MIKHA KRISTIANI
i
i
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Linawati, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
i
ii
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik lapangan
yang berjudul “Penyusunan dan Evaluasi Rancangan Hazard Analysis and Critical
Control Point (HACCP) pada Pembekuan Steak Patin di PT Central Pertiwi Bahari,
Surabaya, Jawa Timur”. Praktik lapangan ini telah dilaksanakan pada 13 Agustus
hingga 01 September 2018. Praktik lapangan ini dilaksanakan di PT Central Pertiwi
Bahari. Praktik lapangan ini juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana Teknologi Hasil Perairan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan segala bimbingan dan pengarahan sehingga praktik lapangan ini dapat
berjalan dengan baik, antara lain kepada:
1 Prof Dr Ir Linawati, MS, sebagai dosen pembimbing akademik atas
motivasi, saran, dan bimbingannya.
2 PT Central Pertiwi Bahari yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
praktik lapangan ini.
3 Dr Eng Uju, SPi MSi, sebagai Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
4 Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS, sebagai Ketua Komisi Pendidikan
Departemen Teknologi Hasil Perairan.
5 Staff administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan yang telah
membantu dalam pelaksanaan praktik lapangan.
6 Keluarga dan teman-teman yang senantiasa memberi doa dan dukungan
selama pelaksanaan praktik lapangan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam praktik lapangan ini,
sehingga dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
semuanya. Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Mikha Kristiani
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
METODOLOGI 2
Waktu dan Tempat 2
Regulasi Standar 2
Metode Praktik Lapangan 2
KEADAAN UMUM UPI 4
PENERAPAN KELAYAKAN DASAR 5
Penerapan Sanitation Standard Operation Procesures (SSOP) 5
Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) 13
PENYUSUNAN HACCP PLAN 18
Pembentukan Tim HACCP 18
Deskripsi Produk 20
Penyusunan Diagram Alir Proses Produksi 22
Verifikasi Diagram Alir Proses Produksi 22
Analisis Potensi Bahaya 22
Identifikasi Titik Kendali Kritis (TKK) 23
Penentuan Batas Kritis 24
Penetapan Prosedur Monitoring 24
Penetapan Tindakan Koreksi 24
Penetapan Prosedur Verifikasi 25
Prosedur Pencatatan dan Pemantauan 25
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 25
Kesimpulan 25
Rekomendasi 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
i
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
2
Tujuan
METODOLOGI
Regulasi Standar
Penyusunan Hazard
Penilaian/evaluasi penerapan
Analysis Critical Control
kelayakan dasar.
Point (HACCP).
3
4
Keamanan hasil perikanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah hasil dan produk perikanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia serta menjamin bahwa hasil dan produk perikanan tidak membahayakan
konsumen. Keamanan hasil perikanan ini akan tercapai dengan menerapkan sanitasi
dan higiene yang baik dan benar. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit
dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan
dengan rantai perpindahan penyakit. Higiene merupakan upaya dan persyaratan
yang diperlukan untuk mengendalikan bahaya dan memastikan aman bagi
konsumsi manusia bila dikonsumsi sesuai tujuan penggunaan. Hal penting yang
harus diperhatikan untuk melakukan sanitasi dan higiene adalah penerapan GMP
dan SSOP yang merupakan persyaratan kelayakan dasar. Penerapan sanitasi dan
higiene dapat dilihat pada Lampiran 5.
Komitmen Manajemen
Manajemen pada suatu perusahaan harus bernilai baik untuk menghasilkan
mutu produk yang baik. Manajer dan supervisor harus memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai prinsip dan praktik higiene pangan (BSN 2011). Tujuan dari
mengetahui prinsip tersebut agar dapat menilai potensi resiko, mengambil tindakan
pencegahan dan korektif yang tepat, serta memastikan pemantauan dan pengawasan
yang efektif telah dilakukan. PT Central Pertiwi Bahari telah menerapkan dan
memiliki manajemen yang kuat untuk menerapkan persyaratan dasar seperti
memiliki dokumen dan memiliki tim mutu.
5
6
Lingkungan
Lokasi Unit Pengolahan Ikan (UPI) harus dibangun di lokasi yang tidak
tercemar dan menjamin tersedianya ikan yang bermutu baik serta dapat diakses
untuk melakukan pengendalian mutu dan keamanan oleh otoritas kompeten.
Tempat produksi seharusnya tidak berada di daerah yang mudah tergenang air atau
daerah banjir, bebas dari semak-semak atau serangan hama, jauh dari tempat
pembuangan sampah umum, limbah atau pemukiman penduduk kumuh, tempat
rongsokan dan tempat-tempat lain yang mencemari. Jalan menuju lokasi ini harus
tidak menimbulkan debu atau genangan air, dipasang batu atau paving block dan
dibuat saluran air yang mudah dibersihkan (PERMEN-PER 2010). PT Central
Pertiwi Bahari berada pada kawasan industri rungkut Surabaya yaitu Surabaya
Industrial Estate Rungkut (SIER). Letak perusahaan ini tidak dekat dengan
pemukiman dan bebas dari semak-semak. Lokasi ini memiliki sistem drainase yang
baik sehingga tidak pernah terjadi banjir. Lingkungan UPI seperti jalan menuju UPI
dan jalan-jalan yang dilalui kendaraan telah terpasang paving block.
Bangunan
Bangunan UPI harus mempunyai ruang kerja yang cukup untuk melakukan
kegiatan dengan kondisi higienis, harus mampu menghindari kontaminasi terhadap
hasil perikanan dan terpisah antara ruang penanganan hasil perikanan yang bersih
dan ruang penanganan hasil perikanan yang bersih dan ruang penanganan yang
kotor. Bangunan harus dirancang dan ditata dengan kontruksi sedemikian rupa
untuk mendukung proses pengolahan secara saniter, cepat, dan tepat. Bangunan
harus mampu melindungi produk dari binatang pengganggu dan potensi
kontaminasi lainnya. Perusahaan ini memiliki bangunan dengan ruang kerja yang
cukup dan kondisi higienis. Tata letak ruang produksi ikan sudah dirancang untuk
melakukan proses produksi yang efektif dan efisien (KEPMEN-KP 2013). PT
Central Pertiwi Bahari telah memenuhi syarat bangunan. Tata letak ruang produksi
produk lain bersentuhan langsung dengan produksi ikan seperti produk lain yang
akan dikemas harus melalui ruang produksi ikan lalu sampai di area packing,
sehingga tidak efisien. Hal ini dapat menimbulkan kontaminasi silang. Ruang
produksi mudah dibersihkan, sehingga dapat melindungi produk dari kontaminasi.
