................... xi

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir semua kota di Indonesia menghadapi masalah pengelolaan


sampah, karena sampah dapat berdampak buruk pada sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Oleh karena itu, teknologi biokonversi harus digunakan untuk
mengubah sampah organik menjadi produk bernilai tinggi. Biokonversi
adalah proses yang menggunakan mikroorganisme dan enzim untuk
mengubah bahan organik menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai
tambahan. Lalat tentara hitam (BSF) atau lalat tentara hitam sekilas sama
sekali tidak menarik. Lalat ini terlihat seperti tawon karena tubuhnya yang
berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya yang transparan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa larva BSF memiliki kandungan protein antara
40-50%, dan kandungan lemak antara 29-32%. Kandungan nutrisi yang tinggi
ini dapat digunakan untuk menggabungkan formula pakan ayam atau ikan.
Selain itu, larva mudah dibudidaya karena media perkembangbiakan mereka
terbuat dari bahan organik yang telah membusuk (Nagara, 2019).
Larva BSF dapat meminimalisasi limbah organik hingga 56%. Dengan
menggunakan telur BSF atau larva BSF sebagai agen biokonversi, limbah
organik seperti bungkil inti sawit (BIS), kotoran sapi, kotoran babi, kotoran
ayam, limbah pasar, limbah rumah tangga, sampah buah, sayur dan lainnya
akan diubah menjadi produk yang bermanfaat bagi petani dan peternak.
Memberdayakan larva BSF sebagai agen biokonversi dapat menghasilkan
setidaknya tiga produk. Produk pertama adalah larva atau prepupa BSF, yang
dapat digunakan sebagai alternatif sumber protein untuk pakan ternak. Produk
kedua, yakni cairan yang dihasilkan oleh aktivitas larva, yang dapat
digunakan sebagai pupuk cair. Kemudian produk ketiga merupakan sisa
limbah organik yang dapat digunakan sebagai pupuk (Nagara, 2019).
Hasil analisis kandungan nutrisi tepung BSF sangat menjanjikan,
karena terbukti memiliki kandungan nutrisi yang sebanding dengan tepung
ikan. Penggunaan tepung BSF sebesar 100% pada campuran pakan ayam

1
broiler tidak berdampak negatif baik itu pada kecernaan bahan kering (57,96-
60,42%), energi (62,03-64,77%), dan protein (64,59-75,32%). Namun,
penggunaan tepung larva BSF sebesar 25% atau 11,25% dalam pakan juga
dilaporkan mampu meningkatkan konsumsi pakan burung puyuh, dengan
berat telur berkisar 9,25-10,12 g, termasuk meningkatkan poduksitelur hingga
3,39% (Nagara, 2019).
Melihat banyaknya manfaat larva BSF, perlu dipikirkan tentang teknik
budidayanya yang praktis. Peternak dapat mengembangkan lalat ini dengan
limbah rumah tangga, limbah kandang, atau limbah pasar yang ada di sekitar
rumah mereka. Setidaknya, masalah sampah organik di lingkungan kita dapat
diselesaikan dengan menggunakan agen biokonversi lalat BSF, yang dapat
menghasilkan produk lain yang lebih menguntungkan dan ekonomis. Tepung
BSF secara tidak langsung mengurangi biaya pengadaan pakan ternak tanpa
mengurangi kualitas, kuantitas, atau kinerja produk ternak.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum

1.2.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari diadakannya praktikum Ilmu Nutrisi Aneka
Ternak diuraikan sebagai berikut.
1. Memahami proses penetasan telur Black Soldier Fly
2. Memahami proses pembesaran maggot (larva Black Soldier Fly)
3. Memahami pemanenan maggot (larva Black Soldier Fly)
4. Memahami proses penanganan prepupa Black Soldier Fly
5. Memahami proses pemeliharaan Black Soldier Fly
6. Memahami proses pemanenan telur Black Soldier Fly

1.2.2 Kegunaan Praktikum


Kegunaan dilaksanakannya praktikum Ilmu Nutrisi Aneka
Ternak diuraikan sebagai berikut.
1. Mahasiswa/praktikan diharapkan dapat memahami proses
penetasan telur Black Soldier Fly
2. Mahasiswa/praktikan diharapkan mampu memahami proses
pembesaran maggot (larva Black Soldier Fly)

