Anda di halaman 1dari 19

ISOLASI (PENGENCERAN) JAMUR

REZKI AMALIA BAHAR


M021221023

NAMA ASISTEN:
1. NUR FADLI, S. Hut
2. SRI YUSMITASARI YUSUF
3. VERONIKA MASSENG
4. GINA MUTMAINNAH
5. EUNIKE CHRISTAFILIA RUBEN
6. GILANG RAMADHAN

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN POHON


PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2024
ii

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini yang berjudul ”Isolasi (pengenceran) jamur dan bakteri” guna memenuhi
tugas untuk mata kuliah Praktek Bioteknologi. Saya Menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki.
Sebagai penulis, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat menjadikan koreksi dalam pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap
semoga laporan praktikum yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
sangat berperan penting dalam proses kegiatan praktikum, terutama kakak asisten
kami yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis. Semoga laporan praktikum
ini bermanfaat untuk praktikum selanjutnya,Penulis menyadari sebagai manusia
tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,penulis mengucapakan terima kasih
kepada semua pihak yang sudah membantu selama penyusunan laporan ini .

Makassar, 20 Maret 2023

Rezki Amalia Bahar


iii

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
BAB I .................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat ........................................................................1
BAB II ................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Isolasi Mikroba ................................................................................3
2.1.1 Pengertian mikroba .........................................................................3
2.1.2 Morgologi Mikroba ...........................................................................4
2.2 Cendawan .......................................................................................6
2.2.1 Pengertian Cendawan.....................................................................6
2.2.2 Klasifikasi Cendawam .....................................................................7
BAB III...............................................................................................................9
METODE PRAKTIKUM ....................................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat ..........................................................................9
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................9
3.3 Prosedur Kegiatan ..........................................................................9
BAB IV ............................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 11
4.1 Isolasi (Pengenceran) Cendawan ...................................................11
BAB V ................................................................................................. 12
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 12
5.1 Kesimpulan .....................................................................................12
5.2 Saran ...............................................................................................12
5.2.1 Saran Lamboratorium .....................................................................12
5.2.2 Saran Untuk Asisten........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13
LAMPIRAN ......................................................................................... 14
iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bentuk sel bakteri .........................................................................4
Gambar 2.2 Khamir Saccharomyces sp...........................................................5
Gambar 4.1 Perkembangan Jamur Pada Media PDA yang Telah Dilakukan
Isolasi (Gambar berurut dari hari 1-6) .......................................... 10
v

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ciri-ciri utama terpilih bagi kelas-kelas cendawan ..............................7
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama mempelajari mikroba, diketahui bahwa ukuran mikroorganisme atau
mikroba sangat kecil, oleh karena itu informasi yang dapat diperoleh tentang sifat-
sifatnya dari pemeriksaan terhadap individu itu terbatas. Pengamatan sifat-sifat
seperti bentuk, susunan, permukaan, pengkilatan dan sebagainya dapat dilakukan
dengan pandangan biasa tanpa menggunakkan mikroskop, pengamatan ini disebut
pengamatan makroskopi. Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas, bakteri perlu
dibiakkan pada medium padat yaitu dengan cara isolasi bakteri. Isolasi adalah
mengambil mikroorganisme yang terdapat dialam dan menumbuhkannya dalam
suatu medium buatan.Selama mempelajari mikroba, diketahui satu hal bahwa ukuran
mikroorganisme atau mikroba sangat kecil, oleh karena itu informasi yang dapat
diperoleh tentang sifat-sifatnya dari pemeriksaan terhadap individu itu terbatas.
Pengamatan sifat-sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, pengkilatan dan
sebagainya dapat dilakukan dengan pandangan biasa tanpa menggunakkan
mikroskop, pengamatan ini disebut pengamatan makroskopi. Supaya sifat-sifat
tersebut tampak jelas, bakteri perlu dibiakkan pada medium padat yaitu dengan cara
isolasi bakteri. Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat dialam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan (Rini dan Rochmah, 2020).
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya
dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap
pada tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari satu jenis
mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan murni atau biakan aksenik. Biakan
yang berisi lebih dari satu macam mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan
campuran, jika hanya terdiri dari dua jenis mikroorganisme, yang dengan sengaja
dipelihara satu sama lain dalam asosiasi, dikenal sebagai biakan dua-jenis (Rini dan
Roshmah, 2020).
Praktikum isolasi (pengenceran) jamur menggunakan medium PDA (Potato
Dextrose Agar). Medium ini berfungsi sebagai tempat mikroba itu tumbuh.
Mikroorganisme yang dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari bahan
nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada banyak faktor
seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.Perbenihan untuk
pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harusmengandung semua zat
makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor lain seperti PH, suhu, dan
pendinginan harus dikendalikan dengan baik.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mempelajari cara pembuatan pengenceran bertingkat dalam
kerja mikrobiologi.
2