Ruang produksi juga terdapat pest control untuk mencegah gangguan binatang-
binatang yang dapat mengkontaminasi produk. Pest control selalu diperiksa satu
kali dalam satu minggu. Pest control dilakukan oleh Terminix. Dokumentasi area
bangunan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Lantai suatu UPI harus memiliki kontruksi kemiringan yang cukup, kedap air,
mudah dibersihkan dan disanitasi, serta dirancang sedemikian rupa sehingga
memudahkan pembuangan air. Lantai pada ruang produksi terbuat dari semen dan
kedap air (KEPMEN-KP 2013). Lantai dengan dinding seharusnya tidak
membenuk sudut mati atau sudut siku-siku yang dapat menahan air atau kotoran
tetapi membentuk sudut melengkung dan kedap air (PERMEN-PER 2010). PT
Central Pertiwi Bahari belum memenuhi persyaratan lantai. Lantai UPI memiliki
kemiringan yang cukup sehingga air yang tergenang segera dialiri ke drainase
menuju ke penampungan limbah cair. Lantai ini mudah dibersihkan dan disanitasi,
serta mudah untuk pembuangan air. Sudut antara lantai dan dinding membentuk
sudut mati atau sudut siku-siku sehingga ada kotoran yang tertahan.
7
Dinding suatu UPI harus terbuat dari bahan yang tidak beracun, memiliki
tinggi minimal dua meter dari lantai, serta tahan terhadap garam, asam, basa, atau
bahan kimia lain, pertemuan dinding dengan dinding pada ruang produksi
seharusnya tidak membentuk sudut mati atau sudut siku-siku sehingga tidak ada
kotoran yang tertahan (PERMEN-PER 2010). PT Central Pertiwi Bahari belum
memenuhi persyaratan dinding. Dinding pada ruang produksi ini mudah
dibersihkan, kedap air, tahan terhadap bahan kimia, asam, dan basa. Dinding
berwarna putih sehingga terlihat jika ada kotoran yang menempel. Sudut antara
dinding membentuk sudut siku-siku sehingga ada kotoran yang tertahan. Tinggi
dinding lebih dari dua meter dari lantai.
Langit-langit UPI harus terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap
air dan tidak bocor, tidak terbuat dari bahan yang mudah terkelupas atau terkikis,
mudah dibersihkan dan tidak mudah retak. Langit-langit seharusnya tidak
berlubang dan tidak retak untuk mencegah keluar masuknya binatang termasuk
tikus dan serangga serta mencegah kebocoran. Langit-langit memiliki tinggi
minimal tiga meter untuk memberikan aliran udara yang cukup dan mengurangi
panas yang diakibatkan oleh proses produksi. Langit-langit pada UPI ini memiliki
permukaan yang rata dan berwarna putih terang (PERMEN-PER 2010). PT Central
Pertiwi Bahari belum memenuhi persyaratan langit-langit. Langit-langit berwarna
putih terang dan terbuat dari bahan yang tidak mudah retak. Ruang produksi
memiliki suhu yang dingin sehingga mengkondensasi dan terkadang ada air yang
menetes terutama langit di ruang penyimpanan ABF. Hal ini diatasi dengan selalu
dilakukan pembersihan sebelum kegiatan produksi dilakukan dengan kompresor
sehingga tidak ada kondensasi.
Pintu UPI harus terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan. Pintu-
pintu dalam ruang produksi yang memisahkan antar produk menggunakan pintu
yang tahan air dengan permukaan rata dan mudah dibersihkan. Pintu seharusnya
memiliki permukaan yang halus, tidak menyerap, dan mudah dibersihkan (BSN
2011). PT Central Pertiwi Bahari telah memenuhi persyaratan pintu masuk. Pintu
masuk ruang produksi dilengkapi dengan tirai plastik berwarna oranye. Pintu pada
UPI ini tidak menyerap air, mudah dibersihkan, dan permukaannya rata.
Jendela UPI harus terbuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah atau
rusak; permukaan jendela harus rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan; jendela dari lantai seharusnya setinggi satu meter untuk memudahkan
membuka dan menutup, dengan letak jendela tidak boleh terlalu rendah karena
dapat menyebabkan masuknya debu, jumlah dan ukuran jendela seharusnya sesuai
dengan besarnya bangunan, desain jendela dibuat untuk mencegah terjadinya
penumpukan debu; jendela dilengkapi dengan kasa pencegah serangga yang dilepas
sehingga mudah dibersihkan (PERMEN-PER 2010). PT Central Pertiwi Bahari
telah memenuhi persyaratan jendela. Jendala pada UPI hanya terdapat satu jendela.
Jendela ini terletak di dekat penerimaan bahan baku. Jendela ini permukaannya rata,
berbahan kaca dan mudah dibersihkan. Tinggi antara lantai dengan jendela tidak
sampai satu meter.
Ventilasi UPI harus memiliki beberapa persyaratan, yaitu ventilasi
seharusnya menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap,
gas, asap, bau, dan panas yang timbul selama pengolahan yang dapat
membahayakan kesehatan karyawan, dapat mengontrol suhu agar tidak terlalu
panas; dapat mengontrol bau yang mungkin timbul, dapat mengatur suhu yang
7
8
diperlukan atau diinginkan, harus tidak mencemari pangan olahan yang diproduksi
melalui aliran udara yang masuk, lubang ventilasi seharusnya dilengkapi dengan
kasa untuk mencegah masuknya serangga serta mengurangi masuknya kotoran ke
dalam ruangan, mudah dilepas dan dibersihkan (PERMEN-PER 2010). PT Central
Pertiwi Bahari belum memenuhi persyaratan ventilasi. Ventilasi di ruang produksi
terdapat di langit-langit. Ventilasi ini berupa Air Conditioner (AC). Ventilasi ini
bekerja cukup baik sehingga dapat menjaga suhu ruang tetap dingin, namun,
ventilasi ini tidak dapat mengontrol bau.
Penerangan UPI harus terang sesuai dengan keperluan dan persyaratan
kesehatan serta mudah dibersihkan (PERMEN-PER 2010). PT Central Pertiwi
Bahari telah memenuhi persyaratan penerangan. Penerangan di ruang produksi ada
dan memadai. Penerangan ini menggunakan lampu yang diberi pelindung. Lampu
yang terdapat pada ruang produksi ini berjumlah 60 lampu.
Tempat penyimpanan bahan kimia UPI harus tersedia dan memadai, serta
dalam keadaan tertutup dan disertai tanda peringatan (KEPMEN-KP 2013). PT
Central Pertiwi Bahari telah memenuhi persyaratan tempat penyimpanan bahan
kimia. Tempat penyimpanan bahan kimia pada perusahaan ini terdapat dalam
ruangan yang berbeda dan diberi tanda peringatan.
Penyimpanan Produk
Penyimpanan produk harus disimpan pada suhu yang tidak berpengaruh buruk
terhadap kelangsungan hidupnya atau keamanan pangan (KEPMEN-KP 2013). PT
Central Pertiwi Bahari telah memenuhi persyaratan. Penyimpanan produk pada
perusahaan hanya pada produk setengah jadi dan produk jadi. Penyimpanan produk
setengah jadi di dalam ABF (Air Blast Freezer) yang bersuhu minimal ≤ -18oC.
Terdapat empat ABF dengan kapasitas 750 kg per ABF. Penyimpanan produk jadi
dan siap distribusi di cold room yang bersuhu minimal ≤ -18oC. Terdapat dua cold
room yang berkapasitas tiga ton per cold room.
