Anda di halaman 1dari 10

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2015, hlm 57 – 66 Vol. 43. No.

1
ISSN 0126 - 4265

Analisis Finansial Dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan


Kerapu (Epinephelus sp) Di Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan

Handayani1),Zulkarnaini2) dan Syafriadiman2)

Diterima : 8 September 2014 Disetujui: 11 Desember 2014

ABSTRACT

The research was conducted from May to July 2014 in Mantang district,
Bintan regency. The object of this research were to evaluate the feasibility level
based on financial and sensitivity aspects, contribution to local revenues and to
formulate alternative strategies. This research used survey method. The result
shows that the business of groupers floating cages in Mantang district was feasible
and profitable. Contribution of business groupers was lesses to local revenues
Bintan District. The combination score of external, internal matrix indicates that
the position of the business in growth strategies. SWOT analysis find out of four
alternatives strategies to increase production and development business.

Key words : Groupers, floating cages, financial, strategy.

PENDAHULUAN1 oleh DKP Bintan adalah budidaya


Usaha budidaya merupakan ikan kerapu.
salah satu bentuk pengelolaan dan Budidaya ikan kerapu untuk
pemanfaatan sumberdaya perairan memenuhi kebutuhan lokal
yang berwawasan lingkungan umumnya dan kebutuhan ekspor
(Affan, 2012). Salah satu usaha khususnya yang dituntut untuk
yang dapat ditenpuh dalam memberi kontribusi kepada
membudidayakan ikan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan sistem keramba jaring apung merupakan proyek pemerintah yang
(KJA). Kerapu(Epinephelus sp) memerlukan investasi dana yang
adalah ikan karang yang memilliki cukup besar karena menyangkut
nilai ekonomis tinggi dan merupakan pengeluaran modal. Bantuan ini
komoditas ekspor (Afero, 2009). merupakan dana yang cukup besar,
Salah satu lokasi perairan memerlukan pengkajian berbagai
Kabupten Bintan yang mempinyai analisis kelayakan usaha dari segi
potensi sumberdaya alam untuk finansial, sensitivitas usaha dan
pengembangan usaha perikanan apakah bantuan tersebut dapat
adalah Kecamatan Mantang. nantinya, memberikan kontribusi
Kegiatan yang dilakukan masyarakat terhadap PAD Kabupaten Bintan.
kecamatan Mantang yang terlibat Berdasarkan hasil wawancara,
dalam kegiatan kelompok petani permasalahan yang sering dihadapi
ikan(GAPOKTAN) yang diorganisir oleh pembudidaya adalah pertama,
faktor ketidakpastian yang selalu
1)
Alumni Pascasarjana Ilmu Kelautan berubah-ubah. Diantaranya yang
Universitas Riau sering terjadi adalah perubahan harga
2)
Staf Pengajar Pascasarjana Ilmu Kelautan jual, kenaikan biaya produksi dan
Universitas Riau

