Anda di halaman 1dari 13

IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS MUTU FILLET IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus spp)


DENGAN METODE PDCA (Plan Do Check Action)
DI PT BAHARI BIRU NUSANTARA

ARTIKEL ILMIAH PRAKTEK KERJA LAPANG


PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :

VEROSA LEGITA FIRDAUSY


SIDOARJO – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS MUTU FILLET IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus spp)


DENGAN METODE PDCA (Plan Do Check Action)
DI PT BAHARI BIRU NUSANTARA

Artikel Ilmiah Praktek Kerja Lapang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

VEROSA LEGITA FIRDAUSY


NIM: 141411131116

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS MUTU FILLET IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus spp)


DENGAN METODE PDCA (Plan Do Check Action)
DI PT BAHARI BIRU NUSANTARA

Verosa Legita Firdausy dan Eka Saputra. 2014. 13 hal.

Abstrak

Fillet kakap merah adalah salah satu produk perikanan yang memiliki nilai
jual yang tinggi, tetapi mudah mengalami kemunduran mutu. Konsistensi mutu
produk yang dihasilkan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan konsumen, oleh
karena itu perlu dilakukan pengendalian mutu. Salah satu solusi untuk
menganalisis permasalahan tersebut yaitu dengan metode PDCA, dimana
Perencanaan (Plan) melakukan pengamatan di unit pengolahan ikan dimulai dari
awal pemeriksaan ikan sampai produk akhir. Perbaikan (Do) yang dilakukan
adalah pengetatan pada saat pembelian ikan, penetapan alur proses dan ketelitian
pada saat proses pengemasan. Pemeriksaan (Check) memeriksa kembali mutu
fillet kakap merah. Standarisasi (Action) membuat standar yang tetap untuk sistem
pemeriksaan ikan disaat pembelian ikan, dan waktu proses produksi di dalam unit
pengolahan ikan (SOP di unit pengolahan ikan).
Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan pada tanggal 23 Januari
sampai 18 Februari 2017. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini di PT
Bahari Biru Nusantara ini terletak di Jalan Deandles, Desa Sedayulawas,
Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Tujuan praktek kerja lapang ini
untuk mengetahui dan mampu menerapkan proses produksi dengan benar di PT
Bahari Biru Nusantara. Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif
observatif. Metode deskriptif observatif yaitu metode kerja dalam suatu
pemecahan masalah dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan dan
menjelaskan situasi dan kondisi obyek pengamatan berdasarkan pengamatan dan
fakta yang terjadi di lapangan.

Kata Kunci : Fillet ikan kakap merah, mutu, metode plan do check action, PT
Bahari Biru Nusantara

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Quality Analysis of Red Snappers fillet


(Lutjanus spp) Using PDCA Method (Plan Do Check Action)
at PT Bahari Biru Nusantara

Verosa Legita Firdausy dan Eka Saputra. 2014. 13 p.