Air dan Es
Air merupakan komponen yang penting dalam proses pengolahan produk
perikanan. Air yang digunakan dalam proses pengolahan hasil perikanan harus
memenuhi standar air minum. Pengolahan pangan harus menggunakan air yang
berstandar air minum. Air yang tidak layak minum harus memiliki sistem yang
terpisah (BSN 2011). PT Central Pertiwi Bahari telah memenuhi persyaratan. Air
yang digunakan dalam proses pengolahan hasil perikanan merupakan air PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) yang kemudian mengalami treatment, yaitu
penyaringan dengan silika dan penyaringan dengan karbon aktif. Persediaan air
cukup untuk proses pengolahan, namun beberapa kali air tidak mengalir dengan
baik.
Es merupakan komponen yang penting dalam pengolahan hasil perikanan
untuk menjaga rantai dingin dan mutu ikan tetap terjaga dengan baik. Es harus
terbuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum, terlindung dari kontaminasi
selama produksi, penanganan dan penyimpanan, serta tidak digunakan ulang dalam
proses (KEPMEN-KP 2013). PT Central Pertiwi Bahari telah memenuhi
persyaratan. Es pada perusahaan ini telah memenuhi persyaratan karena terbuat dari
air yang berstandar air minum. Jenis es yang diproduksi adalah flake ice. Produksi
es setiap harinya sebanyak 2 ton.
9
10
Fasilitas Karyawan
Ruang ganti karyawan merupakan salah satu fasilitas karyawan ruang
produksi. Ruang ganti pakaian yang terpisah untuk karyawan di area resiko tinggi
dan area resiko rendah (KEPMEN-KP 2013). PT Central Pertiwi Bahari belum
memenuhi persyaratan. Terdapat dua ruang ganti karyawan berdasarkan jenis
kelamin, yaitu ruang ganti pria dan ruang ganti wanita. Ruang ganti karyawan
menyediakan seragam untuk karyawan dan loker sebagai tempat penyimpanan
barang karyawan. Jumlah loker yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah karyawan
ruang produksi.
Fasilitas toilet merupakan salah satu fasilitas higiene kayawan. Hal ini
berguna untuk menghindari kontaminasi pangan sehingga toilet karyawan harus
dengan desain yang higienis. Toilet tidak boleh terhubung langsung dengan ruang
proses (KEPMEN-KP 2013). PT Central Pertiwi Bahari telah memenuhi
persyaratan. Perusahaan ini memiliki toilet yang berjumlah empat toilet untuk
karyawan laki-laki dan dua toilet untuk karyawan perempuan. Toilet dilengkapi
dengan pencuci tangan dan sabun serta tisu. Toilet selalu dalam keadaan bersih. Hal
ini dikarenakan dilakukan bersih toilet setiap hari oleh pekerja. Toilet ini berada di
luar ruang produksi.
Sarana cuci tangan sebelum masuk ruang produksi bertujuan untuk mencegah
kontaminasi silang yang dapat ditimbulkan pada tangan. Sarana yang memadai
untuk mencuci dan mengeringkan tangan secara higienis, termasuk tempat cuci
tangan (wash basins) dan persediaan air yang memadai (BSN 2011). PT Central
Pertiwi Bahari telah memenuhi persyaratan. Perusahaan ini menyediakan sarana
cuci tangan di beberapa tempat seperti di toilet dan di dekat pintu masuk ruang
produksi. Cuci tangan di toilet dilengkapi dengan sabun pencuci tangan dan tisu.
Cuci tangan di dekat ruang produksi dilakukan dengan tidak menggunakan tangan.
Air cuci tangan ini mengandung klorin 30-50 ppm. Terdapat juga sabun pencuci
tangan.
Bak cuci kaki pada UPI harus mendukung kebersihan karyawan dengan
kontruksi dan jumlah yang memadai salah satunya yaitu bak cuci kaki (KEPMEN-
KP 2013). PT Central Pertiwi Bahari telah memenuhi persyaratan. Bak cuci kaki
ada dan jumlahnya memadai. Air pada Bak cuci kaki ini mengandung klorin 30
ppm.
11
12
Limbah Padat dan Limbah Lainnya, serta Instalasi Pengolahan Air Limbah
Ketentuan limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk di tempat pengolahan
pangan, ruang penyimpanan dan area kerja lainnya, serta di lingkungan sarana
produksi kecuali tidak dapat dihindari karena alasan bisnis (BSN 2011). PT Central
Pertiwi Bahari belum memenuhi persyaratan. Limbah padat seperti kepala dan
tulang ikan ditampung berdekatan dengan tempat penerimaan bahan baku. Hal ini
memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi pada bahan baku. Limbah yang
dihasilkan dari proses pengolahan ini adalah limbah padat dan limbah cair. Limbah
padat pada proses pengolahan ini berupa kepala, sirip, dan jeroan ikan. Limbah
padat ini di kumpulkan kemudian akan dijual kembali. Limbah cair yang dihasilkan
akan ditampung dan dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang
dikelola oleh pihak ketiga, yaitu PT Surabaya Industrial Estate Rungkut.
seperti meludah, merokok, mengunyah atau makan, dan bersin atau batuk di atas
pangan yang terbuka (BSN 2011).
PT Central Pertiwi Bahari belum memenuhi persyaratan. Kondisi kebersihan
dan kesehatan karyawan belum sesuai dengan persyaratan yang ada. Sejumlah
karyawan tidak menggunakan pakaian dengan benar, seperti tidak menggunakan
masker dan sarung tangan saat bekerja. Perilaku karyawan juga tidak dijaga dengan
baik seperti meludah, batuk, bersin, mengunyah makanan saat bekerja di area
produksi. Ada karyawan yang tidak menjaga sanitasi dan higiene dengan tidak
mencuci tangan saat memasuki ruang produksi. Penjaga keluar atau masuknya ke
ruang produksi tidak dihargai sehingga banyak yang menggunakan cincin serta
membawa gadget saat memasuki ruang produksi. Hal ini dapat menimbulkan
kontaminasi dalam pangan.
Pencucian 1
Pencucian 1 harus dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi
dingin. Hal ini berguna untuk mencegah kontaminasi bakteri patogen, mencegah
kerusakan fisik, dan memperoleh bahan baku yang bersih dan sesuai spesifikasi
(BSN 2013). Ikan yang telah dimasukan dalam keranjang, kemudian dilakukan
pencucian dengan air es. Hal ini berguna untuk menjaga suhu ikan dibawah 5oC.
Penimbangan
Penimbangan bahan baku adalah ikan ditimbang sesuai spesifikasi secara
cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi dingin. Hal ini berguna untuk mencegah
13
14
Pemotongan Kepala
Tahap ini bertujuan untuk membuang bagian ikan yang tidak diperlukan.
Pemotongan kepala harus dilakukan cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi
dingin. Hal ini berguna untuk mencegah kontaminasi bakteri patogen karena
kurangnya sanitasi dan higiene, mencegah kemunduran mutu, dan memperoleh
bahan baku yang sesuai spesifikasi (BSN 2013). Pemotongan kepala dilakukan
secara manual dengan menggunakan pisau tajam, kemudian sirip dan ekor
dihilangkan. Pemotongan kepala ini dilakukan secara hati-hati dan cepat dengan
alat pemotong. Alat pemotong ini terbuat dari stainless, yaitu pisau tajam yang
berputar. Proses ini bukan hanya memotong kepala namun juga memotong sirip
ikan.
