Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum Bioteknologi Perikanan

KULTIVASI MIKROALGA

Disusun Oleh:

Nama : Amitha Rizky Siregar

NIM : 2011102010006

M.K : Bioteknologi Akuakultur

Kelompok : 1 (Satu)

Asisten : Ahmad Sazali

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

NOVEMBER, 2023
LEMBAR PENGESAHAN

KULTIVASI MIKROALGA

Oleh:
Nama : Amitha Rizky Siregar
NIM : 2011102010006
Prodi : Budidaya Perairan

Asisten Koor Asisten

Ahmad Sazali A Sitorus Yudha Pratama Putra


2011101010008 2011102010054
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum

Bioteknologi Akuakultur yang berjudul “Kultivasi Mikroalga ” ini tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada

mata kuliah Bioteknologi Akuakultur. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang Bioteknologi Akuakultur dikehidupan sehari-hari bagi

para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Laporan

Bioteknologi Akuakultur, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas ini

Saya menyadari bahwa laporan praktikum ini masih belum maksimal dan jauh dari

kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan sangat

saya nantikan demi penyempurnaan Laporan Praktikum ini kedepan.

Banda Aceh, November 2023

Praktikan

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3
BAB III METODELOGI KERJA ............................................................................ 6
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................... 6
3.3 Cara Kerja........................................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 13
4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................................. 13
4.2 Pembahasan ...................................................................................................... 14
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 17
5.2 Saran ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18
LAMPIRAN .............................................................................................................. 20

ii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Alat Kultur Nannochloropsis sp………………………………………...….6


Tabel 3.2 Bahan ………………………………………………………………………6
Tabel 3.3 Alat Kultur Rotifera…………………………………………………...……7
Tabel 3.4 Bahan……………………………………………………………….………8

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Rotifera………………………………………..…………………………20

Gambar 2. Bak Pemanenan Rotifera…………………….…………………………..20

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi………………………………..………………………….20

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroalga adalah salah salu biota perairan yang memiliki potensi sebagai

penghasil bahan aktif dan bahan kimia yang bermanfaat untuk industri farmasi, kimia,

kosmetik, pertanian dan lainnya. Mikroalga adalah spesies uniseluler yang hidupnya

soliter maupun berkoloni. Berdasarkan spesiesnya, ada banyak macam bentuk maupun

ukuran mikroalga. Tidak seperti tanaman tingkat tinggi, mikroalga tidak mempunyai

akar, batang dan daun.

Habitat hidup mikroalga berada di perairan ataupun tempat-tempat lembab.

Mikroalga yang hidup dilaut dikenal dengan istilah marine microalgae atau mikroalga

laut. Mikroalga laut berperan penting dalam jaring-jaring makanan dilaut dan

merupakan materi organik dalam sedimen laut, sehingga diyakini sebagai salah satu

komponen dasar pembentukan minyak bumi di dasar laut yang dikenal sebagai fossil

fuel.

Mikroalga mengandung banyak senyawa yang sangat potensial untuk

dijadikan produk. Misalnya untuk faramasi produk: Eicosapentaenoic acid (EPA)

berguna untuk status vascular tubuh manusisa, docosahexaenoic acid (DHA) untuk

jaringan saraf otak, b-carotene sebagai pro-vitamin A dan astaxanthin sebagai anti

oksidan. Dua produk terakhir telah dikomersialkan dalam skala besar. Karena

mikroalga juga merupakan sarana fotosintetik yang baik, maka mikroalga juga kaya

akan pigmen.

1
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui cara kultivasi

mikroalga dan dapat melihat pertumbuhan suatu mikroorganisme.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Praktikan mampu mengetahui bagaimana cara melakukan kultivasi mikroalga.

2. Praktikan mampu mengetahui bagaimana pertumbuhan suatu mikroorganisme.

3. Praktikan mampu mengetahui apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan

Nannochloropsis sp. dan Rotifera.

4. Praktikan mampu mengetahui apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan untuk

kultivasi mikroalga.