2
3. Mahasiswa/praktikan diharapkan bisa memahami pemanenan
maggot (larva Black Soldier Fly)
4. Mahasiswa/praktikan diharapkan dapat memahami proses
penanganan prepupa Black Soldier Fly
5. Mahasiswa/praktikan diharapkan mampu memahami proses
pemeliharaan Black Soldier Fly
6. Mahasiswa/praktikan diharapkan bisa memahami proses
pemanenan telur Black Soldier Fly

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BSF (Black Soldier Fly)

Gambar 1. Black Soldier Fly


Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Stratiomyidae
Genus : Hermetia
Spesies : Hermetia illucens
Dalam bahasa Indonesia, BSF artinya lalat tentara hitam. Lalat tentara
hitam, juga dikenal sebagai Hermitia illucens, adalah salah satu jenis lalat
yang paling umum ditemukan di lingkungan dengan sampah organik. Larva
inime memakan limbah. Kemampuan larva untuk memakan sampah organik
karena bakteri selulolitik dalam ususnya menghasilkan enzim selulase yang
bertanggung jawab untuk hidrolisis selulosa. Berkontribusi pada penanganan
limbah organik, penggunaan sampah organik ini secara tidak langsung
membantu mengurangi sampah (Fauzi & Sari, 2018).
Selain itu BSF juga memiliki klasifikasi atau ciri dari bentuk
tubuhnya, yaitu lalat berwarna hitam pekat, berbentuk layaknya tentara, tinggi
besar, dan tidak buncit seperti lalat hijau. Selain penampilannya yang
menawan juga memiliki segudang manfaat bagi manusia dan hewan ternak,
diberbagai negara serangga ini sudah banyak diperjual belikan pada restoran
dalam bentuk hidangan istimewa, dijadikan maggot terapi oleh para dokter.

4
Maggot BSF sebagai alat mengidentifikasi umur mayat oleh kepolisian dan
anak-anaknya dijadikan sumber protein untuk ternak ikan dan unggas (Fauzi
& Sari, 2018).

2.2 Daur Hidup BSF

Maggot adalah organisme yang berasal dari telur lalat black soldier
dan salah satu organisme pembusuk karena mengonsumsi bahan-bahan
organik untuk tumbuh (Silmina dkk, 2011). Daur hidup BSF juga dikenal
sebagai siklus Lalat Tentara Hitam, memiliki siklus hidup yang sangat
singkat. Daur hidupnya hanya lima hingga delapan hari karena mereka tidak
makan. Siklus hidup lalat BSF, terdiri dari lalat BSF, telur BSF, maggot,
kupu-kupu, dan kepompong. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa fase siklus hidup lalat black soldier, dimulai pada fase
telur, maggot (larva), prepupa, pupa dan serangga dewasa (Fahmi, 2015).
Dengan waktu hidupnya antara 5-8 hari, telur 2-4 hari, maggot 2-3 minggu,
pupa 7 hari, dan prepupa 7 hari. Total siklus hidup lalat BSF adalah 40 hingga
44 hari.

Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Black Soldier (Tomberlin dan Sheppard, 2002)

5
Gambar 3. Morfologi Larva, Pupa dan Lalat Dewasa Black Soldier
(Hermetia illucens) (McShaffrey, 2013)

2.3 Budidaya BSF

Maggot BSF banyak dibudidayakan oleh peternak ikan dan unggas


untuk diambil panen maggotnya dan di jadikan pakan ternak dengan cara
mengolah maggot menjadi pasta maggot, tepung maggot, dan pelet maggot.
Bahan budidaya maggot sangat mudah didapatkan karena banyak tersedia
disekitar kita seperti sampah, kohe dan limbah. Proses pemberian maggot
untuk hewan ternak dapatdilakukan baik dalam keadaan segar ataupun
dikeringkan. Namun sebagian besar peternak di Indonesia hanya melakukan
pemberian secara langsung, yaitu dalam keadaan hidup. Pemberian maggot
sebagai pakan ternak dalam bentuk fresh memiliki keuntungan dan kerugian.
Keuntungannya adalah tidak memerlukan proses pengolahan yang dapat
memakan biaya mahal. Sedangkan untuk kerugiannya, yaitu lebih
kepenyimpanan dalam jangka waktu yang cukup lama dibanding dengan
maggot bentuk segar (Nagara, 2019).
Budidaya maggot melibatkan beberapa jenis media yang dapat
digunakan. Di antara media tersebut adalah dedak, ampaskelapa, ampas tahu,
serbuk kayu, dan lain sebagainya. Kondisi lingkungan pada
pengembangbiakan magot harus sekitar 30-37℃, sehingga perkembangan
magot akan maksimal. Pemberian pakan dilakukan dengan limbah buah-
buahan dan sayur-sayuran dalam bentuk pasta sebanyak 500-1000 gram
tergantung jumlah ternak telur BSF. Frekuensi pemberiannya, yaitu setiap
hari selama BSF dalam keadaan membutuhkan makan. Kemudian pada tahap
pemanenan maggot dilaksanakan kira-kira di hari ke 14-21 setelahnya. Hal