2. Mengetahui dan mempelajari teknik isolasi dan inokulasi mikroba.


3. Melihat sifat pertumbuhan dan berbagai bentuk koloni mikroba, dan
4. Melihat perbedaan jumlah pertumbuhan mikroba pada tiap pengenceran.
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari praktikum isolasi (pengenceran) jamur adalah untuk mengetahui
cara pembuatan pengenceran bertingkat, mengetahui teknik isolasi dan inokulasi
mikroba, melihat sifat pertumbuhan koloni mikroba dan melihat perbedaan jumlah
pertumbuhan mikroba pada tiap pengenceran
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isolasi Mikroba
2.1.1 Pengertian Mikroba
Mikroorganisme atau mikroba atau jasad renik adalah kelompok organisme
yang dapat diamati secara mikroskopis di bawah mikroskop (Talaro & Chess, 2018).
Kebanyakan tidak menyadari jika di sekeliling kita terdapat mikroorganisme atau
mikroba. Mikroorganisme atau mikroba dapat ditemukan di udara, di dalam air, di
tanah, dan debu. Bahkan mikroorganisme atau mikroba dapat juga kita temukan
pada makanan atau pada jaringan tubuh manusia, seperti selaput lendir dan kulit
(Harahap dkk, 2021).
Mikroorganisme mencakup semua prokariota, protista, dan alga renik. Fungi
terutama yang mempunyai ukuran kecil dan tidak membentuk hifa, mampu dianggap
sebagai bagiannya, walaupun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan
orang beranggapan bahwa yang mampu dianggap mikroorganisme yaitu semua
organisme sangat kecil yang mampu dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di
dalam laboratorium dan mampu menggandakan diri secara mitosis (Harahap dkk,
2021).
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat melakukan
aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri dan virus, dan
eukaryot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam kehidupan. Mikroba
terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap mikroba mempunyai
morfologi dan struktur anatomi yang berbeda. Peranan utama mikroba adalah
sebagai (pengurai) bahan-bahan organik. Selain merugikan, mikroba juga
mempunyai banyak keuntungan bagi manusia. Mikroba tidak perlu tempat yang
besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relatif
cepat. Oleh karena itu, setiap mikroba memiliki peran dalam kehidupan. Berdasarkan
struktur sel, mikroba dibagi menjadi dua golongan yaitu prokariotik dan eukariotik.
Hanya bakteri dan arkhae (alga hijau biru) yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan
protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik (Martoyo
dkk., 2014).
Seperti halnya dengan jasad hidup pada umumnya, mikroba memerlukan
energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya yang disebut nutrien. Untuk
dapat menggunakan energi dari nutrien maka sel melakukan kegiatan yang disebut
metabolisme. Metabolisme dibagi atas anabolisme/asimilasi (proses sintesa untuk
membentuk bahan protoplasma dan bagian sel lain) dan katabolisme/disimilasi
(proses perombakan bahan makanan menjadi bahan lebih sederhana disertai
pelepasan energi) (Adryan dkk., 2017).
Mikroba banyak jenisnya, berbeda sifat fisiologis sehingga kebutuhan
nutrisinya juga berbeda. Mikroba dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat
(holozoik), dan bentuk cair (holofitik). Mikroba holofitik dapat juga menggunakan
makanan bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicerna diluar sel dengan
enzim ekstraselluler. Bahan makanan berfungsi sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan aseptor (Martoyo dkk., 2014).
4

