Disusun oleh:
Diah Utari Fibriyanti
26010216140110
Dosen pengampu:
Dr. Ir. Titik Susilowati, M. Si.
NIP. 195610071986022001
DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
I. PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
1. Mengetahui analisis budidaya ikan lele dumbo
2. Mengetahui kelayakan usaha budidaya ikan lele dumbo
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kolam ikan lele dumbo dengan system bioflok yaitu sebanyak 8 kolam dengan
jumlah benih 2500 ekor/kolam dengan padat tebar 500 ekor/m2 . Sehingga total benih
20000 ekor. Ukuran benih yang digunakan berkisar 4-6 cm dengan harga Rp 150 per
ekor dan harus memiliki ciri-ciri ukurannya seragam, tidak cacat, gerakannya aktif,
dan tidak ada luka pada tubuh.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa jumlah biaya modal tetap
yaitu sebesar Rp. 15.700.000 dan biaya modal kerja sebesar Rp. 27.120.000. Biaya
investasi yang diperoleh dari modal tetap dan modal usaha yaitu sebesar Rp
42.820.000/ panen.
Selain biaya investasi, ada pula biaya produksi. Biaya produksi itu sendiri
dapat didefenisikan sebagai nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik
dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya
produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi
untuk bibit, pupuk dan obat – obatan serta sejumlah tenaga kerja. Menurut Jumingan
(2006) biaya dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Menurut Purwanti et al. (2018), biaya produksi per satu tahun merupakan
biaya yang dikeluarkan petani ikan yang terdiri dari biaya produksi seperti biaya tetap
dan biaya tidak tetap serta biaya perawatan dan penyusutan yang dihitung setiap
tahunnya. Biaya produksi termasuk biaya tetap dan biaya tetap pada usaha budidaya
ikan lele dumbo disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Biaya Penyusutan Budidaya Ikan Lele Dumbo Kelompok Katon Jaya
No. Komponen Umur ekonomis (tahun) Harga (Rp)
1 Kolam 16 750.000
.
2 Generator listrik 5 400.000
.
3 Drum 2 75.000
.
4 Aerasi, pipa, selang 2 500.000
.
5 Ember, cangkul, dll 1 100.000
.
6 Timbangan 1 50.000
.
7 Jaring 2 175.000
.
8 Tangguk 1 50.000
.
Jumlah 2.100.000
Rata-rata/ panen 700.000
Pada usaha budidaya ikan lele dumbo ini terdapat biaya perawatan sebesar Rp.
250.000, oleh karena itu didapatkan hasil biaya tetap yaitu Rp. 950.000 biaya tetap
tersebut dihasilkan dari jumlah rata-rata sebesar Rp. 700.000 ditambah dengan biaya
perawatan sebesar Rp. 250.000. Menurut Hasnidar et al. (2017), biaya tetap (Fixed
Cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha agribisnis ikan yang
penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besar kecilnya biaya produksi
tersebut tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan oleh pengusaha
agribisnis ikan. Pada usaha agribisnis ikan yang termasuk biaya tetap adalah biaya
penyusutan peralatan dan biaya sewa bangunan.
Pada usaha budidaya ikan lele dumbo ini juga terdapat biaya variable atau biaya
tidak tetap. Biaya tidak tetap yaitu adalah biaya yang dikeluarkan secara berubah-
ubah dan perubahannya sejajar dengan volume produksi. Menurut Hamid dan Kamisi
(2017), biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah secara proporsional
dengan perubahan aktivitas, dengan kata lain biaya variabel adalah biaya yang
besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan, akan tetapi biaya
variabel per unit sifatnya konstan. Tabel biaya tidak tetap pada budidaya ikan lele
dumbo tersaji pada tabel di bawah ini
Harga jual ikan lele dumbo pada tahun 2017 dengan harga Rp. 16.000,-/kg
dimana total produksi pada tahun 2019 sistem bioflok sebanyak 2772. Sehingga biaya
produksi yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan Lele Dumbo bioflok sebesar
Rp 28.070.000,- /panen dari hasil biaya tetap Rp. 950.000 ditambah Rp. 27.120.000
dan besar keuntungan yang diterima sebesar Rp 16.282.000,- panen didapatkan dari
pendapatan dikurangi biaya produksi. Sehingga dapat diketahui jumlah pendapatan
kotor yang diterima pembudidaya KUB Katon Jaya dengan sistem bioflok sebesar
Rp. 44.352.000.
