Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346007843

Analisis Prospektif Usaha Abon Ikan (Kasus: CV Aroma Food Kota Banda Aceh)

Article · September 2020


DOI: 10.15578/plgc.v1i3.9288

CITATION READS

1 869

3 authors, including:

Ernik Yuliana Mala Nurilmala


Universitas Terbuka Bogor Agricultural University
46 PUBLICATIONS   175 CITATIONS    106 PUBLICATIONS   723 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Indonesian Crayfish Research Group (ICRG) View project

Association of fish diversity in the mangrove ecosystem View project

All content following this page was uploaded by Ernik Yuliana on 27 January 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Vol.1 No.3: 123-134, September 2020

ANALISIS PROSPEKTIF USAHA ABON IKAN


(KASUS: CV AROMA FOOD KOTA BANDA ACEH)

PROSPECTIVE ANALYSIS OF FISH FLOSS BUSINESS


(CASE: CV AROMA FOOD KOTA BANDA ACEH)
1 Uyunun1,2, Ernik Yuliana2*, Mala Nurilmala3
1
UPTD Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Aceh, Jalan Tengku
Abdul Rahman No.7, Kuta Alam, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh 24415
2
Program Magister Manajemen Perikanan, Program Pascasarjana, Universitas Terbuka, Jalan Cabe
Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten 15418
3
Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University, Jl. Raya
Dramaga, Babakan, Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680

Teregistrasi I tanggal: 21 Agustus 2020; Diterima setelah perbaikan tanggal: 15 September 2020; Disetujui
terbit tanggal: 21 September 2020

ABSTRAK

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang diperlukan oleh tubuh manusia karena memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Salah satu upaya untuk mempertahankan mutu ikan tuna dan
memperpanjang daya simpannya adalah dengan mengolahnya menjadi abon ikan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan aspek
finansial usaha pengolahan abon ikan. Penelitian ini menggunakan metode survei, berlokasi di
CV Aroma Food, Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CV Aroma Food
sudah melakukan penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard
Operating Procedures (SSOP) pada pengolahan abon ikan. Ditinjau dari analisis finansial usaha,
CV Aroma Food layak untuk dijalankan, karena usaha tersebut menghasilkan keuntungan yang
signifikan (mempunyai nilai benefit cost ratio 1,55). Kandungan kadar protein abon ikan sebesar
31,14% serta kandungan air sebesar 29,76%. Bakteri Escherichia coli yang ditemukan pada abon
ikan < 3 APM/g dan angka lempeng total 2,0 x 104 koloni/g. Uji sensori memperoleh nilai 9.
Secara umum, CV Aroma Food sudah menerapkan GMP dengan baik, dan usaha layak
dilanjutkan.
Kata kunci: abon ikan, GMP, ikan tuna, sensori

ABSTRACT

Fish is one of the food needed by human body because it has a high nutritional content. One of
the efforts to maintain the quality of the tuna fish and extend its shelf life is to process it into fish
floss. This study aims to analyze the application of Good Manufacturing Practices (GMP) and
the financial aspects of the fish floss processing business. This study used a survey method,
located at CV Aroma Food, Banda Aceh. Data collection was carried out by interview and
observation. Data analysis was done descriptively. The results indicated that CV Aroma Food
has implemented Good Manufacturing Practices (GMP) and Sanitation Standard Operating
Procedures (SSOP) in fish floss processing. Judging from the business financial analysis, CV
Aroma is feasible to run due to significant profits gained (it has a benefit cost ratio value of 1.55).

Korespondensi penulis:
*Email: ernik@ecampus.ut.ac.id

DOI: http://dx.doi.org/10.15578/plgc.v1i3.9288

123
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Analisis Prospektif …… Abon Ikan (Uyunun, et al)

Protein content of fish floss 31.14%, water content 29.76%. Escherichia coli bacteria found in
fish floss <3 APM/g and total plate counts 2.0 x 104 colonies/g. The sensory test obtained a score
of 9. In general, CV Aroma Food has implemented GMP well, and efforts are worth continuing.

