Anda di halaman 1dari 80

TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA

TOYOTA SALES OPERATION (AUTO 2000)


CABANG CIBIRU BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam


menempuh Ujian Diploma III Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun Oleh :

Nama : Devianti

NPM : 0309U043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DIPLOMA III


FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS WIDYATAMA

Terakrdeditasi (Accredited)
Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 017/BAN-PT/AK-VIII/Dpl-III/X/2008

BANDUNG
2012
TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA
TOYOTA SALES OPERATION (AUTO 2000)
CABANG CIBIRU BANDUNG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam


menempuh Ujian Diploma III Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh:
Nama : Devianti
NPM : 0309U043

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

( Irma Juliana Sitorus, S.E. )


NIP. 1111110212

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi D3

(Dr. H. Islahhuzzaman, S.E., M.Si., Ak.) (Rima Rachmawati,S.E.,M.Si.,Ak.)


NIP. 1110584003 NIP. 1110201069
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Devianti
Tempat Tanggal Lahir : Bandung 25 Juni 1991
NPM : 0309U043
Jurusan : Akuntansi DIII

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul :


TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA PADA TOYOTA
SALES OPERATION (AUTO 2000) CABANG CIBIRU BANDUNG
merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Apabila tidak terbukti demikian, saya
bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas Widyatama.

Bandung, September 2012


Penulis

Devianti
ABSTRAK

Laporan tugas akhir ini dibuat bertujuan untuk mengetahui perhitungan


dan perbandingan analisis piutang usaha dengan rasio receivable turnover dan
receivable collection period dan untuk mengetahui interpretasi hasil analisis
piutang usaha pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 sampai
dengan 2011.
Metode yang digunakan dalam observasi ini adalah metode deskriptif,
yaitu membandingkan masalah secara langsung di lapangan dengan teori yang
ada.
Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan
bahwa hasil perhitungan dan perbandingan analisis piutang usaha AUTO 2000
Cabang Cibiru Bandung dengan menggunakan rasio receivable turnover ditahun
2010 sampai dengan 2011 terjadi penurunan masing-masing 9 kali dan 8 kali,
sedangkan rasio receivable collection period ditahun 2010 sampai dengan 2011
terjadi kenaikkan masing-masing 39 hari dan 43 hari.

Kata kunci : Analisis Piutang Usaha


ABSTRACT

This final report is made in order to determine the calculation and


comparison analysis of the accounts receivable turnover ratio and receivable
collection period and to determine the interpretation on the analysis result of
accounts receivable at the AUTO 2000 Branch Cibiru Bandung in 2010 until
2011.
The method used in this observation is descriptive method, that compared
a problem directly into the field with existing theories.
Based on the analysis that has been done can be inferred that the
calculation and comparison results the analysis of account receivables AUTO
2000 Branch Cibiru Bandung using the ratio of receivable turnover in 2010 and
2011 respectively decreased 9 times and 8 times, while using the ratio of
receivables collection period in 2010 and 2011 increased respectively 39 days and
43 days.

Keyword : Analysis of Account Receivable


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa mencurahkan rahmat serta berkat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul Tinjauan atas
Analisis Piutang Usaha pada Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang
Cibiru Bandung ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program studi Diploma III Jurusan Akuntansi pada Universitas
Widyatama Fakultas Ekonomi.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,
sehingga Laporan Tugas Akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah mncurahkan kasih karunia, kuasa, dan
berkatnya di dalam kehidupan penulis, khususnya di dalam perkuliahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi nya dan Laporan Tugas Akhir
ini.
2. Papa dan Mama tercinta, yang selama ini telah memberikan kasih sayang,
bantuan, semangat, dan dukungan yang sangat berarti baik materil maupun
spiritual serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studinya.
3. Ibu Irma Juliana Sitorus, S.E. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran dalam mengarahkan dan membimbing
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah, AK., S.E., M.S., Ak., selaku Ketua Badan
Pengurus Yayasan Universitas Widyatama.
5. Bapak DR. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A, selaku Rektor Universitas
Widyatama.
6. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Widyatama.
7. Ibu Rima Rachmawati, S.E, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi DIII Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
8. Bapak Firman, Bapak Abdul, Bapak Hendra, Bapak Ari dan Bapak Jajang
selaku pembimbing dalam melakukan penelitian pada AUTO 2000 Cibiru
Bandung yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan
memberikan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan data-data yang
diperlukan penulis dalam melengkapi data pada Laporan Tugas Akhir ini, dan
kepada seluruh staf dan karyawan AUTO 2000 Cibiru Bandung yang sangat
baik menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh dosen yang telah mendidik, membimbing, dan membina penulis
selama mengikuti perkuliahan, seluruh staf dan karyawan Universitas
Widyatama yang telah mempersiapkan semua saran dan prasarana yang
dibutuhkan selama perkuliahan.
10. Suami tercinta, yang telah memberikan waktu, tenaga, fikiran, dukungan
yang sangat berarti, semangat, dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis.
11. Sahabat-sahabatku Wiwin, Bayinun, dan Hana, dan juga teman-teman
terdekat Felin, Erliana, Susi, Nunik, Rika, Maulinda terima kasih untuk
dukungan, kebersamaan, semangat, dan pertemanan yang sangat
menyenangkan dan untuk keceriaan selama kuliah.
12. Kepada teman-teman D3 angkatan 2009 dan semua teman-teman yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dan


membalas kebaikan semuanya. Akhir kata penulis berharap semoga Laporan
Tugas Akhir ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
penulis sendiri.

Bandung, September 2012

Devianti
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...............................................................................................................i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

12.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

12.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 3

12.3 Tujuan Kerja Praktik ............................................................................. 3

12.4 Kegunaan Kerja Praktik ........................................................................ 4

12.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik ........................................................... 4

BAB II BAHAN RUJUKAN

2.1 Laporan Keuangan ................................................................................ 5

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ..................................................... 5

2.1.2 Komponen Laporan Keuangan .................................................... 6

2.1.3 Kegunaan Laporan Keuangan ................................................... 11

2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan ............................................... 12


2.1.5 Pengguna dan Tujuan Laporan Keuangan ................................. 13

2.2 Analisis Laporan Keuangan ................................................................ 14

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan .................................... 14

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan .......................................... 14

2.2.3 Metode dan Teknik Analisis ...................................................... 15

2.3 Analisis Rasio...................................................................................... 19

2.3.1 Pengertian Analisis Rasio .......................................................... 19

2.3.2 Penggolongan Analisis Rasio .................................................... 19

2.4 Piutang Usaha...................................................................................... 20

2.4.1 Pengertian Piutang Usaha .......................................................... 20

2.4.2 Klasifikasi Piutang ..................................................................... 21

2.4.3 Penyajian Piutang Usaha ........................................................... 23

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang Usaha.................... 23

2.4.5 Penentuan Jumlah Piutang Usaha .............................................. 25

2.4.6 Piutang Usaha yang Tak Tertagih.............................................. 26

2.4.7 Penagihan Piutang Usaha yang Telah Dihapus ......................... 27

2.5 Analisis Rasio Piutang Usaha ............................................................. 27

2.5.1 Receivable Turnover (Perputaran Piutang) ................................ 27

2.5.2 Receivable Collection Period .................................................... 28

BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR

3.1 Objek Tugas Akhir .............................................................................. 30

3.1.1 Sejarah PT Astra International Tbk ........................................... 30


3.1.2 Sejarah AUTO 2000 .................................................................. 33

3.1.3 Visi dan Misi AUTO 2000 ........................................................ 33

3.1.4 Aspek Kegiatan AUTO 2000..................................................... 34

3.1.5 Struktur Organisasi AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung ....... 38

3.1.6 Deskripsi Jabatan ....................................................................... 40

3.2 Metode Tugas Akhir ........................................................................... 52

BAB IV ANALISIS

4.1 Perhitungan Nilai Piutang Usaha dengan Menggunakan Rasio

Receivable Turnover dan Receivable Collection Period pada AUTO

2000 Cabang Cibiru Bandung ............................................................. 54

4.2 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio

Receivable Turnover dan Receivable Collection Period pada AUTO

2000 Cabang Cibiru Bandung ............................................................. 58

4.2.1 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio

Receivable Turnover pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung ..................................................................................... 58

4.2.2 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio

Receivable Collection Period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru

Bandung ..................................................................................... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 64


5.2 Saran .................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xii

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru

Bandung ..........................................................................................................39
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Realisasi Penjualan AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung ...................... 54

Tabel 4.2 Daftar Piutang AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung .............................. 55

Tabel 4.3 Perbandingan Analisis Rasio Receivable Turnover .................................. 59

Tabel 4.4 Perbandingan Analisis Rasio Receivable Collection Period .................... 61


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Toyota Sales Operation (AUTO 2000)

Cabang Cibiru Bandung ...................................................................... 66

Lampiran 2 : Laporan Realisasi Penjualan ............................................................... 67

Lampiran 3 : Daftar Piutang...................................................................................... 69

Lampiran 4 : Dokumen dan Bukti Transaksi Penjualan Kredit ................................ 75

Lampiran 5 : Surat Keterangan Magang ................................................................... 83

Lampiran 6 : Daftar Hadir Magang........................................................................... 86

Lampiran 7 : Kartu Bimbingan ................................................................................. 87

Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup ......................................................................... 88


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Tingkat kebutuhan masyarakat akan kendaraan sebagai sarana
transportasi cukup meningkat, dikarenakan kendaraan sekarang ini
mempunyai fungsi yang sangat penting bagi masyarakat untuk dapat
menunjang aktivitas bagi setiap individunya. Beberapa tahun terakhir ini
banyak bermunculan perusahaan-perusahaan jasa penjualan kendaraan
bermotor atau perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif.
Semakin banyaknya perusahaan sejenis yang bermunculan, maka
menimbulkan permasalahan bagi perusahaan dimana persaingan dunia usaha
dalam bidang otomotif akan semakin ketat. Ketatnya persaingan usaha
menyebabkan perusahaan harus dapat menciptakan perbedaan-perbedaan
yang lebih baik dibandingkan dengan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan pesaing baik dalam harga yang ditawarkan, kualitas produk,
pelayanan yang diberikan kepada konsumen, maupun dalam strategi
pemasaran, hal ini dilakukan agar dapat mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan. Salah satu tujuan setiap perusahaan, baik perusahaan
dagang maupun perusahaan jasa adalah untuk memperoleh laba optimal.
Produktivitas penjualan tunai maupun penjualan kredit sangat berpengaruh
dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, khususnya bagi penjualan kredit
harus dapat perhatian lebih dibandingkan penjualan tunai, karena penjualan
kredit tersebut akan menimbulkan adanya piutang usaha.
Piutang usaha timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau
jasa secara kredit. Piutang usaha juga merupakan unsur yang sangat penting
dan memerlukan kebijakan yang baik dari manajemen dalam pengelolaannya.
Selain dapat meningkatkan volume penjualan, piutang usaha juga
mengandung suatu resiko bagi perusahaan, yaitu resiko kerugian piutang
seperti telatnya pembayaran angsuran kendaraan dalam waktu lebih dari satu
bulan dan akan mengakibatkan perputaran piutang yang besar atau
pendapatan yang tidak sesuai dengan transaksi penjualan bagi perusahaan dan
akan berdampak pada pendapatan usaha yang menjadi rendah dan
mengakibatkan kinerja perusahaan yang akan semakin menurun.
Dalam memutuskan melakukan penjualan kredit, sebelumnya
perusahaan terlebih dahulu memperhitungkan mengenai jumlah dana yang
diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang
diinginkan, kemungkinan kerugian piutang (piutang tak tertagih) dan biaya-
biaya yang akan timbul dalam menangani piutang usaha. Sistem pengendalian
piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam
menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya,
kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan,
misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan
pengumpulan dan penagihan piutang usaha. Untuk itu, setiap perusahaan
harus bisa menilai kondisi dan kinerja keuangannya agar dapat
mempertahankan aktivitas dan keberadaan perusahaan. Untuk mengetahui
perkembangan perusahaan maka di perlukan evaluasi yaitu dengan
menganalisis dan membandingkan nilai piutang usaha dengan tahun
sebelumnya.
AUTO 2000 merupakan salah satu perusahaan penjualan kendaraan
roda empat bermerk Toyota. Pada beberapa tahun terakhir ini AUTO 2000
mengalami peningkatan dalam penjualannya, khususnya penjualan kredit
yang jumlah pertahunnya lebih besar dibandingkan dengan penjualan tunai,
yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp 118.031.254.348,- dan tahun 2011 dengan
jumlah sebesar Rp 140.281.623.805,-. Peningkatan tersebut disebabkan
karena strategi penjualan secara kredit sangat diutamakan dibandingkan
penjualan tunai, dan permintaan pelanggan dalam membeli kendaraan secara
kredit juga semakin meningkat. Peningkatan penjualan kredit tersebut
mengkibatkan peningkatan piutang usaha pada AUTO 2000, dan juga dapat
menimbulkan piutang tak tertagih yang akan mengakibatkan terjadi
kemacetan pembayaran piutang dan menyebabkan adanya penunggakan.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut manajemen harus lebih
memperhatikan aspek-aspek yang dapat menyebabkan pengelolaan piutang
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Selain itu, terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizky
Amelia Cahyarani (2007) tentang Tinjauan atas Analisis Piutang Usaha pada
PT Multindo Auto Finance Kantor Cabang Bandung, dengan menggunakan
teknik analisis tren dan membandingkan piutang usaha dengan periode
laporan piutang usaha untuk semester 1 dan 2 tahun 2005, semester 1 dan 2
tahun 2006, dan semester 1 tahun 2007.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penyusunan tugas akhir ini
penulis memilih judul TINJAUAN ATAS ANALISIS PIUTANG USAHA
PADA TOYOTA SALES OPERATION (AUTO 2000) CABANG
CIBIRU BANDUNG, sehingga dapat diketahui gambaran posisi atau
keadaan piutang perusahaan yang sebenarnya selama dua tahun terakhir.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan dalam latar
belakang maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perhitungan nilai piutang usaha dengan menggunakan rasio
receivable turnover dan receivable collection period pada AUTO 2000
Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 dan 2011?
2. Bagaimana interpretasi hasil analisis piutang usaha berdasarkan rasio
receivable turnover dan receivable collection period pada AUTO 2000
Cabang Cibiru Bandung?

