Oleh :
Artikel Ilmiah Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
Abstrak
Fillet kakap merah adalah salah satu produk perikanan yang memiliki nilai
jual yang tinggi, tetapi mudah mengalami kemunduran mutu. Konsistensi mutu
produk yang dihasilkan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan konsumen, oleh
karena itu perlu dilakukan pengendalian mutu. Salah satu solusi untuk
menganalisis permasalahan tersebut yaitu dengan metode PDCA, dimana
Perencanaan (Plan) melakukan pengamatan di unit pengolahan ikan dimulai dari
awal pemeriksaan ikan sampai produk akhir. Perbaikan (Do) yang dilakukan
adalah pengetatan pada saat pembelian ikan, penetapan alur proses dan ketelitian
pada saat proses pengemasan. Pemeriksaan (Check) memeriksa kembali mutu
fillet kakap merah. Standarisasi (Action) membuat standar yang tetap untuk sistem
pemeriksaan ikan disaat pembelian ikan, dan waktu proses produksi di dalam unit
pengolahan ikan (SOP di unit pengolahan ikan).
Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan pada tanggal 23 Januari
sampai 18 Februari 2017. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini di PT
Bahari Biru Nusantara ini terletak di Jalan Deandles, Desa Sedayulawas,
Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Tujuan praktek kerja lapang ini
untuk mengetahui dan mampu menerapkan proses produksi dengan benar di PT
Bahari Biru Nusantara. Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif
observatif. Metode deskriptif observatif yaitu metode kerja dalam suatu
pemecahan masalah dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan dan
menjelaskan situasi dan kondisi obyek pengamatan berdasarkan pengamatan dan
fakta yang terjadi di lapangan.
Kata Kunci : Fillet ikan kakap merah, mutu, metode plan do check action, PT
Bahari Biru Nusantara
Abstract
Fillet of red snapper fishery products is one that has a marketable value,
but prone to degradation of quality. Fishery processing industry that wants to
survive must be able to produce good quality products according to customer
needs. The consistency of the product quality should be in accordance with the
demands of consumers, therefore it is necessary to control the quality. One
solution to the problem by analyzing the PDCA method, wherein Planning (Plan)
observed in fish processing units starting from the initial inspection of the fish to
the final product. Improvements (Do) does is tightening at the time of the
purchase of fish, the determination process flow and accuracy during the
packaging process. Inspection (Check) check the quality of the red snapper fillet.
Standardisation (Action) make a fixed standard for fish inspection system when
the purchase of fish, and the time of the production process in the fish processing
units (SOP at the unit of fish processing).
The purpose of this Praktek Kerja Lapang (PKL) to know and be able to
apply correctly the production process in PT Bahari Biru Nusantara. The working
method used is descriptive observational method. Descriptive observational
method is the method of working in a problem-solving manner describe, illustrate
and explain the situation and the condition of the object of observation is based on
observations and facts on the ground.
Primary data collection is done by observation, active participation and
interviews. Secondary data retrieval is done by means of literature. PT Bahari
Biru Nusantara is one of the companies that were able to be competitive and able
to perform the production process correctly, view of the increasing number of
product distribution.
Key word : Fillet Red Snappers ( Lutjanus spp), Quality, Plan Do Check Action
method, PT Bahari Biru Nusantara.
PENDAHULUAN
Ikan merupakan bahan baku pangan yang memiliki kandungan gizi yang
tinggi, tetapi mudah mengalami kemunduran mutu. Salah satu cara untuk
mempertahankan mutu yaitu melalui proses pengolahan dalam bentuk fillet. Salah
satu ikan yang dapat diolah menjadi fillet adalah ikan kakap merah. Ikan kakap
merah merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan
permintaan pasar semakin meningkat. Kakap merah (Lutjanus sp.) merupakan
komoditas ekspor dengan harga rata-rata tertinggi pada tahun 2014 di PPN
Brondong yaitu Rp. 55.558 dan produksi ikan kakap merah pada tahun 2014
meningkat sebanyak 29.994 kg dari tahun 2013 (Giamurti, 2015).
Penyebab dari kemunduran mutu pada ikan diakibatkan adanya perubahan
biologis dan kimiawi. Industri pangan khususnya pengolahan perikanan yang
ingin bertahan harus dapat menghasilkan produk yang bermutu dan sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Konsistensi mutu produk yang dihasilkan harus sesuai
dengan tuntutan kebutuhan konsumen dan perlu dilakukan pengendalian mutu.