Abstract

Fillet of red snapper fishery products is one that has a marketable value,
but prone to degradation of quality. Fishery processing industry that wants to
survive must be able to produce good quality products according to customer
needs. The consistency of the product quality should be in accordance with the
demands of consumers, therefore it is necessary to control the quality. One
solution to the problem by analyzing the PDCA method, wherein Planning (Plan)
observed in fish processing units starting from the initial inspection of the fish to
the final product. Improvements (Do) does is tightening at the time of the
purchase of fish, the determination process flow and accuracy during the
packaging process. Inspection (Check) check the quality of the red snapper fillet.
Standardisation (Action) make a fixed standard for fish inspection system when
the purchase of fish, and the time of the production process in the fish processing
units (SOP at the unit of fish processing).
The purpose of this Praktek Kerja Lapang (PKL) to know and be able to
apply correctly the production process in PT Bahari Biru Nusantara. The working
method used is descriptive observational method. Descriptive observational
method is the method of working in a problem-solving manner describe, illustrate
and explain the situation and the condition of the object of observation is based on
observations and facts on the ground.
Primary data collection is done by observation, active participation and
interviews. Secondary data retrieval is done by means of literature. PT Bahari
Biru Nusantara is one of the companies that were able to be competitive and able
to perform the production process correctly, view of the increasing number of
product distribution.
Key word : Fillet Red Snappers ( Lutjanus spp), Quality, Plan Do Check Action
method, PT Bahari Biru Nusantara.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENDAHULUAN
Ikan merupakan bahan baku pangan yang memiliki kandungan gizi yang
tinggi, tetapi mudah mengalami kemunduran mutu. Salah satu cara untuk
mempertahankan mutu yaitu melalui proses pengolahan dalam bentuk fillet. Salah
satu ikan yang dapat diolah menjadi fillet adalah ikan kakap merah. Ikan kakap
merah merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan
permintaan pasar semakin meningkat. Kakap merah (Lutjanus sp.) merupakan
komoditas ekspor dengan harga rata-rata tertinggi pada tahun 2014 di PPN
Brondong yaitu Rp. 55.558 dan produksi ikan kakap merah pada tahun 2014
meningkat sebanyak 29.994 kg dari tahun 2013 (Giamurti, 2015).
Penyebab dari kemunduran mutu pada ikan diakibatkan adanya perubahan
biologis dan kimiawi. Industri pangan khususnya pengolahan perikanan yang
ingin bertahan harus dapat menghasilkan produk yang bermutu dan sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Konsistensi mutu produk yang dihasilkan harus sesuai
dengan tuntutan kebutuhan konsumen dan perlu dilakukan pengendalian mutu.
Mutu memerlukan suatu perbaikan yang berkelanjutan (Continous Improvement
Product) (Prasetyawati, 2014).
Penerapan keamanan pangan perlu dilakukan oleh industri untuk
memenuhi standar kesehatan, serta dapat mengurangi risiko buruk pada
konsumen. Jaminan mutu dan kualitas dapat mendorong perusahaan untuk
bersaing dan meningkatkan pendapatan (income) ataupun devisa negara (Saragih,
2013) dalam Devi dkk (2016).
Salah satu indikator utama dalam menilai kemampuan bersaing suatu perusahaan
adalah dengan melakukan pengukuran produktivitas (Rahmadhani, 2011).
PT Bahari Biru Nusantara merupakan perusahaan eksportir fillet ikan
kakap merah yang terletak di daerah Brondong Kabupaten Lamongan.
Permasalahan yang sering terjadi adalah banyaknya produk yang mengalami
kemunduran mutu sehingga dapat merugikan perusahaan. Penurunan kualitas ikan
yang dapat menimbulkan efek terhadap harga ikan yang telah disepakati pada saat
awal perjanjian (PT Bahari Biru Nusantara, 2017).

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Salah satu solusi untuk menganalisis permasalahan tersebut yaitu dengan


metode PDCA, dimana Perencanaan (Plan) melakukan pengamatan di unit
pengolahan ikan dimulai dari awal pemeriksaan ikan sampai produk akhir.
Perbaikan (Do) yang dilakukan adalah pengetatan pada saat pembelian ikan,
penetapan alur proses dan ketelitian saat proses pengemasan. Pemeriksaan
(Check) memeriksa kembali mutu fillet kakap merah. Standarisasi (Action)
membuat standar yang tetap untuk sistem pemeriksaan ikan disaat pembelian ikan,
dan waktu proses produksi di dalam unit pengolahan ikan (SOP diunit pengolahan
ikan).
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah (1)
Melakukan perbaikan mutu fillet Ikan Kakap merah dengan Metode PDCA (Plan
Do Check Action), (2) Mengetahui berbagai hambatan dan kendala teknis selama
penanganan fillet ikan kakap merah.
Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai
berikut: Praktek kerja lapang ini diharapkan mampu mengukur mutu fillet Ikan
kakap merah Lutjanus spp menggunakan metode PDCA (Plan Do Check Action),
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan menambah wawasan mengenai
teknik penanganan fillet ikan kakap merah, mampu mengatasi berbagai bentuk
hambatan dan kendala teknis dalam proses produksi fillet ikan kakap merah, serta
untuk memadukan teori yang diperoleh dengan kenyataan yang ada di lapangan,
sehingga dapat memahami dan mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan.