5. Praktikan mampu mengetahui apa itu pakan alami.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa sumber energi biomassa yang sedang dikembangkan di beberapa

negara untuk mengurangi emisi gas CO2, salah satunya adalah mikroalga. Mikroalga

merupakan alga kecil (ukuran 2-20 μm) berupa tanaman talus yang memiliki klorofil

sehingga mampu melakukan fotosintesis. Mikroalga bereproduksi secara aseksual

melalui pembelahan sel. Mikroalga terdiri dari banyak spesies yang hampir semuanya

merupakan organisme akuatik (Sasmita et al. 2014).

Selama proses fotosintesis, mikroalga hanya menggunakan cahaya dan nutrien

serta menghasilkan lipid, protein, dan karbohidrat. Hasil metabolik tersebut tergantung

pada kondisi lingkungan dan nutrien. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan mikroalga diantaranya adalah intensitas cahaya, jumlah CO2, pH,

temperatur, dan ada atau tidak adanya organisme lain (Juneja et al. 2013).

Efisiensi dari penyerapan karbondioksida oleh mikroalga tergantung dari pH

kultivasi tetapi tidak dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi gas. Temperatur optimal

untuk kultivasi mikroalga antara 24-30°C dan bisa berbeda-beda bergantung lokasi,

komposisi media yang digunakan serta jenis mikroalga yang dikultivasi. Sebagian

besar spesies mikroalga mampu melakukan fotosintesis pada rentang temperatur yang

luas, namun pada umumnya berkisar antara 15-30°C, dengan temperatur optimal

antara 20-25°C (Ras et al., 2013).

Pertumbuhan N. oculata sangat dipengaruhi oleh tingginya unsur nutrien

dalam media kultur yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan

hidupnya. Pupuk sebagai sumber nutrien yang diberikan dalam kultur N. oculata

biasanya menggunakan pupuk anorganik (urea, TSP, dan ZA) (Ahmadi et al., 2019).

3
Penggunaan pupuk anorganik berlebihan ini menghasilkan residu berupa limbah yang

dapat mencemari sekaligus membahayakan organisme diperairan. Oleh karena itu,

perlu alternatif pemakaian pupuk organik yang memiliki unsur nutrien sesuai untuk

pertumbuhan N. oculata serta tidak berbahaya bagi ekosistem perairan dengan biaya

yang relatif murah dan mudah diperoleh.

N. oculata telah banyak digunakan sebagai pakan pada stadia awal pembenihan

organisme akuatik dan umumnya dibudidayakan baik sebagai pakan zooplankton

seperti rotifera, larva udang maupun sebagai pakan larva pada berbagai pembenihan

ikan (Arfah et al., 2019). Mikroalga ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi

yaitu kandungan protein 50-55%, lemak 28,3%, klorofil-α 0,05%, dan karbohidrat

16%, (Paes et al., 2016), serta pertumbuhan yang cepat, dikarenakan N. oculata mudah

dikultivasi dan dalam waktu 24 jam mikroalga ini dapat bertambah banyak menjadi

dua kali lipat.

Salah satu mikroalga yang umum ditemukan di perairan laut ialah

Nannochloropsis oculata. N. oculata merupakan salah satu dari enam mikroalga yang

tergolong genus Nannochloropsis, bersel tunggal, dan tergolong pada kelas

Eustigmatophyceae. N. oculata merupakan salah satu sumber asam lemak (omega-3)

alami (Kagan dan Matulka, 2015)

Pertumbuhan mikroalga bergantung pada volume kultivasi dan kepadatannya.

hal ini diasumsikan, kumpulan mikroalga ditempatkan pada wadah bervolume besar,

tersedia cukup karbondioksida, dan cahaya matahari sebagai pemicu pertumbuhan

mikroalga agar maksimum. mikroalga dapat dikultivasi dibawah kondisi normal dan

menghasilkan produk yang komersial dalam jumlah yang banyak seperti lemak,

minyak, gula, dan senyawa bioaktif kultivasi mikroalga dilakukan bertujuan untuk

meningkatkan kelimpahan sel dan laju pertumbuhan secara optimal cara untuk

4
memproduksi biomassa mikroalga laut dalam jumlah besar yaitu dengan dilakukan

kultivasi. kultivasi mikroalga dapat dilakukan dengan beberapa tingkatan mulai dari

skala kecil hinggal skala massal (Rocha, 2013).

