Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM WADAH BUDIDAYA

“ANALISIS USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)


MENGGUNAKAN PENERAPAN SISTEM BIOFLOK DAN SISTEM
KONVENSIONAL DI KELURAHAN PALAS KECAMATAN RUMBAI KOTA
PEKANBARU PROVINSI RIAU”

Disusun oleh:
Diah Utari Fibriyanti
26010216140110

Dosen pengampu:
Dr. Ir. Titik Susilowati, M. Si.
NIP. 195610071986022001

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Ikan lele merupakan jenis ikan air tawar yang permintaan pasar setiap tahunnya
selalu meningkat. Tingginya permintaan pasar ini menyebabkan maraknya budidaya
ikan lele. Para pembudidaya merasakan keuntungan yang tinggi dengan budidaya lele
karena ikan lele memiliki beberapa keunggulan yaitu harga jualnya yang relatif tinggi
dan mudah dibudidayakan. Di kota pekanbaru produksi ikan lele setiap harinya
mencapai 2,5 ton untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 250 gerai kuliner, permintaan
pasar dan konsumen. Dengan permintaan pasar yang selalu meningkat maka
pembudidaya harus meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar.
System budidaya yang tepat dapat dilakukan untuk menunjang peningkatan produksi.
Salah satunya yaitu dengan menggunakan sistem modern yaitu budidaya dengan
padat tebar yang tinggi dan memanfaatkan bakteri sebagai alat untuk mengurai sisa
makanan sehingga dapat menekan efesiensi pakan atau disebut dengan bioflok.
Bioflok dapat meningkatkan produksi secara efisien sehingga perlu adanya analisis
produksi pada budidaya ikan lele system bioflok untuk mengetahui keuntungan dan
kerugian pada produksi. Hal ini diperkuat oleh Dewi dan Mulyo (2015), bahwa lele
termasuk ikan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan, bahkan pada lingkungan
dengan kondisi perairan yang kurang baik ataupun dengan air yang terbatas.
Budidaya lele juga sangat mudah serta cukup menguntungkan.
Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan
untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang dicapai selama usaha perikanan
tersebut berlangsung. Untuk mengetahui lebih jelasnya nilai pendapatan dan
pengeluaran dari usaha budidaya ikan lele dumbo dapat dilihat dari total investasi dan
biaya produksinya. Menurut Mahyuddin (2010) investasi adalah jumlah modal yang
dikeluarkan untuk memulai usaha. Modal dalam usaha dapat digunakan untuk
menghasilkan tambahan kekayaan atau meningkatkan produksi.
Pada suatu analisis usaha maka kita harus mengetahui komponen-komponen
yang ada di dalamnya seperti biaya. Biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan.
Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis usaha adalah biaya-biaya yang
langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan
biaya operasional. Biaya yang diperlukan untuk usaha terdiri dari biaya modal, biaya
operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu usaha. Biaya
operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi
kebutuhan dana yang dibutuhkan dan didasarkan pada situasi produksi, contohnya
biaya bahan mentah, tenaga kerja. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed
cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap
pada volume kegiatan tertentu, meliputi sewa, penyusutan, pajak dan sebagainya.
Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai
dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga
kerja langsung dan sebagainya. Hal ini diperkuat oleh Hasnidar et al. (2017), yang
menyatakan bahwa Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh
pengusaha agribisnis ikan hias yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi. Besar kecilnya biaya produksi tersebut tidak dipengaruhi oleh banyaknya
produksi yang dihasilkan oleh pengusaha. Komponen biaya lainnya yang termasuk
dalam biaya tetap adalah biaya non produksi berupa biaya sewa bangunan dan
perawatan peralatan.

I.2. Tujuan
1. Mengetahui analisis budidaya ikan lele dumbo
2. Mengetahui kelayakan usaha budidaya ikan lele dumbo
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Ikan lele dumbo