PELAKSANAAN
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) Praktek Kerja Lapang ini
dilaksanakan di PT Bahari Biru Nusantara ini terletak di Jalan Deandles, Desa
Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Kegiatan Praktek
_
Kerja Lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 23 Januari 18 Februari 2017.
Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HASIL DAN PEMBAHASAN


PT Bahari Biru Nusantara adalah industri pengolahan dan pembekuan
hasil perikanan tangkap, yang didirikan di Lamongan pada tanggal 25 Maret 2009.
Lokasi PT Bahari Biru Nusantara terletak di Jalan Deandles, Desa Sedayulawas,
Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan. Letak perusahaan cukup strategis
karena terletak ± 5 KM kearah barat dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Brondong, Lamongan, Jawa Timur sehingga dekat dengan sumber bahan baku.
Perusahaan ini memiliki fasilitas yang memadai serta memiliki persediaan air
yang cukup.
Perusahaan ini memiliki fasilitas yang memadai serta memiliki persediaan
air yang cukup Industri Pengolahan dan Pembekuan Ikan ini memiliki kegiatan
mengawetkan ikan segar dengan proses pembekuan (Cold Storage). Kondisi
pengembangan produk perikanan masih mempunyai peluang dan potensi karena
merupakan industri yang memanfaatkan bahan baku utama yang keberadannya
melimpah di dalam negeri serta produk yang dihasilkan mempunyai mutu yang
mampu bersaing di pasar dalam negeri maupun pasar internasional dengan
penanganan dan pengolahannya yang tepat. PT Bahari Biru Nusantara juga telah
tersertifikasi GMP dan HACCP.

Tahap Perencanaan (Plan)


Tahapan yang digunakan untuk menentukan alur produksi dan
permasalahan yang terdapat dalam proses produksi untuk mencapai kualitas dan
mutu yang sesuai. Berikut merupakan penentuan titik kritis permasalahan pada
setiap proses produksi fillet kakap merah (Lutjanus spp) :
Pengadaan bahan baku
Titik kritis permasalahan pada tahap penerimaan bahan baku yaitu jika
suhu bahan baku yang diterima memiliki suhu dibawah 50C, bahan baku tidak
memenuhi uji organoleptik serta terdekomposisi juga kontaminasi silang.
Pencucian I
Titik kritis permasalahan pada proses pencucian I yaitu jika hasil treatement
air masih mengandung bakteri sehingga dapat mempengaruhi mutu produk.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sortasi I
Ikan kakap merah dilakukan grading (pemisahan berdasarkan mutu secara
organoleptik) dan Sizing (berdasarkan ukuran). Ikan yang diletakkan dalam meja
sortasi tetap terjaga rantai dinginnya dengan menggunakan es flake sebanyak 2
keranjang, sehingga ikan suhu ikan tidak mengalami kenaikan.
Pembuangan sisik (Scalling)
Proses pembuangan sisik dilakukan diatas meja yang terbuat dari stanless
steel dilakukan secara manual menggunakan alat pengerik sisik bergerigi yang
terbuat dari besi tahan karat. Kerusakan fisik pada tubuh ikan dan sisik ikan yang
masih menempel. Sisik yang masih menempel pada fillet kakap merah dapat
mempengaruh kualitas produk, karena mikroba dapat hidup dan menyebabkan
pembusukkan pada ikan (Hadiwiyoto, 1993) dalam Vatria (2010).
Pembuatan Fillet Lutjanus spp (Filleting)
Pemotongan fillet ini dilakukan secara hati-hati dan teliti agar daging yang
diambil sesuai dengan rendemen yang sesuai. Proses fillet dilakukan dengan
memisahkan daging dan kulit (Skin-on) dari tulang, kepala, ekor dan organ
viseral. Tahapan penyiangan, dilakukan pembuangan isi perut, sisik dan insang,
karena merupakan sumber kontaminasi bakteri yang dapat mempercepat proses
pembusukkan pada bahan baku, (Hadiwiyoto, 1993) dalam vatria (2010).
Perapihan daging (Trimming)
Proses trimming terdiri dari cabut duri dan penghilangan daging gelap dan
belly (daging yang lebih pada bagian bawah perut ikan). Titik kritis permasalahan
pada tahap ini yaitu jika masih terdapat daging gelap (Belly), karena mengandung
kadar histamin pada daging dan memperlambat proses kemunduran mutu, karena
mengandung lemak jenuh yang dapat mengakibatkan kolesterol (Wolmarans et al.
1991) dalam Mentari (2011).
Penimbangan II
Fillet kakap merah ditimbang satu per-satu menggunakan timbangan