6
pertama yang perlu diperhatikan ketika pemanenan adalah menyemprotkan
atau menyiramkan air kepada media. Selanjutnya melakukan penyaringan
untuk memisahkan magot dengan media (kasgot), sehingga pakan alami
magot siap diolah atau diberikan langsung ke ternak (Nagara, 2019).

Gambar 4. Maggot Olahan dan Segar

2.4 Kandungan Nutrisi Maggot

Maggot mempunyai peluang sebagai pakan ikan atau


untukmensubstitusi tepung ikan karena mempunyai kandungan nutrisi tidak
jauh berbeda dengan tepung ikan terutama tepung ikan lokal dan dapat
diproduksidalam kuantitas yang cukup dalam waktu yang singkat secara
berkesinambungan.Secara umum diketahui bahwa tepung ikan yang
adadipasaran berasal dari impor seperti Peru dan Chili, dengan adanya
pembatasan produksi dan permintaan akan tepung ikan di dalam negeri
yangtidak mampu dipenuhi oleh produksi sendiri sehingga membuat harga
tepungikan menjadi mahal.Untuk memenuhi kekurangan akan permintaan
tepungikan, mungkin dapat dipenuhi dengan menggunakan tepung maggot
(Fauzi & Sari, 2018).
Kandungan protein dari maggot cukup tinggi, yaitu sekitar 40%.
Penelitian yang dilakukan oleh Sheppard dan Newton (2005) dan Sogbesan,
Ajuonu, Musa, dan Adewole (2006) menunjukkan bahwa kandungan protein
maggot cukup tinggi. Maggot dalam bentuk kering mengandung 41-42%
protein kasar, 14-15% abu, 31-35% ekstraketer, 0.60-0.63% fosfor, dan 4.8-
5.1% kalsium. Kandungan nutrisi maggot ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Maggot

7
Asam Amino Esensial Mineral dan Lain-Lain
Methionone 0,83 P 0,88%
Lysine 2,21 K 1,16%
Leucin 2,61 Ca 5,36%
Isoleucine 1,51 Mg 0,44%
Histidene 0,96 Mn 348 ppm
Phenyllalanine 1,49 Fe 776 ppm
Valine 2,23 Zn 271 ppm

I-Arginine 1,77 Protein Kasar 43,2%


Threonine 1,41 Lemak Kasar 28,0 %
Tryptopan 0,59 Abu 16,6%
Sumber: Newton et al.(2005)

Serangga Hermetia illucense betinasecara alami akan menempatkan


telurnya di sekitar sumber makanan, misalnya di sekitartempat peternakan
ayam, kotoran hewan maupun tumpukan limbah bungkil sawit (Fahmi,
2015). Kegiatan budidaya membutuhkan media tumbuh yang ketersediaannya
melimpah serta mudah didapatkan. Olivier (2004) menyatakan maggot lalat
black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah, seperti limbah
industri pertanian, peternakan, ataupun feses. Penelitian Suciati dan Faruq
(2017) menunjukkan maggot bisa dikembangbiakkan pada media ampas tahu.

2.5 Manfaat Maggot

Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai pakan budidaya maggot


atau larva Black Soldier Fly (BSF) (Mulyani, Anwar, & Nurbaeti, 2021).
Maggot dapat mengurai sampah organik dengan baik. Maggot merupakan
larva yang berasal dari lalat jenis Black Soldier Fly (BSF). Hewan ini
diperkirakan bermula dari Amerika tersebar ke daerah sub tropis dan sampai
pada wilayah tropis. Dalam upaya mengatasi permasalahan sampah, terdapat
tiga keuntungan yang diberikan apabila pembudidayaan maggot dilakukan.
1. Maggot dapat mengurai sampah organik.
2. Maggot memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga dapat dijual.
3. Maggot dapat dijadikan pakan hewan ternak.
4. Maggot mampu menghasilkan pupuk yang berguna bagi tanaman.