Keywords: GMP, fish floss, sensory, tuna fish

PENDAHULUAN Lampulo Banda Aceh mengalami


peningkatan dari 2.119 ton menjadi 2.459
Ikan merupakan salah satu bahan ton pada tahun 2016. Analisis yang
pangan yang diperlukan oleh tubuh dilakukan oleh Peng et al., (2013)
manusia. Ikan memiliki kandungan air melaporkan bahwa ikan tuna sirip kuning
72,2%, protein 21,3%, abu 2,14%, lemak mengandung kadar air 73,57%, protein
0,38% dan karbohidrat 3,97% (Deni et kasar 23,52%, lemak kasar 1,93% dan
al., 2013). Sesuai dengan salah satu kadar abu 1,54%. Ikan tuna juga
program pemerintah yaitu membantu mengandung asam amino esensial yang
meningkatkan kebutuhan protein dengan tinggi diantaranya isoleusin 4,06%,
mengkampanyekan gemar makan ikan, leusin 6,99%, lisin 8,19%, methionine
maka perlu dilakukan usaha diversifikasi 2,55%, tyrosin 3,19%, treonin 3,85%,
hasil perikanan dalam bentuk produk tryptophan 0,88%, valin 4,54% dan
olahan (Restu, 2016). Diversifikasi histidin 5,49 % berdasarkan berat kering.
pangan merupakan alternatif untuk Kegiatan usaha yang dilakukan
meningkatkan daya serap pasar, atau oleh pengolah hasil perikanan senantiasa
dengan kata lain meningkatkan harus memenuhi standar keamanan
permintaan serta menciptakan upaya pangan serta memberikan kepuasan bagi
lebih banyak bagi para pengolah hasil konsumen. Persyaratan kelayakan dasar
perikanan untuk mengembangkan keamanan pangan tidak terlepas dari
usahanya (Agustini & Swastawati, 2003). Good Manufacturing Practices (GMP)
Secara umum hasil perikanan cepat dan Sanitation Standard Operating
mengalami kemunduran mutu jika Procedures (SSOP). Prinsip dasar GMP
dibandingkan dengan bahan makanan adalah menjamin kualitas mutu yang baik
lain. Kemunduran mutu pada ikan dengan cara membuat produk dengan
tersebut disebabkan oleh adanya bakteri prosedur tertentu, mulai dari proses
pembusuk dan terjadi perubahan kimiawi penerimaan bahan baku sampai produk
pada ikan yang mati sehingga akhir Sanitation Standard Operating
menyebabkan pembusukan Procedures (SSOP) yang merupakan alat
(Kusumayanti et al., 2011). Salah satu bantu dalam penerapan Good
upaya yang dilakukan untuk Manufacturing Practices (GMP).
mempertahankan mutu ikan dan Program ini bertujuan untuk mencegah
memperpanjang daya simpannya adalah terjadinya kontaminasi secara langsung
dengan pengolahan ikan menjadi abon terhadap produk yang dihasilkan dan
ikan. Ikan tuna sirip kuning (Thunnus meningkatkan kualitas serta menjamin
albacares) adalah salah satu jenis ikan produk agar aman untuk dikonsumsi.
yang dapat dijadikan sebagai bahan baku Salah satu usaha yang bergerak
pembuatan abon ikan karena tingginya dalam bidang produk olahan abon ikan
jumlah tangkapan dan memiliki adalah CV Aroma Food yang merupakan
kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan salah satu usaha kecil dan menengah
data dari DKP Aceh (2017), jumlah (UKM) di Kota Banda Aceh. CV Aroma
produksi ikan tuna sirip kuning yang Food ini sudah memiliki Sertifikasi
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Kelayakan Pengolahan (SKP) dengan

124
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Vol.1 No.3: 123-134, September 2020

nomor 6924/11/SKP/LN/VIII/2017 yang keamanan pangan perlu dilakukan


memproduksi abon ikan. Abon ikan sehingga produk abon yang dihasilkan
adalah jenis makanan awetan yang dapat bersaing di pasaran.
terbuat dari ikan yang diberi bumbu, Penelitian ini bertujuan untuk
diolah dengan cara perebusan dan menganalisis penerapan Good
penggorengan. Produk yang dihasilkan Manufacturing Practices (GMP) dan
mempunyai bentuk lembut, rasa enak, menganalisis aspek finansial usaha CV
bau khas dan mempunyai daya awet yang Aroma Food Kota Banda Aceh dengan
relatif lama, yaitu 15 hari pada suhu indikator finansial seperti keuntungan,
kamar (Dewi et al., 2011). Seiring Benefit Cost Ratio, Break Event Point,
berjalannya waktu, pelaku bisnis melihat dan Payback Period, kandungan gizi abon
adanya prospek dan potensi pasar yang ikan, aspek mikrobiologi seperti bakteri
baik dalam menjalankan bisnis di bidang Escherichia. coli dan jumlah bakteri total
produk abon ikan, namun dalam memulai sebagai indikator mutu pada produk
suatu usaha perlu dipertimbangkan segala olahan abon ikan, aspek organoleptik
aspek mendasar dalam memulai suatu terhadap produk olahan abon ikan dengan
usaha, sehingga usaha yang dijalankan indikator kenampakan, bau, rasa dan
dapat mencapai keuntungan secara tekstur serta aspek sosial dan lingkungan
finansial. Hal lain yang penting adalah terhadap masyarakat di sekitar CV
keamanan pangan. Untuk mendapatkan Aroma Food Banda Aceh.
mutu berkualitas tinggi, pengawasan

BAHAN DAN METODE digunakan dalam pengambilan data pada


Waktu dan Tempat penelitian ini adalah: (1) panduan
wawancara, (2) catatan lapangan, (3) alat-
Penelitian dilaksanakan dalam dua alat tulis, serta (4) recorder, dan (5)
tahap, tahap pertama tanggal 10 Januari kamera. Pengumpulan data juga dilakukan
sampai dengan 10 Februari 2017 yang dengan observasi terhadap fenomena-
bertempat di CV Aroma Food Kota Banda fenomena yang tampak pada objek-objek
Aceh dan dengan menguji kandungan gizi penelitian di lapangan. Observasi yang
meliputi kadar protein dan kadar air di dilakukan berfokus pada penerapan Good
Laboratorium Balai Riset dan Manufacturing Practices (GMP) dan
Standardisasi (Baristand) Industri Banda Sanitation Standard Operating Procedures
Aceh. (SSOP) berdasarkan Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No.
Pengumpulan Data
75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman
Metode pengumpulan data Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
menggunakan teknik wawancara, (CPPOB) atau Good Manufacturing
observasi, dan dokumentasi. Narasumber Practices (GMP).
yang diwawancarai di CV Aroma Food
Pengujian Produk Abon Ikan
yaitu Direktris sekaligus pemilik
perusahaan (1 orang), bagian keuangan (2 Pengujian produk abon ikan
orang), bagian produksi (2 orang), bagian meliputi analisis proksimat (kadar air,
administrasi dan pemasaran (marketing) lemak, dan protein), uji organoleptik, dan
(2 orang) serta masyarakat setempat uji mikrobiologi. Uji organoleptik dan
sebanyak 34 responden. Peneliti mikrobiologi dilakukan di UPTD
menggunakan panduan wawancara Laboratorium Pembinaan dan Pengujian
(interview guide) yang bertujuan agar Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Banda
fokus wawancara tidak keluar dari konteks Aceh dengan panelis terlatih berjumlah
penelitian. Alat wawancara yang delapan orang. Lembar penilaian (score