Mutu memerlukan suatu perbaikan yang berkelanjutan (Continous Improvement
Product) (Prasetyawati, 2014).
Penerapan keamanan pangan perlu dilakukan oleh industri untuk
memenuhi standar kesehatan, serta dapat mengurangi risiko buruk pada
konsumen. Jaminan mutu dan kualitas dapat mendorong perusahaan untuk
bersaing dan meningkatkan pendapatan (income) ataupun devisa negara (Saragih,
2013) dalam Devi dkk (2016).
Salah satu indikator utama dalam menilai kemampuan bersaing suatu perusahaan
adalah dengan melakukan pengukuran produktivitas (Rahmadhani, 2011).
PT Bahari Biru Nusantara merupakan perusahaan eksportir fillet ikan
kakap merah yang terletak di daerah Brondong Kabupaten Lamongan.
Permasalahan yang sering terjadi adalah banyaknya produk yang mengalami
kemunduran mutu sehingga dapat merugikan perusahaan. Penurunan kualitas ikan
yang dapat menimbulkan efek terhadap harga ikan yang telah disepakati pada saat
awal perjanjian (PT Bahari Biru Nusantara, 2017).
PELAKSANAAN
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) Praktek Kerja Lapang ini
dilaksanakan di PT Bahari Biru Nusantara ini terletak di Jalan Deandles, Desa
Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Kegiatan Praktek
_
Kerja Lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 23 Januari 18 Februari 2017.
Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder.
Sortasi I
Ikan kakap merah dilakukan grading (pemisahan berdasarkan mutu secara
organoleptik) dan Sizing (berdasarkan ukuran). Ikan yang diletakkan dalam meja
sortasi tetap terjaga rantai dinginnya dengan menggunakan es flake sebanyak 2
keranjang, sehingga ikan suhu ikan tidak mengalami kenaikan.
Pembuangan sisik (Scalling)
Proses pembuangan sisik dilakukan diatas meja yang terbuat dari stanless
steel dilakukan secara manual menggunakan alat pengerik sisik bergerigi yang
terbuat dari besi tahan karat. Kerusakan fisik pada tubuh ikan dan sisik ikan yang
masih menempel. Sisik yang masih menempel pada fillet kakap merah dapat
mempengaruh kualitas produk, karena mikroba dapat hidup dan menyebabkan
pembusukkan pada ikan (Hadiwiyoto, 1993) dalam Vatria (2010).
Pembuatan Fillet Lutjanus spp (Filleting)
Pemotongan fillet ini dilakukan secara hati-hati dan teliti agar daging yang
diambil sesuai dengan rendemen yang sesuai. Proses fillet dilakukan dengan
memisahkan daging dan kulit (Skin-on) dari tulang, kepala, ekor dan organ
viseral. Tahapan penyiangan, dilakukan pembuangan isi perut, sisik dan insang,
karena merupakan sumber kontaminasi bakteri yang dapat mempercepat proses
pembusukkan pada bahan baku, (Hadiwiyoto, 1993) dalam vatria (2010).
Perapihan daging (Trimming)
Proses trimming terdiri dari cabut duri dan penghilangan daging gelap dan
belly (daging yang lebih pada bagian bawah perut ikan). Titik kritis permasalahan
pada tahap ini yaitu jika masih terdapat daging gelap (Belly), karena mengandung
kadar histamin pada daging dan memperlambat proses kemunduran mutu, karena
mengandung lemak jenuh yang dapat mengakibatkan kolesterol (Wolmarans et al.
1991) dalam Mentari (2011).
Penimbangan II
Fillet kakap merah ditimbang satu per-satu menggunakan timbangan
digital, kemudian dipisahkan sesuai ukuran fillet ikan kakap merah menurut data
Pencucian III
Pencucian III dilakukan untuk menghilangkan kotoran serta menghilangkan
sisa-sisa duri dan sisik yang masih menempel pada fillet ikan. Pencucian ini
dilakukan dengan cara membasuh fillet ikan dengan air es yang saniter. Pencucian
dilakukan dengan cara menggunakan air bersih dan dingin. Pencucian harus
dilakukan dengan cepat, cermat, dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal
50C (SNI, 2013).