8
BAB 3
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada waktu 09.00-11.00 WITA, hari


Jum’at tanggal 3 November 2023, bertempat di Peternakan Maggot PT
Berkahi Gumiku Lestari, Midang, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten
Lombok Barat.

3.2 Materi Praktikum

3.2.1 Alat-Alat Prkatikum


Dalam praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Aneka Ternak
memerlukan alat-alat seperti di bawah ini.
1. Alat tulis
2. Handphone
3. Panca indra

3.2.2 Bahan-Bahan Praktikum


Dalam praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Aneka Ternak
memerlukan bahan-bahan seperti di bawah ini.
1. Larva lalat BSF (Maggot)
2. Media pembiakan lalat BSF
3. Pakan lalat BSF

3.3 Metode Praktikum

Pada praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Aneka Ternak dilakukan


dengan beberapa metode seperti di bawah ini.
1. Mendengarkan penjelasan pembuka yang dilakukan oleh pemateri
terlebih dahulu.
2. Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan praktikum.
3. Melakukan pengamatan secara bergilir ketika memasuki area kandang
lalat BSF, sembari mendengarkan penjelasan lanjutan.
4. Mencatat dan memfoto hasil pengamatan yang dilakukan.

9
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh beberapa


hasil berupa data-data sebagai berikut.
1. Proses Penetasan Telur
Tabel 2.Penetasan Telur BSF
Data Hasil

Foto BSF Fase Telur

Foto Media Penetasan

Foto Penetasan

10
Cara Penetasan Telur Penetasan telur perlu memperhatikan tata
cara sebagai berikut.
1. Menyiapkan media penetasan yang
terdiri dari dedak, serbuk gergaji
halus, dan sedikit tambahan air.
2. Meletakkan media di atas box
plastik yang dapat membatasi
pergerakan larva setelah menetas
nanti. Telur-telur yang telah
dipindahkan di taruh pada alas
plastik pada tengah media dan
ditaburi tepung terigu.
3. Menunggu hingga telur-telur BSF
menetas dan berkembang dengan
konsumsi pakan awalnya berupa
dedak halus tersebut.
4. Penempatan media penetasan
haruslah terlindung dari berbagai
macam gangguan yang dapat
mengancam keberlangsungan
hidup dari larva BSF.
Waktu Penetasan Waktu penetasan yang dilakukan adalah
selama 3 hari.
Media Penetasan Dedak, serbuk gergaji halus, dan
tambahan sedikit air (tidak sampai
menggenang).
Harga Penjualan Telur BSF dijual dengan harga Rp.
5.000/gram.
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak

11
2. Proses Pembesaran Maggot
Tabel 3. Pembesaran Maggot
Data Hasil

Foto Pemindahan Baby Larva

Foto Awal Pemberian Pakan Maggot

Foto Pembesaran Maggot

12
Cara Pembesaran Maggot Tata cara pembesaran maggot atau larva
BSF dilakukan dengan langkah-langkah
di bawah ini.
1. Menyiapkan media pemindahan
baby larva, terdiri dari dedak dan
serbuk gergji halus.
2. Memindahkan mini larva yang
telah menetas ke area yang lebih
besar, seperti pada praktikum
menggunakan kotak semen.
3. Memposisikan baby larva agak
menggunung di area tengah media
dan memberikan pakan campuran
fermentasi.
4. Terus melakukan pemantauan dan
pemberian pakan seiring
berjalannya fase pembesaran.
Waktu pembesaran maggot adalah
Waktu Pembesaran Maggot
selama 4-14 hari.
Media yang digunakan masih sama, yaitu
Media Pembesaran Maggot dedak dan serbuk gergaji halus, hanya
tempatnya yang diganti.
Baby larva BSF yang telah menetas
Harga Baby Larva BSF
dijual dengan harga Rp. 6.000/gram.
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak

13
3. Pemanenan Maggot
Tabel 4. Pemanenan Maggot
Data Hasil

Foto BSF Fase Larva Siap Panen

Foto Pemanenan

Foto Kemasan Maggot Kering

Cara Pemanenan Larva BSF Setelah mencapai 14 hari maggot


kemudian akan mengalami proses
pemanenan dengan cara diayak
menggunakan alat seperti pada gambar.
Tujuan pengayakan adalah memisahkan
maggot dengan sisa-sisa pakan yang sudah
menghitam akibat pengolahan dari
maggot.