Pembuangan Kotoran
Pembuangan kotoran adalah pembuangan isi perut atau insang ikan secara
cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi dingin. Hal ini berguna untuk memperoleh
ikan yang bersih dari isi perut atau insang serta mereduksi kontaminasi bakteri
patogen (BSN 2013). Pembuangan kotoran ini meliputi pembuangan hal yang tidak
dibutuhkan seperti isi perut. Hal ini dilakukan dengan cepat dan hati-hati karena
bagian isi perut dapat mempercepat kontaminasi bakteri patogen.
Pencucian 2
Pencucian 2 yaitu ikan segar yang telah dibuang isi perutnya dicuci dengan air
mengalir secara cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi dingin. Hal ini berguna
untuk mencegah kontaminasi bakteri patogen dan kerusakan fisik, sehingga
diperoleh ikan segar yang bersih dan sesuai spesifikasi (BSN 2013). Ikan yang telah
dipotong kepala dan dibuang isi perutnya dilakukan pencucian dengan air dingin
dan bersih. Air yang digunakan ini mengandung klorin sebesar 20 ppm. Penelitian
Rohmah dan Sulistyorini (2017) menyatakan bahwa klorin biasa digunakan dalam
sektor pengolahan ikan yang sengaja ditambahkan dalam air yang digunakan untuk
mencuci dan merendam ikan. Penggunaan klorin yang sesuai dengan batasan dalam
penggunaan pengolahan adalah 20 ppm (CAC 2003). Hal ini berguna untuk
mencegah kontaminasi bakteri patogen yang menyebar melalui insang dan isi perut.
Penyiraman
Tahap ini merupakan tahap menyiram ikan yang telah disiangi dengan air
bersih dan dicuci dengan air dan klorin 20 ppm. Tahap ini berguna untuk
menghilangkan residu klorin yang ada pada ikan. Klorin merupakan bahan
berbahaya karena sifatnya beracun dan menyebabkan iritasi. Konsumsi pada tubuh
memiliki dampak yang tidak langsung ada. Dampak klorin menurut Yude et al.
(2016) memberikan dampak 15 hingga 20 tahun mendatang. Klorin dapat
15
Pembekuan
Pembekuan steak ikan harus dilakukan secara cepat untuk mencapai suhu
pusat produk sebesar -18oC atau lebih rendah dengan atau tanpa pelapisan es
(glazing) (BSN 2016). Tahap ini dilakukan dengan ikan yang telah dibuang kepala
dan isi perutnya dan telah dicuci serta disiram dengan air bersih dibekukan dalam
Air Blast Freezer (ABF) yang bersuhu -30oC selama 24 jam. Hal ini berguna untuk
mempermudah dalam pemotongan steak karena tubuh ikan menjadi keras dan kaku.
Pemotongan Steak
Tahap ini dilakukan dengan ikan yang telah dibekukan dalam ABF
dikeluarkan dan dipotong dengan pisau tajam berbahan stainless secara cepat dan
saniter. Potongan steak yaitu potongan melintang dengan ketebalan 2-2,5 cm.
Potongan steak yang memenuhi syarat untuk kemudian dapat masuk ke tahap
selanjutnya adalah potongan steak dengan bobot 70-100 gram. Potongan steak yang
memiliki bobot kurang dari 70 gram atau lebih dari 100 gram dianggap produk
reject, sehingga tahap ini harus dilakukan dengan hati-hati.
Pembekuan
Pembekuan steak ikan harus cepat untuk mencapai suhu pusat produk sebesar
o
-18 C atau lebih rendah dengan atau tanpa pelapisan es (glazing). Produk steak
patin harus dipertahankan dalam kondisi beku untuk menjaga kualitas produk tetap
baik (BSN 2016). Tahap ini dilakukan dengan ikan yang telah dipotong dalam
bentuk steak, kemudian dibekukan dalam ABF selama 24 jam pada suhu -30oC. Hal
ini berguna untuk mencegah kontaminasi bakteri, mencegah kemunduran mutu, dan
mempermudah pengemasan steak patin.
Penimbangan
Tahap selanjutnya pengolahan ikan patin menjadi steak patin adalah
penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan ikan ditimbang dengan alat yang
sesuai spesifikasi secara cepat, cermat, dan saniter dalam kondisi dingin. Hal ini
berguna untuk mencegah kontaminasi bakteri patogen karena kurangnya sanitasi
dan higiene dan kemunduran mutu karena kesalahan penanganan, sehingga
diperoleh produk yang sesuai spesifikasi (BSN 2013). Tahap ini dilakukan dengan
menimbang potongan-potongan steak yang akan dikemas. Bobot yang memenuhi
syarat untuk 1 kemasan steak patin adalah 385-420 gram.
Packing Polybag
Tahap selanjutnya pengolahan ikan patin menjadi steak patin adalah packing
polybag. Tahap ini meliputi pemasukan potongan steak yang telah ditimbang ke
dalam kemasan polybag. Polybag ini sebelumnya telah diberikan label yang berisi
nama produk, tanggal produksi dan kedaluwarsa, saran penyimpanan, perusahaan
15
16
yang melakukan produksi, dan kode produksi. Bahan kemasan untuk steak ikan
beku adalah bahan kemas yang food grade.
Proses Vakum
Tahap ini dilakukan dengan memasukan kemasan polybag yang telah diisi
potongan steak ke dalam mesin vakum. Proses vakum akan mengeluarkan udara
dari dalam kemasan. Hal ini berguna untuk memperpanjang masa simpan dan
mencegah pertumbuhan mikroba dalam kemasan. Proses vakum yang gagal akan
diulangi kembali dengan kemasan polybag yang baru. Penelitian Nur (2009)
menyatakan bahwa produk sate bandeng yang dikemas dengan proses vakum
memiliki hasil terbaik berdasarkan sifat kimia, mikrobiologi, dan organoleptik,
serta memiliki waktu penyimpanan lebih lama dibandingkan dengan tanpa proses
vakum.
Metal Detecting
Tahap ini berupa pengecekan ada atau tidak benda asing dalam produk yang
akan dikemas dan diberi label. Jika terdapat benda asing, maka produk akan
dipisahkan dan akan dilakukan pengecekan lebih lanjut. Penelitian Atmiasri dan
Rochman (2011) menyatakan bahwa sensor logam atau dikenal dengan metal
detecting merupakan sensor induktif. Sensor ini banyak digunakan dalam industri
makanan atau bahan makanan yang belum dikemas. Hal ini bertujuan agar produk
tersebut aman dikonsumsi oleh konsumen.
Penyimpanan Dingin
Pembekuan steak ikan harus cepat untuk mencapai suhu pusat produk sebesar
o
-18 C atau lebih rendah dengan atau tanpa pelapisan es (glazing) (BSN 2016).
Tahap penyimpanan dingin meliputi penyimpanan produk dalam kemasan ke dalam
cold room yang bersuhu -30oC. Penyimpanan ini memiliki sistem FIFO (First In
First Out) atau yang pertama masuk akan keluar terlebih dahulu. Produk steak patin
harus dipertahankan dalam kondisi beku untuk menjaga kualitas produk selama
transportasi, penyimpanan, dan distribusi.