Lele dumbo merupakan salah satu ikan lele unggul yang budidayanya pernah
mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Secara umum, ikan lele dumbo
dipercaya sebagai ikan lele hibrida hasil hibridisasi antara spesies ikan lele Afrika
Clarias gariepinus dengan spesies ikan lele Taiwan C. fuscus. Tetapi, secara
morfologis tampaknya ikan lele dumbo tidak berbeda dari strain-strain ikan lele
Afrika C. gariepinus yang berikutnya diintroduksi ke Indonesia, sehingga para
praktisi perikanan juga menduga bahwa ikan lele dumbo sebenarnya merupakan
spesies ikan lele Afrika C. gariepinus. Nama tersebut diberikan karena ikan lele
introduksi tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dan dapat mencapai
ukuran yang besar. Kata “Dumbo” berasal dari kata “Jumbo” yang berarti berukuran
besar, sedangkan kata “Dumbo” sendiri berarti gajah yang juga berarti berukuran
besar (Iswanto, 2013).
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan ekonomis
penting air tawar yang telah banyak dibudidayakan baik secara tradisional maupun
secara intensif. Ikan lele dumbo memiliki banyak kelebihan dengan pertumbuhannya
lebih cepat dibandingkan dengan ikan lele lokal dan dapat hidup dalam kondisi
perairan yang rendah kandungan oksigennya (Muhammad dan Andriyanto, 2013).
II.2. Budidaya ikan lele dengan system bioflok
Ada beberapa cara teknologi budidaya ikan lele yang dilakukan untuk
meningkatkan produksi ikan lele salah satunya adalah metode Bioflok. Ikan lele yang
dihasilkan 2000 ekor/m3 dibandingkan dengan metode konvesional hanya
menghasilkan 100 ekor/m3 . Olehsebab itu, pelatihan ini dilakukan dengan
menggunakan metode bioflok. Metode bioflok adalah salah satu metode alternatif
dalam menyelesaikan masalah kualitas air buangandalam budidaya ikan lele. Bioflok
berasal dari kata bios yang artinya kehidupan dan flock yang bermakna gumpalan,
sehingga bioflok adalah kumpulan dari berbagai jenis organisme seperti jamur,
bakteri, algae, protozoa, cacing, dan lain lain, yang tergabung dalam gumpalan.
Teknologi bioflok atau lumpur aktif merupakan adopsi dari teknologi pengolahan
biologis air limbah lumpur aktif dengan menggunakan aktivitas mikroorganisme
untuk meningkatkan carbon dan nitrogen (Faridah et al., 2019)
II.3. Analisis usaha budidaya
Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan
untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang dicapai selama usaha perikanan
tersebut berlangsung. Untuk mengetahui lebih jelasnya nilai pendapatan dan
pengeluaran dari usaha budidaya ikan lele dumbo dapat dilihat dari total investasi dan
biaya produksinya. Investasi adalah jumlah modal yang dikeluarkan untuk memulai
usaha. Modal dalam usaha dapat digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan
atau meningkatkan produksi (Purwanti et al. 2018)
Suatu usaha yang dilakukan oleh seorang petani haruslah menghasilkan
keuntungan yag berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan analisis usaha.
Analisis usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu
jenis usaha. Dimana tujuan analisis usaha adalah untuk mengetahui tingkat
keuntungan, pengembalian investasi maupun titik impas suatu usaha. Disamping itu
dapat juga untuk antisipasi memperbaiki dan meningkatkan keuntungan suatu usaha
(Hamid dan Kamisi, 2011).
II.4. Analisis kelayakan budidaya
Analisis ekonomi untuk menilai kelayakan suatu investasi mencakup pada
perhitungan penentuan biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan. Analisis
usaha pada usaha perikanan umumnya dihitung untuk periode satu tahun. beberapa
metode yang biasa dipertimbangkan dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi
yaitu Revenue Cost Ratio (R/C), Payback Period (PP), Break Even Point (BEP), Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return
(IRR). Tingkat pengembalian investasi (PPC) merupakan suatu metode dalam menilai
kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu
pengembalian modal. Break Event Point merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui batas nilai produksi dan harga mencapai titik impas, dikatakan layak
apabila BEP, >1 (Purwanti et al., 2018).
III. PEMBAHASAN