Keunggulan rotifera sebagai pakan alami yaitu ukurannya yang relatif kecil

dengan panjang lorika antara 76-143 μm dan lebar antara 63-114 μm, kemampuan

berenang yang lambat sehingga dapat dengan mudah dikonsumsi oleh larva ikan.

Selain itu, waktu budidaya rotifer relatif singkat, laju reproduksi tinggi, kandungan

nutrisi cukup tinggi serta dapat diperkaya nilai gizinya (Padang et al., 2017)

Rotifera (Brachionus plicatilis) adalah salah satu jenis zooplankton yang

umum digunakan sebagai pakan alami bagi larva ikan laut, larva udang dan larva

kepiting pada tahap awal pertumbuhan dan perkembangannya (Nur et al., 2022).

Menurut Nurmasitah et al., (2018) kelebihan yang dimiliki rotifer seperti,

mudah dicerna oleh larva ikan, mempunyai ukuran yang sesuai dengan mulut larva

ikan, mempunyai gerakan yang sangat lambat sehingga mudah ditangkap oleh larva,

mudah dikultur secara massal, pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat

dilihat dari siklus hidupnya, tidak menghasilkan racun atau zat lain yang dapat

membahayakan kehidupan larva serta memilki nilai gizi yang paling baik untuk

pertumbuhan larva.

5
BAB III

METODELOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 23 November 2023 di

Balai Perikanan Budidaya Air Payat (BPBAP) Ujung Batee, Aceh Besar.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alat Kultur Nannochloropsis sp.

No Alat Kegunaan

1 Bak kultur volume 10 ton Sebagai wadah untuk melakukan kultur

Nannochloropsis sp.

2 Ember Wadah untuk menaruh pupuk

3 Aerasi Sebagai penambah udara/oksigen dalam air

4 Selang aerasi Membantu melarutkan oksigen yang ada di udara

ke dalam air

5 Timbangan Sebagai alat untuk menimbang pupuk

6 Filter bag Sebagai alat menyaring kotoran

7 Selang Alat untuk pemanenan Nannochloropsis sp.

8 Sikat Sebagai alat membersihkan bak

9 Mikroskop Sebagai alat untuk menghitung sampel

10 Pipet tetes Sebagai alat untuk memindahkan larutan

11 Haemocytometer Alat untuk menghitung kepadatan sel

12 Saringan Alat untuk menyaring

13 Refraktometer Alat untuk mengukur kadar

6
14 Thermometer Alat untuk mengukur suhu

15 DO meter Alat untuk mengukur oksigen terlarut

16 Pompa celup Alat untuk penarikan Nannochloropsis sp.

Tabel 3.2 Bahan

No Bahan Kegunaan

1 Nannochloropsis sp. Merupakan fitolankton yang akan dikultur

2 Air laut Media dalam kultur Nannochloropsis sp.

3 Air tawar Media dalam kultur Nannochloropsis sp.

4 Pupuk (Urea, ZA, TSP) Media tumbuh Nannochloropsis sp. dan juga

sebagai sumber makanan selama proses kultur

Tabel 3.4 Alat Kultur Rotifera

No Nama Alat Fungsi

1. Bak kultur rotifera Untuk media/wadah kultur

2. Sikat Untuk menyikat bak

3. Ember Untuk wadah pemanenan rotifera

4. Aerator Untuk penghasil oksigen

5. Pipa paralon Untuk menutup outlet

6. Saringan planktonnet Untuk menyaring rotifera saat pemanenan

(300 mikron)

7. Saringan Untuk menyaring cacing pada rotifera yang

sudah di panen

5. Styrofoam Untuk pemanenan rotifera

7
6. Pipa pemanenan Untuk pemanenan rotifera

7. Selang aerasi Untuk menyalurkan oksigen

8. Refraktometer Untuk mengukur salinitas

9. Beaker glass Untuk melihat kepadatannya

10. Gayung Untuk memasukkan air ke ember


11. Timba Sebagai wadah pemanenan rotifer

Tabel 3.4 Bahan

No. Nama Bahan Fungsi

1. Rotifera Untuk kultur pakan alami

2. Osasil Untuk membersihkan wadah/bak

3. Nannchloropsis sp. Untuk pakan rotifera

4. Ragi Untuk merangsang pertumbuhan rotifer

5. Vitamin B12, B1, B6 Untuk meningkatkan kualitas rotifera

6. Scott’s Untuk merangsang rotifera

8. Air tawar dan laut Untuk media hidup rotifera

9. Detergen Untuk membersihkan saringan panen

rotifera

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Kultur Nannochloropsis sp.