1.3. Tujuan Kerja Praktik


Hasil pemaparan analisis piutang usaha pada AUTO 2000 Cabang
Cibiru Bandung ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perhitungan nilai piutang usaha dengan menggunakan
rasio receivable turnover dan receivable collection period pada AUTO
2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 dan 2011.
2. Untuk mengetahui interpretasi hasil analisis berdasarkan rasio receivable
turnover dan receivable collection period pada AUTO 2000 Cabang
Cibiru Bandung.

1.4. Kegunaan Kerja Praktik


Hasil dari penelitian analisis piutang usaha pada AUTO 2000 Cabang
Cibiru Bandung ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Dengan adanya laporan tugas akhir ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat sebagai tambahan pengalaman dan
pengetahuan.
2. Bagi perusahaan
Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi dan juga masukan-masukan yang baik guna mencapai
efektifitas perusahaan untuk mengadakan peningkatan dan perbaikan
disegala bidang dan juga bermanfaat untuk kelancaran aktivitas
perusahaan guna menunjang kemajuan perusahaan.
3. Bagi rekan mahasiwa
Diharapkan laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan bagi penyusun selanjutnya.

1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktik


Penulis melakukan penelitian pada AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung yang berlokasi dijalan Soekarno Hatta No. 759 Bandung pada
tanggal 11 Juni 2012 sampai 14 Juli 2012.
BAB II
BAHAN RUJUKAN

2.1 Laporan Keuangan


Menurut Irham Fahmi (2011:1), suatu laporan keuangan (financial
statement) akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan,
apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di
masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui
proses perbandingan, evaluasi dan analisis tren, akan mampu diprediksi apa
yang mungkin akan terjadi di masa mendatang, sehingga disinilah laporan
keuangan tersebut begitu diperlukan.

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan
perusahaan, hasil usaha dalam suatu periode, dan arus dana perusahaan
dalam periode tertentu.
Pengertian laporan keuangan menurut Irham Fahmi (2011:2) yaitu:
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh
informasi tersebut dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan
perusahaan.

Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Sofyan Syafri


Harahap (2010:105) yaitu:
Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk
menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan


merupakan suatu informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi yang
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan
kinerja perusahaan pada periode tertentu dalam proses pengambilan suatu
keputusan. Laporan keuangan memberikan tujuan untuk memberikan
informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu
perusahaan

2.1.2 Komponen Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang lengkap menurut Dwi Martani et. al.
(2012:10) terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi komprehensif
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Lapoan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui pengertian dan uraian


mengenai laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Laporan posisi keuangan


Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang berisi
informasi tentang posisi keuangan suatu perusahaan. Pengertian laporan
posisi keuangan menurut Dwi Martani et. al (2012:136) yaitu:
Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang posisi
keuangan entitas karena merangkum elemen-elemen yang
berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan, yaitu
aset, liabilitas, dan ekuitas.

Sedangkan pengertian laporan posisi keuangan menurut Sofyan


Syafri Harahap (2010:107) yaitu:
Neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan.
Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan
modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat
dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan posisi


keuangan merupakan laporan yang menggambarkan dan memberikan
informasi tentang posisi keuangan peusahaan yang di dalamnya terdapat
informasi tentang aset, liabilitas, dan ekuitas.
Terdapat elemen laporan posisi keuangan seperti yang
diungkapkan Dwi Martani et. al (2012:138) yaitu:
a. Aset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh entitas.
b. Liabilitas, merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas, adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua
liabilitas.

Terdapat juga kegunaan laporan posisi keuangan menurut Dwi


Martani et. al (2012:137) yang secara umum adalah untuk menilai
risiko-risiko entitas dan arus kas masa depan. Tujuan pengguna laporan
posisi keuangan menggunakan laporan ini sebagai berikut:
a. Mengevaluasi struktur pendanaan
Dalam hal ini yang dilihat adalah informasi tentang perbandingan
sumber pendanaan melalui utang dibandingkan dengan ekuitas.
b. Menganalisis likuiditas
Likuiditas adalah seberapa cepat waktu yang diperlukan sampai suatu
aset dapat terealisasi atau dikonversi menjadi kas, atau sampai suatu
liabilitas dapat terbayar. Pihak kreditur biasanya sangat tertarik
dengan informasi tentang rasio likuiditas jangka pendek, yang
informasinya dapat mereka gunakan untuk menilai kemampuan entitas
membayar bunga tepat waktu.
c. Menilai solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan entitas membayar utangnya pada saat
jatuh tempo. Biasanya hal ini dapat diukur dengan tingkat utang
jangka panjang yang dimiliki entitas. Entitas yang memiliki rasio
utang yang tinggi berarti memiliki solvabilitas yang rendah dibanding
entitas dengan rasio utang yang rendah. Entitas dengan solvabilitas
yang rendah artinya lebih beresiko, karena memerlukan lebih banyak
aset untuk membayar utangnya, baik pokok maupun beban bunga.
d. Menilai fleksibililtas keuangan
Likuiditas dan solvabilitas akan menentukan fleksibilitas keuangan
entitas, yaitu mengukur kemampuan entitas mengambil tindakan
tertentu sebagai respon terhadap kebutuhan dan peluang yang ada.
Entitas dengan tingkat utang yang tinggi lebih tidak fleksibel
dibanding entitas dengan tingkat utang yang rendah. Suatu entitas
yang memiliki utang yang tinggi terkadang tidak mudah untuk
mengalokasikan arus kasnya untuk merespon peluang tertentu
misalnya peluang berinvestasi, karena arus kas tersebut harus
dialokasikan untuk pembayaran utang.

2. Laporan laba rugi komprehensif


Laporan laba rugi komprehensif menggambarkan semua
penghasilan yang diakui dan seluruh biaya yang dikeluarkan dan
dibebankan.
Pengertian laba rugi komprehensif menurut Dwi Martani et. al
(2012:110) yaitu:
Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengukur
keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu.
Informasi tentang kinerja perusahaan digunakan untuk menilai
dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidakpastian arus kas
masa depan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan laporan laba rugi


komprehensif merupakan informasi yang menggambarkan kinerja
perusahaan yang di dalamnya terdapat informasi mengenai pendapatan
dan beban untuk suatu periode tertentu.
Menurut Dwi Martani et. al (2012:111) laporan laba rugi
komprehensif berguna untuk membantu pengguna laporan keuangan
dalam memprediksi arus kas masa depan, dalam rangka menentukan
profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit. Terdapat elemen
laporan laba rugi komprehensif, yaitu penghasilan dan beban yang
didefinisikan sebagai berikut:
a. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi, yang menyebabkan kenaikan aset neto (ekuitas), dalam
bentuk penambahan atau pemasukan aset atau penurunan liabilitas,
yang tidak berasal dari kontribusi pemilik modal.
b. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi, yang menyebabkan penurunan aset neto (ekuitas), dalam
bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau bertambahnya
liabilitas, yang bukan termasuk distribusi kepada pemilik.

3. Laporan perubahan ekuitas


Pengertian laporan perubahan ekuitas menurut Dwi Martani et.al
(2012:126) yaitu:
Laporan perubahan ekuitas merupakan salah satu unsur laporan
keuangan yang menyajikan informasi tentang perubahan ekuitas
perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang
mencerminkan naik turunnya aset neto perusahaan selama
periode, baik yang berasal dari setoran atau distribusi kepada
pemilik atau yang berasal dari hasil atau kinerja perusahaan
selama periode berjalan.

Dapat disimpulkan bahwa laporan perubahan ekuitas merupakan


informasi yang menggambarkan perubahan ekuitas perusahaan pada
periode tertentu.

4. Laporan arus kas


Laporan arus kas merupakan laporan yang berisi tentang arus kas
masuk dan arus kas keluar. Dalam laporan ini dicantumkan semua
transaksi dan kejadian perusahaan yang berhubungan dengan kas.
Pengertian laporan arus kas menurut Dwi Martani et. al
(2012:145) yaitu:
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi
tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu
entitas untuk suatu periode tertentu.

Laporan arus kas merupakan ringkasan arus kas selama suatu


periode. Laporan ini menunjukan perubahan arus kas yang terjadi karena
kegiatan operasi, investasi dan financial sehingga posisi/ saldo kas
berubah. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para
pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan keuangan
perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas setara kapasitas perolehannya.
Adapun tujuan dan kegunaan laporan arus kas menurut Dwi
Martani et. al (2012:145) yaitu untuk menyajikan informasi tentang
perubahan arus kas dan setara kas entitas selama satu periode yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Informasi ini berguna bagi investor, kreditur, dan pengguna lain laporan
keuangan, yang bertujuan sebagai berikut:
a. Mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara
kas, waktu dan kepastian dalam menghasilkannya.
b. Mengevaluasi struktur keuangan entitas (termasuk likuiditas dan
solvabilitas) dan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban dan
membayar dividen.
c. Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan
dengan arus kas neto dan kegiatan operasi (akrual). Analisis
perbedaan ini sering kali dapat membantu dalam mengevaluasi
kualitas laba entitas.
d. Membandingkan kinerja operasi antar-entitas yang berbeda, karena
arus kas neto dari laporan arus kas tidak dipengaruhi oleh perbedaan
pilihan metode akuntansi dan pertimbangan manajemen tidak seperti
basis akrual yang digunakan dalam menentukan laba rugi entitas.
e. Memudahkan pengguna laporan untuk mengembangkan model untuk
menilai dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan antar-
entitas yang berbeda.

5. Catatan atas laporan keuangan


Pengertian catatan atas laporan keuangan menurut Dwi Martani
et. al (2012:10) yaitu:
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi
informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas.

Laporan ini memberikan penjelasan atau rincian pos-pos yang


disajikan dalam laporan keuangan dan informasi mengenai pos-pos yang
tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan

2.1.3 Kegunaan Laporan Keuangan


Menurut Irham Fahmi (2011:4), berdasarkan konsep keuangan
maka laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan
perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui
sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Bahwa laporan
keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sehingga laporan keuangan
memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu posisi yang
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Dapat dipahami dengan adanya laporan keuangan yang disediakan
oleh pihak manajemen perusahaan maka sangat membantu pihak pemegang
saham dalam proses pengambilan keputusan. Sehingga berdasarkan data
laporan keuangan yang diperoleh dan tersajikan, maka investor atau pemilik
saham perusahaan akan bisa menganalisis bagaimana kondisi perusahaan
serta prospek perusahaan nantinya khususnya dari segi kemampuan
profitabilitas dan dividen yang akan dihasilkan.

2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan


Menurut Irham Fahmi (2011:9), seluruh informasi yang diperoleh
dan bersumber dari laporan keuangan pada kenyataannya yang selalu saja
terdapat kelemahan, dan kelemahan tersebut dianggap sebagai bentuk
keterbatasan informasi yang tersaji dari laporan keuangan tersebut. Oleh
karena itu bagi pihak-pihak pengguna laporan keuangan harus memahami
dan menyadari dengan benar setiap keterbatasan tersebut sebagai sebuah
realita yang tidak bisa dipungkiri, walaupun dalam kenyataannya setiap
akuntan selalu berusaha memberikan informasi yang maksimal.
Adapun bentuk kelemahan dan keterbatasan dari laporan keuangan
yang merupakan pendapat dari PAI, yaitu:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat
dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu
mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh
yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang
tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang
menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/ transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis
dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan
tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umunya diabaikan.

2.1.5 Pengguna dan Tujuan Laporan Keuangan


Menurut Dwi Martani et. al (2012:33) pengguna laporan keuangan
meliputi investor, calon investor, pemberi pinjaman, karyawan, pemasok,
kreditur lainnya, pelanggan, pemerintah, lembaga, dan masyarakat.
Pengguna tersebut menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang berbeda, di antaranya sebagai berikut:
1. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas membayar dividen di
masa mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau
menjual saham entitas.
2. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan
kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman: kemampuan membayar utang dan bunga yang akan
mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.
4. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya
pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.
6. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumber daya.
7. Masyarakat: menilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.

2.2 Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan pengumpulan data
keuangan, pengukuran, dan menganalisis data keuangan tersebut dengan
interpretasi untuk direpresentasikan ke dalam bentuk informasi untuk
mendukung dan membantu dalam proses pengambilan keputusan.

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2010:190) yaitu:
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik
antara data kuantitatif maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya analisa


terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi
pemakai laporan keuangan, untuk mengetahui keadaan dan perkembangan
keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam proses pengambilan
keputusan.

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan


Menurut Munawir (2007:31), data keuangan akan lebih berarti bagi
pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan
untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat
diperoleh data yang akan mendukung keputusan yang akan diambil. Faktor
utama yang mendapatkan perhatian oleh penganalisis adalah:
1. Likuiditas, menunjukan suatu perusahaan untuk menemui kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.
2. Solvabililtas, menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
keuangan apabila perusahaan tersebut di likuidasi, baik kewajiban
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Stabilitas usaha, menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang serta beban
bunganya.

2.2.3 Metode dan Teknik Analisis


Terdapat teknik dalam analisis menurut Sofyan Syafri Harahap
(2010:217) adalah sebagai berikut:
1. Metode komparatif
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan
keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka laporan
keuangan lainnya.
2. Trend Analysis
Rasio adalah gambaran situasi perusahaan pada suatu waktu tertentu dan
dari gambaran ini sebenarnya dapat kita bayangkan kecenderungan (tren)
situasi perusahaan di masa yang akan datang melalui gerakan yang
terjadi pada masa lalu sampai masa kini. Analisis ini harus menggunakan
teknik perbandingan laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini
digambarkan trennya. Tren analisis ini biasanya dibuat melalui grafik.
3. Common size financial statement
Metode ini merupakan metode analisis yang menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi itu biasa dikaitkan dengan
suatu jumlah yang dinilai penting misalnya aset untuk neraca, penjualan
untuk laba rugi.
4. Metode indeks time series
Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk
mengkonversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan
tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak dari tahun dasar ini, dibuat
indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah
perkembangan angka-angka laporan keuangan perusahaan tersebut pada
periode lain.
5. Rasio laporan keuangan
Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu
dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio
keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai
hubungan antara pos dan dapat membandingkannya dengan rasio
sehingga dapat diberikan penilaian. Adapun rasio keuangan adalah:
a. Likuiditas
Menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan semua
kebutuhan jangka pendek.
b. Solvabilitas
Kemampuan perusahaan memenuhi atau menyelesaikan kebutuhan
jangka panjang.
c. Rentabilitas/ profitabilitas
Kemampan perusahaan mendapatkan laba melalui semua sumber yang
ada, penjualan, kas, aset, modal.
d. Leverage
Mengetahui posisi utang perusahaan terhadap modal maupun aset.
e. Activity
Mengetahui aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik
dalam penjualan dan kegiatan lainnya.
f. Produktivitas
Mengetahui produktivitas unit yang dinilai.
6. Analisis sumber dan penggunaan kas dan dana
Analisis sumber dan pengunaan dana dilakukan dengan menggunakan
laporan keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan dan dilihat
mutasinya. Setiap mutasi mempengaruhi pos lainnya. Perubahan itu bisa
dikelompokan dalam dua kriteria:
a. Perubahan pos kas saja atau modal kerja yang merupakan kumpulan
pos aktiva lancar dan utang lancar. Dalam hal yang dianalisis adalah
kas maka dikelompokkan menjadi:
1) Sumber kas
2) Pengeluaran kas
b. Sedangkan jika yang dianalisis adalah perubahan modal kerja maka
dikelompokkan menjadi:
1) Sumber dana
2) Penggunaan dana.

Terdapat metode dan teknik analisis lainnya menurut Sofyan Syafri


Harahap (2010:220) yaitu sebagai berikut:
1. Analisis break even
Analisis break even sering digunakan dalam perencanaan keuangan.
Namun tidak berarti rumus tersebut tidak dapat digunakan dalam hal
yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis
laporan keuangan kita dapat mengunakan rumus untuk mengetahui:
a. Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba.
b. Struktur biaya tetap dan variabel.
c. Kemampuan perusahaan memberikan margin untuk menutupi biaya
tetap.
d. Kemampuan perusahaan dalam menekankan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
2. Analisis laba kotor (Gross profit)
Analisis laba kotor lazim digunakan dalam perencanaan keuangan atau
budgeting. Namun teknik ini bisa digunakan dalam analisis laporan
keuangan. Analisis ini menggunakan data penjualan.
3. Analisis hubungan (Analitycal review)
Analytical review lazim dikenal dalam ilmu auditing atau pemeriksaan.
Teknik ini dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan
dengan cara melihat hubungan antara satu pos dengan pos lainnya dilihat
secara rasional.
4. Model analisis: prediksi atau rating
Dalam literatur akuntansi para akademik atau peneliti sering melakukan
penelitian dengan tujuan untuk memprediksi suatu keadaan dengan
menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka
mengamati laporan keuangan beberapa tahun dan mencoba melihat
fenomena khusus yang ada di dalamnya dan dari sana diambil suatu
kesimpulan dalam bentuk model prediksi. Beberapa model prediksi yang
dikenal adalah:
a. Bound rating
Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan
di pasar modal.
b. Bankruptcy model
Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan
bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi dengan rasio
keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi
bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan
bangkrut.
c. Net cash flow prediction model
Model ini didesain untuk mengetahui berapa besar arus kas masuk
bersih perusahaan tahun depan.
d. Take over prediction model
Model ini dimaksudkan untuk mengetahui kapan kemungkinan
perusahaan akan diambil alih oleh perusahaan lainnya.
2.3 Analisis Rasio
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain dengan menggunakan alat analisa.
Rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut diperbandingkan dengan
angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

2.3.1 Pengertian Analisis Rasio


Pengertian rasio keuangan menurut Sofyan Safri Harahap
(2010:297) yaitu:
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

Dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan


membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan
cara membagi suatu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan hanya
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos
tertentu dengan pos lainnya.

2.3.2 Penggolongan Analisis Rasio


Irham Fahmi (2011:121) menggolongkan jenis analisis rasio
berdasarkan rasio yang sering digunakan dalam bisnis. Adapun rasio
keuangan yang sering digunakan adalah:
1. Rasio likuiditas, adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
liabilitas jangka pendeknya secara tepat waktu.
2. Rasio aktivitas, adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna
menunjang aktivitas perusahaan, dimana pengguna aktivitas ini
dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil
yang maksimal.
3. Rasio solvabilitas, adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan liabilitas.
4. Rasio profitabilitas, mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan
yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.

2.4 Piutang Usaha


Piutang usaha timbul karena adanya transaksi penjualan kredit, oleh
karena itu besar kecilnya penjualan kredit akan berpengaruh langsung
terhadap jumlah piutang usaha. Piutang merupakan klaim uang, atau jasa
kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Piutang juga merupakan tagihan
perusahaan kepada pihak lain atau pelanggan karena adanya transaksi
penjualan barang/ jasa secara kredit.

2.4.1 Pengertian Piutang Usaha


Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan
pendapat para ahli yang nampak berbeda namun mempunyai inti dan tujuan
yang sama.
Menurut Irham Fahmi (2011:62) mendefinisikan piutang sebagai
berikut :
Piutang merupakan bentuk penjualan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dimana pembayarannya tidak dilakukan secara tunai,
namun bersifat bertahap.

Sedangkan Kieso et. al (2010:323) mengemukakan bahwa


pengertian piutang usaha yaitu:
Accounts receivable are oral promises of the purchaser to pay for
goods and services sold.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang


usaha (accounts receivable) adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar
barang atau jasa yang dijual dan merupakan tagihan kepada pembeli akibat
kegiatan penjualan barang atau jasa secara kredit.

2.4.2 Klasifikasi piutang


Menurut Warren et. al (2006:404) mengklasifikasikan piutang ke
dalam 3 kategori, yaitu :
1. Piutang usaha
2. Wesel tagih
3. Piutang lain-lain

Piutang usaha timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit
agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan,
transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan
barang atau jasa secara kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit
akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan
akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30/60 hari
dan piutang usaha diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.
Wesel tagih merupakan jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat
perusahaan telah menerbitkan surat utang formal, sepanjang wesel tagih
diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk
periode kredit lebih dari 60 hari, wesel juga biasanya digunakan untuk
menyelesaikan piutang usaha pelanggan bila wesel tagih dan piutang usaha
berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut
piutang dagang.
Sedangkan Piutang lain-lain, biasanya disajikan secara terpisah
dalam neraca jika piutang lain ini diharapakan akan tertagih dalam satu
tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika
penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan
sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi piutang
lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak dan
piutang karyawan perusahaan.

Sedangkan menurut Kieso et. al (2010:323) piutang dapat


diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
1. Klasifikasi untuk tujuan pelaporan keuangan:
a. Piutang lancar (current receivable) atau jangka pendek.
Piutang lancar diharapan akan tertagih dalam satu tahun atau selama
satu siklus operasi berjalan.
b. Piutang tidak lancar (noncurrent receivable) atau jangka panjang.
2. Klasifikasi dalam neraca:
a. Piutang dagang (trade receivable)
Adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang atau jasa
yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal.
Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki
perusahaan. Piutang dagang diklasifikan menjadi dua, yaitu:
1) Piutang usaha (accounts receivable), adalah janji lisan dari pembeli
untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha
biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari dan
merupakan akun terbuka (open accounts) yang berasal dari
perusahaan kredit jangka pendek.
2) Wesel tagih (notes receivable), adalah janji tertulis untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu dimasa
depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau
transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun
jangka panjang.
b. Piutang nondagang (nontrade receivable).
Piutang nondagang berasal dari berbagai transaksi. Sejumlah contoh
piutang nondagang adalah:
1) Uang muka kepada karyawan dan staf.
2) Uang muka kepada anak perusahaan.
3) Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian kerusakan.
4) Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran.
5) Piutang dividen dan bunga.
6) Klaim terhadap:
a) Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertangguhkan.
b) Terdakwa dalam suatu perkara hukum.
c) Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak.
d) Perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau
hilang.
e) Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak atau hilang
(krat, kontainer, dan sebagainya).

2.4.3 Penyajian Piutang Usaha


Terdapat aturan umum dalam pengklasifikasian piutang usaha
menurut Kieso et. al (2010:343) yaitu:
1. Memisahkan berbagai jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika
material.
2. Menjamin bahwa akun penilaian secara tepat mengoffset akun piutang
yang terkait.
3. Menentukan bahwa piutang yang diklasifikasikan dalam kelompok
aktiva lancar akan dikonversikan menjadi kas dalam satu tahun atau satu
siklus operasi, tergantung mana yang lebih panjang.
4. Mengungkapkan setiap kontijensi kerugian yang ada pada piutang.
5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan.
6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari risiko kredit
yang berasal dari piutang

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang Usaha


Menurut Bambang Riyanto (2005:85) faktor-faktor yang
mempengaruhi piutang usaha adalah:
1. Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah
investasi dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus
menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang dan meski
berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan meningkat.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat artinya
keselamatan kredit lebih diutamakan dari profitabilitasnya. Syarat
pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran
yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran
piutang terlambat. Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit
dinyatakan dalam term tertentu, misalnya 2/10 n/30. Ini berarti apabila
pembayaran dilakukan dalam 10 hari setelah waktu penyerahan barang,
si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar 2% dari harga
penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu
30 hari sesudah waktu penyerahan barang.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin
tinggi batas waktu yanng diberikan kepada pelanggan, makin besar pula
dana yang diinvestasikan ke dalam piutang.
4. Kebijakan dalam penagihan piutang
Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat
dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif
dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih
besar untuk membiayai aktifitas ini, namun dapat memperkecil resiko
tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan
menyetor barang hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan
cara:
a. Memungut secara langsung
b. Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan
5. Kebiasaan pembayaran pelanggan
Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan
menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedang sebagian
lagi tidak demikian.