III.1. Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele Dumbo


Analisis yang dilakukan yaitu untuk mengetahui kelayakan suatu usaha.
Dengan adanya analisis suatu usaha maka kita dapat dengan mudah mengetahui
besaran modal, keuntungan maupun kerugian. Selain itu, dengan adanya analisis
usaha budidaya kita dapat meminimallisir adanya kerugian pada suatu budidaya.
Analisis usaha pada budidaya ikan lele dumbo ini dimulai dengan adanya biaya
investasi. Biasa investasi pada budidaya ikan lele ini adalah modal tetap dan modal
kerja. Investasi merupakan modal yang dikeluarkan ketika memulai suatu usaha.
Menurut Sarwanti et al., (2017) modal dapat diartikan sebagai pengeluaran untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Modal juga dapat diartikan pengeluaran sektor perusahaan untuk
membeli atau memperoleh barang-barang modal yang baru dan lebih modern atau
untuk menggantikan barang-barang modal lama yang sudah tidak digunakan lagi atau
yang sudah usang.
Nilai investasi dari budidaya ikan lele dumbo ini terdiri dari modal tetap dan
modal kerja. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masamasa yang akan dating. Investasi adalah penanaman modal atau
penggunaan modal dalam bentuk harta kekayaan dengan tujuan untuk menggerakkan
atau memperlancar suatu usaha. Total investasi merupakan penjumlahan dari modal
tetap dan modal kerja. Dimana modal tetap dan modal kerja yang digunakan
responden sangat mempengaruhi produksi pada usaha yang dijalankan. Modal kerja
adalah modal atau biaya operasional yang digunakan untuk memperlancar jalannya
usaha yang habis dalam satu kali proses produksi. Modal tetap dan modal kerja pada
budidaya ikan lele dumbo dengan system bioflok tersaji pada tabel dibawah ini
Tabel 1. Modal tetap budidaya ikan lele dumbo system bioflok
No Investasi Harga (Rp)
1. Pembuatan kolam 12.000.000
2. Generator listrik 2.000.000
3. Drum dan jerigen 150.000
4. Aerasi, pipa dan selang 1.000.000
5. Ember, cangkul, timbangan, dll 150.000
6. Jarring dan tangguk 400.000
jumlah 15.700.000

Tabel 2. Modal kerja budidaya ikan lele dumbo system bioflok


No Investasi Harga (Rp)
1. Benih 3.000.000
2. Pakan 21.120.000
3. Obat obatan 160.000
4. Kapur, molase, dll 240.000
5. Upah panen 2.000.000
6. Listrik 600.000
jumlah 27.120.000

Kolam ikan lele dumbo dengan system bioflok yaitu sebanyak 8 kolam dengan
jumlah benih 2500 ekor/kolam dengan padat tebar 500 ekor/m2 . Sehingga total benih
20000 ekor. Ukuran benih yang digunakan berkisar 4-6 cm dengan harga Rp 150 per
ekor dan harus memiliki ciri-ciri ukurannya seragam, tidak cacat, gerakannya aktif,
dan tidak ada luka pada tubuh.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa jumlah biaya modal tetap
yaitu sebesar Rp. 15.700.000 dan biaya modal kerja sebesar Rp. 27.120.000. Biaya
investasi yang diperoleh dari modal tetap dan modal usaha yaitu sebesar Rp
42.820.000/ panen.
Selain biaya investasi, ada pula biaya produksi. Biaya produksi itu sendiri
dapat didefenisikan sebagai nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik
dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya
produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi
untuk bibit, pupuk dan obat – obatan serta sejumlah tenaga kerja. Menurut Jumingan
(2006) biaya dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Menurut Purwanti et al. (2018), biaya produksi per satu tahun merupakan
biaya yang dikeluarkan petani ikan yang terdiri dari biaya produksi seperti biaya tetap
dan biaya tidak tetap serta biaya perawatan dan penyusutan yang dihitung setiap
tahunnya. Biaya produksi termasuk biaya tetap dan biaya tetap pada usaha budidaya
ikan lele dumbo disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Biaya Penyusutan Budidaya Ikan Lele Dumbo Kelompok Katon Jaya
No. Komponen Umur ekonomis (tahun) Harga (Rp)
1 Kolam 16 750.000
.
2 Generator listrik 5 400.000
.
3 Drum 2 75.000
.
4 Aerasi, pipa, selang 2 500.000
.
5 Ember, cangkul, dll 1 100.000
.
6 Timbangan 1 50.000
.
7 Jaring 2 175.000
.
8 Tangguk 1 50.000
.
Jumlah 2.100.000
Rata-rata/ panen 700.000