17
17
18
19
20
Deskripsi Produk
Deskripsi produk merupakan suatu gambaran umum suatu produk yang berisi
tentang informasi produk tersebut. Deskripsi produk meliputi nama produk, nama
spesies, asal bahan baku, bagaimana bahan baku diterima, tahapan pengolahan,
jenis kemasan, penyimpanan, daya awet, label/spesifikasi, penggunaan produk,
pembeli, dan persyaratan bahan baku. Deskripsi produk steak patin dapat dilihat
pada Tabel 3.
21
21
22
Diagram alir proses produksi merupakan faktor yang penting dalam proses
pengolahan hasil perikanan. Diagram alir merupakan tahapan proses penanganan
produk yang terstruktur dan sistematis. Diagram alir proses produksi patin steak
menggambarkan proses pengolahan ikan mulai dari penerimaan bahan baku hingga
proses pemasaran produk. Tahapan proses ini nantinya akan menjadi dasar dalam
menentukan analisis bahaya pada proses produksi.
Produksi steak patin PT Central Pertiwi Bahari melalui beberapa proses
tahapan. Proses tahapan pertama adalah proses penerimaan bahan baku. Proses ini
meliputi penyortiran ikan dengan bobot 1200-1300 gram dan dilanjutkan dengan
pencucian satu untuk menjaga suhu ikan dibawah 5oC. Pemotongan kepala dan
pembuangan isi perut dilakukan setelah pencucian satu kemudian dilakukan
pencucian dua. Pencucian dua ini menggunakan air yang tercampur klorin. Hal ini
dikarenakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri patogen dari isi perut
dan kepala ikan. Penyiraman atau pembilasan dilakukan untuk menghilangkan
klorin yang melekat pada ikan. pembekuan dilakukan dengan penyusunan pada pan
yang terdiri dari tiga ikan, kemudian pembekuan dalam Air Blast Freezer (ABF)
dengan suhu -30oC selama 24 jam. Pemotongan steak dilakukan dengan pemotong.
Potongan steak ini merupakan potongan melintang dengan ketebalan 2-2.5 cm.
Potongan steak yang memenuhi syarat merupakan potongan yang memiliki bobot
berkisar 70-100 gram. Potongan steak yang memenuhi syarat kemudian dibekukan.
Potongan steak sebelum dikemas terlebih dahulu ditimbang. Patin steak yang
berada dalam kemasan harus memiliki bobot berkisar 385-420 gram. Patin steak
yang telah ditimbang dilakukan pengemasan dengan polybag dan vakum, kemudian
dilakukan metal detecting, lalu pengemasan dan pelabelan, serta penyimpanan
dingin dalam cold room. Produk yang telah dikemas dan diberi label kemudian
disimpan dalam cold room yang bersuhu -30oC. Penyimpanan ini dengan sistem
FIFO (First In Firs Out). Diagram alir pembuatan steak ikan patin dapat dilihat
pada Lampiran 10.
Analisis potensi bahaya dilakukan melalui dua hal, yaitu analisis bahaya dan
penentuan tahap pencegahan. Analisis bahaya adalah suatu proses pengumpulan
dan evaluasi informasi terhadap kemungkinan ancaman (hazard) dan keadaan yang
23
Titik kendali kritis didefinisikan sebagai suatu titik lokasi, setiap langkah
dalam proses, atau prosedur yang jika tidak terkendali dengan baik dapat
menyebabkan makanan menjadi tidak aman, mengalami kerusakan, dan resiko
kerugian ekonomi. TKK ini ditentukan setelah analisis bahaya telah selesai. TKK
ditentukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya
mengarahkan pada penentuan TKK. Identifikasi Titik Kendali Kritis (TKK) steak
ikan patin dapat dilihat pada Lampiran 12.
Identifikasi titik kendali kritis dilakukan pada setiap analisis bahaya yang
signifikan. Hanya terdapat satu titik kendali kritis yaitu metal detecting. Metal
23
24
detecting memiliki bahaya yang signifikan yaitu produk yang mengandung logam
dan benda asing lainnya tidak terdeteksi dikarenakan alat yang digunakan tidak
dikalibrasi.
Batas kritis ditentukan setelah Titik Kendali Kritis (TKK) sudah ditentukan.
Batas kritis adalah batas toleransi yang dapat diterima untuk mengamankan bahaya,
sehingga titik kendali kritisnya dapat ditetapkan ini tidak boleh dilanggar atau
dilampaui nilainya, karena bila suatu nilai batas kritis yang dilanggar dan kemudian
titik kendali kritisnya lepas dari kendali, maka dapat menyebabkan terjadinya
bahaya terhadap kesehatan konsumen. Penentuan batas kritis ini berdasarkan
referensi dan standar teknis serta observasi unit produksi. Batas kritis dari titik
kendali kritis yang telah ditentukan, yaitu metal detecting adalah setiap produk lulus
uji metal detecting. Penentuan batas kritis untuk setiap TKK dapat dilihat pada
Lampiran 13.
Kesimpulan
25
26
Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
27
28
pangan penstabil. Jakarta (ID): Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
[PERMEN-PER] Peraturan Menteri Perindustrian. 2010. Peraturan menteri
perindustrian nomor 75/M-IND/PER/7/2010 tentang pedoman cara
produksi pangan olahan yang baik (Good Manufacturing Practices). Jakarta
(ID): Kementerian Perindustrian.
[PP] Peraturan Pemerintah. 1999. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor
69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. Jakarta (ID): Presiden
Republik Indonesia.
Ramadhan A. 2017. Strategi penguatan daya saing filet patin Indonesia. [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rohmah S, Sulistyorini L. 2017. Gambaran konsumsi udang berklorin terhadap
keluhan kesehatan gastrointestinal pekerja sub kontrak perusahaan X.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 9(1): 57-65.
Suhendra, Satria A, Iskandar BH. 2017. Analisis industri filet patin Indonesia
dengan model berlian porter. Jurnal Albacore. 1(3): 337-348.
[UU] Undang-Undang. 2012. Undang-undang republik indonesia nomor 18 tahun
2012 tentang pangan. Jakarta (ID): Undang-Undang Republik Indonesia.
Wandansari ND. 2012. Perlakuan akuntansi atas PPH pasal 21 pada PT Artha Prima
Finance Kotamobagu. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan
Akuntansi. 1(3): 558-566.
Winarno FG. 2012. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dan
Penerapannya dalam Industri Pangan. Bogor (ID): Mbrio Press.
Wulandari DA, Abida IW, Farid A. 2009. Kualitas mutu bahan mentah dan produk
akhir pada unit pengalengan ikan sardine di PT Karya Manunggal Prima
Sukses Muncar Banyuwangi. Jurnal Kelautan. 2(1): 40-49.
Yude SA, Lestari Y, Endrinalsi. 2016. Identifikasi dan penentuan kadar klorin pada
beras yang dijual di pasar raya Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3):
653-655.
Yusra. 2016. Kajian penerapan GMP dan SSOP pada pengolahan ikan nila
(Oreochromis niloticus) asap di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten
Agam. Jurnal Katalisator. 1(1): 10-20.
29
LAMPIRAN
29
30
31
32
Kunci Pemeriksaan
Acuan
Sanitasi Apa Bagaimana Frekuensi Siapa Verifikasi koreksi Dokumentasi
Keamanan air 63/KEP- Kualitas air Pengecekan 3 bulan satu Laboran Laboratorium Hasil uji
Jika hasil tidak
dan es BKIPM/2016 kualitas air dengan kali untuk
memenuhi
indikator logam berat
standar akan
mikrobiologi dan 1 minggu 2
dilakukan
logam berat secara kali untuk
treatment ulang
teratur mikrobiologi
63/KEP- Kualitas es Pengecekan Satu bulan 2 Laboran Laboratorium Jika hasil tidak Hasil uji
BKIPM/2016 kualitas air dengan kali memenuhi
indikator standar akan
mikrobiologi dan dilakukan
logam berat secara treatment ulang
teratur
Permukaan 52A/KEPMEN- Permukaan Pengecekan kondisi Sebelum dan Quality Supervisor QC Peralatan kerja Form
yang kontak KP/2013 yang kontak kebersihan dan sesudah Control yang tidak pengecekan
langsung langsung sanitasi yang melakukan bersih sanitasi
dengan produk dengan produk kontak langsung proses dibersihkan
dengan produk produksi dengan air dan
sebelum dan klorin
sesudah digunakan.
Pengecekan ini
terkait bahan
peralatan yang
digunakan, tidak
toksik dan tidak
korosif, serta
mudah dibersihkan.
Pencegahan 52A/KEPMEN- Pakaian dan Penggunaan Selama proses Karyawan Karyawan Perlengkapan Form
kontaminasi KP/2013 perlengkapan pakaian dan produksi yang masuk pemeriksa dan pakaian pengecekan
silang kerja. perlengkapan kerja sanitasi
35
Kunci Pemeriksaan
Acuan
Sanitasi Apa Bagaimana Frekuensi Siapa Verifikasi koreksi Dokumentasi
dalam keadaan kerja
bersih. dibersihkan
Perlengkapan ini setiap hari.
meliputi masker,
sarung tangan,
penutup kepala, dan
sepatu boot.
jendela, Jendela, dinding, Setiap terlihat Karyawan Quality Dinding Form
dinding, dan dan langit-langit kotor sanitasi control dibersihkan. Pengecekan
langit-langit yang telah kotor sanitasi
dan mengalami Jendela dan
kondensasi. langit-langit
yang terjadi
kondensasi
dibersihkan
Perawatan 52A/KEPMEN- fasilitas cuci Pemeriksaan Setiap hari Karyawan Quality Fasilitas cuci Form
fasilitas cuci KP/2013 tangan, fasilitas cuci sanitasi control tangan, sanitasi, pengecekan
tangan, sanitasi, dan tangan, sanitasi, dan dan toilet sanitasi
sanitasi, dan toilet toilet dibersihkan dibersihkan
toilet setiap hari
Pembersihan
fasilitas cuci
tangan, sanitasi, dan
toilet
Penggunaan 52A/KEPMEN- Penggunaan Pemeriksaan bahan Setiap akan Karyawan Quality Penggunaan Form
dan KP/2013 dan kimia yang digunakan yang control bahan kimia pengecekan
penyimpanan penyimpanan digunakan terkait menggunakan sesuai batas bahan kimia
bahan kimia bahan kimia konsentrasi dan penggunaan
banyak yang telah
penggunaannya. ditetapkan
regulasi.
36
Kunci Pemeriksaan
Acuan
Sanitasi Apa Bagaimana Frekuensi Siapa Verifikasi koreksi Dokumentasi
Penggunaan 52A/KEPMEN- Penggunaan Pemeriksaan keluar Bahan Karyawan Quality Bahan Form
dan KP/2013 dan masuknya bahan pengemas packing control pengemas pengecekan
penyimpanan penyimpanan pengemas dipindahkan dikeluarkan dan keluar
bahan bahan dari ruang dipindahkan masuknya bahan
pengemas pengemas Pemerikasaan penyimpanan sebelum dan pengemas
kesesuaian bahan ruang sesudah
pengemas dengan pengemasan produksi. Hal
produk saat terjadi ini untuk
produksi menghindari
Pemeriksaan bahwa kontaminasi
bahan pengemas produk.
memiliki standar
food grade
Pengendalian SNI CAC/RCP Binatang di Pemeriksaan secara Satu bulan Perusahaan Quality Pengecekan Form
hama 1:2011 area ruang teratur bagian luar dalam satu pengendalian Control berkala untuk pengecekan
produksi dan dalam ruang kali hama menghindari terminix
produksi Terminix penumpukan
binatang.
Memastikan bahwa
tidak ada binatang Perbaikan
yang masuk dalam tempat-tempat
ruang produksi yang menjadi
tempat
masuknya
binatang.
37
Pintu masuk kantor Gardu listrik PLN Instalasi air Tempat mesin Mushola
Pos satpam Tempat sampah Pengendali hama Terminix Ruang tunggu tamu Ruang rapat
Gudang bahan kemas Gudang bahan Ruang ganti karyawan Pintu receiving Pemuatan
38
Pemisahan limbah
isi perut dalam
wadah yang
berbeda
Penanganan
dilakukan secara
cepat dan hati-hati
5 Pencucian 2 - SNI Ikan yang telah Pencucian Pengecekan Bila Suhu ikan <7oC Form pengecekan suhu
8271:2016 dibuang kepala dan menggunakan air suhu ditambahkan es
isi perutnya bersih yang
dilakukan pencucian ditambahkan klorin Pengecekan
10 ppm konsentrasi
klorin
Suhu air yang
digunakan <5oC
6 Penyiraman - SNI Melakukan Penyiraman Pengecekan Bila Suhu ikan >7oC Form pengecekan suhu
8271:2016 pembilasan ikan dilakukan dengan suhu ditambahkan es
untuk menghilangkan air bersih yang
klorin taruh dalam wadah
Peralatan yang
digunakan dalam
keadaan bersih.
40
Sampling potongan
ikan yang masuk
dalam standar
dengan bobot 70-
100 gram.
41
Menghindari dari
kontaminasi bakteri
pembusuk.
42
Menghindari dari
kontaminasi bakteri
pembusuk.
13 Metal - SNI Mendeteksi ada Produk dimasukan Metal detector Produk yang Rekaman aktivitas
detecting 8271:2016 tidaknya logam dan dalam metal akan menyala terdeteksi akan packing
benda asing lainnya detector jika terdeteksi dipisahkan dan
dalam produk logam atau dilakukan
benda asing pengecekan lanjutan
14 Pengemasan - SNI Produk diberi label Label ditempelkan Pemeriksaan Produk yang terjadi Rekaman aktivitas
dan pelabelan 8271:2016 yang berisi informasi pada polybag bahwa tidak kesalahan label packing
nama produk, saran terjadi dipisahkan dan akan
penyimpanan, kode Produk yang telah kesalahan pada diperbaiki
produksi, tanggal diberi label label
produksi, tanggal dimasukan dalam
kedaluwarsa, dan MC (master carton)
lainnya.
