Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Produksi adalah kegiatan menambah nilai guna atau kegiatan untuk

menciptakan sesuatu yang baru sehingga lebih bermanfaat. Produksi merupakan

hasil dari perubahan dua atau lebih input (sumber daya) dan menghasilkan satu

atau lebih output, seperti barang atau jasa. Tujuan produksi adalah

menghasilkan barang setengah jadi kemudian melalui tahapan produksi

selanjutnya menghasilkan barang jadi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Tujuan lainnya yaitu untuk memperoleh keuntungan dari hasil produksi bagi

produsen. Tujuan produksi dapat dicapai dengan memadukan berbagai faktor

produksi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan mesin.

Menurut Sukirno (Ardina et al., 2020), produksi terbagi dalam 3 sektor

yaitu sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer adalah kegiatan

produksi yang berkaitan dengan faktor produksi sumber daya alam yang

menekankan pada kegiatan menanam atau mengambil bahan dari tanah. Contoh

dari kegiatan produksi ini adalah pertambangan, pertanian, produksi minyak,

perikanan dan peternakan, dan kehutanan. Sektor produksi berikutnya yaitu

sektor sekunder yang berkaitan dengan manufaktur dan merupakan kelanjutan

dari sektor primer, karena dalam proses pengelolaannya membutuhkan bahan

mentah. Sektor produksi selanjutnya yaitu sektor tersier yang merupakan sektor

penyedia layanan berupa jasa atau kegiatan produksinya tidak menghasilkan

1
2

barang berwujud. Contohnya adalah salon, transportasi, pariwisata, layanan

kesehatan, administrasi, dan keamanan.

Dari ketiga sektor tersebut, sektor primer merupakan dasar dari kegiatan

produksi pada sektor lainnya. Sektor primer menghasilkan produk dari faktor

sumber daya alam yang selanjutnya melalui tahapan kegiatan produksi yang

menghasilkan produk pada sektor sekunder. Begitupun pada kegiatan produksi

sektor tersier, walaupun kegiatan produksi pada sektor ini berupa jasa namun

kebutuhan untuk menunjang kegiatan produksinya berasal dari kegiatan

produksi pada sektor sekunder sehingga faktor sumber daya alam menjadi dasar

dalam kegiatan produksi. Dengan demikian, sektor primer memiliki peranan

penting dalam kegiatan produksi.

Salah satu kegiatan produksi pada sektor primer yaitu peternakan.

Peternakan adalah kegiatan pengembangbiakan dan pemeliharaan hewan ternak

guna mendapatkan manfaat untuk dikonsumsi masyarakat. Pengembangbiakan

adalah tahapan proses menghasilkan atau memperbanyak keturunan.

Selanjutnya yaitu pemeliharaan hewan, dimana pemeliharaan merupakan

aktivitas yang dilakukan dalam merawat hewan ternak mulai dari setelah proses

mengembangbiakan tersebut hingga hewan ternak dapat memberikan manfaat.

Salah satu jenis hewan ternak pada kegiatan produksi pengembangbiakan dan

pemeliharaan yaitu ikan lele.

Kegiatan pembudidayaan ikan lele telah berkembang di masyarakat

termasuk di Kota Timika, salah satunya yaitu milik Bapak Purwanto. Usahanya

telah beroperasi sejak 20 tahun yang lalu dan kini berkembang bukan hanya
3

pada budidaya ikan lele saja, namun juga pada jenis ikan konsumsi lainnya.

Usaha ini dikelola sendiri oleh Bapak Purwanto dengan fokus utamanya yaitu

pada pembibitan. Konsumennya bukan hanya dari masyarakat Timika saja,

melainkan hingga di luar Kota Timika. Setiap tahunnya Bapak Purwanto

menyiapkan bibit yang dipesan oleh Dinas Perikanan yang kemudian dikirim

ke beberapa kabupaten yakni Kabupaten Asmat, Nduga, dan Kabupaten

Tolikara, serta Distrik Ilaga, dan Distrik Wamena. Pengiriman ini dilakukan 2

sampai 3 kali dalam setahun, sebanyak 20.000 sampai 100.000 ekor bibit lele

dalam sekali pengiriman dengan kisaran harga Rp 1.000 per ekor. Apabila

pesanan ikan mencapai minimal 50.000 ekor maka Bapak Purwanto

menggunakan tenaga kerja tambahan dalam proses pengemasan sebanyak 4

sampai 7 orang, serta jika bibit yang diinginkan pelanggan tidak mencukupi

maka Bapak Purwanto mengambil bibit ikan lele dari tempat usaha pembibitan

lain.