1. Persiapan Wadah kultur. Pada proses pengkulturan Nannocloropsis sp. skala

massal di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee, diawali dengan

sterilisasi wadah, wadah yang ingin digunakan dibersihkan terlebih dahulu

dengan air tawar dan menggunakanditerjen. Pencucian bak dilakukan dengan


8
menyiram bak dengan air tawar untuk membersihkan sisa kultur sebelumnya

agar tidak kering, apabila kering akan sulit untuk dibersihkan.

2. Pengisian Media Air Laut. Pengisian air laut dilakukan setelah wadah kering,

sebelum air laut dialirkan ke dalam wadah terlebih dahulu dipasang penyaring

yaitu filter bag untuk mencegah masuknya zooplankton dan mikroorganisme

lain yang dapat menyebabkan Nannocloropsis sp. mati dan tidak dapat

berkembang biak. Kadar air laut yang di butuhkan 70% dari volume total yang

hendak di kultur.

3. Pengisian Bibit Nannochloropsis sp. Bibit yang dimasukkan pada proses

pengkulturan skala massal di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee

berkisar antara 30-40% dengan volume total yang hendak di kultur tergantung

kondisi cuaca. Jika cuaca cerah maka bibit yang di gunakan 30%. Namun jika

cuaca mendung maka bibit yang digunakan 40%.

4. Pemberian Pupuk. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi unsur hara yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton. Pupuk yang digunakan dalam

kultur Nannochloropsis sp. adalah UREA, ZA, dan TSP. Sebelum digunakan

pupuk terlebih dulu ditimbang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.

5. Perhitungan Kepadatan Sel Nannochloropsis sp. Perhitungan kepadatan sel.

dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan sel

6. Nannochloropsis sp. kepadatan pada awal kultur dan kepadatan akhir atau

kepadatan saat panen. Kepadatan Nannochloropsis sp. dilakukan dengan

menggunakan Haemocytometer di bawah mikroskop.

7. Pengecekan Kualitas Air. Parameter kualitas air dilakukan selama magang

meliputi suhu, salinitas, derajat keasaman air (pH) dan oksigen terlarut (DO).

Pengecekan kualitas menggunakan alat pH meter, refraktometer, dan DO meter

9
8. Pemanenan Nannochloropsis sp. Pemanenan Nannocloropsis sp. bisa di

lakukukan pada umur 5-6 hari setelah di kultur. Proses pemanenan

Nannocloropsis sp. ini akan diproduksikan untuk pakan rotifera dan pakan

larva kakap. Panen biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari karena untuk

pemberian pakan rotifera atau pakan larva kakap.

3.3.2 Kultur Rotifera

1. Persiapan Wadah. Persiapan baka kultur di mulai dengan membersihkan bak

yaitu dengan cara menyikat dinding dan dasar bak serta selang air rasi dan batu

aerasi menggunakan sikat hingga bersih. Kemudian adalah pengeringan bak

kultur, dilakukan dengan cara membiarkan bak 1 x 24 jam. Pengeringan kolam

ini bertujuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikro

organisme lainnya. Setelah bak dikeringkan, kemudian bak kultur diisi air

tetapi pastikan sudah memasang pipa di outlet. Pengisisan air dilakukan dengan

cara memberi filterbag pada ujung pipa inlet kemudian diikat menggunakan

karet ban. Pengisisan air laut seban yak 3 ton. Selanjutnya pengsisian air tawar

sebanyak 1,5 ton. Pengisian Nannochloropsis sp. pada bak kultur dilakukan

setelah air laut dan tawar sudah 4,5 ton. Nannochloropsis sp. di berikan secara

bertahap sejak awal kultur hingga panen. Pengisian Nannochloropsis sp.

bertujuan untuk mempersiapkan makanan Rotifera sp. sehingga pada saat bibit

Rotifera di tebar maka makanan sudah tersedia.

2. Penebaran Bibit. Dalam penebaran bibit, usahakan bibit rotifera yang

berkualitas bagus dan berukuran S, dikarenakan rotifera yang berukuran 100-

180 mikron.Tipe S sesuai untuk pakan larva yang baru menetas dan bermulut

kecil.(Fukusho & Iwamoto, 2010).Kemudian pemberian pakan untuk rotifera

10
yaitu Nanoplakton sebanyak 2 ton. Jenis makan tersebut di konsumsi dengan

cara filtrasi (Hirayama,2010).

3. Pemberian Ragi, Vitamin, Scott’s, dan Madu. Dalam pemberian vitamin, ragi

dan minyak ikan yaitu mengikuti dosis, vitamin digerus menggunakan alat

penggerus. Vitamin B12 sebanyak 10 butir (Schunack, 2015), vitamin B1

sebanyak 10 butir dan vitamin B6 sebanyak 10 butir lalu di encerkan di dalam

ember. Memberi ragi sebanyak 500 gram dan scot’s sebanyak 500 gram lalu

diencerkan menggunakan air 10-13 liter. Dan scotts sebanyak 100 gram dan

diaduk dengan air 100 ml air selama 2-3 menit. Kemudian di beri madu

sebanyak 100 gram makan untuk 1 bak kultur.

4. Kepadatan Rotifera. Perhitungan kepadatan Rotifera sangat penting,

khususnya untuk menentukan kepadatan panen dilakukan. Perhitungan bisa

dilakukan dengan menggunakan pipet 1 ml, bisa juga dengan Sedgewitht-

Rafter dengan mikroskop dan hand-counter. Di Balai Perikanan Budidaya Air

Payau Ujung Batee perhitungan dilakukan dengan cara pengmabilan dilakukan

dengan cara pengambilan sampel menggunakan mikrospet lalu dihitung di

bawah mikroskop dengan bantuan hand-counter. Bibit Brachionus plicatilis

yang akan ditebar maka dilakukan perhitungan jumlah bibit Brachionus

plicatilis yang diperlukan untuk kultur,

5. Pemanenan. Pada saat panen rotifera, air pada bak kultur tidak dihabiskan

namun di sisakan sehingga sebagian atau minimal 40% dari total volume

sebagai bibit pada kultur selanjutnya. Kemudian bak kultur di isi kembali

dengan Nannochlropis sp. hingga volume semula. Pemanenan tersebut

dilakukan pada hari ke 3atau 4 sesuai kebutuhan. Pemanenan tersebut

dilakukan menggunakan selang 2,5 inci dan menggunakan styrofoam dan

11
planktinet (300 mikron) dengan sistem gratifitasi. Waktu pemanenan dilakukan

pada pagi hari di saat matahari terbit, pada waktu tersebut rotifera banyak

mengumpullkan di bagian permukaan, hasil panen rotifera terlebih dahulu di

perkaya dengan vit C, minyak ikan sebelumdi masukkan ke bak pemeliharaan

larva.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

No Klasifikasi Gambar

1. Kingdom : Protista

Phylum : Chromophyta

Class : Eustigmatophyceae

Ordo : Eustigmatales

Family : Monodopsidaceae

Genus : Nannochloropsis

Spesies : Nannochloropsis sp.

2. Kingdom : Rotifera

Kelas : Monogononta

Ordo : Ploima

Famili : Brachionidae

Sub Famili : Brachioninae

Genus : Brachionus

Spesies : Brachionus plicatilis

13
4.2 Pembahasan

Kultivasi mikroalga merupakan salah satu teknik untuk menumbuhkan

mikroalga dalam lingkungan tertentu yang terkontrol. Kultivasi bertujuan untuk

menyediakan spesises tunggal pada kultur masal mikroalga untuk pemanenan.

Struktur uniseluler mikroalga memungkinkan mengubah energi matahari menjadi

energi kimia dengan mudah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroalga diantaranya faktor abiotik (cahaya, temperatur, nutrisi, O2, CO2, pH,

salinitas), faktor biotik (bakteri, virus, jamur, dan lain-lain), serta faktor teknik

pemanenan.