digital, kemudian dipisahkan sesuai ukuran fillet ikan kakap merah menurut data

di PT. Bahari Biru Nusantara.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pencucian III
Pencucian III dilakukan untuk menghilangkan kotoran serta menghilangkan
sisa-sisa duri dan sisik yang masih menempel pada fillet ikan. Pencucian ini
dilakukan dengan cara membasuh fillet ikan dengan air es yang saniter. Pencucian
dilakukan dengan cara menggunakan air bersih dan dingin. Pencucian harus
dilakukan dengan cepat, cermat, dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal
50C (SNI, 2013).
Penyusunan dalam pan (Layering)
Fillet ikan kakap merah yang telah ditiriskan, ditata rapi diatas pan besar
yang terbuat dari plastik dan ditutup dengan rapi menggunakan plastik polyetilen
yang bertujuan agar tidak terjadi dehidrasi, serta fillet ikan tidak menempel satu
sama lain selama pembekuan.
Pembekuan (Freezing)
Fillet ikan kakap merah dibekukan menggunakan mesin pembeku contact
plate freezer (CPF) dan dibekukan dengan suhu -38oC – (- 40oC) selama 6 jam
hingga suhu pusat fillet -18oC. Freezing yang dilakukan pada daging hanya
memakan waktu yang singkat, dan hampir 75% cairan jaringan yang terdapat di
dalamnya akan membeku pada suhu -5°C (Puspitasari, 2012).
Pengecekan logam (Metal detector)
Fillet ikan yang telah dilakukan pembekuan, dilakukan pengecekan logam
menggunakan metal detector. Cara pengecekan yang dilakukan yaitu fillet ikan
dilewatkan pada conveyor. Fillet ikan yang mengandung logam, metal detector
menyala dan fillet akan berhenti pada conveyor. Sensitivitas metal detector yang
digunakan yaitu minimal memiliki ukuran 1,5 mm Fe (besi) dan untuk suspensi
2,5 mm.
Penimbangan III
Proses penimbangan ini dilakukan untuk mengetahui berat produk setelah
.mengalami pembekuan. Menurut Devi (2016), Ikan yang telah mengalami proses
penyimpanan dan pembekuan dapat menyebabkan berat ikan menyusut hingga
2%.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pelapisan es (Glazing)
Proses glazing dilakukan dengan cara fillet kakap merah dicelupkan ke
dalam air yang terdapat dalam meja glazing. Titik kritis dalam permasalahan
proses ini yaitu jika suhu air glazing, pergantian air, standar mutu air dan lama
proses glazing. Suhu air glazing yang digunakan adalah kurang dari 3oC dengan
penggantian air glazing dilakukan 1 jam sekali. Produk hasil glazing memiliki
penampakan yang menarik.
Penimbangan IV
Penimbangan yang dilakukan pada proses ini digunakan untuk mengukur
berat fillet setelah di glazing. Proses penimbangan ini dilakukan secara tepat dan
teliti, agar sesuai dengan keinginan perusahaaan.
Pengemasan dan pelabelan
Pengemasan fillet kakap merah beku menggunakan tiga macam kemasan
yaitu Kemasan primer berupa plastik vacum yang berbahan polyetilene, kemasan
sekunder berupa inner carton dan kemasan tersier berupa master carton. Titik
kritis pada proses pengemasan dan pelabelan ini yaitu jika ada kesalahan proses
vacum, ketidaksesuaian pelabelan dan penataan fillet yang kurang rapi.
Penyimpanan dalam Cold storage
Penyimpanan dalam cold storage menggunakan sistem FIFO (First – In-
First- Out) dan master carton diletakkan sesuai dengan jenis potongan dan spesies
diatas pallete, sehingga tidak berhubungan langsung dengan lantai. Penentuan
titik kritis dalam tahap ini yaitu jika terjadi ketidaksesuaian suhu dan
ketidaksesuaian pengeluaran produk dari cold storage.
Loading
Titik permasalahan yang terdapat pada proses loading adalah
ketidaksesuaian suhu ruang container. Proses loading dilakukan dari pengambilan
master carton dari cold storage ke dalam container atau truck refrigerator yang
dilengkapi sistim pendingin. Ruang penyimpanan produk di dalam Truck
Refrigerator harus memiliki suhu -160C, untuk mengoptimalkan suhu, maka
container harus di charger terlebih dahulu sampai suhu mencapai -160C.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tahap perbaikan (Do)