57
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

perubahan volume produksi, Kecamatan Mantang merupakan


merupakan faktor yang daerah pengembangan budidaya laut
mempengaruhi penerimaan dan yang memiliki potensi perikanan
keuntungan. Sementara di sisi lain, dalam usaha budidaya ikan kerapu
usaha yang dijalankan harus dituntut dalam KJA.
setidak-tidaknya ada kontribusinya Metode Penelitian
terhadap PAD Kabupaten Bintan. Metode penelitian yang
Permasalahan yang kedua, dilakukan adalah dengan
pembudidaya yang tergabung dalam menggunakan metode surveyData
GAPOKTAN sering mengalami yang dikumpulkan dalam penelitian
hambatan dalam mengembangkan ini meliputi data primer dan data
usahanya karena belum mampu sekunder. Data primer berdasarkan
mengidentifikasi faktor-faktor kuisioner, wawancara dan
lingkungan eksternal dan internal pengamatan langsung dilapangan.
usaha, karena masih terbatasnya Data sekunder dikumpulkan melalui
infomasi tentang acuan dalam informasi dan laporan tertulis dari
merumuskan strategi pengembangan instansi terkait, studi pustaka yang
usaha secara optimal. relevan dengan permasalahan yang
Berdasarkan informasi dan di analisis dalam penelitian ini.
berbagai permasalahan yang
dihadapi, maka perlu kajian Populasi Penelitian
kelayakan usaha denagan analisis Penelitian ini menggunakan
finansial dan sensitivitas usaha metode survey dengan cara sensus,
dalam rangka memberikan alternatif yaitu seluruh kelompok petani ikan
pemecahan permasalahan budidaya kerapu (GAPOKTAN) di
pembudidaya ikan kerapu, selain Kecamatan Mantang yang berjumlah
untuk meningkatnya kesejahteraan 10 kelompokyang diwakili oleh
pembudidaya juga hasil ini diharapka masing-masing ketua
dapat memberikan kontribusi kelompok.Yang di bagi dalam 3
terhadap PAD Kabupaten Bintan kategori :
khususnya. 1. Pembudidaya yang memiliki 10
Tujuan dari penelitian ini kantong keramba/unit usaha 3
adalah untuk menganalisis : (1) kelompok tani.
Kelayakan usaha dari segi finansial, 2. Pembudidaya yang memiliki 15
(2) Sensitivitas usaha budidaya ikan kantong keramba/unit usaha 3
kerapu terhadap perubahan harga kelompok tani.
jual, nilai volume produksi dan 3. Pembudidaya yang memiliki 20
kenaikan biaya, (3) Kontribusi usaha kantong keramba/unit usaha 4
terhadap PAD dan (4) Merumuskan kelompok tani.
strategi pengembangan usaha Pengelompokan tersebut
budidya ikan kerapu di Kecamatan didasarkan pada jumlah kantong
Mantang keramba yang dimiliki oleh setiap
kelompok pembudidaya.
METODOLOGI PENELITIAN Analisis Data
Waktu dan tempat Data primer dan data
Penelitian dilaksanakan pada sekunder yang telah didapatkan
bulan Mei-Juli 2014 di Kecamatan ditabulasikan dalam tabel, dijelaskan
MantangKabupaten Bintan.

58
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

secara deskriptif kemudian dianalisis CR > 1.5 = usaha berada pada


sesuai dengan tujuan penelitian kondisi aman dan mampu membayar
1. Analisis Finansial semua kewajiban lanacarnya.
(1) Pendapatan bersih/ profit yang CR antara 1.1 sampa 1.5 = usaha
diperoleh usaha (Diatin dan berada pada kondisi berjaga-jaga
Kusumawardany, 2010). karena berada pada batas kondisi
NI=GI-TC minimal untuk memenuhi kewajiban
Dimana : hutang lancarnya.
NI= Net Income (pendapatan bersih) CR < 1 = usaha berada pada kondisi
GI=Gross Income (pendapatan kotor) tiak aman karena kemampuan untuk
TC= Total biaya membayar hutang lancarnya sangat
(2) Return Of Investment (ROI). kecil.
Nilai keuntungan usaha yang
2. Analisis Sensitivitas
diperoleh pembudidaya dari
Analisis sensitivitas yang
setiap jumlah uang yang
bertujuan apabila terjadi perubahan
diinvestasikan dalam periode
pada volume produksi, harga jual
waktu tertentu (Sudradjat, 2008).
dan kenaikan biaya produksi (Taufik
ROI=laba usahax 100%
et al, 2013). Dengan menggunakan 3
Modal usaha
skenario sensitivitas (Mariyah, 2010)
Dengan kriteria :
yaitu :
ROI > suku bunga bank 12%,
Skenario 1 : pendapatan turun, biaya
sebaiknya investasi dilakukan usaha
variabel tetap.
tersebut.
Skenario 2 : biaya variabel naik,
ROI < suku bunga bank 12%,
pendapatan tetap.
sebaiknya investasi didepositokan di
Skenario 3 : biaya variabel naik,
bank karena akan lebih
pendapatan tetap.
menguntungkan.
(3) Rasio perbandingan antara 3. Rasio Kontribusi
penerimaan dan biaya (R/C Rasio kotribusi untuk
Rasio) yaitu rasio untuk mengetahui besar kontribusi usaha
membandingkan, mengukur serta terhadap PAD (Arditia, 2008).
menghitung tingkat penerimaan Rasio kontribusi = realisasi
usaha (Anonim, 2008). pendapatan daerah/pendapatan asli
R/C = Total penerimaan (TR) daerah x 100%.
Total biaya (TC) Klasifikasi kriteria kontribusi :
Dengan kriteria : Persentase Kriteria
R/C >1 = Layak/menguntungkan 0.0%-10% Sangat kurang
R/C<1= Tidak layak/tidak 10.10%-20% Kurang
menguntungkan. 20.10%-30% Sedang
R/C = 1 = impas (tidak untung/tidak 30.10%-40% Cukup baik
rugi. 40.10%-50% Baik
(4) Rasio likuiditas untuk melihat Diatas 50% Sangat baik
kemampuan usaha untuk Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol
memenuhi kewajiban jangka UGM dalam Arditia (2008)
pendeknya (Afriyeni, 2008)
Rasio likuiditas = jumlah aktiva 4. Strategi Pengembangan Usaha.
lancar/jumlah hutang lancar Untuk menganalisis tujuan
Kriteria pengujian ; penelitian ke empat yaitu menyusun

