Anda di halaman 1dari 4

EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN DAN LINGKUNGAN (B)

NAMA KELOMPOK :
1. RIZKY NUR HANDAYANI (MO21221036)
2. REZKI AMALIA BAHAR (MO21221O23)
TUGAS 1. JURNAL TERKAIT “STUDI KELAYAKAN USAHA”

1. ANALISIS KELAYAKAN USAHA BERBASIS HASIL HUTAN BUKAN KAYU


EKOSISTEM MANGROVE DI DESA MARGASARI LAMPUNG TIMUR
Pada jurnal ini dibahas mengenai aspek konservasi dalam pemanfaatannya
1. Dengan tingkat suku bunga 2 % per bulan produk olahan daun jeruju dan buah
pidada di kelompok Karya Wanita yang layak dilaksanakan untuk industri rumah
tangga dengan Gross B/C lebih dari 1 adalah peyek (1,04) dan pangsit (1,10).
Sedangkan kelompok Peduli Lingkungan Hidup memiliki produk yang layak
untuk dilaksanakan untuk industri adalah peyek (1,42).
2. Pada kelompok Karya Wanita produk olahan daun jeruju dan buah pidada
dengan menggunakan simulasi penurunan harga dan tingkat suku bunga sebesar
1 % yang layak dilaksanakan dengan Gross B/C lebih dari 1 adalah peyek (1,09),
Pempek (1,02), Pangsit (1,10), dan Sirup (1,009). Sedangkan pada kelompok
Peduli Lingkungan Hidup memiliki produk yang layak untuk dilaksanakan yaitu
hanya peyek (1,48) untuk produk lainnya tidak layak namun meningkat nilainya
dari nilai sebelumnya yang menggunakan suku bunga 2 %.

2. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL HUTAN TANAMAN JELUTUNG ( Dyera


polyphylla) DI KALIMANTAN TENGAH
Pada jurnal ini dibahas mengenai aspek kelayakan finansial dalam pemanfaatannya
1. Hutan tanaman jenis jelutung layak untuk di□kembangkan baik dengan pola
monokultur mau□pun pola campuran jelutung karet. Pola tanam jelutung
monokultur layak dikembangkan dengan indikator kelayakan NPV sebesar Rp
10.248.888, BCR sebesar 4,28 dan IRR sebesar 14,7% pada tingkat suku bunga
12%. Pola jelutung karet juga layak dikembangkan dengan indikator NPV
sebesar Rp 59.247.417, BCR sebesar 5,35 dan IRR sebesar 24,1% pada tingkat
suku bunga 12%.
2. Berdasarkan analisis sensitivitas baik usaha hutan tanaman jelutung dengan pola
monokultur bersifat sensitif terhadap perubahan harga getah jelutung.
Sedangkan jelutung pola campuran ber□sifat sensitif terhadap perubahan harga
getah karet. Adapun perubahan jumlah produksi kayu relatif kurang senstitif
dibandingkan perubahan harga getah karet dan jelutong.

3. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK HASIL HUTAN BUKAN KAYU


(HHBK) GULA AREN: STUDI KASUS KELOMOK TANI SABAR MENANTI
LOMBOK TIMUR
Pada jurnal ini dibahas mengenai aspek aspek pasar dengan pemanfaatannya
1. Dengan tingkat suku bunga 2 % per bulan produk olahan daun jeruju dan buah
pidada di kelompok Karya Wanita yang layak dilaksanakan untuk industri rumah
tangga dengan Gross B/C lebih dari 1 adalah peyek (1,04) dan pangsit (1,10).
Sedangkan kelompok Peduli Lingkungan Hidup memiliki produk yang layak
untuk dilaksanakan untuk industri adalah peyek (1,42).
2. Pada kelompok Karya Wanita produk olahan daun jeruju dan buah pidada
dengan menggunakan simulasi penurunan harga dan tingkat suku bunga sebesar
1 % yang layak dilaksanakan dengan Gross B/C lebih dari 1 adalah peyek (1,09),
Pempek (1,02), Pangsit (1,10), dan Sirup (1,009). Sedangkan pada kelompok
Peduli Lingkungan Hidup memiliki produk yang layak untuk dilaksanakan yaitu
hanya peyek (1,48) untuk produk lainnya tidak layak namun meningkat nilainya
dari nilai sebelumnya yang menggunakan suku bunga 2 %.

4. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK HASIL HUTAN BUKAN KAYU


(HHBK) GULA AREN: STUDI KASUS KELOMOK TANI SABAR MENANTI
LOMBOK TIMUR
Pada jurnal ini dibahas mengenai aspel finansial dalam pemanfaannya
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa gula aren yang diproduksi oleh
komunitas petani lokal di Desa Pringga Jurang Utara, Kecamatan Montong Gading,
Kabupaten Lombok Timur, memiliki keuntungan rata-rata Hidayat & Soimin Jurnal
Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume 4 Nomor 2 (2021) | |47
sebesar Rp. 374.894/bulan. Selain itu juga, setelah dilakukan evaluasi kelayakan
usaha terhadap bisnis gula aren tersebut, diperoleh nilai kelayakan sebesar 2 ≥ 1 yang
menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp. 1, menghasilkan penerimaan sebesar
Rp. 2

5. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGUSAHAAN KEBUN HUTAN


DENGAN TANAMAN BUAH DURIAN (Durio Zibethis Murr) DI KABUPATEN
KUTAI KERTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Pada jurnal ini dibahas mengenai aspek finansial dalam pemanfaatannya
1. Tingkat produksi optimum dan pendapatan pengusahaan kebun hutan berupa
tanaman jenis durian menghasilkan produksi optimum 2.640 buah/Ha/thn
dengan pendapatan total Rp. 26.400.000,- 146 /Ha dan rata-rata pendapatan Rp.
676.920,- /Ha/thn pada tahun 38 – 40.
2. Pengusahaan kebun hutan dengan tanaman buah durian layak untuk dilakukan
dengan jangka waktu usaha 52 tahun, dengan Net Present Value sebesar Rp.
7.982.175 dan Net B/C Ratio sebesar 2,12 dinilai pada tingkat bunga 15%,
sedangkan dengan model Internal Rate of Return, diperoleh nilai IRR sebesar
20,95%.

TUGAS 2. MEMBANDINGKAN 4 METODE INVESTASI YANG ADA PADA


JURNAL

Break Event Point (BEP) adalah posisi dimana suatu Perusahaan tidak memperoleh
laba dan tidak pula mendapatkan kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi
manajemen untuk mengambil keputusan agar menarik produk atau mengembangkan
produk, atau untuk menutup anak Perusahaan yang tidak menguntungkan

Tujuan analisis titik impas

Untuk mengetahui tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil penjualan sama dengan
jumlah semua biaya variable dan biaya tetapnya. Apabila suatu Perusahaan hanya
mempunyai biaya variable saja, maka tidak akan muncul masalah BEP dalam Perusahaan
tersebut.

Adapun biaya yang termasuk golongan biaya variable pada umumnya adalah bahan
mentah, upah buruh langsung, komisi penjualan sedangkan yang termasuk golongan
biaya pada umumnya adalah depresiasi artinya tetap, bunga utang, gaji pagawai (gaji
tetap), gaji pemimpin. Manfaat analisis BEP sangat banyak, namun secara umum adalah
untuk mengetahui titik pulang pokok dalam usaha.

Anda mungkin juga menyukai