14
Kriteria Pemanenan Ukuran : Untuk ukuran panen dari
maggot, tidak terlalu diperhitungkan.
Namun apabila diperhatikan ukurannya
berada antara 2-3 cm. Selain itu
pemanenan di PT Gumiku Lestari lebih
mengutamakan penimbangan pengemasan
untuk kriteria penjualannya.
Warna: Pada warna pemanenan praktikum
yang telah dilakukan maggot PT Gumiku
Lestari cenderung berwarna kuning hingga
kuning pucat.
Tujuan Budidaya Tujuan pembudidayaan maggot
digolongkan menjadi dua, yaitu.
1. Penanganan sampah
2. Komersil
Harga Penjualan Maggot Segar : Rp. 6.000-8.000/gram
Kering : Rp. 30.000
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak

4. Proses Penanganan Prepupa


Tabel 5. Penanganan Prepupa
Data Hasil

Foto Fase Prepupa BSF

Foto Fase Pupa BSF

15
Penanganan Prepupa BSF Ketika BSF telah memasuki fase
prepuma maka akan dilakukan
penanganan dengan berhentinya
pemberian pakan untuk BSF.
Pemberhentian ini dilakukan karena lalat
akan lebih berfokus untuk
mempersiapkan perubahan ke pupa.
Selain itu, ketika fase prepupa ini lalat
tidak menyukai sinar matahari. Namun,
pada PT Gumiku Lestari penutupan
wadah prepupa tidak dilakukan
(dibiarkan terbuka).
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak

5. Proses Pemeliharaan Lalat


Tabel 6. Pemeliharaan Lalat
Data Hasil

Foto Pemeliharaan Lalat

Pemeliharaan Lalat PT Gumiku Lestari meyediakan tempat


khusus untuk pemeliharaan lalat.
Tempatnya kurang lebih berukuran 2.5×2
m2 di mana di dalamnya telah dilengkapi
dengan media-media yang cocok untuk
lalat melakukan perkembangbiakan.
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak

16
6. Proses Pemanenan Telur
Tabel 7. Pemanenan Telur
Data Hasil

Foto Pemanenan Telur BSF

Pemanenan telurnya dilakukan dengan


metode pengkerikan. Telur BSF
selanjutnya akan jatuh pada alas yang
Pemanenan Telur BSF
telah ditambahkan tepung terigu,
sehingga tidak menyulitkan juga saat
ditimbang.
Sumber: Praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak

4.2 Pembahasan Praktikum

Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier


yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur. Maggot
mengalami beberapa tahapan selama siklus hidupnya, yang diawali dengan
telur, kemudian telur menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi pupa,
dan akhirnya pupa menjadi Black Soldier Fly dewasa. Berikut ini dapat
dilihat siklus hidup dari black soldier.

17
Gambar 5. Siklus Hidup Lalat Black Soldier
Melalui praktikum ini diketahui bahwa untuk media penetasan telur
BSF digunakan media berupa dedak, serbuk gergaji halus, dan penambahan
air secukupnya. Telur yang telah dikerik akan diletakkan pada wadah plastik
beralaskan media. Penetasan dilakukan kurang lebih dalam wakru 3 hari
sebelum nantinya telur berubah menjadi larva. Selain penjualan larva, PT
Gumiku Lestari juga menyediakan penjualan telur BSF yang dipasarkan
berkisar Rp. 5.000/gram.
Maggot umumnya dikenal sebagai organisme pembusuk karena
kebiasaannya mengkonsumsi bahan-bahan organik. Maggot mengunyah
makanan dengan mulutnya yang berbentuk seperti pengait (hook). Maggot
dapat tumbuh pada bahan organik di wilayah temperate dan tropis. Maggot
dewasa tidak makan, tetapi hanya membutuhkan air. Sebab nutrisi hanya
diperlukan untuk reproduksi selama fase larva. Hermetia illucens dalam
siklus hidupnya tidak hinggap pada makanan yang langsung dikonsumsi
manusia. Dalam usia dewasa makanan utamanya adalah sari bunga,
sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang
ada dalam tubuhnya. Perkembangbiakan dilakukan secara seksual di mana
betina mengandung telur yang nantiya akan diletakan pada permukaan bersih.
Namun penempatannya tetap mengutamakan kedekatan larva dengan sumber
makanan yang cocok. Larva kecil sangat memerlukan banyak makanan untuk
tumbuh (Nagara, 2019).
Larva lalat BSF dapat tumbuh dan berkembang subur pada media
organik. Pada praktikum ini digunakan limbah sayuran, limbah buah-buahan,
dan produk yang telah memasuki masa kadaluarsa. Pakan tersebut
mengandung sumber nutrien dengan kadar protein yang cukup dalam
pertumbuhan dan perkembangbiakan maggot. Pemberikan jenis limbah
sayuran yang berbeda akan sangat memberikan kualitas dan hasil yang baik
bagi maggot. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dan kualitas
maggot, salah satunya ialah dalam pemberian pakan. Perlu diketahui bahwa
maggot menyukai tempat yang lembab. Namun, jika kondisi terlalu lembab

18
atau media banyak mengandung air maka dapat menyebabkan maggot tidak
nyaman dan akan keluar dari media tersebut (Nagara, 2019).
Suhu yang umum untuk kelngsungan kehidupan maggot sekitar 30℃
dan paling tinggi 35℃. Suhu rendah juga tidak baik, karena akan
memperlambat pertumbuhan maggot. Teknik pemanenan yang dilakukan
adalah dengan pengayakan. Jika penjualan yang diinginkan dalam bentuk
segar maka maggot akan langsung ditimbang begitu pengayakan selesai dan
untuk harga dijual antara RP.6.000-8.000/gramnya. Sedangkan, bentuk
pengolahannya akan dikeringkan terlebih dahulu menggunakan microwave,
pengemasan, dan kemudian penjualan dengan harga Rp. 30.000/180 gram.
Pada praktikum ini digunakan berbagai jenis limbah yang berbeda.
Limbah yang digunakan antara lain: limbah sayuran, limbah buahan, dan
limbah produk kadaluarsa. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil limbah
rumah tangga maupun sisa makanan atau dari pengolahan yang harganya
relatif murah dan mampu didapatkan melalui warga sekitar wilayah Desa
Midang.
Pemanenan maggot dilakukan dengan mengayak di mana bertujuan
memisahkan maggot dari media tumbuhya. Saat maggot di atas permukaan
media dilakukan pengumpulan maggot dan diletakkan di dalam wadah yang
telah disediakan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya
maggot. Salah satu hal yang mempengaruhi produksi maggot pada media
yang disediakan, yaitu kondisi lingkungan budidaya maggot dan kandungan
nutrien bahan. Dilihat dari kondisi lingkungannya, maggot menyukai kondisi
lingkungan yang lembab. Begitu juga dengan kandungan nutrien pada media
tumbuh maggot. Kandungan nutrien yang optimum sangat penting bagi
pertumbuhan biomassa maggot. Bahan yang cocok bagi pertumbuhan maggot
adalah bahan yang banyak mengandung bahan organik.
Tujuan pembudidayaan larva BSF di PT Gumiku Lestari terbagi
menjadi dua, yaitu sebagai sarana pengolahan sampah dan penjualan pakan
komersil. Pengolahan sampah dilakukan guna meningkatkan kesadaran dalam
pencemaran lingkungan sekitar. Mengingat tempat praktikum yang kami
kunjungi merupakan TPS Sampah sekitar wilayah tersebut, maka

19
pemanfaatan area ini bisa dijadikan tempat pembudidayaan. Selain untuk
pengolahan sampah, budidaya larva BSF juga bertujuan dalam penyediaan
pakan komersil dalam bentuk segar dan kering. Pemberian pakan bagi
maggot komersil biasanya disediakan berupa produk-produk yang telah
kadaluarsa. Hal ini disebabkan kadar nutrisi yang ada pada produk masih
tinggi bagi kebutuhan maggot. Selain itu, pemberian produk kadaluarsa juga
membantu kita dalam menangani pencemaran lingkungan yang disesbabkan
oleh berbagai jenis produk pengeluaran pabrik.