59
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

strategi pengembangan usaha menjadi modal tetap, modal kerja,


dilakukan 3 tahapan (Rangkuti total investasi, biaya tetap, biaya
2013). (1) Tahap input = variabel,total biaya, pendapatan
mengidentifkasi faktor-faktor kotor dan pendapatan bersih usaha.
eksternal dan internal dengan matriks Selanjutnya dari hasil perhitungan
EFE dan IFE. (2) Tahap analis tersebut akan dilihat melalui
menggunakan matriks IE untuk parameter kelayakan usaha.
melihat kondisi dan posisi usaha saat Mahyudin dalam Anastasia
(2014) menyatkan bahwa investasi
ini. (3) Tahap pengambilan
adalah jumlah modal yang
keputusan menggunakan analisis
dikeluarkan untuk memulai
SWOT untuk memilih alternatif usahaInvestasi yang ditanamkan
strategi terbaik bagi usaha. merupakan hasil penjumlahan modal
tetap (MT) dengan modal kerja (MK)
HASIL DAN PEMBAHASAN pada usaha budidaya ikan kerapu
1. Analisis Finansial Usaha dalam keramba jaring apung.Modal
Budidaya tetap terdiri dari pembuatan
Analisis finansial usaha KJA KJA,pembuatan rumah jaga, sarana
bertujuan untuk mengetahui apakah dan prasarana seperti yang terlihat
usaha tersebut layakatau tidak untuk pada Tabel 1.
dikembangkan. Dalam analisis
finansial dapat dikelompokkan
Tabel 1. Modal Tetap Usaha Budidaya Ikan Kerapu Dalam KJA di Kecamatan
Mantang
No Jenis pengeluaran Penyusutan/tahun (Rp)
(Barang Modal) Kategori I Kategori II Kategori III
1 Pembuatan KJA 10,875,000 12,625,000 14,375,000
2 Pembuatan rumah jaga 2,301,000 2,301,000 2,301,000
3 Sarana dan prasarana 9,650,000 9,650,000 9,650,000
Jumlah 22,826,000 24,576,000 26,326,000
Modal Tetap Perpanen 3,352,000 3,527,000 7,404,000
Sumber : Data Olahan, 2014
Modal kerja adalah pembudidaya ikan terdiri daribiaya
modal/biaya operasional yang pembeliah benih, pembelian pakan,
digunakan untuk memperlancar dan upah tenaga kerja. Untuk melihat
jalannya usaha yang habis dalam satu modal kerja yang digunakan dalam
kali proses produksi Kuswadi dalam usaha budidaya ikan kerapu dalam
Anastasia (2014) Adapun modal KJA di Kecamatan Mantang dapat
kerja yang dikeluarkan oleh dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Modal Kerja Perpanen Usaha Budidaya Ikan Kerapu Dalam
KJA di Kecamatan Mantang
No Jenis Pengeluaran Jumlah Modal Kerja (Rp/panen)
Kategori I Kategori II Kategori III
1 Benih ikan kerapu 135,000,000 202,500,000 360,000,000
2 Pembelian pakan 20,250,000 30,375,000 54,000,000
3 Biaya obat-obatan 160,000 240,000 480,000
Jumlah 155,410,000 233,115,000 414,480,000
Rata-rata 51,803,333 77,705,000 138,160,000
Sumber : Data Olahan, 2014

60
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2015, hlm 57 – 66 Vol. 43. No.1
ISSN 0126 - 4265

Tabel 1 dan Tabel 2 pendapatan kotor yang diterima


menunjukkan bahwa masing-masing adalah sebesar Rp.425.000.00,-
modal tetap dan modal kerja yang /panen
dibutuhkan oleh petani ikan kerapu Pendapatan Bersih (NI)
di Kecamatan Mantang. Dengan merupakan selisih antara pendapatan
menjumlahkan modal tetap dan kotor dengan total biaya produksi
modal kerja tersebut maka diperoleh yang dikeluarkan dalam satu kali
bahwa investasi yang digunakan oleh periode produksi. Pendapatan bersih
pembudidaya ikan kerapu per unit yang diterima oleh pembudidaya
usaha yaitu sebesar Rp.178.236.000,- kategori I dalam melakukan usaha
untuk pembudidaya kategori I, untuk budidaya ikan kerapu dalam KJA di
pembudidaya kategori II sebesar Kecamatan Mantang adalah sebesar
Rp.257.691.000,- dan pembudidaya Rp.18.338.000,-/panenuntuk kategori
kategori III investasi yang digunakan I, kategori II pendapatan bersih yang
yaitu sebesar Rp.440.806.000,-. diterima adalah sebesar
Biaya operasional produksi Rp.26,478.000,-/panen dan untuk
adalah biaya yang harus dikeluarkan pembudidaya kategori III pendapatan
untuk berproduksi (Mahyudin dalam bersih yang diterima yaitu sebesar
Anastasia (2014). Biaya yang Rp.45.616.000,-/panen.
dikeluarkan oleh petani pembudidaya
ikan kerapu terdiri dari biaya tetap Analisis Kelayakan Usaha
(fixed cost) atau biaya penyusutan Analisis kelayakan bertujuan
dan biaya tidak tetap (variable cost). untuk melihat apakah usaha keramba
Total biaya produksi perpanen yang jaring apung yang ada di Kecamatan
digunakan pembudidaya kategori I Mantang layak untuk secara finansial
yaitu sebesar Rp.158,762,000-, dengan menggunakan kriteria ROI,
Rp.236,642,000,- untuk R/C Rasio, Rasio likuiditas, NPV,
pembudidaya kategori II dan biaya B/C Rasio, IRR seperti terlihat pada
produksi yang digunakan oleh Tabel 3.
pembudidaya kategori III yaitu Rp. Tabel 3 menunjukkan bahwa
421,884,000,-. rata-rata nilai ROI adalah 7.06%,
Pendapatan Kotor (GI) merupakan kecil jika dibandingkan suku bunga
hasil perkalian antara produksi ikan di bank 12%/thn, maka sebaiknya
investasi disimpan di bank karena
dengan harga jual ikan. Pendapatan
akan lebih menguntungkan.
kotor usaha budidaya kategori I yaitu
Nilai rata-rata nilai R/C yang
Rp.161.000.000,-/panen, untuk usaha
diperoleh setiap pembudidaya
budidaya kategori II pendapatan
sebesar 1.11 maka usaha mengalami
kotor yang diterima
keuntungan dan layak untuk
Rp.239.200.000,-/panen dan untuk
dilanjutkan karena RC>1.
usaha budidaya kategori III
Tabel 3. Nilai Parameter Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Dalam KJA di
Kecamatan Mantang
No Uraian Unit Pembudidaya
Kategori I Kategori II Kategori III Rata-rata
1 ROI % 7.13 7.04 7.01 7.06
2 R/C Rasio 1.11 1.11 1.10 1.11
3 Likuiditas 0.99 1.10 1.21 1.1
4 NPV Rp 16,373,214 23,641,071 40,728,571 26,914,285
5 B/C Rasio 1.15 1.12 1.10 1.12
6 IRR % 13 14 14 13

61
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

Nilai rasio likuiditas setiap variabel meningkat 2% (277 juta


pembudidaya adalah 1.1 (CR antara rupiah/panen) dari (272 juta
1.1 sampai 1.5) artinya usaha rupiah/panen).
tersebut harus berjaga-jaga karena c. Skenario III. Biaya variabel
berada pada kondisi batas keamanan naik, penadapatan turun (harga
minimal untuk dapat membayar jual dan volume produksi).
hutang lancarnya dengan Pada skenario ini diperoleh
menggunakan aktiva lancar yang rata-rata nilai NPV > 0 (16,731,399)
dimilikinya. , rata-rata nilai B/C > 1 (1.06) dan
Nilai NPV>0 (16,373,214), rata-rata nilai IRR >dari suku bunga
rata-rata nilai B/C Rasio>1 (1.12) bank 12% (13%), apabila harga jual
dan rata-rata nilai IRR > suku bunga mengalami penurunan 2% (98,000
bank 12% (14%) sehingga dari hasil rupiah/panen) dari rata-rata Rp.
yang diperoleh maka usaha budidaya 100,000,-, biaya yang dikeluarkan
ikan kerapu layak untuk setiap meningkat rata-rata sebesar 2% (277
pembudidaya tersebut layak untuk juta rupiah/panen) dari (272 juta
dikembangkan. rupiah/panen) atau volume produksi
2. Analisis Sensitivitas menurun hingga 2% (2,696
Selama usaha berjalan, kg/panen) dari (2,750 kg/panen).
kemungkinan beberapa faktor akan Uji kelayakan investasi dari
berubah dan mempengaruhi ketiga skenario di atas maka
kelayakan usaha, akibat dari diperoleh kesimpulan bahwa pada
permasalahan utama yaitu perubahan umumnya usaha budidaya ikan layak
harga jual, kenaikan biaya dan untuk dikembangkan,karena masing-
perubahan volume prosduksi masing uji kelayakan investasi
(Taufiket al, 2013). Dalam pola memperoleh hasil di atas kriteria
budidaya ikan kerapu ini digunakan kelayakan investasi Berarti usaha
tiga skenario sensitivitas dengan uji yang di jalani siap jika mengalami
kriteria investasi : kondisi perubahan.
a. Skenario I. Pendapatan turun 3. Kontribusi Usaha Terhadap
(volume produksi turun 2%), PAD
biaya variabel tetap Kontribusi usaha budidaya
Pada skenario ini diperoleh ikan kerapu dalam KJA di
rata-rata nilai NPV NPV>0 Kecamatan Mantang adalah
(21,545,238), rata-rata nilai B/C sumbangan atau peranan yang
Rasio 1.08>1 dan rata-rata nilai IRR diberikan oleh usaha budidaya ikan
sebesar 13% > suku bunga bank kerapu terhadap PAD. Dari hasil
12%/thn, apabila volume produksi analisis diperoleh usaha budidaya
turun 2% (2,696 kg/panen) dari ikan kerapu dalam KJA di
(2,750 kg/panen). Kecamatan Mantang sangat kurang
b. Skenario II. Biaya variabel naik, memberikan kontribusi terhadap
pendapatan tetap pendapatan asli daerah (5.5%) yaitu
Pada skenario ini diperoleh dibawah kriteria kontribusi (0.0%-
rata-rata nilai NPV > 0 sebesar 10%) dikarenakan usaha kelompok
(22,134,673), rata-rata nilai B/C budidaya ini masih baru berjalan
Rasio 1.09 > 1 dan rata-rata nilai selama 3 tahun sehingga belum
IRR sebesar 12% sama dengan suku optimal dalam pelaksanaannya.
bunga bank 12%/thn, apabila biaya

62
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

4. Perumusan Strategi Sedangkan ketersediaan benih yang


(1) Analisis Lingkungan masih didatangkan dari luar,
Eksternal kemampuan manajerial keuangan
dalam mengelola biaya produksi
Hasil identifikasi faktor
yang masih rendah, kecukupan
eksternal, maka diperoleh 10 yang
modal jangka pendek yang terbatas,
terdiri dari lima peluang dan lima
rendahnya kemampuan usaha
ancaman. Lima peluang yang
menghasilkan modal jangka panjang
dihasilkan antara lain meningkatnya
danbelum adanya
minat masyarakat terhadap ikan
kelembagaan/koperasi dalam
kerapu, akses jalan dan transportasi,
memasarkan hasil merupakan
ketersediaan pakan dari alam,
kelemahan-kelemahan dari
dukungan PEMDA terhadap kegiatan
lingkungan internal pembudidaya
usaha budidaya dan iklim usaha yang
ikan kerapu dalam keramba jaring
baik. Sedangkan kenaikan BBM dan
apung di Kecamatan Mantang yang
tarif daya listrik, harga benih mahal,
harus diatasi.
cuaca dan iklim, adanya hama dan
Faktor strategis internal yang
penyakit serta kondisi keamanan
menjadi kekuatan utama adalah
merupakan ancaman-ancaman dari
lokasi perairan yang tenang dan
lingkungan eksternal pembudidaya
kondisi kualitas perairan yang
ikan kerapu dalam keramba jaring
memenuhi standar usaha budidaya
apung di Kecamatan Mantang yang
dengan nilai tertimbang dan rating
harus diatasi.
tertinggi sebesar 0.094 dan 4,
Faktor yang menjadi peluang
sedangkan kelemahan utama adalah
utama adalah peningkatan minat
kemampuan usaha menghasilkan
masyarakat terhadap ikan kerapu
modal jangka panjang dengan bobot
dengan nilai bobot dan rating
tertinggi 0.188 dan rating terendah
tertinggi yaitu 0.114 dan 4,
sebesar 2 serta total skor bobot
sedangkan ancaman utama adalah
sebesar 2.589. Hal ini menunjukkan
mahalnya harga benih yang masih
bahwa usaha memiliki posisi internal
datang dari luar yaitu dengan bobot
rata-rata menggunakan kekuatan dan
tertinggi dan rating terendah yaitu
kelemahan terhadap usaha yang
0.124 dan 1, dan menghasilkan total
dijalankan.
skor bobot sebesar 2.310. hal ini
(3) Posisi Usaha Berdasarkan
menunjukkan bahwa usaha belum
Matriks Internal Eksternal
menunjukkan respon yang baik
Dengan menggunakan matriks
terhadap peluang dan belum mampu
IE maka posisi usaha dipetakan
menghindari ancaman.
dalam diagram yang didasarkan pada
(2) Analisis Lingkungan Internal
analisis total skor faktor internal dan
Hasil identifikasi faktor
faktor eksternal (Rangkuti, 2013)
internal, maka diperoleh 10 yang
yang digambarkan pada Gambar 1.
terdiri dari lima kekuatan dan lima
Hasil diagram matriks IFE dan
kelemahan.Lima kekuatan yang
EFE pada Gambar 1 berupa total
dihasilkan antara lain lokasi dan
nilai tertimbang yang di petakan ke
kondisi kualitas perairan, sarana dan
dalam matriks IE.
prasarana yang mudah diperoleh,
skill dan pengalaman pembudidaya,
produk yang dihasilkan berkualitas
dan teknik budidaya yang sederhana.

63
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

Skor IFE(2.589)
Kuat Rata-rata Lemah
4.0 3.0 2.0 1.0
I II III
Tinggi 3.0
Skor Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
EFE Menengah 2.0 IV V VI
(2.310) Stabilitas Pertumbuhan/Stabilitas Penciutan
VII VIII IX
Rendah 1.0
Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi

Gambar 1. Diagram Matriks Internal Eksternal (IE) Usaha Budidaya Ikan Kerapu
di Kecamatan Mantang
Total nilai tertimbang IFE dipetakan matriks SWOT dapat dirumuskan
pada sumbu x, sedangkan total nilai empat alternatif strategi yang terdiri
tertimbang EFE dipetakan pada dari :
sumbu y. a). Strategi SO (menggunakan
Berdasarkan analisis faktor kekuatan untuk memanfaatkan
internal menggunakan matriks IFE, peluang)
diperoleh skor bobot total pada 1. Memanfaatkan ketersediaan
sumbu x sebesar 2,589 dan sumbu y pakan dari alam (ikan rucah)
yang merupakan faktor eksternal untuk menunjang proses produksi
dengan menggunakan matriks EFE, yang baik dan menghasilkan
diperoleh skor bobot total sebesar produk yang berkualitas (O3, S4,
2,310. S5)
Dari hasil tersebut terlihat 2. Mengusulkan kepada instansi
bahwa posisi usaha pada lingkungan terkait untuk lebih meningkatkan
eksternal berada dalam posisi dukungan dan perhatian yang
menengah dan pada lingkungan lebih lagi kepada usaha budidaya
internal berada pada posisi rata- yang sedang berjalan maupun
rata.Perpaduan dari kedua nilai yang akan dimulai karena
tersebut menunjukkan bahwa posisi memiliki lokasi yang strategis dan
usaha berada pada sel V. Sel V kualitas perairan yang baik
dikelompokkan dalam strategi (O2,S1,S2)
pertumbuhan yang merupakan b) Strategi WO (Mengatasi
pertumbuhan usaha itu sendiri. kelemahan melalui pemanfaatan
Didesain untuk mencapai peluang)
pertumbuhan baik dalam penjualan, 1. Mengusulkan pelatihan melalui
asset, keuntungan atau kombinasi UPT kepada instansi terkait
dari ketiganya (Setyaningsih, 2011). tentang kemampuan manajerial
(4) Matriks SWOT keuangan dalam hal pengelolaan
Dengan mencocokkan faktor- biaya produksi serta pelatihan
faktor kunci internal (kekuatan dan kewirausawaan (W2,S2)
kelemahan) serta faktor-faktor kunci 2. Mengusulkan kepada instansi
eksternal (peluang dan ancaman) terkait supaya didirikan
merupakan cara yang efektif untuk kelembagaan/koperasi perikanan
menghasilkan strategi yang layak dalam hal memasarkan hasil
(Rangkuti, 2013). Berdasarkan budidaya (W5, S2)

64
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

c) Strategi ST (Menggunakan kriteria (1.5) menunjukkan bahwa


kekuatan untuk menghindari usaha tersebut harus berjaga-jaga
ancaman) karena berada pada kondisi batas
1. Pertahankan kualitas produk keamanan minimal untuk membayar
dengan menjaga kualitas dan hutang lancarnya.
membuat kesepakatan antar Analisis sensitivitas
pembudidaya dalam menjaga menghasilkan usaha budidaya ikan
keamanan keramba dan sekitarnya kerapu layak untuk dikembangkan
(T3, S4) karena masing-masing uji kelayakan
2. Mengusulkan kepada instansi investasi memperoleh hasil di atas
terkait untuk meningkatkan kriteria kelayakan investasi yaitu
pelatihan yang lebih intesif dalam diperoleh rata-rata nilai NPV >0
penanggulangan hama dan (16,731,399) , rata-rata nilai B/C < 1
penyakit agar proses produksi dan (1.06) dan rata-rata nilai IRR > dari
kualitas produksi lebih meningkat suku bunga bank 12% (13%),
lagi (T4,S4,S5) apabila harga jual mengalami
d) Strategi WT (Meminimalkan penurunan 2% (107,000
kelemahan dan menghindari rupiah/panen) dari rata-rata Rp.
ancaman 110,000,-, biaya yang dikeluarkan
1. Melalui UPT menjalin kemitraan meningkat rata-rata sebesar 2% (277
dengan pengumpul juta rupiah/panen) dari (272 juta
/agen/pedagang agar hasil rupiah/panen) atau volume produksi
produksi terjamin tingkat harga menurun hingga 2% (2,696
dalam pemasarannya (W5,T2) kg/panen) dari (2,750 kg/panen).
2. Mengusulkan kepada instansi Usaha budidaya ikan kerapu
terkait untuk diadakan hatchery di dalam keramba jaring apung di
daerah agar ketersediaan benih Kecamatan Mantang sangat kurang
tidak berasal dari luar lagi memberikan kontribusi terhadap
sehingga dapat meminimalkan pendapatan asli daerah (5.5%) yaitu
biaya poduksi (T5,W1). dibawah kriteria kontribusi (0.0%-
10%) dikarenakan usaha kelompok
KESIMPULAN DAN SARAN budidaya ini masih baru berjalan
Secara finansial setiap selama 3 tahun sehingga belum
pembudidaya menguntungkan optimal dalam pelaksanaannya.
dengan rata-rata pendapatan bersih Alternatif strategi yang
per satu musim panen Rp. dihasilkan yaitu memanfaatkan
30,144,000,- dan layak untuk ketersediaan pakan dari alam,
dikembangkan. Kelayakan tersebut dukungan PEMDA melalui instansi
ditunjukkan dengan rata-rata nilai terkait lebih ditingkatkan karena
R/C ratio lebih dari satu (1.12), rata- memiliki lokasi yang strategis dan
rata nilai NPV >0 (26,914,285), rata- kualitas perairan yang baik
rata nilai B/C Rasio>1 (1.12) dan mengadakanpelatihan kewirausahaan
rata-rata nilai IRR > suku bunga dan manajerial keuangan dalam
bank 12% (14%). Nilai ROI lebih mengelola usaha, mengusulkan di
kecil dari suku bunga umum di bank dirikan koperasi perikanan untuk
12%/thn (7.06%) dan Nilai rata-rata measarkan hasil, mempertahankan
likuiditas yang diperoleh dari seluruh kualitas produk dengan membuat
kategori adalah 1.1 berada dibawah kesepakatan antar pembudidaya