2.4.5 Penentuan Jumlah Piutang Usaha


1. Potongan kuantitas (Rabat)
Potongan kuantitas merupakan bentuk keringanan pembayaran yang
diberikan penjual kepada pembeli karena pembelian mencapai kuantitas
yang telah ditentukan. Jumlah keringanan tersebut dikurangkan dari
daftar harga, untuk menentukan harga jual bersih, yaitu harga jual
menurut daftar harga dikurangi potongan tertentu. Dalam praktik
potongan kuantitas dapat merupakan rabat tunggal (single rate) atau
rabat ganda atau rabat berseri (double rate).
2. Potongan tunai (Cash discount)
Potongan tunai merupakan bentuk keringanan pembayaran yang
diberikan kepada pembeli karena pembeli memenuhi syarat penjualan
yang telah ditetapkan. Syarat penjualan tersebut menyangkut jangka
waktu dan periode potongan.
3. Retur penjualan
Kadangkala barang yang dikirim penjual tidak sesuai dengan pesanan
dari pembeli, atau mungkin barang tersebut rusak dalam perjalanan,
sehingga barang-barang tersebut dikirim kemballi oleh pihak pembeli.
Pengembalian barang-barang yang telah dibeli kepada penjual disebut
dengan retur penjualan.
4. Biaya pengiriman
Biaya pengiriman barang dapat menjadi bagian yang signifikan bagi
pembeli. Perjanjian antara pembeli dan penjual menyangkut penentuan
syarat pengiriman barang yang secara spesifik ditunjukan dengan free on
board term (FOB). FOB digunakan untuk menunjukan pihak yang akan
menanggung biaya pengiriman barang. Ada dua syarat FOB, yaitu syarat
titik pengiriman (FOB Shipping point), dan syarat titik penerimaan (FOB
Destination). Jika syarat pengirimannya adalah titik pengiriman, maka
biaya angkut ditanggung oleh pembeli dan juga pembeli boleh mengakui
barang yang dibeli saat pengiriman dilaksanakan. Jika syarat pengiriman
adalah titik penerimaan, maka biaya angkut menjadi tanggungan penjual
dan pembeli boleh mengakui barang yang dibeli saat barang sampai di
gudang pembeli.

2.4.6 Piutang Usaha yang Tak Tertagih


Menurut Kieso et. al (2010:327), penjualan atas dasar selain
penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang
usaha. Piutang usaha yang tak tertagih adalah kerugian pendapatan, yang
memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat dalam akun,
penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba
dan ekuitas pemeganng saham. Kerugian pendapatan dan penurunan laba
diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (atau beban piutang tak
tertagih). Terdapat dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih:
1. Metode penghapusan langsung (direct write-off method)
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah
ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian
tersebut dicatat dengan mengkreditkan piutang usaha dan mendebet
beban piutang tak tertagih.
2. Metode penyisihan (allowance method)
Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari
semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini
dicatat sebagai beban dan pengurangan tidak langsung terhadap piutang
usaha (malalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana
penjualan itu dicatat.
2.4.7 Penagihan Piutang Usaha yang Telah Dihapus
Kieso et. al (2010:330) mengungkapkan, apabila perusahaan
menetapkan piutang usaha tertentu dipastikan tidak akan tertagih, maka
saldonya dipindahkan dari pembukuan dengan mendebet penyisihan untuk
piutang tak tertagih dan mengkreditkan piutang usaha. Jika penagihan atas
piutang usaha yang telah dihapus sebelumnya dilakukan, maka perusahaan
terlebih dahulu harus memunculkan kembali piutang usaha itu dengan
mendebet piutang usaha dan mengkredit penyisihan untuk piutang tak
tertagih. Kemudian, perusahaan juga harus membuat ayat jurnal untuk
mendebet kas dan mengkredit akun pelanggan sebesar jumlah yang
diterima.

2.5 Analisis Rasio Piutang Usaha


Menurut Dwi Martani et. al (2012 :232) entitas melakukan analisis
piutang yang dimiliki perusahaan dengan menekankan pada risiko tidak
tertagihnya piutang. Dalam melakukan analisis, pertama harus dicermati
kebijakan akuntansi yang dilakukan dalam mengukur serta menilai piutang
dan cadangan penurunan nilai. Analisis piutang usaha dilakukan dengan
melihat perputaran piutang dan umur piutang.

2.5.1 Receivable Turnover (Perputaran piutang)


Rasio perputaran piutang menunjukan seberapa kali piutang dapat
tertagih dalam satu periode. Berikut terdapat beberapa pengertian menurut
para ahli.
Pengertian rasio perputaran piutang menurut Kieso et. al (2010:344)
yaitu:
This ratio measures the number of times, on average, a company
collects receivables during the period. This ratio is computed by
dividing net sales by average (net) receivables outstanding during
the year.
Sedangkan rasio perputaran piutang menurut Sofyan Syafri
Harahap (2010:308) yaitu:
Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin
besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan
cepat.

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio perputaran piutang


mengukur beberapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama
suatu periode. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan
piutang rata-rata (bersih) yang beredar selama tahun berjalan.
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur efektivitas pengelolaan
piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan
dalam mengelola piutangnya.
Rumus rasio perputaran piutang yaitu:

Receivable Turnover = x 1time

Semakin tinggi rasio (receivable turnover) menunjukan modal kerja


yang ditanam dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio semakin rendah
terdapat over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih
lanjut, mungkin bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau
mungkin terdapat perubahan dalam kebijakan pemberian kredit.

2.5.2 Receivable Collection Period


Rasio receivable collection period merupakan rasio yang
menunjukan periode pengumpulan piutang usaha dalam satu periode.
Pengertian receivable collection period menurut Susan Irawati
(2006:55) yaitu:
Rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas rata-rata yang
diperlukan untuk mengumpulkan piutang dalam suatu perusahaan.
Sedangkan receivable collection period menurut Sofyan Syafri
Harahap (2010:309) yaitu:
Rasio ini menunjukan berapa lama perusahaan melakukan
penagihan piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik.

Rumus dari receivable collection period yaitu:

Receivable collection period =

Rasio ini disebut juga dengan rata-rata periode pengumpulan


piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana suatu perusahaan melihat
periode pengumpulan piutang yang akan terlihat. Rasio ini mengukur
efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan
adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu
pembayaran setelah melakukan penjualan.
BAB III
OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR

3.1 Objek Tugas Akhir


Penelitian dalam pembuatan tugas akhir ini dilaksanakan di PT. Astra
International Tbk. Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cibiru yang
berlokasi dijalan Soekarno Hatta No. 759 Bandung. Objek laporan tugas akhir
yang diamati penulis pada AUTO 2000 adalah mengenai analisis piutang
usaha pada perusahaan yang bergerak dibidang usaha jasa penjualan
kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda empat atau mobil.

3.1.1 Sejarah PT. Astra International Tbk.


PT. Astra International Incorporation (AII) pertama kali didirikan
pada tanggal 20 Februari 1957 di Bandung oleh Drs. Tjia Kian Tie (Alm),
William Soerjadja (Tjia Kiang Liong), dan E. Hariman (Liem Peng Hong).
Pada awalnya perusahaan ini bergerak dibidang perdagangan umum yaitu
dengan menjual soft drink yang bermerek prem club, mengekspor hasil
bumi seperti minyak sereh, kopra, karet, serta menjadi salah satu penyalur
alat-alat kereta api yang kala itu perusahaannya masih berstatus Perjan.
Selain itu, PT. Astra International Inc di Bandung pun menjadi salah satu
pemasok bahan bangunan untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) untuk kawasan Jatiluhur dan pada Dinas pekerjaan umum (DPU).
Sejalan dengan perkembangan perusahaan, maka pada tahun 1965
PT. Astra International Inc mengalihkan usahanya dari perdagangan dalam
negeri dan pengekspor hasil bumi menjadi suatu perusahaan yang
mengimpor kendaraan bermotor, alat-alat berat dan alat-alat teknik yang
dapat menunjang kebutuhan pembangunan nasional. Berkat usaha
patungan antara pemerintah Indonesia dengan yang bergerak dalam bidang
perakitan kendaraan beroda empat, maka pada tanggal 25 Februari 1969
berdirilah PT. Gaya Motor. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1969, PT. Astra
International Inc baru dapat pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia
sebagai agen tunggal kendaraan mobil merek Toyota untuk seluruh
wilayah Indonesia. Sebagai agen tunggal, PT. Astra International Inc
hanya mengimpor dan memproduksi kendaraan Toyota, tetapi tidak
memasarkannya secara langsung ke konsumen. Oleh karena itu, pada
pertengahan 1970 dibentuklah Toyota Division yang digunakan untuk
menangani masalah distribusi dan pemasaran kendaraan Toyota. Pada
tahun yang sama perusahaan ini ditunjuk pula sebagai salah satu agen
sepeda motor Honda.
Melihat prospek pemesanan mobil merek Toyota cukup cerah,
maka pada tanggal 12 April 1971 didirikan suatu perusahaan baru yang
bernama PT. Toyota Astra Motor (TAM), dimana modal usahanya
merupakan patungan antara Indonesia dengan Jepang. Perusahaan dari
pihak Jepang adalah Toyota Motor Company LTD, dan Toyota Sales
Company LTD. Sedangkan dari pihak Indonesia adalah PT. Astra
International dan PT. Gaya Motor, dengan komposisi saham 49% dimiliki
oleh Astra dan 51% dimiliki oleh Toyota Motor Company. Dengan
melihat perbandingan kepemilikan atas saham tersebut maka keagenan
pun beralih dari PT. Astra International kepada PT. Toyota Astra Motor.
PT. Toyota Astra Motor ini hanya bertugas dalam memproduksi saja,
tetapi tidak menjual langsung kepada konsumen. Sedangkan kendaraan
Toyota tetap dipegang oleh Astra International melalui Toyota Division
sebagai penyalur utama (Main dealer) dengan bantuan Astra International,
Inc ditunjuk pula sebagai agen tunggal untuk produk-produk Daihatsu.
Kegiatan PT. Toyota Astra Motor adalah mengimpor mobil-mobil merek
Toyota dalam keadaan completely knock down (CKD) dari Jepang dan
merakitnya di PT. Gaya Motor serta menyalurkan pada dealer-dealer
utama di Indonesia. Disamping sebagai agen tunggal PT. Toyota Astra
Motor juga bergerak sebagai importir suku cadang untuk mobil-mobil
merek Toyota. Pada tanggal 1 September 1973 status Toyota Division pun
diubah menjadi Motor Vehicle Division. Dengan semakin berkembangnya
pemasaran mobil merek Toyota, dan agar pengelola pemasaran mobil
Toyota di Indonesia dapat lebih efisien dan efektif, maka pada tanggal 1
Januari 1976 dibentuklah Astra Motor Sales (AMS) berdasarkan Akta
Notaris Kartini Mulyadi, SH. No. 195 tanggal 30 Juli 1975 dan No. 52
tanggal 10 Oktober 1975, Astra Motor Sales inilah yanng dikenal menjadi
penyalur utama (Main Dealer) kendaraan mobil merk Toyota hampir
diseluruh wilayah Indonesia kecuali Jawa Tengah. Hal ini dikarenkan
penyalurnya dipegang oleh PT. New Ratna Motor Semarang, Riau dan
Pekanbaru oleh PT. Agung Concern, Sulawesi utara dan sekitarnya
termasuk Irian Jaya dipegang oleh Hadji Kalla. Maka Motor Vehicle
Division hanya bertindak sebagai agen tunggal kendaraan Daihatsu saja
karena pemasaran Toyota sudah beralih kepada Astra Motor Sales (AMS).
Pada tahun 1989, PT. Astra Motor Sales bergabung dan menjadi
divisi penjualan dari PT. Astra International. Kegiatan utama PT. Astra
International adalah menjual mobil merek Toyota, menjual sahamnya pada
masyarakat (go public) dengan nilai nominal yang tidak terlalu tinggi.
Pada saat go public, nama PT. Astra International diubah menjadi PT.
Astra International Toyota Division. Pada tanggal 8 Agustus 1995
menurut Akte Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya, SH No.2, PT. Astra
International Toyota Division berubah menjadi PT. Astra International
Tbk. Toyota Sales Operation yang bertempat di Jl. Dr. Djunjunan 192
Bandung. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pelanggan akan kendaraaan
bemotor merek Toyota, PT. Astra International Tbk. Toyota Sales
Operation juga melakukan bantuan pengelolaan atas PT. Serasi Autoraya
(Toyota Rent AUTO 2000 Car/Trac) yang menangani jasa penyewaan
mobil merek Toyota dan PT. Arya Kharisma (Mobil 88) yang melayani
penjualan mobil bekas merek Toyota. Kedua perusahaan ini termasuk
dalam AUTO 2000 group.
Sebagai dealer utama wilayah perusahaan PT. Astra International
Tbk. Toyota Sales Operation mencakup Sumetra (kecuali Jambi, Riau, dan
Bengkulu), Jawa (kecuali Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta), Bali, NTB,
dan NTT. Kantor cabang Pasteur merupakan cabang ketiga untuk wilayah
Bandung dan sekitarnya. Masing-masing cabang berdiri sendiri dan dalam
kegiatan opoerasionalnya bertanggung jawab langsung ke kantor pusat PT.
Astra International Tbk. Toyota Sales Operation yang beralamat di Jl.
Gaya Motor III No. 3 Sunter II Jakarta Utara.

3.1.2 Sejarah AUTO 2000


AUTO 2000 berdiri pada tahun 1975 dengan nama Astra Motor
Sales, dan baru pada tahun 1989 berubah nama menjadi AUTO 2000.
AUTO 2000 adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan
penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh
PT. Astra International Tbk. Saat ini AUTO 2000 adalah main dealer
Toyota terbesar di Indonesia, yang menguasai antara 70-80 % dari total
penjualan Toyota. Dalam aktivitas bisnisnya, Auto 2000 berhubungan
dengan PT. Toyota Astra Motor yang menjadi agen tunggal pemegang
merek (ATPM) Toyota. AUTO 2000 adalah dealer resmi Toyota bersama
4 dealer resmi Toyota yang lain.
AUTO 2000 memiliki cabang yang tersebar di seluruh Indonesia
(kecuali Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Jambi, Riau, Bengkulu, Jawa
Tengah dan D.I.Y). Selain cabang-cabang AUTO 2000 (disebut direct)
yang berjumlah 63 cabang, AUTO 2000 juga memiliki dealer yang
tersebar di seluruh Indonesia (disebut Indirect), yang totalnya berjumlah
67 outlet. Dengan demikian, terdapat 130 cabang (Direct sub cabang dan
indirect) yang mewakili penjualan AUTO 2000 di seluruh Indonesia. 48
bengkel milik AUTO 2000 merupakan yang terbesar dan terlengkap di
Asia Tenggara. Disamping itu AUTO 2000 juga memiliki 407 partshop
yang menjamin keaslian suku cadang produk Toyota.

3.1.3 Visi dan Misi AUTO 2000


Visi PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation menjadi
main dealer otomotif no. 1 di Indonesia adalah :
1. Perusahaan beserta seluruh jajarannya mampu beradaptasi dengan
pesatnya perubahan teknologi.
2. Karyawan memiliki keterampilan yang tinggi untuk melayani beragam
keinginan pelanggan secara cepat, tepat, dan dapat diterapkan.
3. Adanya jaminan kepuasan pelanggan.
4. Karyawan yang berkualitas dan mandiri.

Misi PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation adalah


menjadi mitra usaha yang terpercaya bagi seluruh stakeholder (Pelanggan
Toyota, karyawan, supplier, pemegang saham, pemerintah, dan
masyarakat). PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation akan
mampu menjadi mitra terpercaya dengan adanya kemampuan untuk :
1. Menjunjung tinggi kualitas pelayanan terhadap Pelanggan dan
Karyawan.
2. Menjalankan praktek bisnis secara handal dan penuh integritas.
3. Memelihara komitmen jangka panjang dalam mengembangkan usaha.
4. Berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional.

3.1.4 Aspek Kegiatan AUTO 2000


PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation (AUTO 2000)
Cibiru Bandung adalah jaringan jasa penjualan, perawatan, perbaikan dan
penyediaan suku cadang Toyota yang manajemennya ditangani penuh oleh
PT. Astra International Tbk.
1. Produk/ Barang
a. Mobil
Nama-nama mobil yang di jual di PT. Astra International Tbk.
Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cibiru Bandung diantaranya
adalah : New Avanza, Yaris, Kijang Innova, Rush, Hilux, Corolla
Altis, Crown, Camry, New Vios, New Dyna, Fortuner.
b. Suku cadang & Bahan
Spare part (suku cadang): komponen-komponen kelistrikan, mesin,
chasis dan bodi untuk semua tipe dan jenis kendaraan Toyota.
Bahan (material) : oli mesin, oli transmisi dan gardan, minyak rem,
super engine, long life coolant (Cairan radiator pendingin),dll.
2. Jasa
a. Perawatan Berkala Cepat (Express Maintenance)
Layanan express maintenance, yaitu layanan service cepat hanya 1
Jam, khusus untuk perawatan berkala. Layanan ini merupakan salah
satu terobosan untuk memberikan service berkualitas dengan waktu
yang lebih singkat.Dengan fasilitas stall khusus dan peralatan yang
lebih lengkap dan dikerjakan oleh 2 orang teknisi, maka pelanggan
akan menemukan pengalaman baru service kendaraan berkualitas
dengan waktu yang lebih singkat, dan harga tetap.
b. Perawatan Berkala ( Reguler Check)
Layanan external reguler check (ERC), yaitu layanan service berkala
sama seperti express maintenance namun pada ERC ini lebih
ditekankan pada keluhan-keluhan pelanggan pada perawatan service
berkala dan perawatan untuk 5000 km seperti cek roda, tune up, dll.
Disamping itu estimasi dari ERC ini berkisar antara 1 sampai dengan
2,5 jam.
c. Perbaikan Umum (General Repair)
Layanan general repair, yaitu layanan perbaikan kendaraan secara
umum, layanan ini diberikan karena part kendaraan mengalamai
kerusakan atau jika pelanggan ingin mengecek kendaraan diluar
service berkala contohnya pengecekan kendaraan (cek temperatur,
alarm, bensin/oli boros, suara mesin kasar, dll) sedangkan untuk part
kendaraan yang rusak maka customer harus melakukan reparasi atau
penggantian part contohnya ganti (timing belt, tali kipas, baterai,
lampu, dll). Untuk estimasi waktu pengerjaan dari general repair ini
tergantung dari lamanya kerusakan atau pengecekan kendaraan
untuk estimasi waktu minimal + 1 jam sedangakan estimasi waktu
maksimal + 6 jam.
d. Toyota Warranty Claim (TWC)
Dengan melakukan perawatan berkala secara rutin di bengkel resmi
Toyota, maka akan mendapatkan jaminan kendaraan langsung dari
Toyota selama 3 tahun atau 100.000km (Toyota warranty claim).
Untuk mendapatkan jaminan tersebut bisa dengan melakukan
perawatan kendaraan di bengkel Auto 2000 dan melakukan klaim
atas kerusakan komponen kendaraan yang tercakup dalam Toyota
warranty claim di bengkel AUTO 2000.
e. Toyota Home Servis (THS).
Toyota home service adalah salah satu fasilitas pelayanan yang dapat
melakukan service kunjungan ditempat pelanggan (di kantor/ di
rumah) dengan tujuan memberikan kemudahan bagi pemilik
kendaraan Toyota yang tidak sempat datang ke bengkel. Selain itu
fasilitas pelayanan lainnya yang bisa didapatkan oleh pelanggan
adalah pusat layanan Dyna (PLD). Pusat layanan Dyna merupakan
fasilitas pelayanan khusus untuk unit Dyna yang dapat melakukan
servis kunjungan ditempat pelanggan (di rumah/ di tempat kerja),
dengan tujuan memberikan kemudahan bagi pemilik kendaraan
Dyna yang tidak sempat ke bengkel.
f. Booking Service.
Booking service adalah solusi dari problem harus antri saat akan
service kendaraan, dengan melakukan booking service minimal 2
hari sebelumnya, maka pelanggan mendapatkan keuntungan :
1. Waktu service yang di tentukan sendiri, sehingga bisa
menyesuaikan dengan jadwal kegiatannya.
2. Tidak perlu antri. Dengan membuat janji dan datang sesuai jam
yang telah disepakati, kendaraan akan langsung dikerjakan tanpa
mengikuti antrian untuk dilayani.
3. Suku cadang dan teknisi telah siap. Dengan konfirmasi
kedatangan 1 hari sebelumnya, dapatkan kemudahan berupa
terhindar dari suku cadang tidak tersedia.
4. Dapatkan potongan harga jasa dan suku cadang, dimana besarnya
Potongan sesuai dengan syarat dan ketentuan berlaku.
g. Emergency Road Assistance (ERA)
Hanya di AUTO 2000, untuk setiap pembelian Toyota, customer
mendapat kartu keanggotaan Astra World. Dengan kartu Astra
World customer mendapat layanan bantuan darurat di jalan/
emergency roadside assistance (ERA) yang siap 24 jam sehari, 7
hari seminggu, sepanjang tahun. Layanan ERA diberikan secara
gratis selama 5 tahun dari tanggal pembelian untuk kendaraan
(mobil) merek Astra yang memiliki vehicle card. Bantuan darurat ini
mencakup: panduan teknis, pengaktifan aki lemah, penggantian ban
kempes, membuka kendaraan terkunci, serta bantuan jasa derek
(towing) dan mobil gendong (car carrier) AstraWorld. Jasa derek
(towing) dan mobil gendong (car carrier) adalah layanan
pengangkutan kendaraan pelanggan dari lokasi keadaan darurat ke
bengkel Astra International terdekat.
h. Kontrak Service
Kontrak Service adalah perawatan kendaraan selama periode atau
jarak tertentu yang ditawarkan oleh bengkel AUTO 2000. Paket
perawatan ini dibayarkan secara penuh oleh customer pada saat
pertama kali mengikuti program ini dan selanjutnya customer dapat
melakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
buku kontrak service yang telah disepakati bersama.
Keuntungan kontrak service dari AUTO 2000 :
1. Memberikan kemudahan perawatan dan perbaikan terencana.
2. Biaya tetap untuk perawatan berkala dengan jangka waktu 1
tahun (30.000 km), 2 tahun (60.000 km) dan 3 tahun (90.000 km).
3. Kemudahan proses administrasi.
4. Jaminan keaslian.
5. Suku cadang (Toyota genuine parts).
i. Layanan AUTO 2000 One Stop Services
Customer tidak perlu lagi pergi ke bengkel lain untuk mendapatkan
layanan perbaikan khusus untuk Toyota, karena AUTO 2000 telah
menyiapkan one stop service untuk totalitas layanan perbaikan
Toyota. Dengan mengunjungi AUTO 2000, maka pelanggan akan
bisa mendapatkan layanan perbaikan yang lengkap. Adapun layanan
tersebut meliputi :
1. Layanan spooring and balancing.
2. Layanan penjualan ban dan aksesoris kendaraan.
3. Layanan perawatan interior dan eksterior kendaraan (Salon).
4. Layanan perbaikan sistem pendingin (A/C).
5. Layanan perawatan prima untuk mesin dan komponen kendaraan.

3.1.5 Struktur organisasi AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung


PT. Astra International Tbk. Toyota Sales Operation (AUTO 2000)
Cabang Cibiru Bandung, menggunakan sistem organisasi garis dan staff
yaitu pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal sepenuhnya dari
pimpinan kepada bawahannya. Pembagian tugas dan wewenang mengalir
dalam satu garis lurus dari puncak ke bagian bawah dan setiap individu
bertanggung jawab hanya kepada satu orang yang lebih tinggi
tingkatannya.
Struktur organisasi PT. Astra International Tbk. Toyota Sales
Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru Bandung secara lengkap dapat
dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru Bandung

BranchBilling
ManagerAR

CRC

Sales Dept ADM Dept Service dept


Sales Supervisior Administration Head Workshop

Instructur/ PJS
Sales Counter PGA Area Technical Leader

Salesman regular Cahsier Service Advisor Foreman

Salesman Dyna Billing Unit Parts Man Technical Leader

STNK/ BPKB Pos Man Mekanik THS

Billing AR Driver Cabang


Mekanik
Billing Service Booking Service

MRS
Adm Gudang Bahan
Washing PDC
Security
Service Plus
Office Boy
Valet Service
Messenger

Sumber : Data Internal PT. Astra International Tbk. TSO (AUTO 2000) Cibiru Bandung
3.1.6 Deskripsi Jabatan
Berikut ini akan penulis uraikan tugas dan tanggung jawab, serta
wewenang bagian-bagian penting dalam struktur organisasi PT. Astra
International Tbk. Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cibiru Bandung :

1. Kepala Cabang (Branch Manager)


Tugas dan tanggung jawab :
a. Melakukan kegiatan pengelolaan cabang dibidang penjualan,
administrasi, servis serta mengoptimalkan sumber daya yang ada
dalam usaha pencapaian target.
b. Meningkatkan produktivitas/ performance cabang serta kepuasan
pelanggan.
c. Membuat perencanaan strategis, policy, arah dan target cabang
sesuai dengan guide line dari Pusat.
Wewenang :
a. Memberikan diskon dan komisi sesuai dengan regulasi yang ada.
b. Melakukan pembatalan SPK (Surat pemesanan kendaraan).
c. Menetapkan kebijakan tata tertib cabang yang sesuai dengan kondisi
cabang.
d. Menegur, mengarahkan, memberikan reward and punishment
kepada karyawan bawahannya.
e. Mengusulkan promosi, transfer, demosi, training atau PHK
karyawan bawahannya.