125
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Analisis Prospektif …… Abon Ikan (Uyunun, et al)

sheet) pada uji organoleptik meliputi Keterangan:


penilaian terhadap penampakan, bau, rasa BEP produksi = break event point
dan tekstur dari abon ikan dengan range produksi (gram)
nilai 1 - 9 (SNI 7690.1:2013). BEP harga = break event point harga
Tahap kedua pengujian adalah (Rp/gram)
menguji kandungan gizi berupa kadar TC = total cost (Rp)
lemak bertempat di Laboratorium Balai 4) Pay Back Period (PBP)
Riset dan Standardisasi (Baristand) Analisis PBP adalah analisis
Industri Banda Aceh. Kadar lemak perbandingan usaha perlu ditampilkan
merupakan indikator yang kritis pada abon untuk mengetahui berapa lama usaha yang
ikan, karena penyebab bau tengik jika dikerjakan baru dapat mengembalikan
terjadi reaksi oksidasi, sehingga uji lanjut investasi.
difokuskan pada kadar lemak.
PBP = (Total Investasi)/Keuntungan x 1
Analisis Data tahun
Analisis data secara umum Keterangan:
dilakukan secara deskriptif. Analisis PBP = pay back period (Tahun)
finansial terdiri atas aspek berikut ini: 5) Analisis proksimat
1) Analisis Keuntungan Kandungan gizi yang diamati
Analisis keuntungan yaitu dengan meliputi kadar protein, kadar lemak dan
menghitung selisih antara penerimaan kadar air yang dilakukan pada
dengan biaya yang digunakan. Analisis laboratorium Baristand Banda Aceh.
keuntungan dihitung menggunakan rumus Jumlah sampel adalah lima, diambil secara
sebagai berikut: acak dari kemasan abon ikan seberat 100 g
yang siap dipasarkan, dengan varian rasa
Keuntungan = TR – (TFC + TVC)
yang sama. Analisis proksimat dilakukan
Keterangan:
dengan tiga kali ulangan. Kadar Protein
TR = Total Penerimaan (Rp)
dianalisis menggunakan metode Kjeldahl
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
(Takeuchi, 1988), pengukuran kadar
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
lemak pada abon ikan dilakukan
2) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) menggunakan metode Soxhlet (SNI 01-
B/C Ratio dihitung menggunakan 2891-1992). Kadar air dianalisis
rumus sebagai berikut: menggunakan metode gravimetri
B/C Ratio = (Total Penerimaan) / (Total (Takeuchi, 1988).
Biaya Tetap + Total Biaya Variabel) 6) Analisis mikrobiologi
Suatu usaha disebut layak bila B/C Uji mikrobiologi sama halnya
lebih besar dari 1 (B/C>1). Semakin tinggi dengan analisis proksimat menggunakan
nilai B/C maka tingkat keuntungan yang lima sampel dan tiga kali ulangan. Uji
diperoleh pun akan semakin tinggi. mikrobiologi yang dilakukan meliputi uji
Angka Lempeng Total (ALT) dan
3) Titik Impas atau Break Event Point Escherichia coli. Pengujian ALT
(BEP) dilakukan dengan metode uji (SNI 01-
Analisis BEP merupakan alat 2332-3:2015) dan pengujian E. coli untuk
analisis untuk mengetahui batas nilai menentukan bakteri indikator sanitasi
produksi atau volume produksi suatu (coliform dan E. coli) pada produk
usaha mencapai titik impas (tidak untung perikanan. Pengujian E. coli mengacu
dan tidak rugi). pada (BSN, 2006). Satuan untuk hasil uji
BEP Produksi = TC/(Harga Penjualan) E. coli adalah dalam angka paling
BEP Harga = TC/(Total Produksi) memungkinkan (APM)/g.
126
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Vol.1 No.3: 123-134, September 2020