Tahap perbaikan merupakan salah satu pencapaian target untuk


meminimalisasi permasalahan yang ada. Pengadaan perbaikan ini dapat dilakukan
dengan cara menetapkan target kinerja agar dapat mencapai manajemen kualitas
yang diharapkan. Tahapan produksi dari penerimaan bahan baku hingga proses
loading, diharapkan dilakukan secara tepat sesuai prosedur, teliti, mengutamakan
ketrampilan tenaga kerja pada proses filleting dan kesadaran tenaga kerja dalam
melakukan kegiatan sesuai dengan proporsi yang ditentukan oleh perusahaan.

Tahap pengontrolan (Check)

Tahap pengontrolan adalah tahap untuk memastikan perbedaan dan


membandingkan dengan hasil tahap perbaikan (Do) yang telah dilakukan untuk
mencapai perencanaan (Plan) yang diharapkan (Chandrakanth, 2016). Tahap
pengontrolan yang sudah selesai dan semuanya telah berjalan dengan baik sesuai
dengan standar yang ditetapkan dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga dari tahap
check, bisa langsung dilanjutkan ke tahap action, dimana di tahap ini tidak
dilakukan sebuah perbaikan mutu melainkan sebuah inovasi baru yaitu
pengembangan standarisasi.

Tahap standarisasi (Action)

Salah satu cara untuk pengendalian kualitas dengan cara memenuhi


standar GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Sanitation Standart
Operational Procedure) dan terdapat SOP yang sesuai dengan langkah-langkah
perbaikan. Tata cara SOP (Standar Operational Practices) sebaiknya tertulis dan
tertempel pada dinding ruang produksi. Standar yang telah ditentukan bukan
sesuatu yang standar yang tetap, terkadang terjadi perubahan tergantung
permintaan buyer.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Berdasarkan titik permasalahan dan target kinerja yang diterapkan melalui
metode PDCA (Plan Do Check Action), dapat ditarik kesimpulan yaitu
perlunya perbaikan secara berkelanjutan oleh tenaga kerja untuk
mengawasi setiap alur proses, bahan baku, bahan penunjang, dan
peralatan.
2. Ketepatan, ketelitian dan kesadaran tenaga kerja di PT Bahari Biru
Nusantara terhadap penanganan produk fillet merupakan salah satu faktor
keberhasilan yang dapat meminimalisasi jumlah penurunan mutu produk,
serta mengurangi kerugian perusahaan
Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang mutu fillet kakap merah
2. Perlunya pengecekan suhu secara rutin agar produk fillet yang dihasilkan tidak
mudah mengalami kemunduran mutu.

DAFTAR PUSTAKA

Chandrakanth, K. A. 2016. Paper on Plan Do Check Action (PDCA) Improving


Quality Throught Agile Accountability. Tektronix Engineering
Development India.

Devi, K. P. Trisna., I. Ketut. S., dan N. W. P. Artini. 2016. Analisis Pengendalian


Mutu pada Pengolahan Ikan Pelagis Beku di PT Perikanan Nusantara
(Persero), Cabang Benoa Bali. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 5(1):
hal 2. ISSN: 2301-6523.

Giamurti, A. S. R., Aziz. N. B., dan Aristi, D. P. F. 2015. Analisis Pemasaran


Hasil Tangkapan Kakap Merah (Lutjanus Sp.) Di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology, 4 (4) pp. 8-17.

Mentari, D. P. 2011. Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Tuna Loin


(Thunnus Sp.) Menggunakan Metode Six Sigma. Skripsi. Departemen
Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F


IR–PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Prasetyawati, Meri dan Saputro, N. F. A. 2014. Analisis Kualitas Ikan Tuna Segar
dengan Metode PDCA di PT Madidihang Freshindo, Jakarta, Jurusan
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta. pp.
1-6

Puspitasari, S. 2012. Pengawetan Suhu Rendah Pada Ikan Dan Daging. Makalah
Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2006. Spesifikasi Fillet Kakap Beku. SNI 01-
2696.1-2006. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Vatria, B. 2010. Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos chanos) Tanpa Duri. Jurnal
Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa.

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MUTU FILLET… VEROSA LEGITA F

Anda mungkin juga menyukai