2. Customer Relation
Tugas dan tanggungjawab :
a. Memberikan laporan kepada kepala cabang mengenai hasil
kegiatannya.
b. Memelihara hubungan baik dengan pelanggan atau calon pembeli
agar tercapai customer for time (pelanggan seumur hidup)
3. Sales Supervisor
Tugas dan Tanggungjawab :
a. Membuat laporan RSSP.
b. Mengontrol penjualan.
c. Membuat laporan penjualan dan menyusun laporan penjualan.
d. Menentukan metode-metode pendistribusian dan kebijaksanaan-
kebijaksanaan penjualan.
e. Mengetahui keinginan para pelanggan.
f. Mengusahakan terpenuhinya produk yang diinginkan pelanggan.

4. Kepala Administrasi (Administration Departemen Head)


Tugas dan tanggung jawab:
a. Melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan penugasan serta
kebijaksanaan yang diberikan oleh kepala cabang.
b. Menyusun dan menetapkan pengaturan anggaran dalam rangka
menilai efisiensi dan efektifitas Auto 2000, dan memberikan saran-
saran atau perbaikan jika memungkinkan.
c. Menandatangani atau memberi paraf sebagai tanda persetujuan atas
penerimaan dan pengeluaran dari masing-masing departemen.
d. Memberikan perintah penyalur dinas serta kerja lembur kepada
karyawan administrasi.
e. Menghadiri rapat-rapat intern bersama pimpinan lainnya baik di
dalam maupun di luar perusahaan.
f. Memusyawarahkan dan mengawasi agar administrasi dapat
dilakukan dengan benar, agar laporan dapat selesai tepat pada
waktunya.
g. Mengkoordinasikan, memusyawarahkan, dan mengawasi serta
memastikan bahwa pelaksanaan semua kegiatan keuangan
administrasi umum dilakukan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
h. Mengelola bidang-bidang personalia, keuangan, persediaan dan
piutang dagang.
5. Kepala Bengkel (Workshop Head)
Tugas dan tanggung jawab :
a. Mengelola seluruh kegiatan bengkel dalam rangka meningkatkan
mutu dan kecepatan pelayanan melalui SOP yang berlaku serta
menginformasikan kompetensi jajaran personel bengkel dalam usaha
pencapaian target untuk meningkatkan produktivitas dan pencapaian
performance bengkel serta kepuasan pelanggan.
b. Membuat perencanaan dan memastikan pencapaian revenue
workshop, Unit Entry and Car Return sesuai standar yg ditetapkan.
c. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan bengkel (dan
performance jajaran personel bengkel).
d. Mengontrol stock gudang bengkel (parts) sesuai dengan target
service rate.
e. Pembinaan dan pengembangan personel bengkel.
f. Mengevaluasi pelaksanaan sistem dan prosedur bengkel.
g. Memantau pengelolaan limbah padat, cair, & gas di bengkel.
Wewenang :
a. Memutuskan pemberian/ penolakan diskon untuk customer/
perjanjian kerja sama sesuai standard operating procedure (SOP).
b. Menentukan penggunaan kendaraan operasional servis cabang
(Home service).
c. Menegur, mengarahkan dan memberikan reward and punishment
kepada karyawan bawahannya.
d. Mengusulkan promosi, transfer, demosi, training atau melakukan
PHK karyawan bawahannya.

6. Salesman/ Counter sales


Tugas dan tanggungjawab :
a. Mencari order.
b. Menjual kendaraan.
c. Melayani pembeli secara tunai dan kredit.
d. Membuat surat pesanan kendaraan (SPK).
e. Menerima telepon, apabila di counter tidak di angkat tiga kali, maka
salesman wajib mengangkat telepon khususnya di pagi hari.
f. Menyiapkan STUJ (surat tanda uji jalan) dan menyiapkan STNK
(surat tanda nomor kendaraan).
g. Mengecek list kendaraan jika kendaraan sudah ada.
h. Mengurus aplikasi kredit jika pelanggan membeli secara kredit.
i. Merencanakan dan mengadakan movex, showroom, event.
j. Pengecekan kendaraan setelah delivery.
k. Memungkinkan para pembeli mengetahui produk-produk yang
dihasilkan.
l. Meyakinkan para pelanggan untuk membeli kendaraan-kendaraan
kepada pelanggan.

7. Kasir (Cashier)
Tugas dan tangggungjawab :
a. Menerima uang/ pembayaran dengan bukti yang sah.
b. Membuat laporan kas dan bank secara harian.
c. Menjaga keamanan uang kas.
d. Mengeluarkan uang kas atas dasar bukti permintaan yang disetujui
oleh kepala cabang atau kepala administrasi.
e. Membuat laporan uanng masuk maupun uang keluar.
f. Menyetor check/ bilyet giro/ tunai bank.
g. Membuat tanda terima kasih sementara nota tagihan.

8. Administrasi Penjualan (Sales Administration)


Tugas dan tanggungjawab :
a. Filling/ meregister surat pesanan kendaraan.
b. Memasukkan mutasi-mutasi penerimaan.
c. Membuat DO (Delivery order) dan BSTKB (Bukti serah terima
kendaraan baru).
d. Registrasi DO dan BSTKB.
e. Membuat laporan penjualan, stock, dan lain-lain.
f. Membuat surat pengantar, surat masuk, dan surat keluar kendaraan.
g. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan dan file.
h. Membuat proses BBN (Bea balik nama).
i. Membuat faktur TAM/ AFI (Toyota astra motor/ Aplikasi for
invoice) dan file registernya.

9. Instruktur Servis (Service Instructor)


Tugas dan tanggung jawab :
a. Mengembangkan technical skill dari mekanik, foreman dan service
advisor melalui pelaksanaan training di bengkel sesuai dengan
perencanaan dan kebutuhan yang ada untuk meningkatkan mutu
pelayanan bengkel.
b. Menganalisa dan mengontrol kebutuhan equipment, tools, dan SST.
c. Membantu personel bengkel dalam menangani masalah di bengkel.
d. Menganalisa pekerjaan job return.
e. Membantu kepala bengkel dalam hal EHS.
f. Menghitung insentif man power bengkel.
Wewenang :
a. Membuat jadwal dan mengadakan training di bengkel.
b. Merencanakan dan mengirim Mekanik, Foreman dan SA untuk
training ke kantor pusat / TAM berdasarkan koordinasi dengan
kantor pusat.
c. Mengusulkan penambahan, perbaikan peralatan bengkel.

10. Service Advisor


Tugas dan tanggung jawab :
a. Bertanggung jawab melayani kebutuhan pelanggan yang datang dan
keluar bengkel dengan mendengarkan, menganalisa, dan
menjelaskan tentang kerusakan kendaraan, membuat PKB dan
estimasi waktu serta biaya untuk mencapai kepuasan pelanggan,
serta menjaga kerapian data-data kendaraan pelanggan.
b. Melayani pelanggan, yaitu menganalisa kerusakan dan memeriksa
kendaraan, serta menjelaskan hasil pemeriksaan pada pelanggan.
c. Memasukkan data keluhan pelanggan mengenai kondisi kendaraan
pelanggan ke komputer.
d. Membuat perintah kerja bengkel (PKB).
e. Membuat penawaran dari pekerjaan perbaikan kendaraan atau
estimasi biaya dan waktu perbaikan pada pelanggan.
f. Menginformasikan pekerjaan tambahan (bila ada) kepada pelanggan
beserta estimasi biaya dan waktu tambahan yang diperlukan.
g. Memeriksa kendaraan yang telah diperbaiki, apakah sesuai dengan
perintah kerja bengkel (PKB).
h. Melakukan test drive dan memeriksa keberadaan parts bekas di
dalam kendaraan.
i. Menyerahkan kembali kendaraan pada pelanggan dalam keadaan
bersih berikut parts bekas sesuai dengan form pemeriksaan
kendaraan (FPK).
j. Melakukan follow up ke pelanggan setelah 2-3 hari kendaraan
diperbaiki di bengkel.
k. Mengingatkan pelanggan untuk melakukan perawatan berkala
berikutnya pada saat selesai perawatan/ perbaikan.
l. Mengisi data account number untuk setiap perawatan yang telah
selesai dikerjakan yang dipakai sebagai dasar perhitungan biaya
perawatan.
Wewenang :
a. Melakukan estimasi biaya perbaikan dan waktu perbaikan.
b. Menentukan harga dan memberikan diskon pada customer untuk
perbaikan kendaraan sesuai standar yang ditetapkan.
c. Memutuskan kendaraan boleh keluar atau tidak setelah diperbaiki.
11. Koordinator THS (THS Coordinator)
Tugas dan tanggung jawab :
a. Menerima telepon atau panggilan dari pelanggan untuk melakukan
servis kendaraan.
b. Melakukan pencatatan data pelanggan dan keluhan yang ada pada
SAP.
c. Mendistribusikan pekerjaan kepada mekanik THS melalui radio
panggil/alat komunikasi.
d. Membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi mekanik THS,
dengan menjelaskan cara Trouble Shooting .
e. Mendukung mekanik THS dalam penyedian suku cadang dan
penyediaan tools.
f. Membuat laporan berkala mengenai job return, problem yang
dihadapi, untuk diserahkan pada atasan.
g. Memeriksa hasil kerja mekanik sesuai dengan perintah kerja bengkel
(PKB) via follow up ke pelanggan.
h. Mengecek ulang notifikasi untuk memastikan pekerjaan.
i. Memperbaharui notifikasi untuk memonitor pekerjaan.
j. Mengecek ulang service order.
k. Melakukan pencatatan penagihan dan pembayaran pada SAP.
l. Mencetak faktur yang akan dikirim oleh mekanik.
m. Melakukan pengumpulan kepada pelanggan lewat telepon dan
follow up.
n. Mengatur mekanik THS.
o. Monitoring performance THS yang dikelola (Unit entry, revenue,
jumlah mekanik THS).
p. Menerima pembayaran dari mekanik THS sesuai dengan laporan.
q. Menyerahkan hasil pembayaran ke kasir.
Wewenang :
a. Mendistribusikan pekerjaan pada mekanik THS.
b. Mengusulkan training bagi mekanik THS.
12. Partman
Tugas dan tanggung jawab :
a. Melakukan order parts ke sub depo atau TAM, baik untuk keperluan
gudang parts maupun parts pesanan indirect.
b. Melakukan follow-up atas order yang telah dibuat sehingga dapat
memberikan informasi yang akurat terhadap parts pesanan next
internal customer.
c. Mencatat order atau permintaan yang tidak dapat dipenuhi, dan
melakukan follow-up kepada next internal customer atas kondisi
order tersebut.
d. Menerima dan memeriksa parts yang datang sesuai dengan kondisi
fisik dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.
e. Menginformasikan kepada next internal customer apabila parts yang
dipesan telah tersedia.
f. Menyimpan parts untuk stock sesuai dengan lokasi yang telah
ditetapkan, membuat lokasi baru untuk parts baru dan menyimpan
parts pesanan indirect di intransit area.
g. Memelihara dan menjaga kondisi fisik stock parts dan menjaga
kebersihan lokasi dan ruang yang ada di gudang.
h. Mengatur lay out gudang agar menjadi efektif dan efisien.
i. Melakukan evaluasi terhadap lokasi dan penempatan parts di
gudang, evaluasi parameter-parameter dan update terhadap data-data
inventory yang berhubungan dengan standar pengelolaan Toyota
parts.
j. Mengelola stock sesuai standar-standar dan target inventory yang
telah ditetapkan.
k. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan oleh next internal
customer dalam bidang parts, seperti informasi harga, stock, kondisi
order dan kedatangan parts pesanan.
l. Membuat, melakukan register, filing dan menyimpan dokumen-
dokumen order, penerimaan, pengeluaran, claim, transfer, berita
acara dan laporan-laporan yang berhubungan dengan bidang
kerjanya.
m. Memberikan saran, usulan dan berkonsultasi dengan kepala bengkel
dalam mencari solusi terhadap masalah parts.
n. Melakukan sampling stock opname secara rutin.
o. Membuat retur dan claim bagi parts yang rusak atau kurang dalam
penerimaan dari TAM atau Sub Depo.
p. Melakukan transfer parts antar cabang apabila dibutuhkan.
Wewenang :
a. Melakukan order ke TAM atau Sub Depo sesuai permintaan.
b. Melakukan pemesanan untuk item-item stock baru, berdasarkan
analisa demand.
c. Mengusulkan pembelian parts lokal, jika tidak tersedia di
gudang/Depo.