7) Analisis dampak sosial biaya produksi yang dikeluakan sebesar


Analisis aspek sosial dan Rp1.000,00 maka akan diperoleh
lingkungan dilakukan secara deskriptif penerimaan sebesar Rp1.550,00. Hasil
untuk mengetahui dampak yang diberikan perhitungan tersebut sesuai dengan
atau diterima oleh masyarakat setempat pernyataan Effendi & Oktariza (2006)
mengenai suatu kegiatan usaha. yang menyatakan bahwa suatu usaha
dikatakan layak apabila BCR lebih besar
HASIL DAN BAHASAN dari 1 (BCR > 1). Oleh sebab itu, usaha
HASIL abon ikan tuna di CV Aroma Food Kota
Penerapan GMP dan SSOP Banda Aceh layak untuk dikembangkan
karena nilai Net BCR > 1.
Hasil observasi melalui wawancara Berdasarkan hasil perhitungan
tentang penerapan GMP dan SSOP di CV diperoleh nilai PBP sebesar 5,6 bulan yang
Aroma Food disajikan pada Tabel 1. diperoleh perbandingan antara nilai
Berdasarkan penjelasan pada Tabel investasi sebesar Rp10.560.000,00 dengan
1, menunjukkan bahwa CV Aroma Food keuntungan per bulan sebesar
Kota Banda Aceh sudah menerapkan Rp1.875.000,00 dikalikan dengan umur
GMP dan SSOP sesuai dengan standar investasi selama 1 tahun. Nilai PBP
kelayakan pengolahan. menunjukkan bahwa usaha produk abon
ikan tuna yang di produksi oleh CV Aroma
Aspek Finansial Food Kota Banda Aceh akan mengalami
Analisis finansial usaha abon ikan di pengembalian modal pada 5,6 bulan atau 5
CV Aroma Food Kota Banda Aceh bulan 6 hari.
didasarkan pada data dalam satu kali Uji Mikrobiologi
produksi. Dalam sebulan, produksi abon
ikan dilakukan sebanyak 10 kali. Hasil Hasil pengujian ALT pada abon ikan
analisis finansial disajikan pada Tabel 2. adalah 2,0 x 104 koloni/g. Berdasarkan
Berdasarkan data pada Tabel 2, hasil analisis E. coli didapatkan hasil < 3
biaya investasi yang dikeluarkan oleh CV APM/g. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
Aroma Food Kota Banda Aceh untuk tersebut sesuai dengan acuan Standar
membuat produk olahan abon ikan sebesar Nasional Indonesia (SNI 7690.1:2013)
Rp10.560.000,00. Biaya ini digunakan yaitu maksimal kandungan bakteri E. coli
sebagai awal dalam menjalankan usaha dalam suatu produk adalah < 3 APM/g.
abon ikan tuna hingga mencapai target Uji Organoleptik
usia ekonomi, meliputi biaya pembelian
alat-alat dan biaya penyusutan. Biaya tetap Hasil pengujian organoleptik
ini meliputi biaya listrik, telepon, gaji berdasarkan perhitungan terhadap
karyawan, dan kemasan. Total biaya tetap penilaian sensori penampakan, bau, rasa
yang dikeluarkan oleh CV Aroma Food dan tekstur, masing-masing di peroleh
yang telah dibagi masa pakai sebesar nilai 9, memenuhi persyaratan standar
Rp182.100,00 dalam sekali produksi. persyaratan mutu dan keamanan pangan
Dalam sebulan biaya tetap yang berdasarkan SNI 7690.1:2013 yaitu
dikeluarkan mencapai Rp 1.821.000,00 dengan nilai minimal 7. Produk abon ikan
karena 10 kali produksi. memiliki penampakan warna coklat
Berdasarkan perhitungan nilai BCR, spesifik jenis (kuning kecoklatan), serat
maka diperoleh nilai sebesar 1,55. Nilai homogen, sangat cemerlang. Bau spesifik
tersebut berarti bahwa usaha CV Aroma abon ikan sangat kuat, rasa spesifik abon
Food memperoleh keuntungan dalam ikan sangat terasa, tekstur kering, tidak
melakukan produksi abon. Nilai BCR menggumpal.
sebesar 1,55 mempunyai arti bahwa setiap

127
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Analisis Prospektif …… Abon Ikan (Uyunun, et al)

Tabel 1. Aspek-aspek GMP dan SSOP serta penerapannya di CV Aroma Food


Table 1. GMP and SSOP aspects and their implementation at CV Aroma Food

Aspek GMP dan SSOP Kondisi CV Aroma Food Kota Banda Aceh
Lingkungan dan sarana Lingkungan CV Aroma Food berada pada lingkungan pelabuhan Ulee
produksi Lheue kota Banda Aceh, dan sarana produksi yang lengkap untuk
produksi abon ikan.
Peralatan pengolahan Peralatan dalam keadaan bersih dan terawat dan terbuat dari bahan
yang tidak membahayakan kesehatan. Sebelum digunakan, peralatan
dicuci bersih dan dipastikan tidak ada benda asing yang berbahaya.
Hygiene karyawan Karyawan dalam kondisi sehat, tidak memiliki luka, maupun penyakit
kulit.
Penyimpanan Abon ikan tuna dikemas dan disimpan pada rak yang sudah disediakan
pada kondisi suhu ruang.
Pengemasan dan Pengemasan dilakukan menggunakan bahan yang aman berupa
pelabelan alumunium foil.
Mutu produk akhir Standar mutu produk akhir abon ikan, warna normal (kuning
kecoklatan), aroma dan rasa tidak bau amis serta tekstur yang gurih.
Daya simpan 15-25 hari.
Keamanan air proses Air bersumber dari air PDAM yang telah diuji kualitasnya dan
produksi memenuhi standar air bersih.
Kondisi kebersihan Pembersihan tempat produksi dilakukan sebelum dan sesudah proses
produksi.
Pencegahan kontaminasi Semua karyawan yang bekerja pada CV Aroma Food menggunakan
silang sarung tangan, celemek dan penutup mulut pada saat bekerja.
Kebersihan pekerja Saat bekerja, karyawan tidak melakukan aktivitas yang dapat
menyebabkan kontaminasi pada produk.
Pelabelan dan Bahan kimia disimpan pada tempat penyimpanan bahan kimia yang
penyimpanan bahan memadai dan diberi label.
kimia
Pengendalian kesehatan CV Aroma Food tidak mengizinkan karyawan yang sakit untuk
karyawan bekerja.
Pemberantasan hama Pada CV Aroma Food tidak ditemukan adanya hama.

Tabel 2. Analisis keuntungan abon ikan di CV Aroma Food per produksi


Table 2. Financial analysis of fish floss at CV Aroma Food in one production

Kriteria Hasil (Rp)


Biaya Investasi 10.560.000,00
Biaya Tetap 182.100,00
Biaya Variabel 158.400,00
Total Biaya (tetap + variabel) 340.500,00
Penerimaan 528.000,00
Keuntungan 187.500,00
B/C Ratio 1,55
BEP Harga 22.000,00
Pay Back Period 5,60

Kandungan Gizi Banda Aceh ditemukan sebesar 31,14%.