Penyusunan dalam pan (Layering)
Fillet ikan kakap merah yang telah ditiriskan, ditata rapi diatas pan besar
yang terbuat dari plastik dan ditutup dengan rapi menggunakan plastik polyetilen
yang bertujuan agar tidak terjadi dehidrasi, serta fillet ikan tidak menempel satu
sama lain selama pembekuan.
Pembekuan (Freezing)
Fillet ikan kakap merah dibekukan menggunakan mesin pembeku contact
plate freezer (CPF) dan dibekukan dengan suhu -38oC – (- 40oC) selama 6 jam
hingga suhu pusat fillet -18oC. Freezing yang dilakukan pada daging hanya
memakan waktu yang singkat, dan hampir 75% cairan jaringan yang terdapat di
dalamnya akan membeku pada suhu -5°C (Puspitasari, 2012).
Pengecekan logam (Metal detector)
Fillet ikan yang telah dilakukan pembekuan, dilakukan pengecekan logam
menggunakan metal detector. Cara pengecekan yang dilakukan yaitu fillet ikan
dilewatkan pada conveyor. Fillet ikan yang mengandung logam, metal detector
menyala dan fillet akan berhenti pada conveyor. Sensitivitas metal detector yang
digunakan yaitu minimal memiliki ukuran 1,5 mm Fe (besi) dan untuk suspensi
2,5 mm.
Penimbangan III
Proses penimbangan ini dilakukan untuk mengetahui berat produk setelah
.mengalami pembekuan. Menurut Devi (2016), Ikan yang telah mengalami proses
penyimpanan dan pembekuan dapat menyebabkan berat ikan menyusut hingga
2%.
Pelapisan es (Glazing)
Proses glazing dilakukan dengan cara fillet kakap merah dicelupkan ke
dalam air yang terdapat dalam meja glazing. Titik kritis dalam permasalahan
proses ini yaitu jika suhu air glazing, pergantian air, standar mutu air dan lama
proses glazing. Suhu air glazing yang digunakan adalah kurang dari 3oC dengan
penggantian air glazing dilakukan 1 jam sekali. Produk hasil glazing memiliki
penampakan yang menarik.
Penimbangan IV
Penimbangan yang dilakukan pada proses ini digunakan untuk mengukur
berat fillet setelah di glazing. Proses penimbangan ini dilakukan secara tepat dan
teliti, agar sesuai dengan keinginan perusahaaan.
Pengemasan dan pelabelan
Pengemasan fillet kakap merah beku menggunakan tiga macam kemasan
yaitu Kemasan primer berupa plastik vacum yang berbahan polyetilene, kemasan
sekunder berupa inner carton dan kemasan tersier berupa master carton. Titik
kritis pada proses pengemasan dan pelabelan ini yaitu jika ada kesalahan proses
vacum, ketidaksesuaian pelabelan dan penataan fillet yang kurang rapi.
Penyimpanan dalam Cold storage
Penyimpanan dalam cold storage menggunakan sistem FIFO (First – In-
First- Out) dan master carton diletakkan sesuai dengan jenis potongan dan spesies
diatas pallete, sehingga tidak berhubungan langsung dengan lantai. Penentuan
titik kritis dalam tahap ini yaitu jika terjadi ketidaksesuaian suhu dan
ketidaksesuaian pengeluaran produk dari cold storage.
Loading
Titik permasalahan yang terdapat pada proses loading adalah
ketidaksesuaian suhu ruang container. Proses loading dilakukan dari pengambilan
master carton dari cold storage ke dalam container atau truck refrigerator yang
dilengkapi sistim pendingin. Ruang penyimpanan produk di dalam Truck
Refrigerator harus memiliki suhu -160C, untuk mengoptimalkan suhu, maka
container harus di charger terlebih dahulu sampai suhu mencapai -160C.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyawati, Meri dan Saputro, N. F. A. 2014. Analisis Kualitas Ikan Tuna Segar
dengan Metode PDCA di PT Madidihang Freshindo, Jakarta, Jurusan
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta. pp.
1-6
Puspitasari, S. 2012. Pengawetan Suhu Rendah Pada Ikan Dan Daging. Makalah
Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2006. Spesifikasi Fillet Kakap Beku. SNI 01-
2696.1-2006. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Vatria, B. 2010. Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos chanos) Tanpa Duri. Jurnal
Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa.