MOHAMMAD ROFIQI
Judul Praktik Lapang : Penyusunan Hazard Analysis and Critical Control Point
Plan pada Pengalengan Tuna di PT Aneka Tuna
Indonesia
Nama : Mohammad Rofiqi
NIM : C34160044
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal
4
5
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik lapangan
dengan judul “Penyusunan Hazard Analysis and Critical Control Points pada
Pengalengan Tuna di PT Aneka Tuna Indonesia”. Laporan ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat pada mata kuliah Standardisasi dan Integrated
Quality Assurance (THP 301) dalam pelaksanakan kegiatan praktik lapang di
Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Laporan kegiatan praktik lapang disusun sebagai langkah
akhir dalam pelaksanaan praktik lapang pada tanggal 1 Agustus 2019 sampai 17
Agustus 2019 di PT Aneka Tuna Indonesia, Jawa Timur. Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam membantu
dalam menyelesaikan laporan kegiatan praktik lapangan ini, yaitu:
1 Bapak Dr.rer.nat. Kustiariyah, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing
akademik dan Sekretaris Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor atas segala
bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
2 Bapak Dr Bustami Ibrahim selaku dosen penguji atas segala bimbingan,
motivasi, dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis.
3 Ibu Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS, selaku Ketua Komisi Pendidikan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
4 Pihak PT Aneka Tuna Indonesia yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan praktik lapang di perusahaan.
5 Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan
praktik lapang ini.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
laporan praktik lapang ini sehingga besar harapan penulis pada kritik dan saran
yang dapat membangun serta memperbaiki laporan yang disusun. Penulis
berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan
dengan membacanya.
Mohammad Rofiqi
6
i
DAFTAR ISI
Rekomendasi 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 47
48
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dapat ditemui di supermarket dan outlet lainnya di seluruh Indonesia, dengan label
“SunBell” yang diproduksi oleh PT Aneka Tuna Indonesia.
Tujuan
METODOLOGI
Penyusunan Hazard
Analysis Critical Penilaian/Evaluasi Penerapan
Control Point (HACCP) Kelayakan Dasar
Plan
Lokasi
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
52A/KEPMEN-KP/2013 menyebutkan bahwa suatu UPI tidak boleh dibangun di
kawasan pemukiman atau kawasan industri lain yang dapat mencemari hasil hama
dan area yang terdapat limbah (padat ataupun cair) yang tidak dapat dihilangkan
secara efektif (KKP 2013). PT Aneka Tuna Indonesia terletak di Jl. Raya Gunung
Gangsir RT 007 RW 009, Nogosari, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur yang
memudahkan akses transportasi maupun pengendalian mutu dan keamanan
pangan oleh otoritas yang berwenang. PT Aneka Tuna Indonesia terletak dekat
dari kawasan pemukiman maupun kawasan industri yang dapat mencemari hasil
perikanan yang diolah. Daerah Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur merupakan daerah
yang memiliki air dan tanah dengan kualitas baik sehingga memungkinkan PT
Aneka Tuna Indonesia untuk mendapatkan air yang berkualitas untuk proses
produksi tuna dalam kemasan kaleng.
Bangunan
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75/M-
IDN/PER/7/2010 menyatakan bahwa lingkungan suatu unit pengolahan harus
bersih, tidak terdapat sampah, serta jalan menuju tempat produksi tidak
menimbulkan debu (dilapisi semen/batu bata/paving block), dan memiliki saluran
air bersih (Kemenperin 2010). Bangunan UPI harus memiliki ruang produksi yang
cukup untuk melangsungkan kegiatan produksi dalam kondisi higienis dengan
tujuan menghindari kontaminasi terhadap produk yang dihasilkan. Ruang
penanganan bersih dan ruang penanganan kotor sebaik nya dipisahkan. Desain
bangunan harus dirancang dan ditata sedemikian rupa untuk mendukung proses
pengolahan secara saniter, cepat, dan tepat. Bangunan PT Aneka Tuna Indonesia
telah dirancang dan ditata dengan baik. Pengaturan dan pemisahan ruang telah
dilakukan berdasarkan pengelompokan area produksi menjadi area Produksi 1
(cold storage, defrosting, butchering and rinsing, cooking), area Produksi 2
(pre-
cleaning, cleaning, packing, seaming), dan area Produksi 3 (retort, warehouse).
Pemisahan ruangan antar proses dalam proses juga dilakukan apabila diperlukan .
Ruangan pre-cleaning dipisahkan dari ruangan proses lain dalam area Produksi 2
menggunakan dinding dan pelapis untuk menghindari kontaminasi silang. Jalan
menuju tempat produksi berbahan dari aspal ataupun semen yang tidak
menimbukan debu. Saluran air bersih di PT Aneka Tuna Indonesia bersumber dari
4 sumur air bersih di dalam perusahaan dan sudah mencukupi untuk suplai
keperluan produksi dan sanitasi di PT Aneka Tuna Indonesia. Kondisi ruang
produksi di area Produksi 1,2, dan 3 relatif mudah dibersihkan sehingga mampu
menghindari produk dari kontaminasi.
Lantai
Lantai UPI harus memiliki konstruksi kemiringan yang cukup, kedap air,
mudah dibersihkan dan saniter, serta dirancang sedemikian rupa dengan tujuan
memudahkan pembuangan air. Lantai pada area Produksi 1 bagian cold storage
dilapisi semen yang bertekstur halus sehingga memudahkan untuk pembersihan.
Lantai pada bagian raw material (buthering and rinsing dan cooking) dilapisi
semen yang bertekstur agak kasar untuk menghindari tenaga kerja tergelincir
namun lantai di bagian raw material adalah kurang rata sehingga terdapat
genangan air di area produksi. Lantai pada area Produksi 2 berwarna hijau, kedap
air, agak licin, tidak bersifat toksik, dan mudah dibersihkan. Kemiringan lantai
pada area Produksi 2 juga telah disesuaikan untuk memudahkan pembuangan air.
Lantai di area Produksi 3 bagian retort dilapisi oleh semen yang bertekstur sedikit
kasar. Lantai di area Produksi 3 bagian warehouse dilapisi oleh semen yang
bertekstur halus.
Dinding
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75/M-
IDN/PER/7/2010 menyatakan bahwa konstruksi dinding suatu unit pengolahan
harus mudah dibersihkan dan didesinfeksi (Kemenperin 2010). Dinding ruang
produksi harus terbuat dari bahan yang tidak beracun, memiliki permukaan yang
halus, kuat, kedap air, rata, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah
mengelupas, dan mudah dibersihkan. Dinding di ruang produksi dilapisi dengan
keramik setinggi 2 meter berwarna putih yang halus, kuat, tidak toksik, dan tidak
dalam kondisi terkelupas/retak. Pertemuan antara dinding dan lantai di area
Produksi 2 tidak menyudut sehingga tidak menimbulkan penyimpanan kotoran dan
mudah dibersihkan.
Langit-langit
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75/M-IND/PER/7/2010
menyatakan bahwa atap suatu unit pengolahan terbuat dari bahan yang tahan
lama, kedap air dan tidak bocor, serta tidak mudah terkelupas. Atap harus mudah
dibersihkan, tidak berlubang dan tidak retak, sehingga mampu mencegah keluar
masuknya binatang, termasuk serangga dan tikus. Permukaan langit-langit harus
rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan (Kemenperin 2010). Kondisi langit-
langit di ruang produksi telah memenuhi persyaratan. Langit-langit dalam keadaan
bersih, berwarna terang, tidak bocor, mencegah pertumbuhan jamur dan
pengelupasan, dan mudah dibersihkan.
Pintu
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75/M-IND/PER/7/2010
menyatakan bahwa persyaratan pintu suatu unit pengolahan yaitu terbuat dari
bahan tahan lama, kuat dan tidak mudah pecah, permukaan pintu ruangan rata,
halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, serta pintu ruangan dan tirai udara
harus mudah ditutup dengan baik, serta dapat membuka keluar (Kemenperin
2010). Pintu ruang produksi terbuat dari bahan yang tahan lama, kuat dan tidak
mudah pecah dan dilapisi dengan stainless steel sehingga permukaan pintu rata,
halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Beberapa pintu tertentu pintu
ditutupi oleh tirai plastik yang kuat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Kondisi
pintu di ruang produksi telah memenuhi persyaratan.
Jendela dan Ventilasi
Jendela di unit pengolahan harus didesain untuk mencegah akumulasi
kotoran/debu, dilengkapi dengan kasa pencegah masuknya serangga dan mudah
dibersihkan (Kemenperin 2010). Kondisi jendela di ruangan produksi sesuai
dengan persyaratan yang ada. Jendela tertutup dengan kaca yang mudah
dibersihkan.
Ventilasi diatur oleh exhaust fan yang dipasang di beberapa titik di dalam
ruangan. Lubang ventilasi dilengkapi filter untuk menghindari pencampuran udara
bersih dengan udara luar yang mungkin membawa kontaminan ke ruang produksi.
Kondisi ventilasi telah sesuai persyaratan karena sirkulasi udara di ruang produksi
terjaga untuk menghindari kondensasi.
Pencahayaan
Pencahayaan harus tersedia untuk memudahkan pelaksanaan proses
produksi yang higienis. Pencahayaan alami maupun buatan harus dalam intensitas
yang cukup untuk operasional produksi (BSN 2011). Pencahayaan buatan
bersumber dari lampu yang menghasilkan sinar putih. Pencahayaan buatan di
ruang produksi dalam keadaan baik dan dalam jumlah sesuai kebutuhan untuk
menjalankan proses produksi. Pelindung lampu digunakan untuk menghindari
jatuhan partikel maupun kontaminan lainnya terhadap bahan pangan. Kondisi
pencahayaan di ruang produksi telah memenuhi persyaratan.
Pasokan Air
Air merupakan komponen penting dalam proses pengolahan hasil
perikanan. Penggunaan air untuk penanganan dan pengolahan produk hasil
perikanan harus sesuai persyaratan kualitas air minum dalam Permenkes Nomor
492 Tahun 2010 yaitu tidak berwarna atau berwarna jernih, tidak berabu, dan
tidak berasa. Air yang digunakan dalam proses produksi di PT Aneka Tuna
Indonesia bersumber dari sumur yang telah difiltrasi dan diberi penambahan
sodium klorin sebanyak 0,2-0,8 ppm. Air yang disalurkan dari sumur ke ruang
produksi kemudian dimurnikan dengan water purifier sebelum digunakan dalam
proses produksi.
Pengelolaan Limbah
Sarana pembuangan dan penanganan limbah di perusahaan dibedakan
antara limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan dari proses
produksi diolah secara mekanik/fisik untuk memisahkan residu limbah padat atau
benda padat lain dari limbah cair menggunakan separator. Limbah cair kemudian
dialirkan ke IPAL untuk diolah secara biologis menggunakan lumpur aktif dan
bakteri. Aerator yang dimiliki oleh IPAL PT Aneka Tuna Indonesia adalah
sebanyak 2 alat. Limbah padat yang dihasilkan berupa sirip, jeroan, tulang, kepala
diolah menjadi tepung ikan (fish meal).
Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk pada tempat pengolahan pangan,
ruang penyimpanan, area kerja, serta lingkungan sarana produksi. Sistem
pembuangan limbah dan drainase didesain untuk meminimalkan terjadinya
kontaminasi pangan atau air minum. Tempat pembuangan limbah harus dijaga
agar tetap bersih (BSN 2011).
Pencegahan Kontaminasi
Perusahaan memiliki kebijakan untuk kegiatan pencegahan kontaminasi.
Ruang proses harus dalam keadaan bersih dan tertutup, Dinding, lantai, dan
langit- langit didesain untuk mudah dibersihkan dan dijaga kebersihannya dan
terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah, tidak terserap, tidak licin, dan tidak
beracun. Ruang penerimaan harus tertutup dari lingkungan luar. Kondensasi tidak
boleh terjadi di ruang produksi. Kebijakan perusahaan terkait pencegahan
kontaminasi mengacu pada Kepmen No 52A/KEPMEN-KP/2013 F.2.b.
Pemeriksaan kebersihan ruangan dilakukan setiap hari pada sebelum,
selama, dan sesudah proses. Kebersihan ruang proses diperiksa secara visual oleh
kepala unit pada setiap jam. Kontaminasi harus dipastikan tidak terjadi dalam
ruangan. Ruangan harus segera dibersihkan jika terjadi kontaminasi. Kondisi
dinding, lantai, dan langit-langit diperiksa secara visual oleh kepala unit pada hari
sebelum produksi dimulai dan selama produksi. Segala kerusakan dilaporkan
untuk
penjagaan dan perbaikan sesuai jrnis kerusakan. Ventilasi dibuat dengan
menggunakan kipas exhaust dan ditutup dengan pelindung/filter. Rekaman data
untuk pemeriksaan kebersihan ruangan, dinding, lantai, langit-langit dan ventilasi
tertuang pada checksheet kebersihan peralatan dan ruangan.
Kebersihan Pribadi
Pelaksanaan program mengenai kebersihan pribadi mengacu pada Kepmen
No. 52A/KEPMEN-KP/2013 F.4. Pekerja yang menangani pangan harus dalam
kesehatan yang baik, mulai dari kesehatan mulut hingga kesehatan secara umum.
Infeksi/luka pada kulit pekerja harus ditutup dengan penutup luka tahan air.
Pekerja yang memiliki luka/infeksi dipindahkan ke bagian lain apabila
berpeluang untuk mengontaminasi produk. Pekerja yang sakit harus mendapat
tindakan secara medis. Fasilitas klinik disediakan perusahaan dengan dokter dan
perawat setiap setiap hari. Pekerja yang menderita diare, muntah-muntah atau
infeksi dari bahan pangan harus tidak ikut bekerja, dan hanya dapat kembali
setelah benar-benar sebuh dari gejala selama 2 hari. Pekerja tersebut harus
menjauh lagi apabila muncul gejala kembali. Pekerja harus dalam kondisi bersih
yang meliputi kebersihan tangan, kuku, hidung, mulut, telinga, mata, rambut,
kulit dan jenggot. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala, yaitu
pemeriksaan kesehatan sebelum perekrutan karyawan dan pemeriksaan
keseluruhan setiap tahun termasuk thoraks dan darah. Pekerja dilarang merokok
di area perusahaan. Pekerja dilarang meludah, makan, dan/atau berperilaku buruk
dalam ruang proses dan penyimpanan. Tanda peringatan berkenaan dengan
perilaku bekerja disediakan di ruang ganti dan ruang proses. Pengawasan
perilaku bekerja dilakukan oleh staf QC di ruang proses dan penyimpanan.
Pelatihan/pendidikan ulang dilakukan pada pekerja yang berperilaku bekerja tidak
benar. Rekaman data pengawasan perilaku bekerja tertuang dalam
dokumen pelatihan.
Pekerja harus memcuci tangan secara teratur sepanjang hari kerja, paling
tidak sebelum bekerja, setelah dari toilet, setelah menyentuh benda yang tidak
bersih dan/atau menyentuh anggota badan. Cuci tangan dilakukan di tempat
khusus yang telah disediakan di pintu masuk ruang produksi. Pintu masuk ruang
produksi juga dilengkapi tempat pencucian kaki menggunakan air bersih dengan
bahan sanitizer dan air selalu diganti secara berkala. Kebersihan tangan pekerja
diperiksa oleh kepala produksi secara visual pada pintu masuk dan di dalam ruang
proses. Pekerja yang kondisi tangannya ditemukan kurang bersih harus melakukan
pencucian tangan ulang. Rekaman data untuk pengawasan kebersihan tangan
tertuang dalam catatan kebersihan pekerja dam pencucian tangan. Tes swab
tangan dilakukan oleh staf QC pada setiap minggunya. Rekaman data untuk tes
swab tangan tertuang dalam FRM.QA.03. Konsentrasi klorin pada tempat
pencucian tangan dan kaki diinspeksi oleh staf QC setiap dua hari sekali.
Konsentrasi klorin untuk pencucian tangan adalah 50 ppm, sedangkan untuk
pencucian kaki adalah 100-200 ppm. Rekaman data untuk pengawasan
konsentrasi klorin tertuang dalam FRM.QCP.25.
Sortasi
Sortasi ikan tuna bertujuan mendapatkan jenis dan ukuran ikan yang
seragam. Ikan digolongkan menjadi beberapa ukuran yaitu S, 2S, 3S, M, L1 dan
L2. Jenis ikan yang digunakan adalah skipjack tuna (SJ), yellow fin tuna (YF),
yellow fin big eye tuna (YFB), bonito, tonggol, dan albacore tuna. Proses sortasi
ikan tuna dilakukan secara manual oleh staf cold storage. Temperatur harus dijaga
pada suhu dibawah 4℃ khusus untuk ikan tuna segar. Benda asing yang
ditemukan harus dibuang. Ikan yang telah disortasi kemudian diberi label pada
boks yang berisi keterangan mengenai ukuran, spesies, kapal tangkap dan
kedatangan. Rekaman data mengenai sortasi ikan beku dituangkan dalam
FRM.CS.28. Rekaman data mengenai sortasi ikan tuna segar dituangkan dalam
FRM.CS.14.
Cold Storage
Tujuan penyimpanan ikan dalam cold storage adalah menyimpan ikan
dalam temperatur yang dijaga pada 18 ± 3℃ untuk mempertahankan kualitasnya.
Ikan yang telah disortasi kemudian disimpan dalam cold storage untuk
mempertahankan mutunya. Waktu penyimpanan maksimum ikan tuna dalam cold
storage adalah 3 bulan. Ikan yang pertama masuk cold storage harus keluar
terlebih dahulu atau disebut sistem First In First Out (FIFO). Temperatur cold
storage dicek setiap jam oleh operator cold storage. Perekaman data mengenai
cold storage tertuang dalam FRM.CS.10.
Thawing
Thawing atau pelelehan dilakukan pada ikan tuna beku sebelum dilakukan
proses selanjutnya. Proses thawing dilakukan untuk memudahkan proses
pemotongan. Thawing dilakukan menggunakan air dengan cara sirkulasi dan
perendaman. Air yang digunakan sesuai dengan persyaratan dari otoritas yang
berwenang. Ikan tuna beku dipindahkan dari cold storage menuju tangki
pelelehan. Tangki pelelehan kemudian diisi dengan air sesuai jadwal. Air
disirkulasikan dan diatur suhunya (maksimum 20℃). Ikan dibiarkan meleleh
hingga mencapai suhu yang ditentukan sesuai panduan (-2~+3 ℃). Waktu
pelelehan pada tiap proses dicek menggunakan jam oleh staf QC proses dan
direkam pada FRM.CS.11. Sebanyak 3 ikan tiap tangki diperiksa temperaturnya
sebelum dan sesudah pelelehan menggunakan termometer oleh staf defrost.
Perekaman data mengenai temperatur ikan pada proses thawing tertuang dalam
FRM.CS05.
Pemuatan Ikan
Pemuatan ikan dilakukan untuk memuat ikan dalam jenis dan ukuran yang
sama ke dalam basket pre-cooker. Ikan ditempatkan kedalam basket dalam posisi
perut berada dibawah (belly down). Pemilihan posisi ini bertujuan agar minyak
dan air dari tubuh ikan dapat jatuh ke bawah. Setiap basket berisi satu jenis ikan
dalam ukuran yang sama. Pengawasan yang dilakukan pada proses ini adalah
pengecekan jenis dan ukuran ikan secara visual oleh staf Cutting. Rekaman data
mengenai proses pemuatan ikan tertuang dalam FRM.RM.03.
Pendinginan Ikan
Pendinginan ikan bertujuan mendinginkan ikan sampai suhu yang cukup
untuk ditangani secara manual, mencegah gosong, dan menjaga kelembapan kulit
ikan tuna untuk memudahkan penghilangan kulit. Pendinginan dilakukan dengan
penyiraman dengan misting shower. Ikan didinginkan dalam waktu yang cukup.
Penyiraman air dilakukan pada ikan tuna selama 10-70 menit. Ikan tuna
selanjutnya diberi perlakuan misting dalam ruang pendinginan sebelum proses
pre-cleaning. Waktu tunggu antara pendinginan ikan dengan pre-cleaning tidak
boleh lebih dari 12 jam. Pengawasan dilakukan pada suhu setelah pendinginan
dan kualitas air.
Pengawasan suhu setelah pendinginan dilakukan oleh staf Cooking dan QC proses
dan rekaman data tertuang dalam FRM.RM.06. Pengawasan kualitas air dilakukan
oleh staf QC analisa dan rekaman data tertuang dalam FRM.QCA.02.
Pre-Cleaning
Pre-cleaning bertujuan mendapatkan ikan bebas dari kepala, ekor, sisik,
dan kulit serta tidak ada ikan rijek. Pre-cleaning dilakukan dengan menghilangkan
kepala, ekor, sisik, dan kulit serta memisahkan ikan rijek. Ikan pertama-tama
diperiksa kondisinya secara visual. Ikan rijek dipisahkan apabila ditemukan. Sisik
dan kulit ikan tuna dihilangkan menggunakan pisau. Kepala, duri, sisa darah, dan
ekor ikan dihilangkan dengan tangan. Ikan tuna kemudian ditempatkan dalam
kondisi tanpa kepala dan kulit dalam tray stainless. Pengawasan dilakukan pada
kualitas seluruh ikan. Kualitas ikan tuna diuji secara sensori dan visual oleh
pekerja pre-cleaning. Rekaman data mengenai proses pre-cleaning tertuang dalam
FRM.PCL.01, FRM.PCL 02, FRM.PCL.03, dan FRM.PCL.04.
Loin Cleaning
Loin cleaning bertujuan mendapatkan loin tanpa kepala, kulit, tulang, dan
cleaning defect lain, serta fragmen logam. Loin cleaning dilakukan dengan
menghilangkan tulang, daging merah dan pembuluh darah dan menghilangkan
ikan rijek. Loin harus dipastikan tidak terkontaminasi jerohan sebelum proses
pembersihan dilakukan. Ikan diletakkan disatu tangan dan pisau berada di tangan
yang lain. Ikan dibelah dan tulang belakangnya dihilangkan. Ikan dibersihkan dari
daging darah, daging oranye dan sisik menggunakan pisau. Ikan tuna kemudian
dikuliti dari ekor ke arah kepala dan duri ikan dihilangkan. Ikan dibawa ke
packing area secepat mungkin. Ikan harus disimpan dalam ruang pendingin
apabila penundaan menuju area packing lebih dari 2 jam. Pengawasan proses loin
cleaning dilakukan pada kualitas loin, higiene pekerja, peralatan cleaning, kondisi
cleaning ikan dan waktu penundaan antara cooking dan cleaning. rekaman data
pengawasan proses loin cleaning tertuang dalam FRM.CL.03 dan FRM.CL.11.
Flaking
Proses flaking bertujuan mendapatkan keseragaman serpihan daging tuna.
Flaking atau penyerpihan dilakukan dengan mengurangi ukuran loin untuk
mendapatkan ukuran serpihan yang seragam. Proses flaking dilakukan oleh
pekerja bagian packing.Mesin diperiksa terlebih dahulu sebelum dioperasikan.
Mesin pembuat serpihan kemudian diatur kecepatannya untuk memperoleh
ukuran yang tepat dengan standar spesifikasi serpihan. Loin kemudian diambil
dan dimasukkan ke dalam mesin pembuat serpihan. Pengawasan dilakukan pada
mesin pembuat serpihan oleh staf packing secara visual pada setiap jam. Rekaman
data pengawasan proses flaking dituangkan dalam FRM.PK.18 dan FRM.PK.02.
Deteksi Logam
Deteksi logam dilakukan dengan tujuan menentukan kontaminasi logam
(jika ada). Bahan logam yang terdapat pada flake dan loin dapat ditangkap oleh
magnet bar dan terdeteksi metal detector. Deteksi kontaminasi logam dilakukan
pada flake dan loin menggunakan metal detector. Alat deteksi logam untuk flake
terdapat 2 konveyor yakni sorting belt conveyor dan metal detector conveyor.
Flake digerakkan dari mesin pembuat serpihan menuju sorting belt conveyor yang
berjalan. Flake dari sorting belt conveyor akan dilewatkan menuju metal detector
conveyor, kemudian flake diterima di hopper. Deteksi logam pada loin dalam boks
plastik dilakukan dengan melewatkan loin dalam boks plastik menuju metal
detector, sedangkan loin dalam baki stainless steel dipindahkan ke belt conveyor
metal detector secara manual. Magnet bar terletak di akhir sorting belt conveyor
dan akhir metal detector conveyor. Magnet bar berfungsi menangkap kontaminan
yang mengandung logam yang lebih kecil daripada sensitivitas metal
detector.Penanggung jawab pada proses ini adalah bagian pengemasan.
Sensitivitas pemeriksaan metal untuk flake kandungan Fe Ø 1.2 mm, SUS Ø 3.0
mm, Non Fe Ø 2.0 mm dan untuk loin kandungan Fe Ø 3.0 mm, SUS Ø 4.8 mm,
Non Fe Ø 4.0 mm. Pengecekan alat pendeteksi logam dilakukan setiap setengah
jam untuk magnet bar secara visual dan setiap jam untuk metal detector
menggunakan tes kit dan rekaman data tertuang dalam FRM.PK.12 dan
FRM.PK.17.
Penerimaan Bumbu
Penerimaan bumbu bertujuan menerima bumbu dari pemasok. Tahap
penerimaan bumbu bertujuan menerima bumbu dalam kondisi yang baik (sesuai
spesifikasi), bebas dari kontaminasi benda asing dan tidak terdekomposisi.
Penanggung jawab tahap penerimaan bumbu adalah bagian Seasoning. Bahan
kering dan sega serta atribut penunjang bahan yang diterima diperiksa terlebih
dahulu. Bahan-bahan yang diterima diawasi selama proses bongkar muat dari
kontainer/truk. Bahan kemas bumbu dipastikan diterima dalam kondisi baik.
Bumbu kemudian dimuat untuk disimpan. Kontaminasi benda asing dihilangkan
apabila terdapat pada bumbu yang diterima. Pengawasan dalam tahap penerimaan
bumbu dilakukan pada mutu bumbu. Mutu bumbu diperiksa secara sensori pada
tiap kedatangan oleh staf QC dan data direkam pada FRM.SS.09.
Penyimpanan Bumbu
Penyimpanan bumbu dilakukan hingga sampai saatnya digunakan untuk
produksi. Penyimpanan bumbu bertujuan menjaga bumbu dan minyak tetap dalam
kondisi yang baik dan bebas kontaminasi. Bagian Seasoning bertanggung jawab
dalam tahap penyimpanan bumbu. Pertama-tama, label dicantumkan pada bumbu,
isi label meliputi no. Batch, tanggal kedatangan, dan tanggal kadaluarsa. Bahan-
bahan bumbu diletakkan diatas palet. Bahan-bahan bumbu disimpan pada kondisi
sesuai berdasarkan karakteristiknya. Bumbu yang membutuhkan penyimpanan
beku disimpan dalam cold storage dan anteroom. Kondisi bahan baku dan tanggal
kadaluarsa diawasi pada tahap ini. Kondisi bahan baku diperiksa oleh staf
Seasoning secara visual sebelum bahan baku digunakan. Tanggal kadaluarsa
diperiksa oleh staf Seasoning pada tiap batch. Rekaman data mengenai
pengawasan tahap penyimpanan bumbu tertuang dalam FRM.SS.07.
Pengisian Daging
Pengisian daging bertujuan mendapatkan kualitas dan penampilan produk
yang telah dikemas sesuai dengan spesifikasi produk sera mendapatkan berat
kaleng yang sudah dikemas dalam range berat. Tiap jenis produk memiliki kriteria
pengisian daging yang berbeda, yaitu flake, chunk, dan solid. Flake terdiri dari
serpihan loin dari mesin pembuat serpihan. Chunk terdiri dari 70-80% loin dan 20-
30% flake. Solid terdiri dari 80-90% loin. Flake filler digunakan untuk mengisi
flake kedalam Luthi tuna packer dan Tunipack untuk produk chunk dan solid.
Bagian packing bertanggung jawab dalam tahap pengisian daging. Loin
tuna bersih dan flake diperiksa secara visual untuk kecacatan. Kecacatan seperti
kerusakan warna, cleaning defect, dan benda asing dihilangkan sebelum
pengisisan kaleng. Loin harus dipotong rapi dan seragam untuk memastikan
ukuran piece yang sesuai untuk jenis kemasan yang digunakan. Kaleng diisi
dengan daging menggunakan tangan atau mesin untuk memastikan kaleng terisi
pada level yang sesuai. Kaleng yang telah terisi diperiksa beratnya dengan
timbangan otomatis. Kaleng yang terisi tidak sesuai diambil dan dikoreksi dengan
menambahkan atau mengurangi daging atau dirijek apabila diperlukan. Berat
kaleng yang sudah terisi harus dipastikan memenuhi kesesuaian berat.
Persentase flake, pengecek berat otomatis, berat kotor, dan air dari
pencucian kaleng harus diawasi pada tahap pengisian kaleng. Persentase serpihan
diawasi dengan menimbang serpihan dan loin dalam 5 kaleng setiap jam oleh
kepala unit Packing. Pengecek berat otomatis diperiksa anak timbangannya oleh
kepala unit Packing pada tiap jam. Berat kotor diperiksa oleh staf QC Proses
dengan menimbang 10 kaleng tiap 30 menit. Air dari pencucian kaleng diperiksa
oleh staf Packing setiap jam secara visual. Rekaman data pengawasan tahap
pengisisan daging tercatat pada FRM.QCP.18, FRM.PK.02, dan FRM.QCP.18.
Pengisian Media
Pengisian media bertujuan mengisi air garam, minyak, kaldu sayur dalam
kuantitas yang tepat ke dalam kaleng. Air garam dan minyak diisikan ke dalam
kaleng melalui tangki. Penanggung jawab tahap pengisian media adalah bagian
Seamer. Jumlah cairan minyak, air, kaldu, air garam dan/atau bahan lain harus
dipastikan memenuhi komposisi produk, spesifikasi, dan berat jenis yang
disyaratkan. Kuantitas pengisian cairan ke dalam kaleng harus dipastikan pada
interval yang cukup dengan menambah katup pembuka dari minyak dan/atau air
garam. Tingkat saklar harus diperiksa dan dipastikan stabil. Head space harus
dipastikan ada dalam tiap kaleng yang terisi. Pengawasan dilakukan pada berat air
garam dan minyak serta berat kotor. Berat air garam dan minyak diperiksa oleh
operator seamer setiap 30 menit menggunakan timbangan digital. Berat kotor
diperiksa oleg staf QC Proses tiap 10 kaleng tiap 30 menit menggunakan
timbangan digital. Rekaman data pengawasan tahap pengisisan media dicatat pada
FRM.SM.09, FRM.SS.13.FRM.SS.15, dan FRM.SS.07.
Seaming
Seaming bertujuan menghasilkan double seam yang sesuai standar
spesifikasi dari produsen kaleng untuk menghasilkan produk yang hermetis.
Bagian seaming bertanggung jawab pada tahap seaming. Rol seaming diatur agar
sesuai dengan ukuran, bentuk, dan jenis kaleng. Mesin seamer diatur sedemikian
rupa berdasarkan standar spesifikasi seaming sehingga menghasilkan produk yang
hermetis. Seam kaleng diperiksa untuk kehalusan dan kerapatan.
Seamer segera dihentikan untuk tindakan korektif apabila terjadi kecacatan
pada kaleng. Bagian atas seam dan kode kaleng diperiksa tiap 15 menit selama
pengoperasian untuk tiap seamer. Satu kaleng dari masing-masing head seamer
diambil untuk pengujian tear down palig tidak setiap 2 jam pengoperasian seamer,
setelah macet, atau setelah mati dalam waktu lama. Vakum kaleng harus
dipastikan sesuai dengan prosedur penggambaran vakum cukup untuk
mempertahankan kaleng cekung pada 35℃. Kaleng dan seam dibuka, diukur, dan
diperiksa untuk memastikan bahwa sesuai dengan rekomendasi produsen kaleng
dan seamer. Apabila ditemukan seam yang cacat, seamer dihentikan dan isolasi
semua produk jadi yang dilewatkan pada seamer sejak pemeriksaan seam kaleng
dan ditahan untuk pengujian selanjutnya. Mesin seamer disetel ulang dan hasil
seaming diuji ulang setelah penyebab kerusakan seam ditentukan. Hasil seaming
harus masuk standar sebelum mesin kembali berproduksi. Kaleng yang penyok
harus di rijek.
Pengawasan dilakukan pada lid, visual seam, hasil seam, double seam, dan
vakum. Semua lid diperiksa secara visual. Pengujian eksternal visual seam
dilakukan oleh operator seamer. Hasil seaming diperiksa tiap 1 kaleng per head
seamer setiap jam. Double seam diuji tear down tiap 3 potongan penampang
melintang tiap kaleng dan 1 kaleng per head maksimal tiap 4 jam. Vakum diuji
dengan vacuum gauge tiap jam pada masing masing mesin. Pengawasan pada
tahap seaming dilakukan oleh operator seamer (khusus lid UC 70 diperiksa oleh
pekerja empty can). Rekaman data pengawasan pada tahap seaming tertuang pada
FRM.SM.01A, FRM.SM.01B, FRM.SM.05, FRM.SM.02, FRM.SM.07, dan
STD.QC.05.
Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan untuk mendapatkan produk yang tersterilisasi secara
komersial dan rasa yang diinginkan. Proses sterilisasi minimum mencapai nilai
F0≥5. Bagian retort bertanggung jawab atas tahap sterilisasi yang dilakukan.
Produk dimuat ke dalam basket, dimuat ke retort dan pintu rtort ditutup. Proses
sterilisasi dimulai dengan mengatur waktu proses, suhu, waktu pendinginan
tergantung dari jenis produk dan ukuran kaleng. Waktu antara seaming kaleng
pertama dari lot sampai proses retort tidak boleh lebih dari 1 jam. Keterlambatan
lebih dari 1 jam dinyatakan sebagai penyimpangan. Penggunan peralatan dan
prosedur, waktu dan suhu proses serta catatan harus disetujui oleh staf yang
berwenang. Produk yang tidak sesuai harus ditahan untuk investigasi.
Bagian retort bertanggung jawab atas implementasi prosedur sterilisasi.
Pengawasan dilakukan pada suhu awal produk, waktu dan suhu vent, suhu dan
waktu retort, MIG, indikator sterilisasi, tingkat residu klorin, dan mulainya
pendinginan setiap retort. Suhu awal produk diperiksa oleh operator retort pada
setiap siklus retort dengan menggunakan termometer. Waktu dan suhu vent
diperiksa oleh operator retort pada setiap proses sterilisasi dengan mencatat
waktu, suhu, dan tekanan masing-masing retort. Suhu dan waktu retort diperiksa
oleh operator retort pada masing-masing retort dengan mengatur suhu dan waktu
otomatis. Metal inert gas (MIG) harus dipastikan sesuai dengan grafik sebanyak 3
kali pengecekan setiap siklus dengan mencatat suhu yang ditunjukkan oleh MIG.
Indikator sterilisasi ditempatkan ke setiap basket oleh operator retort. Tingkat
residu klorin diperiksa oleh staf QC pada setiap siklus retort menggunakan DPD-1
comparator disk. Suhu dan waktu pendinginan diperiksa oleh staf QC pada
permulaan pendinginan setiap retort dengan melihat jam dan pengukur tekanan.
Rekaman data pengawasan pada tahap sterilisasi dicatat dalam FRM.RT.01,
FRM.RT.02, FRM.RT.06.
Pencucian Kaleng
Pencucian kaleng dilakukan untuk produk yang diekspor ke Jepang.
Pencucian kaleng bertujian bertujuan mendapatkan kaleng yang bersih dari
minyak dan kotoran. Bagian Warehouse bertanggung jawab atas penerapan
prosedur pencucian kaleng. Kaleng dilewatkan pada can washer II. Kaleng
disemprot dengan air panas yang mengandung detergen. Kaleng kemudian dibilas
dengan air dan air dihilangkan dengan udara bertekanan.
Inkubasi
Inkubasi bertujuan mendapatkan produk yang tidak mengalami perubahan
pH dan vakum selama penyimpanan. Inkubasi dan penyimpanan produk
dilakukan sebelum memuat produk ke kontainer. Bagian Warehouse dan kontrol
proses bertanggung jawab pada tahap ini. Keranjang dibongkar dan produk dimuat
ke dalam palet. Palet diberi label yang berisi nama produk, tanggal produksi dan
nomor keranjang. Kondisi kaleng diperiksa dari palet ke palet sebelum proses
pelabelan. Produk disimpan dalam Warehouse hingga pengujian inkubasi selesai.
Inspeksi kaleng dilakukan setiap dua minggu seklai dengan cara
mengambil 3 kaleng per shift lalu dimasukan ke dalam inkubator suhu 37°C
selama 10 hari dan 55°C selama 5 hari. Produk yang telah dilakukan inkubasi
selama 3-5 tahun dicek kembalil ketahanannya dengan cara mengambil 3 kaleng
per shift (kaleng T2, T3 dan T2K) dan 2 kaleng per shift untuk produk UC lalu
dimasukan ke dalam inkubator suhu 37°C atau 55°C.
Pengecekan Vakum
Pengecekan vakum bertujuan memastikan semua kaleng harus memiliki
vakum minimum 1 cmHg sebagai indikator bahwa kebocoran tidak terjadi. Semua
kaleng kemudian dilewatkan ke alat pengecekan vakum. Pengecek vakum
diverifikasi dengan kaleng tidak vakum. Semua kaleng dilewatkan ke pengecek
vakum apabila pengecek vakum menyatakan “OK”. Operator mesin labelling
bertanggung jawab atas penerapan prosedur tahap ini. Pengecek vakum atau
pendeteksi dud diperiksa menggunakan produk cuan pada setiap jam oleh staf
Warehouse. Rekaman data pengawasan tahap pengecekan vakum terdapat pada
FRM.WH.02.
Tabel 3 Deskripsi produk tuna dalam kemasan kaleng PT Aneka Tuna Indonesia
Nama Produk Tuna kaleng
Nama spesies Katsuwonus pelamis, Thunnus albacore, Thunnus
allalunga, Thunnus obessus, Thunnus tonggol,
Euthynuss sp.
Asal bahan baku Alat tangkap : alat pancing, pukat cincin, jala
panjang, pukat
Wilayah : seluruh perairan Indonesia, impor (Laut
Hindia, Laut Barat Pasifik, Laut Timur Pasifik)
Area penangkapan : FAO no 051, 057, dan 071
Penerimaan bahan baku Tuna beku menggunakan transportasi truk
atau container berperndingin dan disimpan di
dalam cold storage yang suhunya dibawah
-18oC
Tuna segar dikemas dalam box es, dikirim
dengan truk dengan suhu pusat ikan kurang
dari 4oC dan ikan langsung diproses
Tuna loin beku dalam kemasan polybag
diterima dari supplier dengan suhu pusat <
-9oC, dengan transportasi kontainer
berpendingin dan disimpan di dalam cold
storage yang suhunya dibawah -18oC
Produk akhir Tuna kaleng dalam minyak sayur
Tuna kaleng dalam larutan garam
Komposisi Tuna
Minyak sayur : minyak kedelai, minyak bunga
matahari, dan minyak zaitun
Air
Bumbu : garam, kaldu sayur (VB76/VG910),
ekstrak kubis, ekstrak wortel, ekstrak bawang
bombay, Monosodium Glutamat (MSG),
Disodium 5’ Inosinate 50% + Disodium 5’
Guanylate 50 (I+G), Paprika Oleoresin,
Sodium Pyrophosphate
Taburan : cabe kering
Titik kendali kritis atau critical control points (CCP) diterapkan untuk
mencegah atau menghilangkan bahaya pada keamanan pangan atau
menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. Identifikasi titik kendali
kritis pada tiap tahapan dilakukan dengan menggunakan pohon keputusan. Hasil
identifikasi CCP secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 9. CCP pada
produk tuna dalam kemasan kaleng di PT Aneka Tuna Indonesia adalah sebagai
berikut.
1 Penerimaan bahan baku dan kualitas ikan
Bahaya signifikan dalam tahap penerimaan bahan baku dan kualitas ikan
adalah kadar histamin pada bahan baku. Tidak ada langkah lanjut setelah
tahap penerimaan bahan baku yang dapat menghilangkan kadar histamin.
Kadar histamin juga tidak dapat dikurangi hingga batas yang dapat diterima.
2 Seaming
Bahaya signifikan dalam tahap seaming adalah kaleng yang tidak
hermetis. Kaleng yang tidak hermetis terjadi karena double seam yang tidak
terbentuk/tidak sempurna. Tidak ada langkah selanjutnya setelah tahap
seaming yang dapat membuat kaleng menjadi hermetis.
3 Sterilisasi
Bahaya signifikan dalam tahap sterilisasi adalah spora Clostridium
botulinum. Spora clostridium botulinum dapat berada dalam produk
dikarenakan proses come up time, suhu, dan waktu sterilisasi yang tidak
tercapai. Tidak ada langkah setelah tahap sterilisasi yang dapat
menghilangkan spora Clostridium botulinum.
Penetapan batas kritis dilakukan agar proses produksi dapat dikelola untuk
menghasilkan pangan yang aman. Penetapan batas kritis untuk tahapan proses
yang teridentifikasi CCP mengacu pada standar dan pengalaman empiris
perusahaan. Hasil penetapan batas kritis pada tuna dalam kemasan kaleng dapat
dilihat pada Lampiran 10. Batas kritis untuk setiap CCP pada tuna dalam kemasan
kaleng adalah sebagai berikut.
1 Batas kritis untuk tahap penerimaan bahan baku dan kualitas ikan adalah kadar
histamin ≤50 ppm.
2 Batas kritis untuk tahap seaming adalah first OP seam thickness: 1,95;
seaming chuck height: 30,15; thickness body: 0,21; thickness area flange:
0,21.
3 Batas kritis untuk tahap sterilisasi adalah nilai F 0 minimal ≤5; waktu
sterilisasi: 55 menit; suhu sterilisasi: 115℃. Come up time retort: ASR KM: 6
menit, 11 menit, 2 menit; ASR FM (isi 8): 4 menit, 11 menit, 2 menit; ASR FM
(isi 5): 6 menit, 7 menit, 2 menit.
PENUTUP
Kesimpulan
Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
48
50
Lampiran 2 Label produk
52
1. -Kepmenkes Tidak ada Uji sensori Kualitas air Sumber Setiap Setiap Sensori Pempompaan Peta air
Kualitas Nomor hubungan (aroma, secara visual air/sumur hari bagian air dari sumur minum dan
dan 49/Menkes/ silang antara warna, rasa) diberhentikan non air
kemanan sistem air harus apabila air minum
air, es dan PER/IV2010 minum dan dilakukan. tidak
uap sistem non air Pipa dan memenuhi
-EU reg.
minum nomor katup spesifikasi
853/2004 Peta
air harus
art.3 dan distribusi air
ditandai.
Annex II, dengan
sec. VII ch. Sumber air Pengujian Fisik, kimia Sumur Setiap 4 Lab. Pengujian Air hanya outlet dan
IIIA dari sumur kualitas air dan bulan eksternal fisik, kimia, diambil dari katup air
secara mikrobiologi dan sumur yang yang sudah
-EU Reg. baik diberi nomor
berkala mikrobiologi
852/2004
art. 2 dan Pembuatan
Annex II ch. air garam
VII menggunakan Catatan hasil
penjernih air uji fisik,
51
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
2. - Kepmen Semua Peralatan Kebersihan Area Setelah Setiap Visual Pencucian Checksheet
Permuka- No permukaan harus dicuci peralatan produksi penggun bagian ulang. pembersihan
an 52A/Kep- peralatan setelah dan aan produksi Peralatan/per- peralatan
peralatan men- yang kontak digunakan perabotan abot yang dan
yang KP/2013 dengan dalam rusak diganti bangunan
kontak F.3.a; F.3.b; produk produksi, secara
dengan F.3.c selama misalnya: langsung.
produk produksi
harus dibuat
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
-Pembilasan
dengan air
-Pembilasan
dengan air
Limbah Kotak untuk Area Setiap Kepala unit Visual Kotak Checksheet
Peralatan dan
daging limbah produksi jam dibersihkan kebersihan
perabotan
ditempatkan daging sesegera peralatan
dipisahkan
pada kotak mungkin dan
untuk produk
yang apabila bangunan
dan limbah
spesifik ditemukan
53
54
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
dalam
kondisi kotor
Peralatan dan Meja Mikrobiologi Laborato Satu Staf QC Uji Swab Prosedur Form uji
perabotan dibersihkan -rium bulan kontaminasi Swab
dijaga secara internal sekali ditinjau
kebersihan- teratur kembali
nya selama
proses
produksi
Sampah
dibuang ke
wadah yang
telah
ditentukan
3. Pence- -Kepmen Ruang proses Pemeriksaan Kebersihan Ruang Setiap Kepala unit Visual Ruangan Checksheet
gahan No. dalam kebersihan ruang proses proses jam dibersihkan kebersihan
konta- 52A/KEPM keadaan ruangan jika peralatan
minasi EN-KP/2013 bersih dan setiap hari ditemukan dan
F.2.b tertutup pada dalam bangunan
sebelum, kondisi kotor
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
selama dan Kondisi Ruang Hari Kepala unit Visual Segala Checksheet
sesudah dinding, proses sebelum kerusakan kebersihan
Dinding, proses, dan lantai, dan produksi dilaporkan peralatan
lantai, dan tidak ada langit-langit dimulai untuk dan
langit-langit kontaminasi dan penjagaan bangunan
didesain limbah selama dan
untuk mudah produksi perbaikan
dibersihkan sesuai
dan dijaga dengan jenis
kebersihan- kerusakan
nya, terbuat
dari bahan Ventilasi Pengembu- Ruang Setiap Kepala unit Visual Kipas
yang tidak dibuat nan proses hari dibersihkan
mudah pecah, dengan dan exhaust
tidak benar ditambahkan
terserap, tidak mengguna- apabila
licin, dan kan kipas pengembunan
tidak beracun exhaust masih
untuk berlangsung
mencegah
pengembu-
Ruang
nan dan
penerimaan Pemeriksaan
ditutup
tertutup dari kebersihan
dengan
lingkungan
pelindung
55
56
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
4. Kepmen No. Kontaminasi Semua Kebersihan Pintu Setiap Kepala unit Visual Penggantian Checksheet
Pencega- 52A/KEPM silang muncul pekerja seragam masuk hari seragam kebersihan
han EN-KP/2013 jika GMP memakai ruang pekerja
kontami- F.4.b; F.4.c; tidak seragam proses
nasi silang F.4.d diterapkan yang sesuai
dan pekerja dan harus
tidak berganti
mengenakan setiap hari
seragam
dengan benar
Lay out dan Pemisahan Aliran Ruang Setiap Staf QC Aliran/lay out Pelatihan Checksheet
desain ruang produk dan proses hari produksi dan pekerja kebersihan
ruangan berdasarkan pekerja
dibuat untuk
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
Pemisahan
antara ruang
produksi
value added
product dan
plain
product
57
58
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
5. Kepmen No. Pekerja yang Infeksi/luka Kesehatan Pintu Setiap Staf QC Visual Pekerja Catatan
Kebersiha 52A/KEPM menangani pada kulit pekerja masuk hari dipindahkan kesehatan
n pribadi EN-KP/2013 pangan harus pekerja ruang Kepala unit ke bagian lain individu
F.4 dalam harus produksi apabila
kesehatan ditutup berpeluang
yang baik – dengan untuk
kebersihan penutup luka mengontamin
mulut sampai tahan air asi produk
kesehatan
secara umum
Pekerja Pekerja
dipindahkan menemui
ke bagian dokter untuk
lain apabila mendapat
berpeluang penanganan
untuk medis
mengontami
nasi produk
Tindakan
medis untuk
pekerja yang
sakit
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
Fasilitas
klinik
dengan
dokter dan
perawat
setiap hari
Pekerja yang
menderita
diare,
muntah-
muntah atau
infeksi dari
bahan
pangan
HARUS
tidak ikut
bekerja, dan
hanya dapat
kembali
setelah
59
60
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
benar-benar
sembuh dari
gejala
selama 2
hari. Pekerja
tersebut
harus
menjauh lagi
apabila
muncul
gejala
kembali
Kebersihan Pekerja Kebersihan Ruang Setiap Kepala unit Visual Kepala unit IK.SN.04
pekerja harus dalam karyawan produksi hari
kondisi
bersih yang
meliputi
kebersihan
tangan,
kukum
hidung,
mulut,
tekinga,
mata,
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
rambut,
kumis dan
jenggot
Pemeriksaan Pemeriksaan Kesehatan Klinik Tiap Staff yang Pemeriksaan Pekerja Berkas
kesehatan kesehatan pekerja keseha- rekrut- sehat umum dipindahkan pemeriksaan
secara berkala sebelum tan men ke bagian
perekrutan pekerja lain jika
dan memiliki
setiap peluang
tahun untuk
Pemeriksaan
mengontami-
keseluruhan
nasi
setiap tahun
termasuk
thoraks dan
darah
61
62
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
dan/atau
berperilaku
buruk dalam
ruang proses
dan penyim-
panan
Pekerja harus Tangan Kebersihan Pintu Setiap Kepala Visual Tangan Catatan
mencuci harus dicuci tangan masuk hari produksi/ke dicuci ulang kebersihan
tangan secara dan secara visual dan pala tim pekerja dan
teratur dikeringkan ruang pencucian
sepanjang sebelum proses tangan
hari kerja, memasuki
paling tidak ruang
sebelum produksi,
Pemeriksaan
bekerja, dengan
pencelupan
setelah dari langkah
tangan
toilet, setelah sebagai
menyentuh berikut:
benda yang
tidak bersih, Tangan Pemeriksaan
dan.atau dibasahi pencelupan
menyentuh dengan air- kaki air
sabun klorin
diambil
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
anggota secukupnya- Tes swab Ruang Setiap Staf QC Sampling Pencucian FRM.QA.03
badan tangan tangan proses minggu untuk tes tangan ulang
digosok- swab
tangan
dibilas Konsentrasi Produksi Dua hari Staf QC Tablet DPD Konsentrasi Pengendalia
Setiap pintu klorin sekali dengan klorin diatur n residu
dengan air-
ruang pembanding jika hasil tes klorin dalam
tangan
produksi tidak air
dicelupkan
harus memenuhi pencucian
ke dalam
dilengkapi syarat. tangan, air
larutan
dengan pencucian
klorin-
penucian kaki kaki, air dari
tangan
menggunakan pipa tangki
dikeringkan
air berih dan pencucian
selalu tangan
mengganti air ruangan
selama gelap
berkala. (FRM.QCP.
25)
6. Limbah -Kepmen Area Limbah Limbah Area Setiap Umum Visual Tumpahan
padat dan No. pembuangan padat padat dan proses hari limbah harus
limbah 52A/KEPM limbah dipisahkan cair dan dibersihkan
cair terpisah dan dari produk
tangki limbah utama dan
63
64
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
Tangki selesai
limbah dan proses
area limbah
Harus bersih
setelah
penggunaan
7. -Kepmen Populasi Penyelidikan Pengendali- Semua Setiap Tenaga Visual Intensitas Checksheet
Pembawa No. serangga dan an populasi area hari sanitasi penyemprota investigasi
hewan 52A/KEPM harus penyemprota serangga Manual n dan lalat mati
berbahaya EN-KP/2013 dikendalikan n tempat pengasapan pada EFK ,
Sanitasi
dan F.2.b5 berkembang ditingkatkan umpan, peta
pengenda- biak, tempat Peralatan jika EFK
lian hama tinggal, dan ditemukan
jalur masuk area dengan
serangga populasi
serangga
tinggi
Umpan Lubag pintu
beracun masuk
disediakan serangga
untuk diperbaiki
65
66
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
populasi atau
yang tinggi menutup
lubang
EFK
diletakkan di
dalam dan
setiap pintu
masuk ruang
produksi
Pengendalia
n serangga
di area
proses
Pemasangan
tirai air, tirai
udara tirai
plastik,
pelindung
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
ventilasi
udara,
pembunuh
serangga,
drainase
terlindung
Penggunaan
Lamda
Cylahothrin,
Cyperme-
thrin wp,
Cyperme-
67
68
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
thrin,
Imidakloprid
gel,
Azametiphos
, Temephos,
Thiameto-
xam
tinggal, dan
jalur masuk
Penggunaan
Brodifacoum
Coumatetra-
lyl, Flouo-
mafen, yang
diletakkan di
dalam
69
70
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
Rodent Bait
Station
(RBS) di
area luar
Pemetaan
pipa air dan
ventilasi di
dalam
bangunan
pabrik
8. -Kepmen Semua bahan Penggunaan Pelabelan Semua Setiap Setiap Manual dan Penambahan Rekaman
Pengguna No. kimia harus dan dan area hari bagian visual bahan kimia audit bahan
an bahan 52A/KEPM diberi label penyimpana penyimpa- kimia
kimia dan EN-KP/2013 yang n bahan nan
penyimpa F.2.b5 menunjukkan kimia dan
Pelabelan, Semua Setiap Staf QC Audit bahan Audit bahan
nan informasi kontainer
penyimpa- bagian bulan kimia kimia
tentang harus sesuai
produsen dan dengan nan, dan stok
instruksi standar
penggunaann prosedur,
ya terpisah dari
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
area
pengolahan,
Bahan dan tertutup
sanitizer dan
bahan kimia
untuk
keperluan Semua
sanitasi, bahan
pelumas, dan kimia/saniti-
pestisida zer dilabeli
harus
disimpan
pada tempat Semua
terpisah dan bahan
terkunci di kimia/saniti-
luar area zer dan
proses wadahnya
disimpan di
tempat yng
terpisah dan
tertutup
71
72
Monitoring Dokumen
Program
Kebijakan Tindakan dan
prasyarat Acuan Prosedur
perusahaan koreksi Rekaman
SSOP
Data
Jumlah dan
stok bahan
kimia/saniti-
zer dicatat
dalam setiap
penggunaan
pada kartu
stok
72
73
74
75
76
77
78
4a. Pelelehan (hanya Memudahkan proses 1. Ikan yang akan Pengawasan waktu FRM.CS.11
ikan beku): pemotongan. digunakan dilelehkan pelelehan pada tiap
pelelehan ikan secepatnya secara proses
menggunakan air seragam dengan aman, menggunakan jam
dengan cara menggunakan air yamg oleh staf Defrost
sirkulasi dan sesuai dengan dan staf QC Proses
perendaman persyaratan dari otoritas Pengawasan temperatur FRM.CS.05
yang berwenang ikan pada 3 ikan setiap
2. Ikan beku dipindahkan tangki sebelum proses
dari cold storage menuju pelelehan dan akhir
tangki pelelehan. Ikan pelelehan dengan
tidak boleh terlalu sedikit termometer oleh Staf
ataupun terlalu penuh Defrost
3. Tangki pelelehan diiisi
dengan air sesuai jadwal
4. Suhu diatur
maksimal 20 ℃ dan
tersirkulasi
5. Ikan dibiarkan
meleleh hingga mencapai
suhu yang ditentukan (-2
~
+3℃) (Tabel
Waktu Pelelehan
dapat
No Tahapan Proses Acuan Tujuan Teknik Pelaksanaan Monitoring Form Pencatatan
digunakan sebagai
panduan waktu untuk
penjadwalan)
6. Waktu dan suhu
dicatat pada Checksheet
Thawing
4b. Pelelehan udara dan Melelehkan loin beku a. Pelelehan Pengawasan temperatur FRM.QCP.13
pelelehan dengan dengan dengan udara pada 3 kantong setisp
steam (Loin beku) menggunakan udara -Metode Blower batch menggunakan
1. Loin beku dibongkar termometer oleh staff
dari tangki ikan. Loin PPIC, staf QC dan staf
tuna masak beku diatur Cleaning
ke dalam rak Pengawasan waktu
pelelehan. pelelehan setiap batch
2. Rak diletakkan di menggunakan jam oleh
ruang pelelehan dan staf PPIC, staf QC, dan
blower dinyalakan staf Cleaning
3. Pelelehan loin
dilangsungkan
hingga suhu loin
mencapai 0~15℃
4. Waktu pelelehan
dan suhu loin dicatat
b. Pelelehan
dengan steam
-Pelelehan dengan
metode sauna
1. Frozen loin
dibongkar dari fish boks
dan disusun dalam
basket
2. Basket diletakkan di
dalam cooker kemudian
cooker ditutup
79
80
81
82
83
84
85
86
14b. Sortir visual loin Loin bebas dari benda 1. Pengecekan serpihan Pengawasan benda
asing dan cleaning di konveyor secara asing dan cleaning
defect visual defect berkala secara
2. . Kontaminasi atau visual oleh staf Packing
daging yang kurang
bersih/daging merah,
kulit, tulang dll harus
dihilangkan
No Tahapan Proses Acuan Tujuan Teknik Pelaksanaan Monitoring Form Pencatatan
15 Deteksi logam 1. KEP DIRJEN P2HP Menentukan 1. Flake FRM.PK.12
(magnet bar dan NO. KEP 010 / DJ- kontaminasi logam a. Terdapat 2
metal detector) P2HP (jika ada) konveyor untuk
/ 2007 serpihan
2. Lampiran 1 BAB -Belt konveyor sorting
IV Ayat D -Belt konveyor metal
detektor
b. Serpihan yang keluar
dari mesin flaker menuju
belt konveyor sortir yang
berjalan
c. Serpihan dari belt
konveyor 1 akan FRM.PK.17
dilewatkan menuju belt FRM.PK.12
konveyor metal
detektor
d. serpihan
kemudian diterima di
hopper
e. Magnet bar terletak di
akhir konveyor sortir dan
akhir konveyor metal
detektor.
2. Loin
a. Loin untuk produk
protolan/solid
dilewatkan menuju metal
detektor
b. Loin di boks plastik
dapat dilewatkan menuju
metal detektor
c. Loin di baki stainless
steel dipindahkan ke belt
konveyor metal detektor
secara manual
87
88
89
90
21. Penyimpanan bumbu Bumbu dan minyak 1. Cantumkan label Pengawasan kondisi FRM.SS.07
tetap dalam kondisi yang berisi tentang bahan baku sebelum
baik dan bebas nomor batch, tanggal bumbu digunakan
kontaminasi. kedatangan dan tanggal secara visual oleh staf
kadaluarsa. Seasoning
2. Bahan-bahan
diletakkan diatas Pengawasan tanggal
palet. 3 Bumbu yang kadaluarsa pada
membutuhkan tiap batch
penyimpanan beku menggunakan
91
92
93
94
95
96
Perekaman
sterilisasi.indikator
setiap muat basket
dengan cara
menempatkan rekaman
ke setiap basket oleh
operator retort.
27. Pendinginan kaleng SNI 2712:2013 poin Produk didinginkan 1. Produk tuna Pengawasan tingkat FRM.RT.01
produk 10.2.15 Pendinginan sampai suhu pusat didinginkan setelah residu klorin setiap
produk kurang dari menyelesaikan satu siklus retort
50℃. Air pendingin siklus retort penuh. Suhu menggunakan
harus memenuhi kaleng setelah komparator disk oleh
standar fisika, kimia, pendinginan harus antara staf QC.
biologi. 40-50℃
Pengawasan suhu dan
waktu pendinginan pada
97
98
101
102
103
104
SNI 2332.9: 2015 Cara uji mikrobiologi Bagian 9 Cara uji mikrobiologi pada produk perikanan
SNI 01-2332.4:2006 Cara uji mikrobiologi Bagian 4 Penentuan Vibrio cholerae pada produk perikanan
SNI 01-2332.2:2006 Cara uji mikrobiologi Bagian 2 Penentuan Salmonella pada produk perikanan
Jumlah
10 Jumlah Hari Kerja : 20 hari/bulan
11 Asal Es Bentuk Es Penggunaan Es
a. Produksi sendiri dg kapasitas : ton a. Balok a. Penanganan c. Distribusi
b. Berasal dari : Supplier bahan baku segar b. Curai b. Penyimpanan d. Pengolahan
Sementara
12 Bahan Penolong/ Tambahan : - minyak sayur - soy bean oil - olive oil - cabe kering
- VG 910 - sun flower oil - EVOO - paprika oil
13 Jenis/ Bahan Kemasan : a. Inner b. Master
Kaleng Karton/Kardus
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
KETERANGAN
a. Minor (Mn) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi atau dibiarkan secara terus-
menerus akan berpotensi mempengaruhi mutu pangan
b. Mayor (Mj) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi mempunyai potensi
mempengaruhi keamanan pangan
c. Serius (Sr) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapat mempengaruhi
keamanan pangan
d. Kritis (Kr) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi akan segera mempengaruhi
keamanan pangan
HASIL PENILAIAN
1. KETIDAKSESUAIAN
a. Minor : 2
b. Mayor 1
c. Serius 0
d. Kritis 0
2. TINGKAT (GRADE) KEPATUHAN 1. A (Baik Sekali)
2. B (Baik)
3. C (Cukup)
4. D (Gagal)
Mengetahui
Penanggung Jawab UPI ........................., .....................
Ketua Tim
…………………………. .......................................
Keterangan
TINGKAT JUMLAH PENYIMPANGAN
(RATING) Minor Mayor Serius Kritis
A = Baik sekali 6 0–5 0 0
B* = Baik ≥7 6 – 10 1-2 0
C = Cukup NA ≥ 11 3-4 0
D = Gagal NA NA ≥5 1
Catatan: *) jumlah penyimpangan Mayor dan Minor tidak lebih dari 10
NA = Not Applicable
115
116
Penerimaan bahan lainnya Penerimaan bahan baku segar Penerimaan kemasan dan label
Pencucian Penyimpanan
Pemotongan
Penyimpanan
Penirisan
Perapihan
Pendinginan
Perapihan
Pemotongan
Penutupan kaleng
Sterilisasi
Pendinginan
Seleksi kaleng
Inkubasi
Pengemasan
Penyimpanan
Pemuatan
9. Pemasakan Awal c
Kaleng rijek
25. Seaming (penyok)
Tutup
26. Pencucian
a Kaleng Produk
27. Sterilisasi
c
Kaleng rijek (untuk sampel IT,
28. Pendinginan sampel produk akhir)
a Kaleng Produk
Kaleng rijek (misal kaleng 29. Can Unloading 30. Can Washing
penyok)
Keterangan: a. Air terklorinasi; b. Air terpurifikasi; c. Uap; d. Preparasi dan proses bumbu;
e. Preparasi larutan garam; : untuk kaleng alumunium; : Bumbu
Gambar 3 Diagram alir proses pengalengan tuna
118
Pengawasan
pembongkaran dari
Penerimaan kapal dan truk. Ikan
ikan tuna dimuat dalam boks
Biologis: yang sudah
Peningkatan dibersihkan.
TPC, total Dapat Pemeriksaan
Penanganan
koliform, dikontrol kebersihan dan
yang tidak √ - - √ √ L M/L - √
kontaminasi dengan GMP kesehatan pekerja
saniter
bakteri patogen dan SSOP secara berkala.
(Salmonella sp., Pemeriksaan
E. coli) mikrobiologi tiap
produksi (khusus
loin beku).