Kadar protein pada abon ikan tuna ini
1) Kadar Protein
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
Hasil pengamatan kadar protein
protein abon ikan gabus (Ophiocephalus
abon ikan tuna di CV Aroma Food Kota
128
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Vol.1 No.3: 123-134, September 2020

striatus) hasil penelitian Sulthoniyah et al, Zuhra et al., (2012) yang menyatakan
(2013) yaitu 8,51% dan abon ikan gabus bahwa meningkatnya kandungan lemak
yang disubtitusi sukun sebesar 19,8% dengan suhu pengeringan yang tinggi
(Dara & Arlinda, 2017). Namun kadar dapat disebabkan oleh penurunan
protein abon pada CV Aroma Food lebih kandungan air sehingga presentase
rendah dibandingkan dengan hasil kandungan lemak dalam produk olahan
penelitian Sahara et al. (2018) pada abon meningkat.
ikan cakalang dari hasil pengawetan 3) Kadar Air
berbeda sebesar 36,21% dan protein abon Hasil pengujian kadar air yang
ikan karandang dengan penambahan ditemukan pada produk olahan abon ikan
kelapa parut sebesar 43,1% (Restu, 2016). pada CV Aroma Food Kota Banda Aceh
Namun demikian, kadar protein abon ikan sebesar 29,76%. Kadar air ini lebih tinggi
tuna ini tersebut sudah memenuhi dibandingkan dengan kandungan kadar air
persyaratan SNI 7690.1:2013 yaitu pada abon ikan karandang yaitu 10,3%
dengan kandungan protein minimal 30%. (Restu, 2016), kadar air pada abon ikan
2) Kadar Lemak cakalang yaitu 2,40% (Sahara et al., 2018)
Berdasarkan hasil pengamatan dan kandungan air pada abon ikan gabus
menunjukkan bahwa nilai kadar lemak yaitu 5,32% (Sulthoniyah et al., 2013)
yang diperoleh pada produk abon ikan serta kandungan air pada abon ikan gabus
tuna sebesar 2,49%. Kadar lemak abon yang disubtitusi sukun yaitu 14,8% (Dara
ikan tuna yang diperoleh lebih tinggi & Arlinda, 2017) Berdasarkan SNI
dibandingkan dengan kadar lemak pada 7690.1:2013 kandungan air yang
abon ikan gabus yaitu 1,97% (Sulthoniyah dipersyaratkan dalam abon ikan maksimal
et al., 2013). Namun, kadar lemak ini lebih 15%.
rendah dibandingkan dengan kadar lemak Aspek Sosial dan Lingkungan
abon ikan karandang yaitu 17,1% (Restu,
2016) dan kadar lemak pada abon ikan Hasil analisis terhadap aspek sosial
cakalang dari proses pengawetan yang dan lingkungan pada CV Aroma Food
berbeda yaitu 21,17% (Sahara et al., Kota Banda Aceh disajikan pada
2018). Berdasarkan SNI 01-3707-1995 Gambar 1.
bahwa kadar lemak abon ikan maksimal Berdasarkan hasil analisis aspek
30%. Lemak merupakan zat makanan sosial dan lingkungan (Gambar 1)
penting yang sangat diperlukan tubuh menunjukkan bahwa usaha abon ikan tuna
sebagai sumber energi. Disamping itu, pada CV Aroma Food Kota Banda Aceh
kandungan kadar lemak ditemukan hampir memberikan dampak positif, baik
pada semua bahan pangan dengan terhadap pengusaha maupun masyarakat
kosentrasi berbeda-beda. sekitar. Bagi pengusaha itu sendiri, abon
Kandungan kadar lemak pada abon ikan tuna dapat meningkatkan pendapat
ikan tuna CV Aroma Food jauh lebih karena usaha abon ikan tuna ini
rendah dibandingkan dengan beberapa merupakan peluang bisnis yang
penelitian lainnya. Hal ini disebabkan oleh menguntungkan. Selain itu, dengan
banyaknya kadar air yang ditemukan pada beroperasinya usaha abon ikan akan
produk tersebut. Rahayu et al., (1992) membantu penyerapan tenaga kerja bagi
menyatakan bahwa kandungan kadar masyarakat sekitar sehingga dapat
lemak pada ikan berbanding terbalik membantu peningkatan pendapatan dan
dengan jumlah kadar air. Ikan yang kesejahteraan masyarakat. Dampak
mempunyai kandungan lemak tinggi lingkungan terhadap masyarakat sekitar
umumnya memiliki kandungan air berkaitan dengan analisis potensi limbah
cenderung lebih rendah (Riansyah et al., yang dihasilkan dari kegiatan produksi.
2013). Hal ini didukung oleh penelitian

129
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Analisis Prospektif …… Abon Ikan (Uyunun, et al)

25

20
Responden 15
Tidak baik
Biasa saja
10
Kurang Baik
5 Baik
0 Sangat Baik
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
Pertanyaan