Proses produksi bibit ikan lele pada usaha Bapak Purwanto dimulai dari

persiapan indukan, pemijahan hingga bibit siap dijual. Proses pemijahan yaitu

proses perkawinan antara indukan ikan lele jantan dan ikan lele betina dengan

umur 1-2 tahun dan bobot lebih dari 1 kilo gram. Pemilihan ukuran sepasang

ikan lele yang akan memijah harus memiliki bobot yang seimbang. Hal ini

dilakukan agar induk jantan dan betina tidak timbul ketakutan karena akan

berpengaruh pada proses pemijahan tersebut.

Dalam proses pemijahan hingga bibit siap dijual, tentu ada pengorbanan

biaya yang disebut sebagai biaya produksi. Biaya produksi terdiri dari 3
4

komponen biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku langsung adalah pengorbanan

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan utama yang dibutuhkan dari

proses produksi dalam menghasilkan bibit lele. Biaya tenaga kerja langsung

adalah biaya yang dikorbankan untuk membiayai pekerja yang secara langsung

menangani proses produksi hingga menghasilkan bibit lele. Sedangkan biaya

overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku

langsung dan biaya tenaga kerja langsung selama proses produksi.

Penggabungan dari ketiga komponen biaya produksi akan menjadi dasar

penentuan harga pokok produksi usaha.

Harga pokok produksi menurut Hansen dan Mowen (2019), adalah

memperhitungkan jumlah biaya barang yang diselesaikan selama periode

berjalan. Penentuan harga pokok produksi harus dilakukan dengan benar karena

harga pokok produksi berdampak pada penetapan besarnya harga jual.

Penetapan harga jual sering kali menjadi masalah bagi pengusaha, termasuk

pada Usaha Peternakan Lele Purwanto. Harga jual bibit ikan lele yang

ditetapkan Bapak Purwanto ialah berdasarkan harga pasar. Artinya pengusaha

tidak memperhitungkan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan

sehingga Bapak Purwanto tidak mengetahui keuntungan yang diperoleh dalam

usaha pembibitan tersebut secara pasti. Hal ini juga berdampak pada

perencanaan laba yang diinginkan Bapak Purwanto.

Perencanaan laba merupakan hal penting dalam kegiatan usaha untuk

proses perencanaan keuangan. Perencanaan laba dipengaruhi 3 faktor yaitu


5

biaya, harga jual, serta volume produksi dan penjualan sehingga pengusaha

dapat menentukan laba yang diinginkan. Perencanaan terhadap besarnya laba

yang diinginkan dapat dilakukan apabila telah diketahui titik impas antara

pendapatan yang diterima dan beban atau biaya-biaya yang dikeluarkan. Break

Even Point (BEP) atau titik impas merupakan suatu keadaan dimana dalam

operasi perusahaan tidak mengalami untung atau rugi. Dalam hal ini,

pendapatan yang diterima sama dengan total beban atau biaya-biaya yang

dikeluarkan. Dengan demikian, perlu dilakukan analisis harga pokok produksi

dan analisis titik impas untuk dijadikan standar ukuran perencanaan laba yang

akan diperoleh dari hasil produksi.

Berdasarkan uraian permasalahan, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Analisis Harga Pokok Produksi dan

Break Even Point (BEP) pada Usaha Peternakan Lele Purwanto”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

a. Berapakah harga pokok produksi bibit ikan lele pada Usaha

Peternakan Lele Purwanto?

b. Berapakah penjualan dalam unit untuk mencapai titik impas bibit

ikan lele pada Usaha Peternakan Lele Purwanto?


6

c. Berapakah penjualan dalam rupiah untuk mencapai titik impas bibit

ikan lele pada Usaha Peternakan Lele Purwanto?

1.2.2 Batasan Masalah

Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas maka ditentukan

batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full

costing.

b. Periode penelitian yang diteliti yaitu tahun 2021.

c. Bibit ikan lele.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan masalah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui besarnya harga pokok produksi pada Usaha Peternakan

Lele Purwanto

b. Untuk mengetahui besarnya penjualan dalam unit untuk mencapai titik

impas bibit ikan lele pada Usaha Peternakan Lele Purwanto.

c. Untuk mengetahui besarnya penjualan dalam rupiah untuk mencapai titik

impas bibit ikan lele pada Usaha Peternakan Lele Purwanto.


7

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pemilik Usaha

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat

bermanfaat bagi Usaha Peternakan Lele Purwanto dalam menjalankan

kegiatan usaha terutama bagian keuangan dan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi bahan

referensi penelitian bagi peneliti selanjutnya.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana mengimplementasikan

pengetahuan tentang harga pokok produksi dan Break Even Point (BEP)

yang diperoleh selama perkuliahan di STIE Jambatan Bulan.

Anda mungkin juga menyukai