20
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dari diadakannya praktikum Ilmu Nutrisi Aneka


Ternak di PT Gumiku Lestari, maka diperoleh beberapa kesimpulan
sebagaimana berikut.
1. Penetasan telur Black Soldier Fly dilakukan dengan menggunakan media
dedak, serbuk gergaji, dan penambahan air secukupnya. Penetasan
berlasung kurang lebih selama 3 hari sebelum perubahan menuju larva.
2. Pembesaran maggot (larva Black Soldier Fly) dilakukan dengan
pemberian pakan cairan fermentasi untuk baby larva yang baru menetas
serta limbah organik dan produk kadaluarsa bagi maggot usia diatasnya.
3. Pemanenan maggot (larva Black Soldier Fly) menggunakan tatacara
pengayakan dalam pemisahan maggot dari sampah organik yang sudah
selesai diolah.
4. Prepupa Black Soldier Fly ditangani dengan pemberhentian pemberian
pakan apabila lalat telah memasuki fase ini.
5. Pemeliharaan Black Soldier Fly dilakukan pada ruangan terpisah dari
pembiakan larvanya. Ruangan tersebut telah disediakan berupa tempat
peletakan telur, pembiakan baby larva, dan area-area untuk lalat hinggap
berupa jaring.
6. Pemanenan telur Black Soldier Fly di PT Gumiku Lestari menggunakan
tektik pengerikan.

5.2 Saran

Sebelum memberikan saran hendakknya saya ingin mengatakan


bahwa untuk praktikum Ilmu Nutrisi Aneka Ternak ini sudah baik dalam
pelaksanaannya. Mulai dari penyampaian materi, lokasi yang tidak terlalu
jauh, hingga kebersihan lingkungannya yang terjaga. Hanya saja pada
kegiatan praktikum seharusnya dilakukan sejalan dengan daur hidup dari
maggot tersebut. Hal ini diharapkan agar praktikan mampu melihat dan
terlibat secara langsung di setiap fase pembudidayaan Black Soldier Fly.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, M. R. (2015). Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan


mini-larva Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. In
Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia(Vol.
1, pp. 139–144). https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010124. Diakses pada
tanggal 19 November 2023.
Fauzi, R. U., & Sari, E. R. (2018). Analisis Usaha Budidaya Maggot sebagai
Alternatif Pakan Lele. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri,
Volume VII, 39-46.
McShaffrey, D. (2013). Hermetia illucens -Black Soldier Fly -Hermetia
illucens. Retrieved March 1, 2018, from
https://bugguide.net/node/view/874940. Diakses pada tanggal 19
November 2023.
Nagara, A. (2019, Juli 2). Laporan Budidaya Larva BSF (Maggot). Retrieved from
Scribd: https://www.scribd.com/document/415332945/LAPORAN-
BUDIDAYA-LARVA-BSF-MAGGOT. Diakses pada tanggal 19
November 2023.
Newton, G. L., Sheppard, D. C., Watson, D. W., Burtle, G. J., Dove, C. R.,
Tomberlin, J. K., & Thelen, E. E. (2005). The black soldier fly,
Hermetia illucens, as a manure management/resource recovery tool.
In Proceedings of the Symposium on the State of the Science of Animal
Manure and Waste Management.San Antonio.
Olivier, P. A. (2004). Bio-Conversion of Putrescent Wastes. Washington DC:
ESR LLC.
Silmina, D., Edriani, G., & Putri, M. (2011). Efektifitas Berbagai Media
Budidaya Terhadap Pertumbuhan Maggot Hermetia illucens. Bogor.
Retrieved from http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43974.
Diakses pada tanggal 19 November 2023.
Sogbesan, O. A., Ajuonu, N., Musa, B. O., & Adewole, A. M. (2006).
Harvesting Techniques and Evaluation of Maggot Meal as Animal
Dietary Protein Sources for “Hteroclarias” in Outdoor Concrete
Tanks. World Journal of Agricultural Sciences, 2(4), 394–402.
Suciati, R., & Faruq, H. (2017). Efektifitas media pertumbuhan maggots
Hermetia illucents (lalat tentara hitam) sebagai solusi
pemanfaatan sampah organik. Biosfer : Jurnal Biologi Dan Pendidikan
Biologi, 2(1), 8–13.

ix
Tomberlin, J. K., & Sheppard, D. C. (2002). Factors influencing mating
and oviposition of black soldier flies (Diptera: Stratiomyidae)
in a colony. Journal of Entomological Science, 37(4), 345–352.
https://doi.org/10.18474/0749-8004-37.4.345. Diakses pada tanggal 19
November 2023.

x
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Bersama

xi

Anda mungkin juga menyukai