PASCA PANEN
BAB
ESTIMASI HASIL PRODUKSI
I
BAB I ESTIMASI HASIL PRODUKSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran pada bab ini adalah siswa diharapkan dapat memahami
hubungan antara total biaya dengan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi
perubahan biaya (cost driver). Menghitung estimasi hasil produksi, sehingga
dapat digunakan untuk memprediksi biaya dalam rangka perencanaan kegiatan
dan penyusunan anggaran.
PETA KONSEP
Pengertian Teknik
Estimasi Hasil Menghitung Hasil
Produksi Produksi
1. Perhitungan
Pertumbuhan Ikan
2. Menghitung Nilai
Kelangsungan Hidup
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Budi daya perikanan memiliki peran penting sebagai salah satu sektor pemenuhan
kebutuhan pangan nasional, hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun. Di sisi lain budi daya perikanan memiliki tantangan
besar ke depan karena permasalahan yang terkait dengan perubahan iklim maupun
lingkungan global, serta kondisi perekonomian global dan pertumbuhan penduduk
yang semakin pesat. Oleh karenanya, untuk menjawab tantangan tersebut peran
generasi muda khususnya lulusan perikanan sangat dibutuhkan dalam memberikan
solusinya.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan aktivitas ekonomi,
sehingga menyebabkan peningkatan pada produksi barang dan jasa dalam masyarakat
serta mampu meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dalam skala nasional
pertumbuhan ekonomi menjadi bentuk kenaikan pendapatan nasional karena adanya
peningkatan produksi di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi juga menjadi salah
satu indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat juga
merupakan peningkatan hasil dari output masyarakat karena adanya peningkatan
dalam hal jumlah faktor produksi selama digunakan dalam proses produksi masyarakat
(Sukirno 2000). Todaro (2000) menambahkan pertumbuhan ekonomi secara umum
diartikan sebagai peningkatan PDRB suatu negara.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
pulau sebanyak 17.508 buah dan luas wilayah sebesar 1.904.569 km2. Indonesia
menjadi bagian dari Asia Tenggara yang terletak di garis khatulistiwa dengan diapit
oleh dua benua, yaitu benua Asia dan Australia serta dua samudera, yaitu Pasifik dan
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
daya tambak menghasilkan 333.795 ton dan budi daya di jaring apung menghasilkan
199.617 ton. Selain itu, budi daya sawah menghasilkan 33.454 ton, keramba sebanyak
2.930 ton dan budi daya laut sebanyak 1.518 ton. Pada tahun 2016, terdapat sejumlah
rumah tangga yang membudidaya ikan, yaitu sebanyak 378.056 rumah tanga. Dengan
rinciannya, yaitu tiga rumah tangga yang kegiatan budi daya perikanannya di kolam
sebanyak 254.386, di tambak sebanyak 41.198, dan di sawah 46.858. Sedangkan
yang melalukan penangkapan di perairan umum dan laut masing-masing 25.775 dan
11.620 rumah tangga.
Untuk itu, maka estimasi hasil produksi perikanan budi daya menjadi sangatlah
penting dipelajari guna menentukan keberlangsungan jenis usaha tersebut dijalankan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan:
LPH : Laju pertumbuhan harian
Bo : Bobot ikan rata-rata pada awal pemeliharaan
Bh : Bobot ikan rata-rata pada awal hari ke-h
H : Lama pemeliharaan
Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya perikanan
dan juga sangat potensial, baik wilayah perairan tawar, pantai, maupun pada
perairan laut. Sumber potensi di perairan tawar meliputi keanekaragaman
jenis atau plasma nutfah ikan dan lahan perikanan. Wilayah perairan Indonesia
memiliki luas yaitu 5,8 juta km2. Oleh karenanya, Indonesia memiliki potensi
MATERI PEMBELAJARAN
perikanan yang sangat besar. Sektor perikanan pada umumnya dibagi menjadi
dua, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budi daya. Potensi sektor
perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton per tahunnya
dengan tingkat pemanfaatan yaitu sebesar 4,4 juta ton per tahun atau sebesar
70%. Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budi daya sebesar
15,95 juta hektar (Fitrah, 2016).
Ikan adalah salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis,
yaitu memiliki ciri khas pada insang, tulang belakang, dan siripnya, serta
tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki
kemampuan bergerak dengan menggunakan siripnya untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya, sehingga ikan tidak akan tergantung dengan arus
atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata,
terdapat sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di
antara vertebrata lain. Hal tersebut karena ikan memiliki jenis atau spesies
yang terbesar yaitu sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57
ordo (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Dalam biologi perikanan, yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan
sumber daya perikanan adalah terkait hubungan panjang-berat ikan yang
merupakan salah satu informasi pelengkap, misalnya dalam penentuan
selektifitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran
layak tangkap. Pengukuran panjang-berat ikan memiliki tujuan untuk
mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau
kelompok-kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan,
kesehatan, produktifitas, dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan
gonad. Analisa hubungan panjang-berat juga dapat digunakan untuk estimasi
faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang merupakan
salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan keadaan atau
kondisi kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu (Mulfizar dkk.,
2012).
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik panjang, volume
maupun bobot dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai
pertambahan jaringan karena adanya pembelahan sel secara mitosis, yang
terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein. Persiapan media air
merupakan hal yang sangat penting terutama dalam hal pemeliharaan ikan.
Hal ini dikarenakan air adalah tempat hidup ikan, sebaiknya dipersiapkan
sedemikian rupa agar dapat menjaga kualitas airnya (Emaliana, dkk., 2010).
Pada umumnya, jika pertumbuhan bersifat positif (misal adanya
penambahan berat tubuh ikan pada waktu tertentu), di mana menunjukkan
keseimbangan energi positif dalam metabolisme. Metabolisme merupakan
penjumlahan antara anabolisme ditambah katabolisme. Pada saat
pertumbuhan, laju anabolisme akan melebihi laju katabolisme. Pada dasarnya,
faktor-faktor yang mengkontrol proses anabolik adalah sekresi hormon
pertumbuhan oleh pituitary dan hormon steroid dari gonad. Sedangkan laju
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
5) Amonia
Amonia merupakan hasil ekskresi primer ikan, namun bila ada
dalam konsentrasi yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan.
Sebagai contoh, pengukuran berat juvenil Ictalurus punctatus yang
ditempatkan pada akuarium dengan kondisi penambahan kandungan
amonia. Mekanisme penghambatan pertumbuhan olah amonia masih
belum diketahui. Pada umumnya, diketahui bahwa amonia un-ion
(NH3) di perairan lebih toksik dari pada bentuk ion amonia (NH4+)
pada konsentrasi yang sama. Proporsi dari kedua bentuk tersebut di
perairan sangat tergantung pada pH air. Pemantauan pH air merupakan
bagian yang esensial dari sistem kultur ikan air tawar. Walaupun amonia
merupakan komponen alami di perairan, pengaruhnya terhadap ikan
menjadikan amonia ini polutan yang khas dan dapat menurunkan laju
pertumbuhan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Amonia yang tak terionisasi (NH3) di air memberikan efek racun
terhadap ikan daripada bentuk yang terionisasi (NH4+) pada konsentrasi
yang sama. Ketika konsentrasi amonia naik di dalam air, maka ekskresi
amonia oleh ikan menurun, sehingga konsentrasi amonia dalam darah
dan jaringan lainnya naik. Konsentrasi amonia yang tinggi dalam air
juga memengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan mereduksi
konsentrasi ion internal. Amonia juga meningkatkan konsumsi oksigen
oleh jaringan, merusak insang, dan mereduksi kemampuan darah
membawa oksigen. Perubahan histologic terjadi dalam ginjal, limpa,
tiroid dan darah ikan yang terkena konsentrasi subletal amonia.
Kenaikan amonia meningkatkan kerentanan terhadap penyakit dan
mereduksi pertumbuhan ikan (Rahardjo, dkk., 2010).
6) Salinitas
Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh
secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses
osmoregulasi. Dengan memberikan perlakuan salinitas diharapkan
mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses
osmoregulasi pada benih gurami (O. gouramy), sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhannya. Salah satu aspek fisiologi ikan yang
dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi
cairan tubuh serta kebutuhan oksigen (Yurisma, dkk., 2013).
Salinitas juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Ikan-ikan
eurihalin menunjukkan laju pertumbuhan yang maksimum pada
salinitas 35 ppt dari pada salinitas yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Fotoperiod (panjang hari) juga mempengaruhi fenomena
pertumbuhan secara musiman. Terdapat suatu hubungan yang erat
antara pertumbuhan ikan danau Coregonus clupeaformis dan fotoperiod
musiman (Asma, dkk., 2016).
7) Kompetisi
Anak ikan yang lemah dan tidak berhasil mendapatkan makanan
akan mati, sedangkan yang kuat terus mencari makanan dan
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
kata lain ialah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran
pada waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval.
Umumnya pertambahan dalam berat jauh lebih banyak digunakan karena
mempunyai nilai praktis dari pada panjang (Mulfizar, dkk., 2012).
d. Perhitungan Laju Pertumbuhan Ikan
Menurut Agustin (2014), perhitungan pertumbuhan bobot dan panjang
tubuh ikan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
Wt = Bobot ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan di awal pemeliharaan (g)
Keterangan:
Lt = Panjang ikan di akhir pemeliharaan (cm)
Lo = Panjang ikan di awal pemeliharaan (cm)
SR = (Nt/No) x 100 %
Keterangan:
SR = Kelangsungan Hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Di mana:
SGR : Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)
Wt : Bobot Biomassa pada akhir penelitian (gram)
Wo : Bobot Biomassa pada awal penelitian (gram)
t1 : Waktu akhir penelitian (hari)
t0 : Waktu awal penelitian (hari)
MATERI PEMBELAJARAN
SR = (Nt/No) x 100 %
Keterangan:
SR : Kelulushidupan (%)
Nt : Jumlah ikan diakhir pemeliharaan
No : Jumlah ikan diawal pemeliharaan
Jika benih ikan lele (Clarias sp.) untuk pembesaran ikan ukuran konsumsi
dengan jumlah ikan yang di masukkan ke dalam kolam berjumlah 25.000 ekor
benih ukuran 5-7 cm, yang di pelihara selama 100 hari dengan ukuran ikan
5-12 ekor ikan per kilogram. Pada saat pemanenan jumlah ikan yang diperoleh
berjumlah 20.000 ekor ikan, maka nilai sintasan dari pemeliharaan ikan lele
ini yaitu 80%.
Pentingnya menghitung tingkat kelulushidupan ikan saat panen ialah,
agar mempermudah dalam memprediksi berapa persen keberhasilan dalam
budi daya ikan yang dilakukan. Selain itu, proses menghitung jumlah sintasan/
kelulushidupan ikan ini juga berkaitan dengan proses sortir yang dilakukan,
karena setelah melakukan kegiatan sortir maka akan diperoleh jumlah ikan
hidup dan jumlah ikan yang mati dalam pemeliharaan ikan.
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 5-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
1. Observasi
a. Lakukan observasi kegiatan budi daya perikanan disekitarmu!
b. Amatilah pembudidaya ikan terdekat yang sedang melakukan proses
panen ikan!
c. Buatlah laporan estimasi hasil kegiatan tersebut!