65
Analisis Finansial dan Strategi Berkala Perikanan Terubuk Vol 43 No.1 Februari 2015

dalam menjaga keamanan keramba Ikan Nila (Oreochromis


dan meningkatkan pelatihan yang nilotococus) Dalam Keramba
lebih intensif dalam penanggulangan Jaring Apung di Perairan
hama dan penyakit, menjalin Danayu Toba Desa Tongging
kemitraan dengan pengumpul agar Kecamatan Merek
terjamin tingkat harga dalam Kabupatten Karo, (Skripsi),
pemasaran dan instansi terkait Universitas Riau, Pekanbaru.
memfasilitasi hatchery didaerah agar
dapat meminimalkan biaya produksi. Arditia, R., 2008.Analisis Kontribusi
dan Efektivitas Pajak Daerah
DAFTAR PUSTAKA Sebagai Sumber Pendapatan
Asli Daerah Kota Surabaya.
Affan, J., 2012.Identifikasi Lokasi Jurnal Akuntansi. 26
Untuk Pengembangan halaman.
Budidaya Keramba Jaring
Apung (KJA) Berdasarkan Diatin, I dan Kusumawardany, U.,
Faktor Lingkungan dan 2010.Analisis Kelayakan
Kualitas Air di Perairan Finansial Perluasan Tambak
Pantai Timur Bangka Tengah Budidaya Udang di Cantigi
Depik, 1 (1) :78-85. Indramayu. Jurnal Akuakultur
Indonesia 9 (1) :77-83.
Afero, F., 2009.Analisis Ekonomi
Budidaya Kerapu Macan dan Mariyah., 2010.Analisis Finansial
Kerapu Bebek Dalam Budidaya Ayam Petelur di
Keramba Jaring Apung di Kalimantan Timur. Jurnal
Indonesia. Laporan Akuakultur KKP Vol 7 No.2,
Penelitian, Depik 1 (1) : 10- 2010 :6-13.
21 ISSN 2009-7790, Dinas
Kelautan dan Perikanan Rangkuti, F., 2013.Analisis SWOT,
provinsi Aceh : 12 halaman. Teknik membedah kasus
bisnis, PT. Gramedia Pustaka
Anonim., 2008. Agribisnis Utama, Jakarta.
Perikanan, Edisi Revisi,
Penebar Swadaya,Jakarta. Taufik, M., Muani, A.,
Radian.,2013.Analisa
Afriyeni, E., 2008.Penilaian Kinerja Kelayakan Investasi Usaha
Keuangan Dengan Pembenihan Ikan Di Balai
Menggunakan Analisis Rasio. Benih Ikan (BBI) Lokal
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Kabupaten Kubu Raya, Jurnal
volume 3 nomor 2 : 109-118. Social Economic of
Agriculture, Volume 2,
Anastasia, M,. 2014. Analisis Nomor 2 : 60-67
Kelayakan Usaha Budidaya

66

Anda mungkin juga menyukai