Secara garis besar bahan makanan dibagi menjadi nutrisi makro dan nutrisi
mikro. Nutrisi makro seperti air, cahaya matahari, karbohidrat, karbonat, 15 asam
organik, protein, lemak, vitamin. Nutrisi mikro seperti C, O, N, H, K, Ca, Mg, S, Na,
Cl, dan P. Berdasarkan sumber karbon, mikroba digolongkan menjadi mikroba
autotrof dan heterotrof. Mikroba autotrof yaitu mikroba yang memerlukan karbon
anorganik seperti CO2 dan CO3. Sedangkan mikroba heterotrof memerlukan karbon
organik seperti karbohidrat. Selain itu mikroba heterotrof juga dapat mendegradasi
senyawa organik dan menggunakannya untuk menunjang pertumbuhannya. Proses
ini dibantu oleh beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul seperti
karbohidrat, protein, dan lemak untuk dipecah menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Sebagai contoh enzim protease digunakan untuk memecah protein
menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti asam amino (Adryan dkk., 2017).
2.1.2 Morfologi Mikroba
Morfologi sel mikroba adalah karakteristik mikroba yang dilihat melalui
pengamatan mikroskop. Morfologi mikroskopik mikroba dapat ditinjau dari bentuk sel,
sifat terhadap pewarnaan (gram positif/negatif), dan spora. Tiap jenis mikroba
memiliki morfologi sel yang berbeda. Jamur, khamir dan kapang memiliki karakteristik
yang tidak sama (Rini dan Roshmah, 2020).
a. Bakteri
Bakteri adalah kelompok mikroba yang tidak memiliki membran inti sel,
termasuk prokariota dan mikroskopik, serta memiliki peran dalam kehidupan.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai penyebab penyakit, kelompok
lainnya memberikan manfaat di bidang pangan, pengobatan, dan industri.
Struktur sel bakteri relatif sederhana, tanpa nukleus, kerangka sel, dan organel
lainnya seperti mitokondria dan kloroplas. Pada umumnya, bakteri berukuran
0,5-5 μm, tetapi ada bakteri yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu
Thiomargarita. Bakteri umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan
dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).
Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) yang disebabkan oleh
flagel (Hidayat, 2015).

Gambar 2.1 Bentuk Sel Bakteri (Hidayat, 2015).


Dengan adanya peptidoglikan pada dinding sel, bakteri terbagi dua yaitu
(Hidayat, 2015):
5

1) Gram positif yaitu bakteri bila diwarnai dengan kristal ungu atau iodium lalu
dicuci dengan alkohol akan tetap berwarna ungu. Hal ini terjadi karena
bakteri mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal.
2) Gram negatif yaitu bakteri tersebut akan kehilangan warna ungunya
setelah dicuci dikarenakan peptidoglikan gram negatif lebih tipis. Sifat
bakteri terhadap pewarnaan gram merupakan sifat penting untuk
membantu determinasi suatu bakteri.
Bakteri ada yang dapat membentuk endospora, pembentukan endospora
merupakan cara bakteri mengatasi kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan
kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta
bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh selubung spora yang tebal
dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras
untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang
sesuai dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki
endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel
merupakan ciri yang digunakan untuk membedakan spesies bakteri yang
membentuknya (Hidayat, 2015).
b. Khamir
Khamir merupakan jenis jamur uniseluler, bentuk sel tunggal dan berkembang
biak secara pertunasan. Ukuran sel khamir beragam, lebarnya berkisar antara
1-5 μm dan panjangnya berkisar dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya sel khamir
berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola.
Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan
murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk. Sel-sel individu,
tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tak dilengkapi flagellum
atau organ-organ penggerak lainnya (Hidayat, 2015).

Gambar 2.2 Khamir Saccharomyces sp (Hidayat, 2015).


c. Kapang (Mould)
Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroba anggota Kingdom
Fungi yang membentuk hifa. Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya
terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman).
Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap
hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya
berdiameter 1 μm (Hidayat, 2015).
6

Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan secara heterotrof. Jamur
hidup dengan menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya.
Habitat kapang sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat
tumbuh pada substrat yang mengandung sumber karbon organik. Umumnya
jamur hidup secara saprofit, artinya hidup dari penguraian sampah sampah-
sampah organik seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk.
Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan
organik dari inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan.
Adapula yang hidup secara simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama
dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis
dengan ganggang membentuk lumut kerak (Hidayat, 2015).
Jamur uniseluler misalnya ragi dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi
gula, dan gula dicerna menjadi alkohol, sedangkan jamur multiseluler misalnya
jamur tempe dapat mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana
dan asam amino. Makanan tersebut dicerna diluar sehingga disebut
pencernaan ekstraseluler, sama seperti pada bakteri (Hidayat, 2015).
2.2 Cendawan
2.2.1 Pengertian cendawan
Jamur merupakan kelompok cendawan dengan tubuh buah/basidioma
dengan ukuran besar dan bisa dilihat dengan mata tanpa alat bantu khusus.
Organisme ini bersifat heterotrof sehingga bergantung pada ketersediaan bahan
organik yang ada di lingkungan. Sebagian besar kelompok fungi dengan tubuh buah
yang besar merupakan anggota dari filum Basidiomycota, dan sedikit dari
Ascomycota yang maskroskopik (Putra dan Astuti, 2021).
Jamur merupakan salah satu organisme yang memegang peranan penting
dalam daur kehidupan. Peranan penting dari jamur adalah menguraikan bahan
organik yang kompleks yang ada di alam menjadi suatu unsur yang sangat
sederhana sehingga mudah diserap dan dimanfaatkan oleh organisme yang lainnya.
Jamur merupakan organisme yang bersifat dekomposer, parasitik dan mutualistic
(Solle dkk., 2017).
Fungi atau jamur merupakan heterotrof yang dilakukan oleh tumbuhan dan
alga. Namun tidak seperti hewan, fungi tidak menelan (memakan) makanannya.
Sebagai gantinya, fungi mengabsorbsi nutrien dari lingkungan di luar tubuhnya.
Banyak fungi yang melakukan hal ini dengan mensekresikan enzim-enzim hidrolitik
kuat ke sekelilingnya. Enzim-enzim ini memecah molekul-molekul kompleks
menjadi senyawa-senyawa organik yang lebih kecil sehingga fungi dapat menyerap
senyawa itu ke dalam tubuh dan dapat menggunakannya. Beberapa jamur atau
fungi bersifat uniseluler, namun sebagian besar bersifat multiseluler, yang mencakup
struktur yang kita kenal sebagai cendawan (Widiastuti dkk.,2015).
Mikroba endofit hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan
mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa
membahayakan inangnya. Mikrob endofit dapat berasal dari kelompok bakteria dan
cendawan. Berbagai penelitian tersebut di antaranya terkait dengan penelitian
mengenai eksplorasi berbagai cendawan endofit yang memiliki kemampuan yang
7

spesifik dan unik, serta identifikasi berbagai cendawan endofit yang belum
dideskripsikan sebelumnya. Kemampuan cendawan endofit dalam meniru dan
memproduksi metabolit sekunder dari tanaman inangnya diduga disebabkan karena
cendawan endofit mengalami rekombinasi genetik atau dengan kata lain mengadopsi
beberapa info genetik dari inangnya melalui suatu proses evolusi di dalam jaringan
tanaman inang (Irawati dkk., 2017).
2.2.2 Klasifikasi Cendawan
Klasifikasi cendawan terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan
tubuh buah yang ada selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Cendawan
yang diketahui tingkat seksualnya disebut cendawan perfek/sempurna. Meskipun
demikian, banyak cendawan membentuk spora seksual dan tubuh buah hanya dalam
keadaan lingkungan tertentu yang cermat, kalaupun memang membentuknya. Jadi,
daur hidup lengkap, dengan tingkat seksual, bagi banyak cendawan masih belum
diketahui (Permana dan Rustiani, 2017).
Cendawan yang belum diketahui tingkat seksualnya dinamakan cendawan
imperfek untuk klasifikasinya harus digunakan ciri-ciri lain diluar tingkat seksual. Ciri-
ciri itu mencakup morfologi spora aseksual dan miseliumnya. Selama belum
diketahui tingkat perfeknya, cendawan tertentu akan digolongkan dalam suatu kelas
khusus, yaitu kelas Deutcromycetes atau fungi Imperfekti, sampai ditemukan tingkat
seksualnya. Kemudian mereka dapat diklasifikasikan kembali dan ditaruh di dalam
salah satu kelas yang lain. Oleh karena itu, berdasarkan pada cara dan ciri
reproduksinya terdapat empat kelas cendawan sejati atau berfilamen didalam dunia
fungi: Phycomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota. Ciri-ciri
utama keempat kelas fungi ini diuraikan dalam Tabel 2.1 berikut (Permana dan
Rustiani, 2017).:
Tabel 2.1 Ciri-ciri utama terpilih bagi kelas-kelas cendawan
8