Pada usaha budidaya ikan lele dumbo ini terdapat biaya perawatan sebesar Rp.
250.000, oleh karena itu didapatkan hasil biaya tetap yaitu Rp. 950.000 biaya tetap
tersebut dihasilkan dari jumlah rata-rata sebesar Rp. 700.000 ditambah dengan biaya
perawatan sebesar Rp. 250.000. Menurut Hasnidar et al. (2017), biaya tetap (Fixed
Cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha agribisnis ikan yang
penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besar kecilnya biaya produksi
tersebut tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan oleh pengusaha
agribisnis ikan. Pada usaha agribisnis ikan yang termasuk biaya tetap adalah biaya
penyusutan peralatan dan biaya sewa bangunan.
Pada usaha budidaya ikan lele dumbo ini juga terdapat biaya variable atau biaya
tidak tetap. Biaya tidak tetap yaitu adalah biaya yang dikeluarkan secara berubah-
ubah dan perubahannya sejajar dengan volume produksi. Menurut Hamid dan Kamisi
(2017), biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara proporsional
dengan perubahan aktivitas, dengan kata lain biaya variabel adalah biaya yang
besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, akan tetapi biaya
variabel per unit sifatnya konstan. Tabel biaya tidak tetap pada budidaya ikan lele
dumbo tersaji pada tabel di bawah ini

Tabel 4. Biaya Tidak Tetap Budidaya Ikan Lele Dumbo


No Investasi Harga (Rp)
1. Benih 3.000.000
2. Pakan 21.120.000
3. Obat obatan 160.000
4. Kapur, molase, dll 240.000
5. Upah panen 2.000.000
6. Listrik 600.000
Jumlah 27.120.000

Harga jual ikan lele dumbo pada tahun 2017 dengan harga Rp. 16.000,-/kg
dimana total produksi pada tahun 2019 sistem bioflok sebanyak 2772. Sehingga biaya
produksi yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan Lele Dumbo bioflok sebesar
Rp 28.070.000,- /panen dari hasil biaya tetap Rp. 950.000 ditambah Rp. 27.120.000
dan besar keuntungan yang diterima sebesar Rp 16.282.000,- panen didapatkan dari
pendapatan dikurangi biaya produksi. Sehingga dapat diketahui jumlah pendapatan
kotor yang diterima pembudidaya KUB Katon Jaya dengan sistem bioflok sebesar
Rp. 44.352.000.
III.2. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele Dumbo
Analisis kelayakan suatu usaha budidaya dapat dilihat berdasarkan perhitungan
perhitungan, seperti BEP, R/C, B/C, dan FRR. Perhitungan yang pertama yaitu BEP
atau Break Event Point adalah titik impas yaitu suatu keadaan yang menggambarkan
keuntungan usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan, dengan kata
lain keadaan dimana kondisi usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian
(Hasnidar et al., 2017). Nilai BEP dari budidaya ikan lele dumbo ini adalah 1.754,
sedangkan jumlah penjualan yaitu sebesar 2772. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa usaha ini layak dikarenakan jumlah produksi > BEP produksi.
Tabel 5. BEP usaha budidaya ikan lele dumbo
Uraian Nilai (Rp)
Total produksi 28.070.000
Harga jual produk 16.000
BEP 1.754

Selanjutnya yaitu pada analisis usaha budidaya adalah R/C atau R/C (Revenue
Cost) Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan. Hasil R/C rasio pada analisis usaha budidaya ikan lele dumbo yaitu
sebesar 1,58. Suatu usaha dikatakan layak dan menguntungkan apabila nilai R/C lebih
besar dari 1 (R/C > 1). Semakin besar nilai R/C maka semakin layak suatu usaha
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,57.
Karena nilai R/C > 1, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan lele
dumbo menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Dengan kata lain nilai R/C
Rasio sebesar 1,58 bermakna untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka
usaha agribisnis ikan hias Bapak Rahmat memperoleh penerimaan sebesar Rp
158.000. Untuk lebih jelasnya tentang hasil analisis R/C Rasio usaha budidaya ikan
lele tersaji pada tabel dibawah ini

Tabel 6. R/C usaha budidaya ikan lele dumbo


Uraian Nilai (Rp)
Total pendapatan 44.352.000
Total produksi 28.070.000
R/C 1.58
Selanjutnya yaitu ada B/C rasio B/C (Benefit Cost) Ratio adalah perbandingan
antara total keuntungan usaha agribisnis ikan hias dengan total biaya yang
dikeluarkan. Hasil B/C rasio yang diperoleh dari analisis usaha budidaya ikan lele
yaitu sebesar 0,58. Suatu usaha dikatakan layak dan menguntungkan apabila nilai B/C
lebih besar dari 0 (B/C > 0). Semakin besar nilai B/C maka semakin layak suatu
usaha dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai B/C rasio sebesar 0,58,
karena nilai B/C > 0, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan lele dumbo
menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hasil analisis B/C Rasio dalam satu
bulan produksi dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. B/C rasio usaha budidaya ikan lele dumbo
Uraian Nilai (Rp)
Total keuntungan 16.282.000
Total produksi 28.070.000
R/C 0.58

Selanjutnya yaitu FRR yaitu Financial Rate of Return yang diperoleh dari nilai
keuntungan dibagi dengan biaya investasi dan selanjutnya dibagi dengan 100%. Oleh
karena itu diperoleh hasil FRR yaitu sebesar 38%. Usaha produksi ikan lele dumbo
memilliki nilai FRR yang berbeda setiap sistem, dimana nilai FRR keseluruhan
sistem lebih besar dibandingkan dengan suku bunga Bank, dimana suku bunga Bank
saat ini adalah 7%. Maka keuntungan produksi ikan lele dumbo akan lebih besar
ditanamkan pada usaha ikan lele dumbo selanjutnya dibandingkan dengan
menginvestasikannya ke Bank. Hasil perhitungan dari FRR ikan lele dumbo yaitu
dapat dilihat dari tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. FRR analisa usaha budidaya ikan lele dumbo


Uraian Nilai (Rp)
Total keuntungan 16.282.000
Biaya investasi 42.820.000
FRR 38%
Berdasarkan seluruh analisis dan uraian pada perhitungan diatas maka dapat
diketahui bahwa usaha budidaya ikan lele dumbo masuk pada kategori layak untuk
diusahakan oleh karena itu usaha budidaya ikan lele dumbo ini dapat berjalan secara
berkelanjutan.
IV.PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisis usaha budidaya ikan lele dumbo maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Analisis usaha budidaya ikan lele dumbo terdiri atas biaya investasi
sebesar 42.820.000/ panen yaitu diperoleh dari modal tetap dan modal kerja,
biaya produksi sebesar Rp. 28.070.000 diperoleh dari biaya tetap dan biaya
tidak tetap atau biaya variabel, pendapatan kotor sebesar Rp. 44.352.000, dan
nilai keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 16.282.000.
2. Analisis kelayakan budidaya ikan lele dumbo yaitu diperoleh
perhitungan BEP sebesar 1.754 yang berarti usaha ini layak dilanjutkan,
selanjutnya yaitu R/C rasio sebesar 1,58 yang berarti usaha ini juga layak, nilai
B/C rasio sebesar 0,58 yang berarti usaha ini juga layak dilakukan dan yang
terakhir yaitu FRR sebesar 38% yang berarti usaha ini menjadi usaha dengan
nilai investasi lebih tinggi dibandingkan dengan investasi pada bank.
DAFTAR PUSTAKA

Dian K. Dewi dan Jangkung H. Mulyo. 2015. Analisis Produksi Budidaya Ikan Lele
(Clarias Gariepinus): Pendekatan Fungsi Produksi Cobb Douglas. Jurnal
Perikanan, 1 (2): 54-60.

Faridah., S. Diana dan Yuniati. 2019. Budidaya Ikan Lele Dengan Metode Bioflok
Pada Peternak Ikan Lele Konvesional. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
1(2): 224-228.

Hamid, S. K Dan H. L. Kamisi. 2011. Analisis Kegiatan Usahatani Budidaya Rumput


Laut (Eucheuma Cottonii) Di Kota Tual Provinsi Maluku. Jurnal Ilmiah
Agribisnis Dan Perikanan, 4(2): 1-7.

Hasnidar., T. M. Nur dan Elfiana. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias di
Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Jurnal S.
Pertanian. 1(2):97–105.

Iswanto, B. 2013. Menelusuri Identitas Ikan Lele Dumbo. Media Akuakultur, 8(2):
85-97.

Mahyuddin. 2010. Paduan Lengkap Agribisnis. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Muhammad, W. N dan S. Andriyanto. 2013. Manajemen Budidaya Ikan Lele Dumbo


(Clarias Gariepinus) Di Kampung Lele, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Media Akuakultur, 8(1): 63-73.

Purwati. S., Zulkarnaini dan Hendrik. 2019. Analisis Budidaya Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) Menggunakan Aplikasi Sistem Bioflok dan Sistem Konvensional di
Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru Provinsi Riau. 1-8.

Sarwanti, A., L. Budi dan H. S. Wulan. 2017. Pengaruh Modal Usaha, Biaya Bahan
Baku dan Tenaga Kerja terhadap Kinerja Usaha Industri Tahu di Kabupaten
Sukoharjo. Journal of Management. 3(3): 1-8

Anda mungkin juga menyukai