Pengemasan dan
Produk dikemas pelabelan dilakukan
dalam MC (Master secara cepat dan
Carton) untuk hati-hati
mencegah kerusakan
produk
15 Penyimpanan - SNI Penyimpanan Produk yang telah Pengecekan Suhu penyimpanan Form pengecekan
dingin 8271:2016 sementara produk dikemas di yang pertama <-18oC produk yang masuk
masukan dan keluar
43
KETERANGAN
a. Minor Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi atau dibiarkan secara terus-menerus
akan berpotensi mempengaruhi mutu pangan
b. Mayor Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi mempunyai potensi mempengaruhi
keamanan pangan
c. Serius Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapat mempengaruhi keamanan
pangan
d. Kritis Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi akan segera mempengaruhi
keamanan pangan
54
HASIL PENILAIAN
1. KETIDAKSESUAIAN
a. Minor 7
b. Mayor 8
c. Serius 0
d. Kritis -
2. TINGKAT (GRADE) KEPATUHAN 1. A (Baik Sekali)
2. B (Baik)
3. C (Cukup)
4. D (Gagal)
Mengetahui Surabaya, 31 Agustus 2018
Penanggung Jawab UPI Ketua Tim
Keterangan
TINGKAT JUMLAH PENYIMPANGAN
(RATING) Minor Mayor Serius Kritis
A = Baik sekali 6 0-5 0 0
B* = Baik ≥7 6 - 10 1-2 0
C = Cukup NA ≥ 11 3-4 0
D = Gagal NA NA ≥5 1
Catatan: *) jumlah penyimpangan mayor dan minor tidak lebih dari 10.
55
Pencucian
Pembuatan loin
Sortir mutu
Pembungkusan (wrapping)
Pembekuan
Pembentukan steak
Penimbangan
Pengepakan
Steak ikan
Pencucian 1
Pemotongan kepala
Pencucian 2
Penyiraman
Pembekuan
Pemotongan steak
Packing polybag
Proses vakum
Metal detecting
Penyimpanan dingin
Steak patin
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Es balok yang
Es tidak Biologi:
digunakan
mennggunak Kontaminasi
Dikontrol diganti dengan
an air bakteri E. - √ - - √ L Auto - No
oleh GMP es curai yang
berstandar coli,
diproduksi oleh
air minum Salmonella
perusahaan.
Garansi dari
perusahaan
Tidak dapat
Kimia: produksi pakan
dikontrol
Pakan Residu √ √ - - - L Auto - No bahwa pakan
oleh GMP
antibiotik tidak
dan SSOP
mengandung
Penerimaan
antibiotik.
Bahan baku
Penerimaan
bahan baku
Biologi: dilakukan secara
kontaminasi cepat dan
Dikontrol
bakteri √ √ - - √ L M/L - No saniter.
oleh GMP
Peningkatan Aeromonas Pengecekan
suhu spp. suhu secara
berkala, suhu
maksimal 5oC.
Biologi: Pengecekan
Dikontrol
Bahan baku - √ - - √ L N/L - No suhu secara
oleh GMP
kurang segar
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
berkala, suhu
maksimal 5oC
Uji organoleptik
Penerimaan
bahan baku
Biologi: Dikontrol dilakukan secara
√ - - - √ H Auto Yes -
dekomposisi oleh GMP cepat dan
saniter,
Uji organoleptik
Uji organoleptik
Biologi: Dikontrol
Penanganan
Kemunduran - √ - √ √ M M/L - No oleh GMP
secara cepat dan
mutu dan SSOP
saniter
Penerimaan Fisik: Penyortiran
bahan baku Kesalahan Jenis dan Dikontrol dilakukan secara
- - √ - √ L Auto - No
penanganan ukuran tidak oleh GMP cepat dan hati-
sesuai hati
Fisik:
Penanganan
Bahan baku Dikontrol
- √ - - √ H N/L - No secara cepat dan
memiliki oleh GMP
hati-hati
cacat fisik
Penanganan
Biologi: secara cepat
Kontaminasi Dikontrol Peralatan
Kontaminasi
bakteri E. √ √ - √ √ L Auto - No oleh GMP sebelum dan
peralatan
coli, dan SSOP digunakan
Salmonella dibersihkan
57
58
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
dengan air dan
klorin
Perilaku
karyawan untuk
menjaga sanitasi
diri.
Peralatan selalu
diperhatikan
kebersihannya
Fisik: sebelum,
Kontaminasi Dikontrol selama, dan
√ √ - √ - M M/L - No
benda asing oleh SSOP sesudah bongkar
dan logam muatan.
Peralatan yang
Penerimaan Kontaminasi
digunakan harus
bahan baku pekerja
tanpa karat.
Pekerja
Biologi: menggunakan
Kontaminasi SOP yang
Dikontrol
bakteri √ √ - √ - L N/L - No benar.
oleh SSOP
Staphylococ Penimbangan
cus aureus dilakukan secara
cepat.
Biologi: Peralatan selalu
Kontaminasi Kontaminasi diperhatikan
Dikontrol
Pencucian 1 pekerja dan bakteri E. √ √ - √ - L M/L - No kebersihannya
oleh GMP
peralatan coli, sebelum,
Salmonella selama, dan
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
sesudah bongkar
muatan.
Peralatan yang
digunakan harus
tanpa karat.
Pekerja
menggunakan
SOP yang
benar.
Penimbangan
dilakukan secara
cepat.
Suhu ruang
produksi dijaga
<23oC.
Biologi:
Dikontrol Penjagaan suhu
Kemunduran - √ - - √ L M/L - No
oleh GMP ikan < 7oC
mutu
dengan selalu
uji organoleptik
Peningkatan secara fisik.
Penimbangan
suhu Suhu ruang
produksi dijaga
<23oC.
Biologi:
Dikontrol Penjagaan suhu
Kontaminasi √ √ - - √ M M/L - No
oleh GMP ikan < 7oC
bakteri
dengan selalu
menambahkan
es.
59
60
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Limbah
dipisahkan
berdasarkan
wadah.
Pekerja
menggunakan
Biologi:
SOP yang
Kontaminasi Kontaminasi Dikontrol
√ √ - √ - L M/L - No benar.
pekerja bakteri oleh SSOP
Penimbangan
S. aureus
dilakukan secara
cepat.
Suhu ruang
produksi dijaga
<23oC.
Biologi:
Dikontrol Penjagaan suhu
Kemunduran - √ - - √ L M/L - No
Pemotongan oleh GMP ikan < 7oC
mutu
kepala dengan selalu
uji organoleptik
secara fisik.
Peningkatan
Suhu ruang
suhu
produksi dijaga
<23oC.
Biologi: Penjagaan suhu
Dikontrol
Kontaminasi √ √ - - √ M M/L - No ikan < 7oC
oleh GMP
bakteri dengan selalu
menambahkan
es.
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Limbah
dipisahkan
berdasarkan
wadah.
Fisik: Penanganan
Penanganan Dikontrol
Kerusakan - √ - √ - H M/L Yes - hati-hati dan
yang buruk oleh SSOP
produk cermat
Biologi:
Peralatan yang
Kontaminasi Dikontrol
Kontaminasi digunakan
bakteri E. √ √ √ √ L M/L - No oleh GMP
peralatan dijaga selalu
Pemotongan Coli, dan SSOP
bersih.
kepala Salmonella
Pekerja
menggunakan
SOP yang
Biologi:
benar.