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Isolasi (pengenceran) jamur dilakukan pada hari Minggu, 16 Maret
2024 pukul 13.00 – selesai di Laboratorium Bioteknologi dan Pemuliaan Pohon,
Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan pada praktikum ini antara lain:
1. Autoklaf, berfungsi sebagai mensterilkan sampel dengan metode panas
basah.
2. Timbangan analitik, berfungsi sebagai menimbangi bahan dengan ketelitian
tinggi.
3. Bunsen, berfungsi sebagai untuk sterilisasi dengan pemanasan.
4. Laminary air flow, berfungsi sebagai mensterilkan alat dan bahan sebelum
pengerjaan juga sebagai tempat pengerjaan secara aseptis.
5. Box, berfungsi sebagai wadah penyimpan media.
6. Batang Penyebar, berfungsi sebagai alat untuk menyebar dan membiakan
jamur dan bakteri yang terdapat pada wadah pembiakan.
7. Beaker Glass, berfungsi meletakkan dan mengukur suatu larutan.
8. Mikropipet, berfungsi untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 µl.
9. Tabung Reaksi, berfungsi untuk meletakkan sampel atau larutan.
10. Rak Tabung Reaksi, berfungsi untuk meletakkan tabung reaksi.
11. Vortex, berfungsi untuk menghomogenkan suspensi sampel.
12. Sampel Tanah, berfungsi sebagai sampel yang akan diuji.
13. Alumunium foil, berfungsi untuk menutup bagian mulut alat-alat yang berupa
kaca, untuk membungkus sampel bahan.
14. Tip, berfungsi sebagai pelengkap (pasangan) mikropipet yang diletakkan pada
ujung pipet.
15. Kertas bekas, berfungsi untuk membungkus cawan petri, tabung reaksi atau
alat lain yang akan disterilisasi.
16. Alkohol, Berfungsi untuk sterilisasi dan kerja aseptis
17. Aquades, berfungsi sebagai cairan pelarut media dan alkohol.
18. Plastik Wrap, berfungsi untuk menutup mulut tabung reaksi, cawan agar cairan
atau media yang ada dalam tabung/cawan tidak tumpah.
3.3 Prosedur Kegiatan
Prosedur kegiatan pada praktikum ini terbagi menjadi dua yaitu teknik
pengenceran bertingkat dan teknik inokulasi antara lain:
3.3.1 Tekhnik pengenceran bertingkat
Prosedur pengenceran bertingkat, antara lain:
1. Sampel yang mengandung mikroorganisme dimasukan ke dalam tabung
pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi
suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah
1:9 dan ingat aquades yang digunakan jika memakai teknik rinse dan swab
9

sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan
mengocoknya.
2. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkanke
tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung
ke telapak tangan sampai homogen (idealnya adalah dihomogenkan
menggunakan vortex).
3. Lanjutkan pemindahan hingga tabung pengenceran terakhir (cukup sampai
pengenceran 10-4) dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet
ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran
digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak
perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama.
3.3.2 Teknik inokulasi (cara tebar atau sebar)
1. Buatlah pengenceran 10-4 sampai 10-6 dari kultur murni bakteri dengan larutan
pengencer,
2. Ambil tabung reaksi yangmengandung kulturmurni bakteri, buka dan bakar
leher tabung,
3. Pindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke permukaan media NA dalam
cawan petri,
4. Bakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam alkohol, biarkan
dingin (jika batang spreader terbuat dari plastik, jangan lakukan pembakaran),
5. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan
sampai permukaan agar mengering,
6. Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik
selama 24 jam pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya, dan
7. Bandingkan pertumbuhan dari tiap-tiap pengenceran.
10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi (pengenceran) Jamur
Jamur biasanya untuk fermentasi substrat padat, cair dan melihat aktivitas
enzim dari jamur tersebut. Sebelum fermentasi jamur ditumbuhkan pada media
Potato Dextrose Agar (PDA) miring dan diinkubasi pada suhu 30 °C selama 7 hari.
PDA miring dibuat dengan mendinginkan media setelah sterilisasi secara miring
dengan menggunakan hingga padat. Biasanya memerlukan waktu 12 jam supaya
agar memadat secara sempurna sebelum digunakan. Setelah media agar memadat
spora jamur diinokulasikan dengan ose bermata di permukaan media (Gunawan dan
Hartanti, 2019).
Berdasarkan hasil isolasi cendawan dari rhizosfer pelawan di lapangan,
diperoleh tiga isolat yang mampu tumbuh pada medium PDA. Setelah dilakukan
pengamatan laboratorium, ternyata semua isolat memiliki karakter morfologis yang
berbeda, baik secara makroskopik maupun mikroskopik (Nildayanti dkk., 2018).
Pada pengamatan hari pertama hingga kedua pada tidak nampak jenis
cendawan yang muncul. Pada pengamatan hari ketiga, mulai tumbuh cendawan
pada P1 sedangkan yang lain belum menunjukkan pertumbuhan. Pengamatan
selanjutnya, yaitu pada hari keempat cendawan pada P1 berkembang menunjukkan
4 cendawan dan dengan yang lebih dominan terutama di bagian tepi. Cendawan P2
memiliki pertumbuhan yang cukup lambat, pada pengamatan hari kelima mulai
muncul titik kecil seperti gumpalan berwarna putih kecoklatan. Cendawan P3
memiliki koloni cendawan yang berwarna putih.
Isolasi jamur dilakukan dengan pengambilan sampel pada kayu dari pohon
Pelawan (Tristaniopsi meurgensis Griff). Kemudian dilakukan pengenceran sampel
hingga 10-5 menggunakan larutan aquades steril. Dari seri pengenceran 10-1, 10-3,
10-5 masing-masing diambil 0,1 ml dengan mikropipet dan ditaburkan pada medium
selektif lignin dengan komposisi. Inkubasi dilakukan selama 3-5 hari sampai
terbentuk zona bening. Zona bening yang terbentuk menandakan adanya jamur yang
dapat mendegradasi lignin yang terkandung didalam media. Kemudian, dilakukan
pemurnian isolat jamur dengan menggunakan media PDA (Gunawan dan Hartanti,
2019).

Gambar 4.1 Perkembangan Jamur Pada Media PDA yang Telah Dilakukan Isolasi
(Gambar berurut dari hari 1-6)
11

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan mengenai praktikum sterilisasi dan media tanam yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pengenceran bertingkat adalah metode yang umum digunakan dalam
mikrobiologi untuk mengurangi konsentrasi sampel yang terlalu tinggi
sehingga bakteri atau mikroorganisme lainnya dapat dihitung atau
diidentifikasi dengan lebih akurat. Pengenceran bertingkat harus dilakukan
dengan hati-hati dan mengikuti prosedur sterilisasi untuk mencegah
kontaminasi silang antar sampel.
2. Teknik isolasi dan inokulasi mikroba adalah metode penting dalam mikrobiologi
untuk memisahkan dan mengidentifikasi mikroorganisme tertentu dari
campuran kompleks. Ini melibatkan langkah-langkah seperti pencelupan,
pemindaian, inokulasi pada media pertumbuhan yang sesuai, inkubasi, dan
observasi koloni yang tumbuh. Teknik ini memungkinkan pemahaman yang
lebih baik tentang keberagaman mikroorganisme serta memfasilitasi penelitian
dan aplikasi dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan industri.
3. Sifat pertumbuhan dan berbagai bentuk koloni mikroba adalah karakteristik
yang penting dalam identifikasi mikroorganisme. Observasi terhadap
kecepatan pertumbuhan, tekstur, warna, dan bentuk koloni pada media
pertumbuhan memungkinkan identifikasi jenis mikroba serta memberikan
informasi tentang kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka.
Hal ini memiliki implikasi dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan industri.
4. Perbedaan jumlah pertumbuhan mikroba pada tiap pengenceran
mencerminkan tingkat konsentrasi mikroba dalam sampel asli. Pengenceran
yang lebih tinggi menghasilkan jumlah koloni yang lebih sedikit karena
mengurangi konsentrasi mikroba yang ada, sedangkan pengenceran yang
lebih rendah akan menghasilkan jumlah koloni yang lebih banyak karena
konsentrasi mikroba dalam sampel tetap tinggi.
5.2 Saran
5.1.1 Saran untuk Laboratorium
Saran saya untuk laboratorium adalah agar tetap menjaga kebersihan dan
semoga kedepannya laboratorium sudah tidak padat praktikan lagi.
5.1.2 Saran untuk Asisten
Saran saya untuk kakak agar mempertahankan sifat dan cara menjelaskannya
dengan baik saat melaksanakan praktikum.
12