Gambar 1. Hasil analisis aspek sosial dan lingkungan (Keterangan: P1 = penyediaan fasilitas sosial;
P2 = keterlibatan masyarakat; P3 = masyarakat pendatang; P4 = manfaat keberadaan CV Aroma Food;
P5 = peran CV Aroma Food di masyarakat; P6 = hubungan CV Aroma Food dengan masyarakat; P7 =
peningkatan ekonomi masyarakat; P8 = masa depan CV Aroma Food; P9 = pandangan umum
masyarakat; P10 = dampak sosial dan lingkungan)
Figure 1. Analysis results of social and environmental aspect (Information: P1 = provision of social
facilities; P2 = community involvement; P3 = immigrant community; P4 = benefits of CV Aroma Food;
P5 = role of CV Aroma Food in society; P6 = relationship between CV Aroma Food and society; P7 =
improvement of community economy ; P8 = future of CV Aroma Food; P9 = general opinion from
society; P10 = social and environmental impacts)

BAHASAN untuk abon ikan adalah tidak melebihi dari


5 x 104 koloni/g atau 50.000 koloni/g.
CV Aroma Food yang memproduksi Hasil uji ALT lebih rendah
abon ikan tuna telah menerapkan GMP dibandingkan dengan hasil uji ALT pada
dalam proses produksinya. Penerapan abon ikan tuna pada Balai Besar Pengawas
GMP dalam suatu industri makanan Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta
sangat penting, karena akan menjadi dengan hasil uji sebesar 4,0 x 105 koloni/g
jaminan bahwa produk industri tersebut (Nugraheni, 2010). Hasil pengujian ALT
layak dan amakn dikonsumsi. tersebut berada di bawah standar
Abon ikan di CV Aroma Food maksimal persyaratan mutu (SNI 01-
mempunyai nilai ALT yang rendah (2,0 x 2332-3:2015) dan keamanan pangan abon
104 koloni/g), karena bahan baku ikan ikan yang diperbolehkan dalam suatu
tuna dalam kondisi segar sehingga tidak produk, sehingga abon ikan CV Aroma
terjadi kontaminasi ketika pengolahan Food aman di konsumsi.
produk abon ikan. Selain itu, sanitasi dan Hasil pengujian E. coli abon ikan
hygiene benar-benar diperhatikan tuna pada CV Aroma Food yang didapat
sehingga produk abon yang diproduksi masih di bawah standar persyaratan mutu
memiliki kualitas yang baik. Dengan dan keamanan pangan abon ikan yang
demikian, abon ikan tuna pada CV Aroma diperbolehkan dalam suatu produk oleh
Food Kota Banda Aceh layak dikonsumsi karenanya abon ikan CV Aroma Food
sesuai dengan ketentuan persyaratan mutu aman di konsumsi. Standar sanitasi bahan
dan keamanan pangan Standar Nasional makanan baik makanan segar maupun
Indonesia. Persyaratan Angka Lempeng olahan yang berasal dari ikan seperti abon
Total (ALT) berdasarkan SNI ikan harus terbebas dari cemaran bakteri
7690.1:2013 menyatakan bahwa coliform dan E. coli. Bakteri E. coli
persyaratan Angka Lempeng Total (ALT) merupakan anggota flora normal usus
130
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Vol.1 No.3: 123-134, September 2020

yang berperan dalam mensintesa vitamin rasa dapat dipengaruhi oleh pemanasan
K, konversi pigmen-pigmen empedu, atau pengolahan yang dilakukan sehingga
asam-asam empedu dan penyerapan zat- mengakibatkan degradasi penyusun cita
zat makanan (Suardana et al., 2016). rasa dan sifat fisik dari bahan makanan.
Bakteri E. coli termasuk jenis bakteri Pemanasan yang dilakukan pada saat
heterotrof yang mendapatkan makanan proses pengolahan dapat mempertahankan
dari lingkungannya karena tidak dapat mutu ikan, perbaikan terhadap cita rasa
mensintesa makanan sendiri (Kabiru et al., dan tekstur, nilai gizi serta daya cerna.
2015). Bakteri E. coli menjadi patogen Selain itu, cita rasa pada abon ikan sangat
apabila jumlahnya dalam saluran dipengaruhi oleh bumbu atau rempah-
pencernaan meningkat atau berada diluar rempah yang ditambahkan ketika
usus, karena bakteri E. coli menghasilkan pengolahan. Penambahan bumbu tersebut
toksin yang dikenal dengan enterotoksin dapat menutupi bau atau rasa alami dari
yang menyebabkan beberapa kasus diare. ikan. Rasa juga dipengaruhi oleh beberapa
Berdasarkan hasil uji organoleptik, faktor lain yaitu senyawa kimia, suhu,
abon ikan CV Aroma Food memenuhi konsentrasi dan interaksi dengan
standar persyaratan mutu. Warna atau komponen rasa yang lain (Winarno,
penampakan merupakan parameter 1997).
organoleptik yang paling utama dalam Tekstur merupakan salah satu
penyajian. Warna ini menentukan parameter penting dalam pengujian
persepsi konsumen terhadap suatu bahan organoleptik yang dirasakan melalui kulit
pangan. Warna pada produk pangan maupun indera pengecap (Mustar, 2013).
mempunyai beberapa fungsi antara lain Hal ini dikarenakan tekstur abon memiliki
sebagai indikator kematangan terutama perbedaan dengan produk perikanan
pada produk pangan segar dan sebagai lainnya yaitu memiliki serat-serat yang
indikator kesempurnaan proses lembut. Dari hasil pengamatan
pengolahan pangan dan indikator akhir menunjukkan bahwa tekstur abon ikan
kematangan produk pangan (Sahara et.al., tuna dengan nilai 9. Tingginya nilai
2018; Maskur, 2018; Fajriyati, 2012). tersebut diduga bahwa tekstur abon yang
Aroma atau bau sangat menentukan diproduksi lembut dan tidak kering karena
tingkat penerimaan panelis dari suatu masih tinggi kandungan air sehingga
produk. Aroma akan meningkatkan selera indera pengecap panelis dapat merasakan
konsumen, aroma tersebut ditangkap oleh teksturnya yang mudah ditelan.
indra penciuman melalui saluran yang Pembuatan abon yang dilakukan dengan
menghubungkan antara mulut dan hidung. proses penyangraian membuat kulit terluar
Rasa merupakan faktor yang dari bahan akan mengkerut sebagai
menentukan cita rasa makanan. Rasa pengaruh dari dehidrasi selama proses
adalah sesuatu yang diterima oleh lidah pengeringan berlangsung dan akan
dengan cecapan dibagi empat cecapan membentuk pori-pori dibagian dalam
utama yaitu rasa manis, rasa pahit, rasa bahan pangan yang ditinggalkan oleh air
asam dan rasa asin serta ada tambahan yang diuapkan. Berdasarkan hasil
respon jika dilakukan modifikasi (Zuhra, pengamatan organoleptik pada produk
2006). Berdasarkan hasil pengamatan uji abon ikan tuna dari parameter warna,
organoleptik rasa pada abon ikan tuna aroma, rasa dan tekstur, maka dapat
memiliki nilai 9. Artinya rasa produk abon disimpulkan bahwa abon tersebut diterima
ikan tuna diterima oleh panelis. Rasa abon oleh panelis.
ini dipengaruhi oleh cita rasa dari bumbu- Tingginya kadar protein pada
bumbu yang digunakan serta proses produk makanan menjadi pertimbangan
pengolahan sehingga menutupi bau amis tersendiri bagi manusia untuk
dari ikan. Menurut Herliani (2008), cita mengkonsumsi makanan tersebut, karena

131
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Analisis Prospektif …… Abon Ikan (Uyunun, et al)

protein merupakan salah satu nutrien yang Sanitation Standard Operating


dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi Procedures (SSOP) pada pengolahan abon
untuk membangun jaringan tubuh yang ikan. Ditinjau dari analisis finansial usaha,
rusak serta sebagai zat pengatur tumbuh CV. Aroma Food Kota Banda Aceh layak
(Darwis et al., 2015). Selain itu, ikan tuna untuk dijalankan. Produk abon ikan juga
juga mengandung asam amino essensial. mempunyai kandungan gizi yang sesuai
Asam amino ini tidak dapat disintesa oleh dengan standar mutu yang ditetapkan
tubuh sehingga perlu disuplai dari dalam SNI. Hasil uji mikrobilogi juga
makanan. Salah satu jenis asam amino memenuhi standar mutu yang
esensial yang tinggi pada ikan tuna adalah dipersayaratkan (SNI 7690.1:2013). Uji
jenis lysin 8,19%. Asam amino tersebut organoleptik terhadap kenampakan, bau,
berfungsi membantu penyerapan kalsium, rasa dan tekstur masing-masing memiliki
pertumbuhan tulang serta pembentukan nilai 9 (sembilan), artinya produk abon
kolagen. ikan pada CV. Aroma Food dapat diterima
Hasil pengamatan kandungan air oleh panelis, dengan demikian dapat juga
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan diterima cita rasanya oleh masyarakat.
penelitian lain dan jumlah kandungan air Aspek sosial dan lingkungan pada produk
tersebut belum sesuai dengan Standar abon ikan tuna CV. Aroma Food Kota
Nasional Indonesia. Tingginya kandungan Banda Aceh memberikan dampak positif
air pada produk ini disebabkan oleh proses baik terhadap pemilik usaha maupun
pengolahan abon dengan cara masyarakat sekitar.
penyangraian. Kadar air dalam makanan DAFTAR PUSTAKA
merupakan salah satu indikator
persyaratan mutu dan keawetan masa Agustini, T. W., & Swastawati, F. (2003).
simpan. Semakin rendah kandungan air Pemanfaatan Hasil Perikanan
dalam produk, maka semakin lama daya sebagai Produk Bernilai Tambah
simpan produk yang dihasilkan karena (value-added) dalam Upaya
dapat menghambat aktivitas
Penganekaragaman Pangan
mikroorganisme. Pengurangan kadar air
pada abon ikan tuna ini dapat dikurangi [Utilization of Fishery Products
dengan menambah waktu with Added Value to Support Food
spiner/pengepresan. Diversification]. Jurnal Teknologi
Unit kegiatan usaha pengolahan dan Industri Pangan, XIV (1), 74-
abon ikan tidak menghasilkan limbah 81.
berbahaya, baik terhadap masyarakat Bawole, C. S. F., Mentang, F., & Dien, H.
maupun lingkungan sekitarnya. Limbah
(2017). Penerapan Pengasapan Cair
yang dihasilkan dari produksi abon ikan
tuna hanya air kotor sisa pembersihan. Air pada Pengolahan Abon Roa
tersebut dibuang melalui saluran air yang (Hemirhamphus sp.) dan Pampis
sudah disediakan. Air tersebut tidak Cakalang Produk yang Dikemas
mengandung zat-zat kimia yang Modified Atmospheric Packaging
membahayakan. (MAP). Jurnal Media Teknologi
Hasil Perikanan, 5(1), 102–106.
SIMPULAN
Dara, W., & Arlinda. (2017). Mutu
Dari penelitian yang dilakukan pada Organoleptik dan Kimia Abon Ikan
CV. Aroma Food Kota Banda Aceh dapat Gabus (Channa striata) yang
disimpulkan bahwa CV Aroma Food Kota
Banda Aceh sudah menerapkan Good Disubstitusi Sukun (Artocarpus
Manufacturing Practices (GMP) dan altilis). Jurnal Katalisator, 2(2), 61–
66.
132
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Vol.1 No.3: 123-134, September 2020

Darwis, D., Edison, N., & Sari, I. (2015). Bandeng (Chanos Chanos) Kaleng.
Studi Penerimaan Konsumen Jurnal Airaha, VII (1), 17-29.
terhadap Abon Ikan Lele Dumbo Mustar. (2013). Studi Pembuatan Abon
(Clarias gariepinus) Asap dengan Ikan Gabus (Ophiocephalus
Metode Pengasapan Berbeda. striatus) sebagai Makanan
Berkala Perikanan Terubuk, 44(1), Suplemen (Food Suplement).
69-78. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Deni, S., Hardjito, L., & Salamah, E. Universitas Hasanuddin. Makassar.
(2007). Pemanfaatan Daging Ikan Nugraheni, R. (2010). Laporan Magang di
Tuna sebagai Kerupuk Kamplang Bagian Pengujian Mikrobiologi
dan Karakterisasi Produk yang Balai Besar Pengawas Obat Dan
Dihasilkan. Jurnal Ilmiah Agribisnis Makanan (BBPOM). Laporan
dan Perikanan, 6(2), 6-14. Akhir. Program Studi Teknologi
Dewi, E.N., Ibrahim, R., & Yuaniva, N. Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
(2011). Daya Simpan Abon Ikan Universitas Sebelas Maret.
Nila Merah (Oreochromis niloticus Surakarta.
Trewavas) yang Diproses dengan Peng, S., Chen, C., Shi, Z., & Wang, L.
Metoda Penggorengan Berbeda. (2013). Amino Acid and Fatty Acid
Jurnal Saintek Perikanan, 6(1), 6- Composition of the Muscle Tissue
12. of Yellowfin Tuna (Thunnus
Fajriyati. (2012). Warna Bahan Makanan. albacares) and Bigeye Tuna
Politeknik Negeri Ujung Pandang, (Thunnus obesus). Journal of Food
Makassar. and Nutrition Research, 1(4), 42–
Herliani, L. (2008). Teknologi 45.
Pengawetan Pangan. Alfabeta. Rahayu, W.P., Ma'oen, S., Suliantari, &
Bandung. Fardiaz, S. (1992). Teknologi
Kabiru, L. M., Bello, M., Kabir, J., Fermentasi Produk Perikanan.
Grande, L., & Morabito, S. (2015). Bogor: PAU Pangan dan Gizi.
Detection of Pathogenic Escherichia Restu. (2016). Pengolahan Abon Ikan
coli In Samples Collected At An Karandang (Channa
Abattoir In Zaria, Nigeria and at pleurophthalmus) dengan
Different Points In The Surrounding Penambahan Kelapa Parut. Ilmu
Environment. International Journal Hewani Tropika, 5(1), 22–26.
of Environmental Research and Riansyah, A., Supriadi, A., & Nopianti, R.
Public Health, 12 (1), 679–691. (2013). Pengarun Perbedaan Suhu
Kusumayanti, H., Astuti, W., & Broto, W. dan Waktu Pengeringan terhadap
(2011). Inovasi Pembuatan Abon Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
Ikan sebagai Salah Satu Teknologi (Trichogaster pectoralis) dengan
Pengawetan Ikan. Gema Teknologi, Menggunakan Oven. Fishtech, 2 (1),
16 (3), 119–121. 53-68.
Maskur, M. (2018). Pengaruh Waktu dan Sahara, R., Isamu, K. T., & Ibrahim, M. N.
Suhu Sterilisasi terhadap (2018). Komposisi Gizi Abon Ikan
Kandungan Proksimat Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

133
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan
Analisis Prospektif …… Abon Ikan (Uyunun, et al)

dari Proses Pengawetan yang 30–35.


Berbeda. JFP, 1(1), 8–16. Sulthoniyah, S. T. M., Sulistiyati, T. D., &
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. Suprayitno, E. (2013). Pengaruh
(1992). SNI. 01-2891-1992 Cara Suhu Pengukusan terhadap
Uji Makanan dan Minuman. Jakarta: Kandungan Gizi dan Organoleptik
Badan Standardisasi Nasional. Abon Ikan Gabus (Ophiocephalus
________________. (2006). SNI. 01- striatus). THPi Student Journal, 1
2331.1-2006 Cara Uji Mikrobiologi (1): 33–45.
Bagian 1: Penentuan coliform dan Takeuchi, T. (1988). Laboratory work,
Escherichia coli pada Produk chemical evaluation of dietary
Perikanan. Jakarta: Badan nutrition. P 179-229. In: Watanabe T
Standardisasi Nasional. (ed). Fish mutrition and maricultur.
________________. (2013). SNI. Tokyo (JP): Kanagawa International
7690.1:2013 Abon Ikan – Bagian 1: Fisheries Training Center.
Spesifikasi. Jakarta: Badan Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan
Standardisasi Nasional. Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Suardana, I. W., Putri, P. J. R. A., & Jakarta.
Besung, I. N. K. (2016). Isolasi dan Zuhra, Sofyana, & Erlina, C. (2012).
Identifikasi Escherichia coli O157 : Pengaruh Kondisi Operasi Alat
H7 pada Feses Sapi di Kecamatan Pengering Semprot Terhadap
Kualitas Susu Bubuk Jagung.
Petang, Kabupaten Badung-bali.
Rekayasa Kimia dan Lingkungan,
Buletin Veteriner Udayana, 8(1), 9(1), 36-44.

134
Copyright © 2020, PELAGICUS: Jurnal IPTEK Terapan Perikanan dan Kelautan

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai