Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Bioteknologi Akuakultur

KULTIVASI MIKROALGA

Disusun Oleh:

Nama : Adeliana Safitri

NIM : 2011102010010

Kelompok : 2 Shift 1

Asisten : Dwi Anggita Putri

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM ,BANDA ACEH

DESEMBER ,2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum WR. WB

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pakan Ala-
mi Nanocloropsis dan Rotifer”, tidak lupa juga saya panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
yang telah membawa kita dari alam kegelapan kealam yang terang benderang.

Saya berterimakasih kepada asisten yang telah membantu dalam membuat laporan praktikum
ini. Laporan ini saya buat dalam keadaan sebenar-benarnya dan berdasarkan data-data dari hasil
praktikum yang telah dilakukan sebelumnya.

Demikian laporan ini saya buat dan saya menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan
laporan ini. Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya masukkan berupa kritik
maupun saran yang membangun. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banda Aceh, Desember 2023

Praktikan

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Manfaat Praktikum........................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Praktikum.......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 3
BAB III METODELOGI KERJA ....................................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................................................ 6
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................................................. 6
3.3 Cara Kerja ..................................................................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................ 12
4.1 Hasil Pengamatan........................................................................................................................ 12
4.2 Pembahasan................................................................................................................................. 12
BAB V PENUTUP............................................................................................................................... 15
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 15
5.2 Saran ........................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 17

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Alat Nannochloropsis sp. ...................................................................... 6

Tabel 3.2 Bahan Nannochloropsis sp..................................................................... 6

Tabel 3.3 Alat Rotifera. ........................................................................................ 7

Tabel 3.4 Rotifera .................................................................................................. 7

Tabel 4.1 Hasil pengamatan................................................................................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 ................................................................................................................17

Gambar 2................................................................................................................17

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi…………………………………..……………………………..17

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam perkembangan,

terutama usaha pembenihan ikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya

tingkat kematian larva ikan, yang disebabkan oleh kekurangan makanan pada saat

kritis, yaitu pada massa penggantian makanan dari kuning telur ke pakan alami. Untuk

mengatasi tingginya kematian ikan pada stadia larva, perlu disediakan pakan alami

yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan larva ikan

Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan

usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memen-

uhi kebutuhan ikan Pada budidaya ikan 60-70% biaya produksi digunakan untuk

biaya pakan Pakan yang sering digunakan dalam budidaya ikan terdiri dari 2 macam

yaitu pakan alami dan pakan buatan Pakan alami digunakan dalam bentuk hidup sep-

erti (larva, cacing, ulat) sedangkan pakan buatan merupakan pakan yang dibuat oleh

manusia dan dapat disesuaikan kadar nutrisi sesuai yang diinginkan. Pakan alami ada-

lah sumber pakan yang penting dalam usaha perikanan. Pakan alami merupakan pa-

kan yang sudah tersedia di alam.

Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan usaha budidaya ikan adalah

ketersediaan pakan, dimana penyediaan pakan merupakan faktor penting pada

perawatan Larva. Pemberian pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup akan

memperkecil persentase larva yang mati. Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan

ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan

yang sudah tersedia di alam, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang diramu dari

1
beberapa macam bahan yang kemudian diolah menjadi bentuk khusus sesuai dengan

bukaan mulut ikan yang dibudidaya.

Plankton didefinisikan sebagai mikroorganisme yang hidup melayang-layang

dalam zona pelagic (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.Secara luas

plankton dianggap salah satu organisme terpenting didunia, karena menjadi bekal

makanan untuk hewan akuatik terutama untuk fase larva.Plankton tebagi dua jenis

yaitu fitoplankton dan zooplankton.Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton

tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang

menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapatkan nutrien

dan cahaya matahari yang mencukupi

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui cara kultivasi

mikroalga dan dapat melihat pertumbuhan suatu mikroorganisme.

1.3 Manfaaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Praktikan mampu mengetahui bagaimana cara melakukan kultivasi mikroalga.

2. Praktikan mampu mengetahui bagaimana pertumbuhan suatu mikroorganisme.

3. Praktikan mampu mengetahui apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan Nanno

chloropsis sp. dan Rotifera

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Selama proses fotosintesis, mikroalga hanya menggunakan cahaya dan nutrien serta

menghasilkan lipid, protein, dan karbohidrat. Hasil metabolik tersebut tergantung pada

kondisi lingkungan dan nutrien. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroalga diantaranya adalah intensitas cahaya, jumlah CO2, pH, temperatur, dan ada atau

tidak adanya organisme lain (Juneja et al. 2013).

Mikroalga Nannochloropsis sp. dikenal sebagai Chlorella laut yang memiliki nilai

nutrisi sangat tinggi, mudah dikultur secara massal, tidak bersifat racun dan pertum-

buhannya relatif cepat. Mikroalga Nannochloropsis sp. Merupakan mikroalga hijau dengan

sel menyerupai bola. Sel Nannochloropsis sp. Memiliki diameter 2-4 μm dan 2 flagel

dimana salah satu flagelnya berambut tipis. Dinding sel Nannochloropsis sp. terbuat dari

komponen selulosa (Fachrullah, 2011).

Nannochloropsis sp. bersifat kosmopolit, dapat ditemukan hampir di semua jenis

perairan baik laut, tawar maupun payau. Nannochloropsis sp. dapat tumbuh pada kadar

salinitas 25-35 ppt dengan kisaran suhu optimal yaitu 25-30°C. Kadar keasaman (pH) 8,0-

9,5 dan intensitas cahaya 1.000-10.000 lux (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Menurut

Restiada (2008), standar oksigen terlarut untuk kehidupan organisme dilaut adalah >3,0

mg/L

Nannochloropsis sp. Berkembang biak secara aseksual dengan cara membelah diri

dan membentuk autospora. Setiap sel yang sudah masak akan membelah diri dan

menghasilkan dua dan empat autospora. Autospora adalah spora non flagela yang

bentuknya menyerupai sel induknya, tetapi mempunyai ukuran tubuh lebih kecil. Autospora

3
yang telah dihasilkan dibebaskan dari sel induk melalui penghancuran dinding sel dewasa

dan berkembang hingga mencapai ukuran sel induknya (Barsanti and Gualtieri, 2006).

Salah satu mikroalga yang umum ditemukan di perairan laut ialah Nannochloropsis

oculata. N. oculata merupakan salah satu dari enam mikroalga yang tergolong genus

Nannochloropsis, bersel tunggal, dan tergolong pada kelas Eustigmatophyceae. N. oculata

merupakan salah satu sumber asam lemak (omega-3) alami (Kagan dan Matulka, 2015).

Budidaya perikanan laut merupakan salah satu usaha perikanan yang dapat dijadikan

sebagai sumber pendapatan Negara. Kegiatan budidaya perikanan laut yang berkembang

saat ini harus diimbangi dengan ketersediaan larva atau benih ikan yang berkualitas baik.

Pembenihan ikan laut merupakan langkah pertama dari upaya pengembangan budidaya

perikanan. Keberhasilan produksi benih ikan laut sangat dipengaruhi oleh penyediaan

pakan dan manajemen pakan untuk larva ikan laut secara tepat dan efisien (Suastika dan

Sumiarsa, 2011).

Salah satu faktor yang menyebabkan penting dalam pemeliharaan larva tersebut ada-

lah pakan alami yang berupa fitoplankton dan zooplankton dengan kualitas yang baik. Hal

ini dikarenakan pakan alami memiliki kandungan gizi yang baik untuk benih ikan dan

berperan dalam menjaga kualitas perairan (Widjaja, 2004). Rotifera merupakan salah satu

jenis zooplankton yang digunakan pada pembenihan ikan laut karena memiliki kandungan

gizi yang tinggi dan peranannya hingga sekarang belum dapat tergantikan (Astuti et al.,

2012).

Brachionus plicatilis merupakan makanan yang sangat baik sekali untuk larva ikan

karena mempunyai ukuran yang sangat kecil, kecepatan berenangnya lambat, kebiasaan

hidup di kolom air, dapat dikultur pada kepadatan tinggi yaitu 2000 ind/ml, siklus

reproduksinya cepat, dan juga Rotifera sangat mudah diperkaya dengan asam lemak,

antibiotik serta digunakan untuk transfer substansi larva (Rukka, 2011).

4
Menurut Maya (2014), bahwa media kultur tempat hidup Rotifera yang memiliki

kandungan nutrisi yang tinggi dan kualitas air yang optimal dapat menyebabkan terjadinya

pertambahan populasi kepadatan Rotifera dengan cepat, tetapi populasi kepadatan Rotifera

juga akan mengalami penurunan dengan cepat pula apabila kualitas air dan nutrisi tidak lagi

dapat mendukung kehidupannya.

Keunggulan rotifera sebagai pakan alami yaitu ukurannya yang relatif kecil dengan

panjang lorika antara 76-143 μm dan lebar antara 63-114 μm, kemampuan berenang yang

lambat sehingga dapat dengan mudah dikonsumsi oleh larva ikan. Selain itu, waktu

budidaya rotifer relatif singkat, laju reproduksi tinggi, kandungan nutrisi cukup tinggi serta

dapat diperkaya nilai gizinya (Padang et al., 2017)

5
BAB III

METODELOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 23 November 2023 pada pukul
14.00 s/d selesai di Balai perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee,Aceh
Besar

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.1 Tabel Alat kultur Nannochloropsis sp.


Alat Kegunaan

Bak Kultur Volume 10 ton Sebagai wadah untuk melakukan kultur nannochlo-
ropsis sp.
Ember Wadah untuk menaruh pupuk
Aerasi Sebagai penambah udara /oksigen dalam air
Selang Aerasi Membantu melarutkan oksigen yang ada di udara
kedalam air
Timbangan Sebagai alat untuk menimbang pupuk
Filter bag Sebagai alat menyaring kotoran
Selang Alat untuk pemanenan Nannocholoropsis sp.
Sikat Sebagai alat membersihkan bak
Mikroskop Sebagai alat untuk menghitung sampel
Pipet tetes Sebagai alat untuk memindahkan larutan
Haemocytometer Alat untuk menghitung kepadatan sel
Saringan Alat untuk menyaring
Refraktometer Alat untuk mengukur kadar
Thermometer Alat untuk mengukur suhu
Do meter Alat untuk mengukur oksigen terlarut
Pomp celup Alat untuk penarikan Nannochloropsis sp.
3.2 Tabel Bahan
Bahan Kegunaan

Nannochloropsis sp. Fitoplankton yang akan diukur


Air laut Media dalam kultur Nannochloropsis sp.
Air tawar Media dalam kultur Nannochloropsis sp.
Pupuk (Urea,ZA,TSP) Media dalam kultur Nannochloropsis sp. Dan juga
sebagai sumber makanan selama proses kultur

6
Tabel 3.4 Alat kultur Rotifera
Nama Alat Kegunaaan

Bak kultur rotifer Untuk media


Sikat Untuk menyikat bak
Ember Untuk wadah pemanenan rotifer
Aerator Untuk pengahsil oksigen
Pipa paralon Untuk menutup outlet
Saringan planktonnet (300 Untuk menyaring rotifer saat pemanenan
mikron )
Saringan Untuk menyring cacing pada rotifer yang sudah di
panen
Styrofoam Untuk pemanenan rotifer
Pipa pemanenan Untuk pemanenan rotifer
Selang aerasi Untuk menyalurkan oksigen
Refraktometer Untuk mengukur salinitas
Beaker glass Untuk melihat kepadatannya
Gayung Untuk memasukkan air ke ember
Timba Sebagai wadah pemanenan rotifer

Tabel 3.4 Bahan


Nama Bahan Kegunaan

Rotifera Untuk kultur pakan alami


Osasil Untuk membersihkan wadah
Nannochloropsis sp. Untuk pakan rotifer
Ragi Untuk merangsang pertumbuhan rotifer
Vitamin B12,B1,B6 Untuk meningkatkan kualitas rotifer
Scott`s Untuk merasang rotifer
Air tawar dan laut Untuk media hidup rotifer
Detergen Untuk membersihkan saringan panen rotifera

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Kultur Nannochloropsis sp.

1. Persiapan Wadah kultur. Pada proses pengkulturan Nannocloropsis sp. skala

massal di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee, diawali dengan

sterilisasi wadah, wadah yang ingin digunakan dibersihkan terlebih dahulu

dengan air tawar dan menggunakanditerjen. Pencucian bak dilakukan dengan

7
menyiram bak dengan air tawar untuk membersihkan sisa kultur sebelumnya

agar tidak kering, apabila kering akan sulit untuk dibersihkan

2. Pengisian Media Air Laut. Pengisian air laut dilakukan setelah wadah kering,

sebelum air laut dialirkan ke dalam wadah terlebih dahulu dipasang penyar-

ing yaitu filter bag untuk mencegah masuknya zooplankton dan mikroorgan-

isme lain yang dapat menyebabkan Nannocloropsis sp. mati dan tidak dapat

berkembang biak. Kadar air laut yang di butuhkan 70% dari volume total

yang hendak di kultur.

3. Pengisian Bibit Nannochloropsis sp. Bibit yang dimasukkan pada proses

pengkulturan skala massal di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung

Batee berkisar antara 30-40% dengan volume total yang hendak di kultur ter-

gantung kondisi cuaca. Jika cuaca cerah maka bibit yang di gunakan 30%.

Namun jika cuaca mendung maka bibit yang digunakan 40%.

4. Pemberian Pupuk. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi unsur hara yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton. Pupuk yang digunakan dalam

kultur Nannochloropsis sp. adalah UREA, ZA, dan TSP. Sebelum digunakan

pupuk terlebih dulu ditimbang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

5. Perhitungan Kepadatan Sel Nannochloropsis sp. Perhitungan kepadatan sel.

dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan sel

6. Nannochloropsis sp. kepadatan pada awal kultur dan kepadatan akhir atau

kepadatan saat panen. Kepadatan Nannochloropsis sp. dilakukan dengan

menggunakan Haemocytometer di bawah mikroskop.

7. Pengecekan Kualitas Air. Parameter kualitas air dilakukan selama magang

meliputi suhu, salinitas, derajat keasaman air (pH) dan oksigen terlarut (DO).

8
Pengecekan kualitas menggunakan alat pH meter, refraktometer, dan DO me-

ter

8. Pemanenan Nannochloropsis sp. Pemanenan Nannocloropsis sp. bisa di

lakukukan pada umur 5-6 hari setelah di kultur. Proses pemanenan Nannoclo-

ropsis sp. ini akan diproduksikan untuk pakan rotifera dan pakan larva kakap.

Panen biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari karena untuk pemberian

pakan rotifera atau pakan larva kakap.

3.3.2 Kultur Rotifera

1. Persiapan Wadah. Persiapan baka kultur di mulai dengan membersihkan bak

yaitu dengan cara menyikat dinding dan dasar bak serta selang air rasi dan

batu aerasi menggunakan sikat hingga bersih. Kemudian adalah pengeringan

bak kultur, dilakukan dengan cara membiarkan bak 1 x 24 jam. Pengeringan

kolam ini bertujuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikro

organisme lainnya. Setelah bak dikeringkan, kemudian bak kultur diisi air

tetapi pastikan sudah memasang pipa di outlet. Pengisisan air dilakukan

dengan cara memberi filterbag pada ujung pipa inlet kemudian diikat

menggunakan karet ban. Pengisisan air laut seban yak 3 ton. Selanjutnya

pengsisian air tawar sebanyak 1,5 ton. Pengisian Nannochloropsis sp. pada

bak kultur dilakukan setelah air laut dan tawar sudah 4,5 ton. Nannochlo-

ropsis sp. di berikan secara bertahap sejak awal kultur hingga panen. Pengis-

ian Nannochloropsis sp. bertujuan untuk mempersiapkan makanan Rotifera

sp. sehingga pada saat bibit Rotifera di tebar maka makanan sudah tersedia.

2. Penebaran Bibit. Dalam penebaran bibit, usahakan bibit rotifera yang

berkualitas bagus dan berukuran S, dikarenakan rotifera yang berukuran 100-

9
180 mikron.Tipe S sesuai untuk pakan larva yang baru menetas dan bermulut

kecil.(Fukusho & Iwamoto, 2010).Kemudian pemberian pakan untuk rotifer

yaitu Nanoplakton sebanyak 2 ton. Jenis makan tersebut di konsumsi dengan

cara filtrasi (Hirayama,2010).

3. Pemberian Ragi, Vitamin, Scott’s, dan Madu. Dalam pemberian vitamin, ragi

dan minyak ikan yaitu mengikuti dosis, vitamin digerus menggunakan alat

penggerus. Vitamin B12 sebanyak 10 butir (Schunack, 2015), vitamin B1

sebanyak 10 butir dan vitamin B6 sebanyak 10 butir lalu di encerkan di da-

lam ember. Memberi ragi sebanyak 500 gram dan scot’s sebanyak 500 gram

lalu diencerkan menggunakan air 10-13 liter. Dan scotts sebanyak 100 gram

dan diaduk dengan air 100 ml air selama 2-3 menit. Kemudian di beri madu

sebanyak 100 gram makan untuk 1 bak kultur.

4. Kepadatan Rotifera. Perhitungan kepadatan Rotifera sangat penting, khu-

susnya untuk menentukan kepadatan panen dilakukan. Perhitungan bisa dil-

akukan dengan menggunakan pipet 1 ml, bisa juga dengan SedgewithtRafter

dengan mikroskop dan hand-counter. Di Balai Perikanan Budidaya Air

Payau Ujung Batee perhitungan dilakukan dengan cara pengmabilan dil-

akukan dengan cara pengambilan sampel menggunakan mikrospet lalu dihi-

tung di bawah mikroskop dengan bantuan hand-counter. Bibit Brachionus

plicatilis yang akan ditebar maka dilakukan perhitungan jumlah bibit Bra-

chionus plicatilis yang diperlukan untuk kultur,

5. Pemanenan. Pada saat panen rotifera, air pada bak kultur tidak dihabiskan

namun di sisakan sehingga sebagian atau minimal 40% dari total volume se-

bagai bibit pada kultur selanjutnya. Kemudian bak kultur di isi kembali

dengan Nannochlropis sp. hingga volume semula. Pemanenan tersebut dil-

10
akukan pada hari ke 3atau 4 sesuai kebutuhan. Pemanenan tersebut dilakukan

menggunakan selang 2,5 inci dan menggunakan styrofoam dan planktinet

(300 mikron) dengan sistem gratifitasi. Waktu pemanenan dilakukan pada

pagi hari di saat matahari terbit, pada waktu tersebut rotifera banyak

mengumpullkan di bagian permukaan, hasil panen rotifera terlebih dahulu di

perkaya dengan vit C, minyak ikan sebelumdi masukkan ke bak pemeli-

haraan larva.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan yang didapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut
Klasifkasi Gambar
Kingdom : Protista
Phylum : Chromophyta
Class : Eustigmatophyceae
Ordo :Eustigmatales
Family : Monodopsidaceae
Genus : Nannochloropsis
Spesies : Nannochloropsis sp.
Kingdom : Rotifera
Kelas : Monogononta
Ordo : Ploima
Famili : Brachionidae
Sub Famili : Brachioninae
Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus plicatilis

4.2 Pembahasan
Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan

usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan me-

menuhi kebutuhan ikan Pada budidaya ikan 60-70% biaya produksi digunakan untuk

biaya pakan (Afrianto dan Liviawati, 2005) Pakan yang sering digunakan dalam

budidaya ikan terdiri dari 2 macam yaitu pakan alami dan pakan buatan Pakan alami

digunakan dalam bentuk hidup seperti (larva, cacing, ulat) sedangkan pakan buatan

merupakan pakan yang dibuat oleh manusia dan dapat disesuaikan kadar nutrisi

12
sesuai yang diinginkan. Pakan alami adalah sumber pakan yang penting dalam usaha

perikanan. Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam.

Mikroalga merupakan tanaman yang mendominasi lingkungan perairan Mor-

fologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian

tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal tersebut yang membedakan mikroal-

ga dengan tumbuhan tingkat tinggi. Nannochloropsis sp. merupakan fitoplankton

berukuran 1 - Plankton didefinisikan sebagai mikroorganisme yang hidup melayang-

layang dalam zona pelagic (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.Secara

luas plankton dianggap salah satu organisme terpenting didunia, karena menjadi

bekal makanan untuk hewan akuatik terutama untuk fase larva.

Plankton tebagi dua jenis yaitu fitoplankton dan zooplankton.Walaupun ter-

masuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan

arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai

di mana ia mendapatkan nutrien dan cahaya matahari yang mencukupi.

Pakan alami berupa mikroalga merupakan salah satu faktor pendukung dalam

perkembangan budidaya pembenihan ikan khususnya pada tahap pemeliharaan larva.

Salah satu mikroalga yang dimanfaatkan sebagai pakan alami pada bidang budidaya

ikan yaitu Nannochloropsis sp. 4 μm, berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak ber-

flagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil.

Laju pertumbuhan Nannochloropsis sp. dilihat dengan menggunakan kasat

mata yaitu denganmelihat warna pada kultur Nannochloropsis sp. Pertumbuhan Nan-

nochloropsis sp. skala massaldipengaruhi oleh adanya kontaminan pada tempat ter-

buka serta mendung yang menyebabkan tidakadanya cahaya matahari. Jika cuaca

mendung maka pertumbuhan Nannochloropsis sp. akan terhambat, karena Nanno-

chloropsis sp. membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis.

13
Skala Massal Produksi massal Nannochloropsis sp. untuk pakan sangat ber-

beda dengan metodeproduksi murni di laboratorium. Produksi massal dilakukan

dengan tidak menggunakan peralatankhusus sedangkan produksi murni laboratorium

membutuhkan perlakuan khusus untuk mendapatkankultur murni. Kultur Nan-

nochlropsis sp. dilakukan pada ruangan terbuka dengan tujuan untuk penyesuaian

habitat Nannochloropsis sp. yang membutuhkan penyinaran matahari langsung se-

bagai salah satu faktor yang dibutuhkan Nannochloropsis sp. dalam proses fotosin-

tesis. Kegiatan kultur Nannochloropsis sp . menggunakan bak beton dengan volume

total 20 ton air. Langkah - langkah untukmelakukan kegiatan kultur dimulai dengan

persiapan media dan sterilisasi, pemberian pupuk,perhitungan kepadatan dan pema-

nenan.

Rotifera mempunyai sistem reprodukis biseksual, kelamin yang terpisah tetapi

yang betina dapat melangsungkan reproduksi secara partogenesis. Sistem reproduksi

betina disebut ovum dan jantan disebut testis. Lama hidup rotifera berkisar 12-19 hari.

Rotifera setelah 24 jam menetas, dapat menghasilkan dua atau tiga butir telur.

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pakan yang sering digunakan dalam budidaya ikan terdiri dari 2 macam yaitu

pakan alami dan pakan buatan Pakan alami

2. Salah satu mikroalga yang dimanfaatkan sebagai pakan alami pada bidang

budidaya ikan yaitu Nannochloropsis sp. 4 μm, berwarna kehijauan, tidak

motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil.

3. Kultur Nannochlropsis sp. dilakukan pada ruangan terbuka dengan tujuan un-

tuk penyesuaian habitat Nannochloropsis sp. yang membutuhkan penyinaran

matahari langsung sebagai salah satu faktor yang dibutuhkan Nannochlo-

ropsis sp. dalam proses fotosintesis.

4. Rotifera mempunyai sistem reprodukis biseksual, kelamin yang terpisah tetapi

yang betina dapat melangsungkan reproduksi secara partogenesis.

5. Nannochloropsis sp. Berkembang biak secara aseksual dengan cara mem-

belah diri dan membentuk autospora. Setiap sel yang sudah masak akan

membelah diri dan menghasilkan dua dan empat autospora.

4.2 Saran

Diharapkan praktikum kedepannya bisa lebih baik lagi dan praktikan tetap

konfdusif agar praktikum berjalan lancar,

15
DAFTAR PUSTAKA

Chlorellasp. dan Nannochloropsissp. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah


Hasil Penambangan Timah di Pulau Bangka. Skripsi. IPB. Bogor,102

Fachrullah, M. R. (2011). Laju Pertumbuhan Mikroalga Penghasil Biofuel Jenis

Juneja, A., Ceballos, R.M., & Murthy, S.G. 2013. Effects of Environmental Fac-
torsand Nutrient Availability on the Biochemical Composition of Algae for Biofuels
Production: A Review. Energies 6: 4607-4638

Kagan, M.L., Matulka, R.A., 2015. Safety assessment of the microalgae

Maya, A.W. (2014). Laju Petumbuhan Populasi Branchionus plicatilis O. F. Muller


Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scotts’ Emultion Pada Kombinasi Kotoran Yama
Broiler, Pupuk Urea, dan TSP. Skripsi. Medan, Indonesia: Departemen Biologi, Uni-
versitas Sumatra Utara Nannochloropsis oculata. Toxicol. Rep. 2, 617–623

Padang, A., Subiyanto, R., Marwa, M., & Aditya, F. 2017. Pengaruh Pemberian Pa-
kanRagi Metode Tetes dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Kepadatan Brachionus
plicatilis. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan. 10(2):22-28.

Restida, I. N., Muhdiat dan A. G. Arif. 2008. Penyediaan Bibit Plankton Nannochlo-
ropsis sp.Untuk Skala Massal. Buletin. Lit. Akuakultur. 7(1): 34

Ruka, A, H. (2011). Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan Rotifera


Branchionus plicatilis O.F Muller. Jurnal Media Litbang Sulteng. 4(1), 8-11.

Suastika, M., & Sumiarsa, G. S. (2011). Penggunaan jenis pakan berbeda pada kultur
Rotifera (Branchionus rotundiformis). Dalam Prosiding Pertemuan Inovasi Teknolo-
gi Akuakultur. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Bali, 30 Desember 2011
(pp. 818)

Widjaja, F. (2004). Pendayagunaan Rotifera yang diberi pakan alami berbagai jenis
mikroalgae. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 11(1), 23-27.

16
LAMPIRAN

Gambar 1 Bak pemanenan Gambar 2 Rotifera

17

Anda mungkin juga menyukai