III.2. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele Dumbo
Analisis kelayakan suatu usaha budidaya dapat dilihat berdasarkan perhitungan
perhitungan, seperti BEP, R/C, B/C, dan FRR. Perhitungan yang pertama yaitu BEP
atau Break Event Point adalah titik impas yaitu suatu keadaan yang menggambarkan
keuntungan usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan, dengan kata
lain keadaan dimana kondisi usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian
(Hasnidar et al., 2017). Nilai BEP dari budidaya ikan lele dumbo ini adalah 1.754,
sedangkan jumlah penjualan yaitu sebesar 2772. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa usaha ini layak dikarenakan jumlah produksi > BEP produksi.
Tabel 5. BEP usaha budidaya ikan lele dumbo
Uraian Nilai (Rp)
Total produksi 28.070.000
Harga jual produk 16.000
BEP 1.754
Selanjutnya yaitu pada analisis usaha budidaya adalah R/C atau R/C (Revenue
Cost) Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan. Hasil R/C rasio pada analisis usaha budidaya ikan lele dumbo yaitu
sebesar 1,58. Suatu usaha dikatakan layak dan menguntungkan apabila nilai R/C lebih
besar dari 1 (R/C > 1). Semakin besar nilai R/C maka semakin layak suatu usaha
dilakukan. Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,57.
Karena nilai R/C > 1, maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan lele
dumbo menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Dengan kata lain nilai R/C
Rasio sebesar 1,58 bermakna untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka
usaha agribisnis ikan hias Bapak Rahmat memperoleh penerimaan sebesar Rp
158.000. Untuk lebih jelasnya tentang hasil analisis R/C Rasio usaha budidaya ikan
lele tersaji pada tabel dibawah ini
Selanjutnya yaitu FRR yaitu Financial Rate of Return yang diperoleh dari nilai
keuntungan dibagi dengan biaya investasi dan selanjutnya dibagi dengan 100%. Oleh
karena itu diperoleh hasil FRR yaitu sebesar 38%. Usaha produksi ikan lele dumbo
memilliki nilai FRR yang berbeda setiap sistem, dimana nilai FRR keseluruhan
sistem lebih besar dibandingkan dengan suku bunga Bank, dimana suku bunga Bank
saat ini adalah 7%. Maka keuntungan produksi ikan lele dumbo akan lebih besar
ditanamkan pada usaha ikan lele dumbo selanjutnya dibandingkan dengan
menginvestasikannya ke Bank. Hasil perhitungan dari FRR ikan lele dumbo yaitu
dapat dilihat dari tabel 8 dibawah ini.
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian analisis usaha budidaya ikan lele dumbo maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Analisis usaha budidaya ikan lele dumbo terdiri atas biaya investasi
sebesar 42.820.000/ panen yaitu diperoleh dari modal tetap dan modal kerja,
biaya produksi sebesar Rp. 28.070.000 diperoleh dari biaya tetap dan biaya
tidak tetap atau biaya variabel, pendapatan kotor sebesar Rp. 44.352.000, dan
nilai keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 16.282.000.
2. Analisis kelayakan budidaya ikan lele dumbo yaitu diperoleh
perhitungan BEP sebesar 1.754 yang berarti usaha ini layak dilanjutkan,
selanjutnya yaitu R/C rasio sebesar 1,58 yang berarti usaha ini juga layak, nilai
B/C rasio sebesar 0,58 yang berarti usaha ini juga layak dilakukan dan yang
terakhir yaitu FRR sebesar 38% yang berarti usaha ini menjadi usaha dengan
nilai investasi lebih tinggi dibandingkan dengan investasi pada bank.
DAFTAR PUSTAKA
Dian K. Dewi dan Jangkung H. Mulyo. 2015. Analisis Produksi Budidaya Ikan Lele
(Clarias Gariepinus): Pendekatan Fungsi Produksi Cobb Douglas. Jurnal
Perikanan, 1 (2): 54-60.
Faridah., S. Diana dan Yuniati. 2019. Budidaya Ikan Lele Dengan Metode Bioflok
Pada Peternak Ikan Lele Konvesional. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
1(2): 224-228.
Hasnidar., T. M. Nur dan Elfiana. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias di
Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Jurnal S.
Pertanian. 1(2):97–105.
Iswanto, B. 2013. Menelusuri Identitas Ikan Lele Dumbo. Media Akuakultur, 8(2):
85-97.
Purwati. S., Zulkarnaini dan Hendrik. 2019. Analisis Budidaya Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) Menggunakan Aplikasi Sistem Bioflok dan Sistem Konvensional di
Kelurahan Palas Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru Provinsi Riau. 1-8.
Sarwanti, A., L. Budi dan H. S. Wulan. 2017. Pengaruh Modal Usaha, Biaya Bahan
Baku dan Tenaga Kerja terhadap Kinerja Usaha Industri Tahu di Kabupaten
Sukoharjo. Journal of Management. 3(3): 1-8