Kontaminasi
Kontaminasi Dikontrol Pekerja taat
bakteri √ √ - √ - L N/L - No
pekerja oleh SSOP aturan dengan
Staphylococ
menjaga sani
cus aureus
Penimbangan
dilakukan secara
cepat.
Suhu ruang
produksi dijaga
Pembuangan Biologi:
Peningkatan Dikontrol <23oC.
isi perut Kemunduran - √ - - √ L M/L - No
suhu oleh GMP Penjagaan suhu
(kotoran) mutu
ikan < 7oC.
dengan selalu
61
62
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
menambahkan
es.
Uji organoleptik
secara fisik.
Suhu ruang
produksi dijaga
Biologi:
<23oC.
Kontaminasi
Dikontrol Penjagaan suhu
bakteri E. √ √ - - √ L M - No
oleh GMP ikan < 7oC
coli,
dengan selalu
Salmonella
menambahkan
es.
Pembuangan Biologi:
Peralatan yang
isi perut Kontaminasi Dikontrol
Kontaminasi digunakan
bakteri E. √ √ √ √ L M - No oleh GMP
peralatan dijaga selalu
Coli, dan SSOP
bersih.
Salmonella
Pekerja
menggunakan
SOP yang benar
Biologi:
Pekerja taat
Kontaminasi Kontaminasi Dikontrol
√ √ - √ - L M/L - No aturan dengan
pekerja bakteri S. oleh SSOP
menjaga sanitasi
aureus
Penimbangan
dilakukan secara
cepat.
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Limbah
Biologi:
tidak Dikontrol Limbah berada
Kontaminasi
ditempatkan √ √ - √ √ L Auto - No oleh GMP pada wadah
bakteri
dengan dan SSOP yang terpisah.
Salmonella
benar
Air yang
digunakan
Biologi:
dalam
Air tidak Kontaminasi
Dikontrol pencucian ini
mengguna- bakteri E. √ √ - - √ H Auto Yes -
oleh GMP ditambahkan
kan Klorin coli,
klorin tidak
Salmonella
Pencucian 2 lebih dari 10
ppm.
Biologi:
Peralatan yang
Kontaminasi
Kontaminasi Dikontrol digunakan
bakteri E. √ √ - √ - M M - No
peralatan oleh SSOP dijaga selalu
Coli,
bersih.
Salmonella
Pekerja
menggunakan
Biologi: SOP yang
Kontaminasi Kontaminasi Dikontrol benar.
Penyiraman √ √ - √ - L M/L - No
pekerja bakteri S. oleh SSOP Pekerja taat
aureus aturan dengan
menjaga
sanitasi.
63
64
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Penimbangan
dilakukan secara
cepat.
Suhu ABF
dijaga ≤ -18oC.
Peningkatan Fisik: Dikontrol Penanganan
Pembekuan - - √ - √ L M/L - No
suhu Drip loss oleh GMP dilakukan secara
cepat dan hati-
hati.
Biologi:
Peralatan yang
Kontaminasi
Kontaminasi Dikontrol digunakan
bakteri E. √ √ - √ - L Auto - No
peralatan oleh SSOP dijaga selalu
Coli,
bersih.
Salmonella
Pekerja
menggunakan
Pemotongan SOP yang
steak benar.
Biologi:
Pekerja taat
Kontaminasi Kontaminasi Dikontrol
√ √ - √ - L M/L - No aturan dengan
pekerja bakteri S. oleh SSOP
menjaga
aureus
sanitasi.
Penimbangan
dilakukan secara
cepat
Peningkatan Fisik: Dikontrol Suhu ABF
Pembekuan - - √ - √ L M/L - No
suhu Drip loss oleh GMP dijaga ≤ -18oC.
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Penanganan
dilakukan secara
cepat dan hati-
hati.
Penanganan
dilakukan
dengan cepat
Fisik:
dan hati-hati
Ukuran Ukuran
Dikontrol steak ikan
Penimbangan potongan bobot tidak - - √ - √ L M/L - No
oleh GMP dengan ukuran
tidak sesuai memenuhi
bobot yang
standar
tidak memenuhi
standar
dipisahkan.
Suhu ruang
packing dijaga
±16oC,
steak ikan yang
Packing Peningkatan Fisik: Dikontrol akan dikemas
- - √ - √ L M/L - No
polybag suhu Drip loss oleh GMP dan berat tidak
memenuhi
dilakukan
perendaman
dalam air dingin
Fisik:
Kesalahan Dilakukan
Udara Dikontrol
Proses Vakum penggunaan - √ - - √ L M/L - No proses vakum
dalam oleh GMP
alat kembali.
kemasan
65
66
SSOP/GMP
Kategori bahaya mengendalikan Apakah bahaya potensial signifikan
Tahapan Penyebab Bahaya bahaya Pernyataan Tindakan
proses bahaya potensial Keparahan keputusan pencegahan
Peluang
FS WH EF SSOP GMP (N/L, M/L, Yes No
(L/M/H)
Auto)
Fisik:
Produk yang
mengandung Timbangan
Metal Kalibrasi Dikontrol
logam atau - √ - √ √ M Auto Yes - ditera setiap
detecting alat oleh GMP
benda asing akan digunakan
tidak
terdeteksi.
Fisik:
Kesalahan Pengecekan
Pengemasan Human kode dan Dikontrol input data yang
- - √ - √ H Auto Yes -
dan Pelabelan error tanggal oleh GMP masuk pada jet
produksi dan printing.
kedaluwarsa
Suhu cold room
Biologi: dijaga ≤-18oC.
Penyimpanan Penyimpa- Dikontrol
Kontaminasi √ √ - - √ L Auto - No Penerapan
cold room ngan suhu oleh GMP
bakteri sistem First in
First out.
Penanganan
Fisik:
Penanganan Dikontrol dilakukan secara
Produk - √ √ - √ L M/L - No
yang salah oleh GMP cermat dan hati-
Loading dan rusak
hati.
Shipment
Biologi: Suhu kontainer
Peningkatan Dikontrol
Kontaminasi - √ - - √ L M/L - No dijaga
suhu oleh GMP
bakteri <-20oC
Keterangan : FS= Food Safety, WH= Wholesomeness, EF= Economic Froud, L= Low, M= Medium, H= High, N/L= Not Likely,
M/L= Might likely.
Lampiran 12 Identifikasi Titik Kendali Kritis (TKK) steak ikan patin
67
68
Pengawasan
TKK Bahaya nyata Batas kritis Tindakan koreksi Verifikasi
Apa Bagaimana Frekuensi Siapa
Metal Produk yang Semua Pemeriksaan Produk yang Setiap Karyawan Produk yang terdapat Pengecekan mesin
detecting mengandung produk lulus logam dan benda telah produk pengemasan logam dan benda asing metal detector
logam dan uji metal asing pada produk dikemas yang telah lain akan dipisahkan setiap 6 bulan.
benda asing detecting. yang telah dilalui metal dikemas untuk dilakukan
lainnya tidak dikemas. detector pengecekan lebih lanjut.
terdeteksi Memisahkan produk
tersebut.
Pencatatan dan
pengecekan produk lebih
lanjut.