Pelatihan kepada
pekerja.
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
Pemeriksaan
Pencemaran Kimia:
Dikontrol kandungan Hg, Pb,
pada area kontaminasi - - - M Auto
dalam GMP Cd pada tiap area
tangkap logam berat
tangkap tiap tahun
Biologis:
Peningkatan
Temperatur dijaga
TPC, total
pada suhu 4℃, es
koliform, Dikontrol
- - - M M/L - √ ditambahkan jika
kontaminasi dalam GMP
temperatur ikan
bakteri patogen
Sortasi tuna meningkat
Penyim- (Salmonella sp.,
segar dan E. coli)
pangan suhu
beku
Temperatur dijaga
Kimia: pada suhu 4℃, es
Dikontrol
peningkatan - - - M M/L √ - ditambahkan jika
dalam GMP
histamin temperatur ikan
meningkat
Suhu cold storage
Penyim-
tidak lebih dari
pangan suhu, Ketengikan Dikontrol
Cold Storage √ - M Auto √ - 18℃. Waktu
Penyimpanan pada ikan dalam GMP
penyimpanan ikan
terlalu lama
maksimum 3 bulan.
119
120
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
121
122
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
123
124
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
Pengawasan kaleng
dan tutup selama
bongkar pasang.
Kaleng dan lid
Proses
Penerimaan Kaleng rusak, diterima dalam
penerimaan Dikontrol
tutup dan kaleng tidak √ √ - - M M/L √ - palet boks dalam
kaleng yang dalam GMP
kaleng sesuai kondisi baik dan
tidak tepat
kuantitas tepat.
Pengecekan flange,
kerusakan fisik, dan
benda asing.
Pengecekan flange,
kerusakan fisik dan
benda asing.
Inspeksi tipe
Proses Kaleng/tutup enamel dalam,
Sortasi tutup penyortiran rusak. Dikontrol coating luar, cacat,
√ √ - - √ L M/L - √
dan kaleng yang tidak Kaleng/tutup dalam GMP integritas dari
tepat tidak sesuai bagian keliman dan
bawah double seam
yang sesuai dan
kebersihan sebelum
dibawa ke produksi.
Palet berisi
Penyimpana Kondisi ruang tutup/kaleng
Kaleng kotor, Dikontrol
n kaleng dan penyimpanan √ √ - - √ L M/L - √ diletakkan sesuai
kaleng cacat dengan GMP
tutup tidak sesuai pemetaan yang
dibuat. Pengaturan
125
126
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
127
128
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
129
130
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
Pengecekan label,
karton, dan shrink
dengan lembar
Kesalahan pengiriman dan
Penerimaan
penerimaan Label produk Dikontrol approved
karton, label, √ √ √ - √ M M/L √ -
label, karton, tidak sesuai dalam GMP label/karton.
shrink
shrink. Pengecekan hasil
print label dan
karton sebelum
digunakan.
Karton disimpan di
warehouse sesuai
lokasi yang
Penyimpana
Kondisi label Label dan karton Dikontrol ditetapkan.
n karton, √ √ - √ L M/L - √
tidak terjaga produk rusak dalam GMP Karton/label/shrink
label, shrink
diberi identitas dan
keterangan yang
jelas.
Pengecekan label,
produk jadi, dan
Label dan
Pelabelan dan Kesalahan label Dikontrol karton harus dalam
kemasan tidak √ √ - - √ M M/L √ -
pengemasan dan kemasan dalam GMP kondisi baik dan
sesuai
sesuai sebelum
proses pelabelan.
Ruang
Kebocoran Dikontrol
Rekontaminasi penyimpanan dalam
Penyimpanan /kerusakan √ √ - √ √ L M/L - √ dalam GMP
bakteri kondisi bersih dan
kaleng dan SSOP
saniter. Produk
131
132
Pengendalian
Kategori Bahaya Signifikansi bahaya
Tahapan Penyebab Bahaya Pernyataan Tindakan
Potensi bahaya Yes No
Proses Bahaya keputusan Pencegahan
*FS : Food Safety *WH : Wholesomeness *EF : Economic Fraud *L : Low *M : Medium * H : High *M/L : might likely *N/L : not
likely
Lampiran 9 Hasil identifikasi CCP
Identifikasi CCP
P1 P2 P3 P4
Apakah ada Apakah langkah ini dapat Dapatkah Akankah pada
tindakan menghilangkan/mengurangi Kontaminasi langkah
pencegahan pada terjadinya bahaya sampai batas yang beserta bahaya selanjutnya dapat
langkah ini atau dapat diterima? yang teridentifikasi menghilangkan
langkah berikutnya Jika tidak = Lanjutkan ke P3 terjadi diluar batas bahaya CCP
Langkah Proses Bahaya Nyata untuk bahaya yang Jika Ya = CCP aman atau teridentifikasi atau /Non CCP
teridentifikasi? dapatkah mengurangi
Jika Tidak = bukan meningkat sampai kejadian sampai
CCP dan modifikasi diluar batas? pada batas
langkah Jika Tidak = diterima?
proses/produk Bukan CCP Jika Tidak = CCP
Jika Ya = Lanjutkan Jika Ya = Jika Ya = Bukan
ke P2 Lanjutkan Ke P4 CCP
Penerimaan Kandungan histamin Ya Tidak Ya Tidak CCP
bahan baku dan Pencemaran pada
kualitas ikan Ya Tidak Ya Ya Non CCP
area tangkap
Ketengikan pada
Cold storage Ya Tidak Ya Ya Non CCP
ikan
Kerusakan fisik
Pelelehan daging ikan Ya Tidak Tidak - Non CCP
Penyimpanan Peningkatan
Ya Tidak Ya Ya Non CCP
sementara ikan tuna histamin
133
134
Identifikasi CCP
P1 P2 P3 P4
Apakah ada Apakah langkah ini dapat Dapatkah Akankah pada
tindakan menghilangkan/mengurangi Kontaminasi langkah
pencegahan pada terjadinya bahaya sampai batas yang beserta bahaya selanjutnya dapat
langkah ini atau dapat diterima? yang menghilangkan
langkah Jika tidak = Lanjutkan ke P3 teridentifikasi bahaya CCP
Langkah Proses berikutnya Jika Ya = CCP terjadi diluar batas teridentifikasi atau /Non CCP
Bahaya Nyata untuk bahaya yang aman atau mengurangi
teridentifikasi? dapatkah kejadian sampai
Jika Tidak = bukan meningkat sampai pada batas
CCP dan modifikasi diluar batas? diterima?
langkah Jika Tidak = Jika Tidak = CCP
proses/produk Bukan CCP Jika Ya = Bukan
Jika Ya = Jika Ya = CCP
Lanjutkan ke P2 Lanjutkan Ke P4
Pengambilan jerohan Kemunduran mutu
Ya Tidak Ya Ya Non CCP
dan pencucian ikan
Pemasakan awal Ikan undercooked Ya Tidak Tidak - Non CCP
Ikan gosong dan
Pendinginan ikan sulit dihilangkan Ya Tidak Tidak - Non CCP
kulitnya
Pembersihan loin Cleaning defect Ya Tidak Tidak - Non CCP
Sortir visual flake Benda asing atau
Ya Tidak Tidak - Non CCP
dan loin cleaning defect
Deteksi logam Kontaminasi logam Ya Tidak Tidak - CCP
Penerimaan tutup dan Kaleng rusak, tidak
Ya Tidak Tidak - Non CCP
kaleng sesuai
Berat daging tidak
Pengisian daging Ya Tidak Tidak - Non CCP
Sesuai
Kuantitas media
Pengisian media tidak sesuai Ya Ya Tidak - Non CCP
Identifikasi CCP
P1 P2 P3 P4
Apakah ada Apakah langkah ini dapat Dapatkah Akankah pada
tindakan menghilangkan/mengurangi Kontaminasi langkah
pencegahan pada terjadinya bahaya sampai batas yang beserta bahaya selanjutnya dapat
langkah ini atau dapat diterima? yang menghilangkan
langkah Jika tidak = Lanjutkan ke P3 teridentifikasi bahaya CCP
Langkah Proses berikutnya Jika Ya = CCP terjadi diluar batas teridentifikasi atau /Non CCP
Bahaya Nyata untuk bahaya yang aman atau mengurangi
teridentifikasi? dapatkah kejadian sampai
Jika Tidak = bukan meningkat sampai pada batas
CCP dan modifikasi diluar batas? diterima?
langkah Jika Tidak = Jika Tidak = CCP
proses/produk Bukan CCP Jika Ya = Bukan
Jika Ya = Jika Ya = CCP
Lanjutkan ke P2 Lanjutkan Ke P4
Kaleng tidak
Seaming Hermetis Ya Tidak Ya Tidak CCP
Spora Clostridium
Sterilisasi Ya Tidak Ya Tidak CCP
Botulinum
Rekontaminasi
Inkubasi produk, kaleng Ya Tidak Ya Ya Non CCP
Kembung
Label dan karton
Penerimaan karton,
produk tidak Ya Tidak Tidak - Non CCP
label, dan shrink
sesuai
Spesifikasi
Pelabelan dan Kesalahan label dan
Ya Tidak Tidak - CCP
pengemasan kemasan produk
135
136
137
138