DAFTAR PUSTAKA
Rini, C. S., Rochmah, J. (2020). Bakteriologi Dasar. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Harahap, D. G. S., Noviantari, A., Hidana, R., Yanti, N. A., Nugroho, E. D.,
Nurdyansyah, F., ... & Estikomah, S. A. (2021). Dasar-dasar mikrobiologi dan
penerapannya. Penerbit Widina.
Martoyo, P. Y., Hariyadi, R. D., & Rahayu, W. P. (2014). Kajian standar cemaran
mikroba dalam pangan di Indonesia. Jurnal Standardisasi, 16(2), 113-124.
Adryan, A., Widyastuti, R., & Djajakirana, G. (2017). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
MIKROBA TANAH PENDEGRADASI SELULOSA DAN PEKTIN DARI
RHIZOSFER Aquilaria malaccensis Isolation and Identification of Cellulose
and Pectin-Degrading Soil Microbes from Rhizosphere of
Aquilaria malaccensis. Jurnal Buletin tanah dan lahan, 1 (1), 58-64.
Hidayat, H. (2015). Identifikasi Morfologi dan Uji Aktivitas Antimikroba Terhadap
Bakteri Escherichia coli Dari Fermentasi Buah Markisa (Passiflora sp.).
EKSAKTA: Journal of Sciences and Data Analysis, 75-84.
Putra, I. P., & Astuti, M. (2021). Catatan beberapa jamur liar yang tumbuh di sekitar
pemukiman penduduk. Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi, 13(1), 48-59.
Solle, H., Klau, F., & Nuhamara, S. T. (2017). Keanekaragaman Jamur di Cagar Alam
Gunung Mutis Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Biota:
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 105-110.
Widiastuti, A., Ningtyas, O. H., & Priyatmojo, A. (2015). Identifikasi cendawan
penyebab penyakit pascapanen pada beberapa buah di Yogyakarta. Jurnal
Fitopatologi Indonesia, 11(3), 91-91.
Permana, N. D., & Rustiani, U. S. (2017). Modul Identifikasi Cendawan Penyebab
Penyakit Tanaman. Deepublish.
Irawati, A. F. C., Mutaqin, K. H., Suhartono, M. T., Sastro, Y., Sulastri, N., & Widodo,
N. (2017). Eksplorasi dan Pengaruh Cendawan Endofit yang Berasal dari Akar
Tanaman Cabai Terhadap Pertumbuhan Benih Cabai Merah. Jurnal
Hortikultura, 27(1), 105.
Aulia, I. A. N., & Handayani, D. (2022). Keanekaragaman Cendawan dari Cairan
Ecoenzyme dengan Sumber Bahan Organik Berbagai Jenis Kulit Jeruk. Jurnal
Serambi Biologi, 7(1), 114-119.
Gunawan, A. W., & Hartanti, A. T. (2019). Biologi dan Bioteknologi Cendawan Dalam
Praktik edisi 4. Penerbit Unika Atma Jaya.
Hidayat, R. A., & Isnawati, I. (2021). Isolasi dan karakterisasi jamur selulolitik pada
fermetodege: pakan fermentasi berbahan campuran eceng gondok, bekatul
padi, dan tongkol jagung. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, 10(2), 176-187.
13

LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Penuangan alkohol kedalam gelas ukur Penuangan alkohol kedalam tabung


reaksi

Sterilisasi Alat dan Bahan Memasukkan Tabung Reaksi Kedalam


menggunakan Autoklaf Autoklaf

Menimbang Tanah Menggunakan Proses Isolasi Berlangsung didalam Laminar Air


Timbangan Analitik Flow
14

lampiran 2. Sampul Buku dan Jurnal

Anda mungkin juga menyukai