Pertumbuhan mikroalga terjadi dalam berbagai fase yaitu (1) fase lag, yaitufase

di mana mikroalga menyesuaikan diri dengan lingkungannya, (2) fase

log/eksponensial, merupakan fase pertumbuhan mikroalga yang cepat, ditandai dengan

aktifnya sel-sel yang dapat diamati, (3) fase stationer, yaitu fase di mana lajutumbuh

dan kematian seimbang sehingga jumlah total mikroalga yang hidup tetap, (4) fase

penurunan pertumbuhan dan berakhir pada (5) fase kematian sel.

Nannochloropsis sp. merupakan organisme autotrof yaitu dengan menyerap

karbondioksida pada proses fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen.

Nannochloropsis sp. juga dapat tumbuh dan berkembang dengan cara berfotosintesis

yaitu dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi dan nutrien

anorganik sederhana seperti CO2, komponen nitrogen terlarut dan fosfat. Ketersediaan

nutrien yang diabsorbsi dari media kultur merupakan faktor utama Pertumbuhan

Nannochloropsis sp. yang dipengaruhi oleh ketersediaan zat hara makro, zat hara

mikro dan faktor lingkungan. Adanya klorofil membuat fitoplankton ini mampu

melakukan fotosintesis sehingga menjadi sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin

dan mineral bagi organisme air.

14
Nannochloropsis (air tawar, air laut). Merupakan sel berwarna kehijauan,

tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola, berukuran kecil dengan

diamater 4-6 mm. Organisme ini merupakan divisi yang terpisah dari Nannochloris

karena tidak adanya chlorophyl b. Merupakan pakan yang populer untuk rotifer,

artemia, dan pada umumnya merupakan organisme filter feeder. Kandungan nutrisi

dari Nannochloropsis sp. cukup tinggi dibandingkan dengan mikroalga yang lain

dimana kandungan protein Nannochloropsis sp. mencapai 52,11%, karbohidrat 16%,

lemak 27,64%, vitamin C 0,85%, dan klorofil-a 0,89%. Faktor yang sangat penting

dalam kegiatan kultur Nannochloropsis sp. selain nutrien adalah intensitas cahaya dan

lama penyinaran. Cahaya berperan sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis

dengan bantuan kloroplas.

Nannochloropsis sp. hidup di air laut dengan salinitas optimal yaitu 25-30 ppt

namun memiliki toleransi pada salinitas 10-35 ppt. Temperatur optimal untuk

pertumbuhan Nannochoropsis sp. adalah 20-250C. Nannochloropsis sp. hidup dengan

pH 7-8 dan intensitas cahaya 100-1000 lux. Nutrien terutama nitrogen sangat

mempengaruhi pertumbuhan Nannochoropsis sp. apabila jumlah nitrogen tidak

memenuhi kebutuhannya maka fiksasi karbon dalam proses fotosintesis tidakdapat

digunakan dalam pembentukan protein serta sebagai pembentuk utama asamamino.

Genus Nannochloropsis memiliki enam spesies yang sulit dibedakan dengan

metode taksonomi karena morfologinya yang sederhana. N. oculata memiliki ciri –

ciri berwarna kehijauan, tidak berflagel, dan berbentuk bola. N. oculata memiliki satu

kloroplas di setiap selnya, dan hanya memiliki satu klorofil (klorofil a). Pigmen utama

pada N. oculata ialah violaxanthin.

Brachionus plicatilis termasuk ke dalam filum Rotifera yang merupakanfilum

invertebrata. Ada tiga kelas rotifera, yaitu (1) Seisinoidea: merupakan kelas yang

15
mempunyai spesies primitif, habitatnya di laut atu hidup ada insang Crustaceans, (2)

Bdelloidea: kelompok yang menyerupai cacing dan bereproduksi secara aseksual, dan

(3) Monogononta: kelas yang di dalamnya terdapat Brachionus plicatilis, Brachionus

calyciflorus, dan Brachionus rubens. Rotifera dapat dihasilkan dari kultur massal yang

diberi pakan berupa Nanochloropis sp. Rotifera biasanya hidup di air tawar, hanya 50

spesies dilaut, di hamparan lumut basah termasuk metazoan paling kecil,berukuran

40-2. 500 mikron, rata-rata 200 mikron. Umum nya hidup bebas, soliter,

berkoloni.Biasanya transparan, berwarna merah, seperti merah atau coklat di sebabkan

warna saluran pencernaan

Rotifera mempunyai warna putih dan bentuk seperti piala, pada bagiankorona

atau mulut di lengkapi dengan bulu getar yang bergerak aktif. Diameter korona 60-80

mikron.Tubuh rotifera terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (head), badan (trunk),

dan kaki (foot). Panjang tubuh rotifera antara 60-273 um dengan lebar 92-170 um.

Pada pemeliharaan larva, pakan yang diperlukan pertama kali sangat tergantung pada

ukuran jenis pakan yang sesuai dengan mulut larva. Rotifera yang di kultur di Balai

Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batte umumnya bertipe S dengan panjang lorika

antara 76-143 um dan lebar antara 63- 114 um.

Rotifera mempunyai sistem reprodukis biseksual, kelamin yang terpisah tetapi

yang betina dapat melangsungkan reproduksi secara partogenesis. Sistem reproduksi

betina disebut ovum dan jantan disebut testis. Lama hidup rotifera berkisar 12-19 hari.

Rotifera setelah 24 jam menetas, dapat menghasilkan dua atau tiga butir telur.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan mikroalga terjadi dalam berbagai fase yaitu (1) fase lag, (2) fase

log/eksponensial, (3) fase stationer, (4) fase penurunan pertumbuhan dan berakhir

pada (5) fase kematian sel.

2. Nannochloropsis sp. hidup di air laut dengan salinitas optimal yaitu 25-30 ppt

namun memiliki toleransi pada salinitas 10-35 ppt.

3. Pertumbuhan Nannochloropsis sp. yang dipengaruhi oleh ketersediaan zat hara

makro, zat hara mikro dan faktor lingkungan.

4. Rotifera yang di kultur di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batte

umumnya bertipe S dengan panjang lorika antara 76-143 um dan lebar antara 63-

114 um.

5. Lama hidup rotifera berkisar 12-19 hari.

5.2 Saran
Tidak ada saran dalam praktikum ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arfah, Y., Nunik C., dan Alis M. (2019). Pengaruh Konsentrasi Pupuk Urea terhadap

Pertumbuhan Populasi Sel Nannochloropsis sp. Jurnal Kelautan. 12(1): 45-51.

Juneja, A., Ceballos, R.M., & Murthy, S.G. 2013. Effects of Environmental Factors

and Nutrient Availability on the Biochemical Composition of Algae for

Biofuels Production: A Review. Energies 6: 4607-4638.

Kagan, M.L., Matulka, R.A., 2015. Safety assessment of the microalgae

Nannochloropsis oculata. Toxicol. Rep. 2, 617–623.

Nur, A., D. A. Widyany dan L. Ruliaty. 2017. Manajemen Pakan pada Produksi Benih

Udang Jerbung Penaeus merguiensis. Jurnal Perekayasaan Akuakultur

Indonesia, 1(1): 43-56.

Nurmasyitah, N., Defira, C. N., & Hasanuddin, H. (2018). Pengaruh Pemberian Pakan

Alami Yang Berbeda Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan

Kakap Putih (Lates calcarifer). jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan

Unsyiah, 3(1).

Padang, A., Subiyanto, R., Marwa, M., & Aditya, F. 2017. Pengaruh Pemberian Pakan

Ragi Metode Tetes dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Kepadatan

Brachionus plicatilis. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan. 10(2):22-28.

Paes, C.R., Faria G.R., Tinoco N.A., Castro D.J., Barbarino E., and Lourenço S.O.

(2016). Growth, Nutrient Uptake and Chemical Composition of Chlorella sp.

and Nannochloropsis oculata Under Nitrogen Starvation. Latin American

Journal of Aquatic Research. 44(2): 275-292.

Ras, M., Steyer, J., & Bernard, O. 2013. Temperature effect on microalgae: a crucial

factor for outdoor production. Environmental Science and and Bio Technology

18
12. 2: 153- 154.

Rocha, 2013. Mikroalga: Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bio Bahan

Bakar. Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Sasmita G.P, Wenten G.I., & Suantika G. 2014. Pengembangan Teknologi Ultrafiltrasi

Untuk Pemekatan Mikroalga. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia

dan Proses. F-23, p.1-5

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

Gambar 1. Rotifera
Gambar 2. Bak Pemanenan Rotifera

20

Anda mungkin juga menyukai