13. Gudang Bahan


Tugas dan tanggung jawab :
a. Menjaga ketersediaan bahan, material dan oli yang dibutuhkan
mekanik.
b. Memberikan bahan, material dan lain-lain kepada mekanik sesuai
dengan permintaan yang tertulis di perintah kerja bengkel (PKB).
c. Membuat permintaan pembelian bahan dan lain-lain yang
dibutuhkan bengkel.
d. Menerima kiriman bahan dan lain-lain dari supplier dan
menyimpannya di gudang bahan.
e. Memproses order pembelian bahan (OPB), surat penerimaan gudang
(SPG) dan bukti pencatatan hutang (BPH).
f. Membuat memo expenses untuk bahan yang dipakai bengkel.
g. Memelihara dan menjaga kebersihan tempat dan area kerja (5R).
14. Administrasi Servis (Service Administration)
Tugas dan tanggung jawab :
a. Mencetak kontrak kerja untuk perjanjian kerja sama (PKS) sesuai
dengan kesepakatan yang telah disetujui Workshop Head.
b. Memonitor batas waktu pembayaran dan dokumen-dokumen
pendukungnya.
c. Melakukan administrasi account receivables (AR).
d. Melakukan kegiatan administrasi masalah perpajakan.
e. Membantu melengkapi data yang dibutuhkan untuk pengiriman unit.

15. Administration Billing Unit


Tugas dan tanggung jawab :
a. Menerima PKB yang telah selesai diproses oleh bengkel.
b. Melakukan pekerjaan billing dan invoice dari PKB yang telah
dinyatakan selesai oleh Service Advisor.
c. Membuat registrasi kuitansi manual THS.
d. Mendistribusikan kuitansi THS yang selesai (asli/sistem) kepada
pelanggan sebagai pengganti kuitansi manual THS.
e. Melakukan monitoring terhadap PKB yang belum selesai (WIP).
f. Membuat dan mengembangkan filing system dan regristrasi copy
kuitansi, OPL, dan lain-lain.
g. Membuat laporan mingguan dan bulanan WIP, faktur pajak, memo
pembebanan dan lain-lain.
h. Memelihara dan menjaga kebersihan tempat dan area kerja (5R).

16. Mekanik THS


Tugas dan tanggung jawab :
a. Menjaga dan merawat kebersihan kendaraan THS beserta
perlengkapannya (Part, equipment, PKB manual, hand tool set).
b. Memahami dan melaksanakan tugas pengerjaan kendaraan dirumah
pelanggan sesuai perintah dari Koordinator THS.
c. Menemui pelanggan dengan ramah, sopan, dan kekeluargaan.
d. Mendengarkan keluhan pelanggan dengan melakukan pertanyaan
5W2H.
e. Melakukan diagnosa pada kendaraan pelanggan.
f. Menyarankan pelanggan untuk melaksanakan perbaikan kendaraan
sesuai keluhan, dan mendapat persetujuan pelanggan bila mungkin
melaksanakan perawatan berkala.
g. Melakukan pekerjaan yang telah disetujui pelanggan.
h. Menjaga kualitas pekerjaan dan pelayanan.
i. Melaksanakan BST.
j. Menjaga kebersihan dan keamanan kendaraan pelanggan.
k. Mencatat semua pengeluaran spare part dan bahan yang telah
digunakan dan dikeluarkan dari gudang THS beserta nomor part dan
nomor bahan.
l. Memberikan angket THS kepada pelanggan untuk penilaian kualitas
kerja yang telah dilakukan.
m. Melaksanakan final check pada kendaraan yang telah selesai
dikerjakan.
n. Membuat kuitansi manual sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan.
o. Menjelaskan secara rinci tentang pekerjaan dan kaitannya dengan
keluhan, serta komponen yang diganti.
p. Menerima pembayaran dari pelanggan, dan mengambil angket THS.
q. Menyampaikan rasa terimakasih dan memastikan kepada pelanggan
bahwa kendaraannya telah selesai dikerjakan.
r. Memberikan kartu nama dan meminta ijin untuk pamit.
s. Memberikan laporan singkat kepada koordinator THS.
t. Menyerahkan uang beserta copy kuitansi manual ke kasir.
u. Menyerahkan PKB manual, kuitansi manual, kepada koordinator
THS.
v. Memproses pengambilan spare part dan bahan yang telah digunakan
untuk dikembalikan ke mobil THS.
w. Mengecek ulang kelengkapan kendaraan THS.

17. Kepala Regu (Foreman)


Tugas dan tanggung jawab :
a. Mengembangkan menganalisa PKB dari Service Advisor untuk
mendistribusikan job kepada mekanik.
b. Mengawasi kerja mekanik sesuai PKB dan flate rate yang
ditetapkan.
c. Membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi mekanik, dengan
menjelaskan cara Trouble Shooting .
d. Mendukung mekanik dalam penyedian suku cadang dan penyediaan
tools.
e. Membuat laporan berkala mengenai job return, problem yang
dihadapi untuk diserahkan pada atasan.
f. Memeriksa hasil kerja mekanik sesuai dengan PKB.
g. Menjelaskan pada pelanggan tentang kondisi kendaraan yang sedang
diperbaiki.
h. Melakukan test drive terhadap kendaran yang telah selesai
diperbaiki.
Wewenang :
a. Membuat mendistribusikan pekerjaan pada mekanik.
b. Menolak/ menerima usulan penggantian parts setelah
dikonfirmasikan ke Service Advisor.
c. Mengusulkan training bagi mekanik.
d. Memberhentikan untuk sementara unit yang sedang ditangani
mekanik, jika terjadi kerusakan lain yang tidak ada dalam PKB,
dimana memerlukan parts yang tidak tersedia di gudang.
18. Mekanik
Tugas dan tanggung jawab :
a. Mengerjakan perbaikan/ perawatan kendaraan sesuai perintah yang
ada pada PKB, sesuai dengan standar pengerjaan dan standar K3
yang berlaku.
b. Mencatat pekerjaan yang dilakukan di kolom PKB dan mencatat
waktu kerja (waktu mulai dan waktu penyelesaian pekerjaan) pada
kertas kerja atau check sheet yang berlaku untuk menentukan flate
rate.
c. Menginformasikan kerusakan yang ditemukan diluar PKB pada
Foreman untuk ditindak lanjuti.
d. Memeriksa ulang hasil kerjanya dan menyerahkan PKB yang telah
diisi kepada Kepala Regu/ Foreman untuk diperiksa.
e. Memelihara menjaga kebersihan dan kelengkapan peralatan kerja,
menjaga kerapian dan kebersihan tempat kerjanya.

3.2 Metode Tugas Akhir


Dalam usaha mengumpulkan dan mendapatkan data lengkap unntuk
menyusun laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif,
dengan tujuan menggambarkan dan membahas keadaan perusahaan
berdasarkan fakta yang ada sesuai dengan objek .
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi lapangan (Field research)
Mengadakan penelitian secara langsung ke AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung yang menjadi objek peneliltian untuk memperoleh data-data
masukan mengenai masalah yang akan diteliti.
a. Observasi (Observation)
Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap AUTO 2000
Cabang Cibiru Bandung khususnya pada bagian administrasi unit.
b. Wawancara (Interview)
Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab kepada bagian
penjualan dan bagian lain yang berhubungan dengan piutang pada
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung.
2. Studi kepustakaan (Library research)
Dalam studi kepustakaan, penulis melakukan penelitian dengan mencari
referensi dan teori-teori yang berhubungan dengan analisis piutang usaha.
BAB IV
ANALISIS

4.1 Perhitungan Nilai Piutang Usaha dengan Menggunakan Rasio Receivable


Turnover dan Receivable Collection Period pada AUTO 2000 Cabang
Cibiru Bandung

Setelah melakukan kerja praktik AUTO 2000 Cabang Cibiru


Bandung, penulis memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun
Laporan Tugas Akhir. Sesuai dengan analisis dan metode tugas akhir yang
digunakan maka data yang diperlukan adalah laporan realisasi penjualan
kendaraan dari tahun 2010 sampai dengan 2011 dan daftar piutang pada
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dari tahun 2009 sampai dengan 2011.
Data tersebut akan diolah ke dalam rasio keuangan, yaitu dengan
menggunakan rasio receivable turnover dan receivable collection period.
Adapun Laporan realisasi penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung periode 2010 dan 2011 disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung
Realisasi Penjualan per 31 Desember 2010 dan 2011

31 Desember 2010 31 Desember 2011


Keterangan
Unit Jumlah Unit Jumlah
Penjualan Kredit 637 Rp 118.031.254.348 744 Rp 140.281.623.805

Penjualan Tunai 529 Rp 98.019.675.902 527 Rp 99.366.150.195

Total Penjualan 1166 Rp 216.050.930.250 1271 Rp 239.647.774.000


Sumber:Laporan Realisasi Penjualan - Unit AR Toyota Sales Operation (AUTO 2000)
Cabang Cibiru Bandung
Berdasarkan laporan realisasi penjualan di atas dapat dijelaskan bahwa
kondisi penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dari tahun 2010
sampai dengan 2011 terjadi peningkatan, yaitu pada tahun 2010 penjualannya
sebesar Rp 216.050.930.250 dan pada tahun 2011 sebesar Rp
239.647.774.000 sehingga terjadi peningkatan sebesar Rp 23.596.843.750
atau meningkat sebesar 10,92 %. Penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung mencakup penjualan tunai dan penjualan kredit, hasil realisasi
penjualan pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung menunjukan hasil
penjualan kredit lebih besar dan lebih meningkat dibandingkan dengan
penjualan tunai, yaitu pada tahun 2010 penjualan kredit nya sebesar Rp
118.031.254348 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 140.281.623.805 sehingga
terjadi peningkatan sebesar Rp 22.250.369.457 atau sebesar 18,85%.

Selanjutnya adapun tabel yang menunjukan kondisi piutang pada


AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung periode 2010 dan 2011 yang disajikan
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung
Daftar Piutang Per 31 Desember 2009, 2010 dan 2011

Piutang
Tahun Jumlah Penagihan Jumlah Piutang
Tertunggak
2009 Rp 9.394.825.000 Rp 7.041.349.991 Rp 277.250.000
2010 Rp28.834.685.000 Rp18.599.313.513 Rp5.844.428.480
2011 Rp19.964.985.000 Rp15.013.722.636 Rp2.271.890.860
Sumber:Daftar Piutang - Unit AR Toyota Sales Operation (AUTO 2000) Cabang Cibiru
Bandung

Pada daftar piutang AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dapat


diketahui bahwa dari tahun 2009 sampai 2010 terjadi kenaikkan pada piutang,
yaitu 2009 sebesar Rp 7.041.349.991 dan tahun 2010 sebesar
Rp18.599.313.513, kenaikkan nya sebesar Rp 11.557.963.522 atau sebesar
164,14%. Sedangkan tahun 2010 sampai dengan 2011 mengalami penurunan,
yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp 18.599.313.513 dan tahun 2011 sebesar Rp
15.013.722.636 yang berarti terjadi penurunan sebesar Rp 3.585.590.877 atau
sebesar 19,28%. Selain itu jumlah piutang yang tertunggak dari tahun 2009
sampai tahun 2010 juga mengalami kenaikkan yaitu masing-masing sebesar
Rp 277.250.000 dan Rp 5.844.428.480. Sedangkan dari tahun 2010 sampai
dengan 2011 mengalami penurunan yaitu tahun 2011 sebesar Rp
2.271.890.860, maka selisih penurunannya sebesar Rp 3.572.537.620 atau
sebesar 61,13%.
Berdasarkan data dari laporan realisasi penjualan dan daftar piutang
pada AUTO 2000 Cibiru Bandung diperoleh data-data yang akan dijadikan
sebagai bahan informasi atau bahan perhitungan analisis piutang usaha
dengan menggunakan rasio perputaran piutang (receivable turnover) dan
receivable collection period.
Adapun perhitungan rasio piutang usaha pada AUTO 2000 Cibiru
Bandung periode 2010 dan 2011 yang terdiri dari rasio perputaran piutang
(receivable turnover) dan receivable collection period.

1. Receivable Turnover (Perputaran Piutang)


Rasio perputaran piutang menunjukan seberapa kali piutang dapat
tertagih dalam satu periode. Rasio ini merupakan rasio yang mengukur
efektivitas pengelolaan piutang. Rasio perputaran piutang mengukur
beberapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama suatu
periode. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan
dalam mengelola piutangnya. Rasio ini menunjukkan berapa cepat
penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan
piutang dilakukan dengan cepat
Semakin tinggi rasio (receivable turnover) menunjukan modal
kerja yang ditanam dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio semakin
rendah terdapat over investment dalam piutang sehingga memerlukan
analisa lebih lanjut, mungkin bagian kredit dan penagihan bekerja tidak
efektif atau mungkin terdapat perubahan dalam kebijakan pemberian
kredit.
Adapun rumus dan perhitungan yang digunakan dalam menghitung
analisis rasio periode 2010 dan 2011 yaitu:

Receivable Turnover = x 1 time

Tahun 2010:

Average Receivable =

= 12.820.331.752

Receivable Turnover = x1

= 9x

Tahun 2011:

Average Receivable =

= 16.806.518.075

Receivable Turnover = x1

= 8x

2. Receivable Collection Period


Rasio ini merupakan rasio yang menunjukan periode pengumpulan
piutang usaha dalam satu periode. Rasio ini disebut juga dengan rata-rata
periode pengumpulan piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana
suatu perusahaan melihat periode pengumpulan piutang yang akan
terlihat. Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan,
rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya
perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.
Rasio ini menunjukan berapa lama perusahaan melakukan penagihan
piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik
Adapun rumus dan perhitungan yang digunakan dalam
menghitung analisis rasio periode 2010 dan 2011adalah:

Receivable collection period =

Tahun 2010:

Average Receivable =

= 12.820.331.752

Receivable Collection Period =

= 39 hari

Tahun 2011:

Average Receivable =

= 16.806.518.075

Receivable Collection Period =

= 43 hari

4.2 Interpretasi Hasil Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio Receivable


Turnover dan Receivable Collection Period AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung
4.2.1 Interpretasi Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio Receivable
Turnover (Perputaran Piutang)AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung
Berikut ini adalah perbandingan rasio perputaran piutang AUTO
2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 dan 2011 :
Tabel 4.3
Perbandingan Analisis Rasio Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Rasio Analisis Selisih


Tahun 2010 Tahun 2011
Piutang Naik/ Turun
Receivable Turnover 9x 8x 1x
Sumber : Data diolah dari laporan realisasi penjualan dan daftar piutang AUTO 2000
Cabang Cibiru Bandung

Berdasarkan tabel perbandingan diatas dapat diketahui :


Rasio receivable turnover pada AUTO 2000 cabang Cibiru Bandung pada
tahun 2010 yaitu sebesar 9 kali, dan pada tahun 2011 yaitu sebesar 8 kali,
yang menunjukan piutang dapat tertagih dalam satu periode yaitu pada
tahun 2010 sebesar 9 kali perputaran dan pada tahun 2011 sebesar 8 kali
perputaran. Rasio receivable turnover pada AUTO 2000 cabang Cibiru
Bandung pada tahun 2010 sampai dengan 2011 mengalami penurunan
sebesar 1 kali perputaran. Penurunan tersebut disebabkan karena penjualan
kredit pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami peningkatan dan piutang
usaha dari tahun 2009 sampai 2010 juga mengalami peningkatan, yaitu:
a. Pada tahun 2010 jumlah penjualan kredit pada AUTO 2000 Cabang
Cibiru Bandung meningkat menjadi Rp 118.031.254.348, sedangkan
pada tahun 2011 naik menjadi Rp 140.281.623.805, sehingga mengalami
kenaikan sebesar Rp 22.250.369.457 atau sebesar 18,85%. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kinerja AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung dalam melakukan strategi pemasaran produknya untuk
memenuhi target penjualan yang telah ditetapkan, dan pelayanannya
yang bagus dan juga terdapat beberapa kelebihan dari AUTO 2000
sehingga dapat menarik perhatian konsumen, yaitu :
1) Pelayanan AUTO 2000 yang baik dengan memberi kemudahan
kepada konsumen, diantaranya kemudahan mendapatkan informasi,
dengan menyediakan berbagai sumber, mulai dari kantor cabang,
pameran, situs web, telpon, hingga call center dan lain-lain,
kemudahan pembelian bagi konsumen dengan menyediakan
berbagai fasilitas termasuk tukar tambah, proses kredit dan asuransi,
kemudahan layanan purna jual dengan memberikan servis bengkel
yang lengkap dan terpadu, maka konsumen pun tidak ragu untuk
membeli kendaraan, sehingga permintaan konsumen dalam membeli
kendaraan secara kredit pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung
semakin meningkat, yaitu pada tahun 2010 sebesar 637 unit dan
tahun 2011 meningkat menjadi 744 unit.
2) AUTO 2000 menyediakan 16 jenis mobil baru merk Toyota dengan
berbagai type dan harga yang sesuai dengan kualitas produk yang
diberikan oleh AUTO 2000.
3) AUTO 2000 memberikan rasa aman dan nyaman kepada konsumen
dalam memiliki Toyota baru, untuk memberikan ketenangan bagi
konsumen saat berkendara, AUTO 2000 bekerjasama dengan
Asuransi Astra Buana atau Garda Oto dan Toyota Insurance yang
menyediakan layanan asuransi bagi kendaraan Toyota. Konsumen
akan mendapat kemudahan dalam proses klaim, mendapatkan
kualitas perbaikan dan hasil pengerjaan sesuai standard bengkel
resmi Toyota serta memperoleh garansi hasil pengerjaan bengkel
resmi Toyota.
4) Dalam penjualan kredit AUTO 2000 Cabang Cibiru telah bekerja
sama dengan leasing ACC (Astra Credit Company) dan TAFS
(Toyota Astra Financial Service), yang menyediakan program kredit
yang dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Di AUTO 2000 konsumen juga dapat mengatur sendiri besarnya DP
dan angsuran sesuai dengan kemampuan keuangannya.

b. Pada tahun 2009 piutang usaha AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung
yaitu sebesar Rp 7.041.349.991 sedangkan pada tahun 2010 naik menjadi
Rp18.599.313.513, sehingga selisih kenaikkannya sebesar Rp
11.557.963522 atau sebesar 164,14%. Hal ini terjadi karena penjualan
pada tahun 2010 sangat meningkat menjadi Rp 118.031.254.348,
sehingga mempengaruhi besarnya piutang usaha.

4.2.2 Interpretasi Analisis Piutang Usaha Berdasarkan Rasio Receivable


Collection Period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung
Berikut ini adalah perbandingan rasio receivable collection period
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2010 sampai dengan 2011:

Tabel 4.4
Perbandingan Analisis Rasio Receivable Collection Period
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung

Rasio Analisis Selisih


Tahun 2010 Tahun 2011
Piutang Naik/ Turun
Receivable collection
39 hari 43 hari 4 hari
period
Sumber : Data diolah dari laporan realisasi penjualan dan daftar piutang AUTO 2000
Cabang Cibiru Bandung

Berdasarkan tabel perbandingan diatas dapat diketahui:


Rasio receivable collection period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung pada tahun 2010 sebesar 39 hari dan pada tahun 2011 sebesar 43
hari, menunjukan periode pengumpulan piutang usaha atau lamanya AUTO
2000 Cabang Cibiru Bandung melakukan penagihan piutang dalam satu
periode, yaitu tahun 2010 sebanyak 39 hari dan tahun 2011 sebanyak 43
hari. Rasio receivable collection period pada AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung pada tahun 2010 sampai dengan 2011 mengalami kenaikkan
sebanyak 4 hari. Kenaikkan periode pengumpulan piutang dikarenakan oleh
meningkatnya piutang usaha pada tahun 2009 sampai tahun 2010, namun
pada tahun 2011 menngalami penurunan, yaitu:
a. Pada tahun 2009 piutang usaha sebesar Rp 7.041.349.991 sedangkan
pada tahun 2010 naik menjadi Rp18.599.313.513, yaitu selisihnya
sebesar Rp 11.557.963.522 atau sebesar 164,14%. Hal tersebut sangat
mempengaruhi tingkat piutang rata-rata pada 2010 dan periode
pengumpulan piutang usaha dari tahun 2010 sampai 2011 menjadi
kurang efisien. Peningkatan piutang usaha di tahun 2010 disebabkan
karena penjualan secara kredit semakin meningkat dan banyaknya
konsumen yang menunggak pembayaran angsuran.
b. Piutang usaha AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung pada tahun 2011
mengalami penurunan, yaitu menjadi Rp 15.013.722.636, sehingga
selisih penurunanya sebesar Rp 3.585.590.877 atau sebesar 19,28%. Hal
ini disebabkan karena:
1) Di tahun 2011 semakin menurunnya konsumen yang menunggak
pembayaran angsuran dan pembayaran uang muka yang dilakukan
secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan
dan disepakati dalam tabel penentuan janji pembayaran dan rencana
penyerahan barang.
2) Meningkatnya kinerja AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dalam
melakukan penagihan uang muka yang belum dilunasi. Bentuk
penagihan yang dilakukan yaitu dengan mengirim faktur penjualan
kepada konsumen.
3) Dalam memutuskan pemberian kredit kepada konsumen, AUTO
2000 menjadi lebih selektif dalam menentukan persetujuan kredit
dengan melakukan evaluasi terhadap konsumen, sehingga konsumen
yang dapat membeli kendaraan hanya konsumen yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Evalusi yang dilakukan
diantaranya:
a) Melakukan survey dengan mendatangi tempat tinggal dan
lingkungan dan bertemu langsung dengan konsumen.
b) Melakukan wawancara dengan konsumen untuk memperoleh
gambaran lebih mendalam tentang konsumen melalui informasi
yang diperoleh langsung dari yang bersangkutan sehingga dapat
mendapatkan informasi yang lengkap tentang permohonan kredit.
c) Menganalisa sikap konsumen selama wawancara, dan
menganalisa kemudahan dalam memberikan data-data dan
informasi.
d) Melakukan konfirmasi ke tempat bekerja atau tempat usaha
konsumen.
e) Menganalisa sumber penghasilan konsumen apakah telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan membandingkan
berapa % angsuran dengan penghasilan bersih konsumen.
Setelah dilakukan evaluasi dan survey, maka selanjutnya adalah
melakukan validasi dan verifikasi. Validasi dilakukan untuk
memastikan bahwa dokumen persyaratan kredit yang diserahkan sah
dan berlaku, selanjutnya verifikasi dilakukan untuk menguji
kebenaran data dan informasi atas aplikasi yang diajukan oleh
konsumen. Hal ini diterapkan oleh AUTO 2000 Cabang Cibiru
Bandung untuk menghindari timbulnya piutang tak tertagih.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian perhitungan dan analisis piutang usaha pada
AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung dengan menggunakan rasio receivable
turnover dan receivable collection period yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Rasio Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
Rasio receivable turnover pada tahun 2010 sampai dengan 2011 yaitu
masing-masing 9 kali dan 8 kali, sehingga terjadi penurunan sebanyak 1
kali. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya penjualan kredit dan
meningkatnya jumlah piutang usaha dari tahun 2009 sampai 2010,
sedangkan tahun 2011 terjadi penurunan piutang usaha. Penjualan kredit
meningkat sebesar 18,85% dan piutang usaha di tahun 2010 meningkat
sebesar 164,14% dan di tahun 2010 turun sebesar 19,28%, hal ini
disebabkan karena pelayanan AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung yang
semakin baik dan selalu memberi kemudahan bagi konsumen untuk
mendapatkan informasi produk-produk yang sangat inovatif, dan sistem
teknologi informasi yang semakin baik.
2. Rasio Receivable Collection Period
Rasio receivable collection period pada tahun 2010 sampai dengan 2011
yaitu masing-masing 39 hari dan 43 hari, terjadi kenaikkan sebanyak 4
hari. Hal ini disebabkan karena banyak konsumen yang membayar
angsuran kendaraan tidak tepat waktu atau telah jatuh tempo. Namun di
tahun 2011 AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung menjadi lebih selektif
dalam menentukan persetujuan kredit, dengan melakukan evaluasi
terhadap konsumen, sehingga konsumen yang dapat membeli kendaraan
hanya konsumen yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kerja praktik dan hasil analisis yang dilakukan,
penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung, yaitu:
1. Sebaiknya AUTO 2000 Cabang Cibiru Bandung memperhatikan
penggunaan analisis rasio pada piutang usaha untuk dapat melihat
perkembangan penjualan kredit dan perkembangan piutang usaha.
2. Dalam melakukan penjualan kredit masih banyak data-data yang kurang
lengkap yang diberikan oleh konsumen, sehingga mennghambat dalam
proses pembuatan dokumen-dokumen dan banyak konsumen yang
kemampuan financial nya tidak memungkinkan dan sangat besar
kemungkinannya ditolak oleh leasing sehingga menyebabkan perusahaan
akan loss order. Hendaknya salesman lebih menegaskan lagi kepada
konsumen untuk melengkapi semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan agar mempermudah dalam proses pembuatan dokumen-
dokumen, dan hendaknya salesman lebih selektif lagi dalam mencari
konsumen terutama dalam hal financial sehingga tidak akan terjadi loss
order, dan tidak terjadi penunggakan dalam pembayaran angsuran
kendaraan dan untuk menghindari terjadinya piutang tak tertagih, karena
hal tersebut akan merugikan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto. 2005. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:


BPFE.

Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2010. Intermediate


Accounting. Thirteenth Edition. John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.

Dwi Martani et al. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku
1. Jakarta: Salemba Empat.

Irham Fahmi. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Munawir S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:


Liberty.

Sofyan Syafri Harahap. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Persada.

Susan Irawati. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka.

Warren Carl S., James M. Reeve, dan Philip E. Fees. 2005. Accounting. Edisi Dua
puluh satu. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai