,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
Abstrak
HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata bagi
keamanan pangan. Bahaya merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen decara negatif
yang meliputi bahan biologis, kimia atau fisik, atau kondisi dari makanan dengan potensi menyebabkan dampak
merugikan kesehatan. Untuk itu dalam industri pangan setiap tahapan proses dilakukan identifikasi bahaya-bahaya
potensial yang timbul yang berhubungan dengan setiap produksi. Untuk mendapatkan Produk yang bermutu baik,
maka diperlukan langkah-langkan peningkatan mutu pada setiap proses. Penerapan HACCP harus benar-benar
diperhatikan, terutama pada titik kritis setiap tahapan proses produksi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan prinsip HACCP (Hazard Analisis Critical Control Point) pada proses pengalengan ikan lemuru (Sardinella sp).
Penelitian menggunakan metode survey yang dilaksankan dari tanggal 28 Februari sampai dengan 28 Mei 2011 di CV
Pasific Harvest Muncar Banyuwangi. Penerapan HACCP dapat dilaksanakan setelah persyaratan teknis dipenuhi. Syarat
kelayakan dasar di CV Pasific Harvest sudah dijalankan dengan prosedur yang benar sehingga penerapan HACCP dapat
dilaksanakan. meliputi : Analisa bahaya, penentuan titik kendali kritis, penetapan batas kritis, pemantauan batas kritis,
penetapan tindakan koreksi, verifikasi dan pencatatan/dokumentasi.
Abstract
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) is a system that identifies, evaluates and controls hazards which are
significant for food safety. Danger is a factor that can negatively affect customer satisfaction decara which include
materials of biological, chemical or physical, or condition of food with the potential to cause adverse health effects. For
that in each stage of the food industry to identify potential hazards that arise associated with each production. To get a
good quality product, it requires a range of steps to improve the quality in every process. The HACCP application should
really be considered, especially at the critical point of each stage of the production process. The purpose of this study
was to determine the application of the principles of HACCP in the process of canning fish oil sardine (Sardinella sp). The
study used survey methods which are conducted from 28 February until 28 May, 2011 at Pacific Harvest Muncar CV
Banyuwangi. The application of HACCP can be implemented after the technical requirements are met. The basic
eligibility requirements CV Pacific Harvest has been executed with the correct procedures so that the application of
HACCP can be implemented.: hazard analysis, critical control point determination, determination of critical limits,
monitoring of critical limits, the determination of corrective action, verification and documentation.
38
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
Melalui pembinaan dan pengawasan mutu merugikan kesehatan. Untuk itu dalam industri
dapat memanfaatkan potensi sumberdaya pangan setiap tahapan proses dilakukan
perikanan secara optimal, menyelamatkan hasil identifikasi bahaya-bahaya potensial yang timbul
produksi para nelayan/petani ikan dari yang berhubungan dengan setiap produksi.
kemunduran mutu dan nilainya yang sekaligus Selain itu dilakukan penyelidikan kemungkinan
dapat meningkatkan pendapatan, membina terjadinya bahaya-bahaya tersebut dan
produsen yang beritikad baik, serta melindungi mengidentifikasi cara-cara pencegahan untuk
konsumen dari hal-hal yang merugikan. Apabila mengendalikannya.
dikaitkan dengan pengembangan ekspor hasil Untuk mendapatkan Produk yang bermutu
perikanan maka pembinaan mutu sangat baik, maka diperlukan langkah-langkan
berperan dalam meningkatkan daya saing, nilai peningkatan mutu pada setiap proses. Penerapan
dan kepercayaan negara importir. Hal ini sangat HACCP harus benar-benar diperhatikan,
penting untuk menghadapi persaingan yang terutama pada titik kritis setiap tahapan proses
semakin ketat di pasar Internasional sebagai produksi tersebut.
dampak globalisasi ekonomi dunia, berdirinya Tujuan Penelitian ini adalah untuk
blok-blok perdagangan/ekonomi regional seperti mengetahui penerapan penerapan prinsip HACCP
(MAFTA, AFTA, APEC dan Uni Eropa), serta (Hazard Analisis Critical Control Point) pada
bergaungnya beberapa isu global seperti isu food proses pengalengan ikan lemuru (Sardinella sp).
safety, isu lingkungan dan sebagainya. Keamanan
pangan menjadi vital bagi industri dan bisnis METODE PENELITIAN
pangan terutama hasl perikanan.
Jaminan mutu dan keamanan pangan terus Waktu dan Tempat Penelitian
berkembang sesuai persyaratan konsumen. Hal Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28
ini membawa dampak perubahan mulai dari Februari sampai dengan 28 Maret 2011
bisnis pangan tanpa adanya pengawasan produk bertempat di CV. Pasific Harvest Kecamatan
akhir, hingga pengawasan proses produksi bagi Muncar Kabupaten Banyuwangi.
jaminan mutu secara total. Negara-negara
pengimpor khususnya untuk produk hasil Metode Pengumpulan Data
tangkap menetapkan peraturan baru seperti Penelitian ini menggunakan metode survey,
bebas dari bahan kimia, virus, bakteri patogen data primer dikumpulkan melalui observasi,
(Vibrio parahaemolyticus) dan sebagainya. Hal ini dokumentasi, wawancara serta partisipasi
membuat negara produsen kebingungan untuk langsung dalam kegiatan pengalengan ikan
mengatasi permasalahan ini karena produk hasil lemuru di CV Pasivic Harvest. Data sekunder
tangkap merupakan produk perishable food dan dikumpulkan melalui studi literature yang terkait
mudah terkontaminasi residu kimia dan virus dengan materi penelitian ini.
seperti Clostridium botolinum, Salmonella, dan
juga kontaminasi logam berat (heavy metal). HASIL DAN PEMBAHASAN
CAC (Cadex Alimentarius Commision) sebagai
organisasi standard pangan, FAO (Food and Sejarah Perusahaan
Agriculture Organization) atau WHO (World CV. Pacific Harvest adalah sebuah pabrik yang
Health Organization) telah mengambil langkah bergerak dalam bidang makanan kaleng berupa
untuk memberikan pedoman dan mengadopsi sarden. CV. Pacific Harvest merupakan anak
sistem HACCP sebagai satu-satunya sistem cabang perusahaan haecery yang bergerak di
manajemen mutu di seluruh dunia terutama hasil bidang pembenihan udang bertempat di desa
perikanan. Trend industri pangan dunia ketapang dengan nama windu laut. Pada tanggal
mewajibkan bahwa bisnis pangan perlu dan 3 April 1993 Bapak Aminoto mendirikan CV.
menerapkan HACCP (Winarno dan Surono, 2002) Pacific Harvest di Jl. Tratas No. 61 Desa
HACCP merupakan suatu sistem yang Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten
mengidentifikasi, mengevaluasi dan Banyuwangi. Tepat pada tanggal 22 November
mengendalikan bahaya yang nyata bagi 1993 CV. Pacific Harvest mendapat ijin usaha dari
keamanan pangan. Bahaya merupakan suatu Departement Perdaganan Republik Indonesia No.
faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan 00/1/13 10/PM/XI/1993. Setahun kemudian
konsumen decara negatif yang meliputi bahan yaitu pada tanggal 14 Februari perusahaan ini
biologis, kimia atau fisik, atau kondisi dari mulai memproduksi pengolahan ikan untuk
makanan dengan potensi menyebabkan dampak pertama kalinya.
39
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
40
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
41
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
42
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
kritis, pemantauan batas kritis, penetapan (Receiving a material), tahap pengisian medium
tindakan koreksi, verifikasi dan (medium filling), tahap penutupan kaleng
pencatatan/dokumentasi. (seaming), dan tahap sterilisasi (rectorting).
Pada tahap penerimaan bahan baku
1. Analisa bahaya (Receiving raw material), bahaya signifikan yang
Analisis bahaya merupakan prosedur untuk timbul adalah bahaya formalin yang sering
mengidentifikasi potensi bahaya dan untuk digunakan oleh nelayan, sehingga bahan baku
memeriksa tingkat bahaya serta resiko yang ikan tidak layak dikonsumsi karena dapat
mungkin timbul. Tujuannya untuk mengenali membahayakan kesehatan. Bahaya fisik berupa
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dalam suatu benda asing (foreign material) yang dapat
proses pengolahan sejak awal proses hingga mengganggu kesehatan seperti logam, serpihan
produk sampai ke tangan konsumen. kaca, serpihan kayu, pasir, dan lain-lain. Tingkat
Analisis bahaya di CV. Pasific Harvest kesegaran bahan baku ikan yang diterima adalah
dilaksanakan dengan melakukan pengamatan ikan dengan nilai organoleptik. Bahan baku yang
pada tiap proses pengalengan ikan, sejak ikan memiliki tingkat kesegaran rendah tidak dapat
diterima, diolah, hingga menjadi produk yang diprebaiki atau ditingkatkan mutunya.
siap dipasarkan dan membuat dugaan Kandungan formalin yang terdapat pada
kemungkinan/resiko bahaya yang akan timbul produk dapat membahayakan kesehatan
dari tiap tahapan. Analisa bahaya meliputi konsumen. Quality Assurance (QA) dan manajer
tahapan proses, penyebab bahaya, tingkat pengadaan bahan baku harus teliti dan
keparahan (severity), dan upaya pencegahan. bertanggung jawab atas bahaya ini. Setiap kali
Dalam analisa bahaya yang sering ditemukan bahan baku masuk, harus dilakukan pengujian
yaitu: kadar formalin dengan melakukan sampling pada
a) Biologis/mikroorganisme (sel vegetatif, tiap-taip box ikan yang baru datang. Tidak ada
kapang, jamur, virus, spora dan batas toleransi pada produk yang terbukti
sebagainya) mengandung formalin. Apabila ikan positif
b) Kimia : toksin mikroba, bahan tambahan mengandung formalin maka ikan ditolak (reject).
yang tidak diinginkan, residu pestisida. Pada tahap pengisian medium, terdapat
c) Fisik : kotoran, batu, rambut, plastic dan bahaya signifikan yang dapat mempengaruhi
lainnya. keamanan pangan berupa low vacuum, akibat
tidak sempurnanya pemasakan pendahuluan
Ketiga jenis bahaya tersebut termasuk dalam
sehingga keadaan vacuum dalam kaleng
bahaya yang signifikan, yaitu bahaya yang tidak
berkurang dan dapat juga karena suhu saus
dapat dieliminasi meski penerapan GMP dan
terlalu rendah.
SSOP telah terlaksana baik. di CV Pasific Harvest
Pada tahap penutupan kaleng, terdapat
sendiri telah dilakukan analisa bahaya.Analisa
bahaya signifikan yang dapat mempengaurhi
bahaya yang sudah dilakukan di CV. Pasific
keamanan pangan berupa kebocoran kaleng
Harvest sudah cukup baik dimana semua bahaya
akibat proses penutupan yang tidak sempurna
telah dianalisa dan diberi tindakan pencegahan
atau penutupan kaleng yang tidak sesuai
untuk menangani bahaya yang timbul.
(overlap). Adanya kebocoran ini dapat
menimbulkan kontaminasi silang berupa bakteri
2. Penentuan titik kendali kritis
pathogen yang dapat membahayakan kesehatan
Dari program alir proses pembuatan, maka
konsumen.
harus dikenali titik-titik yang berpotensi
Tahap selanjutnya yang memiliki bahaya
menimbulkan, menghilangkan atau mengurangi
signifikan adalah sterilisasi dan pendinginan
bahaya. Pemeriksaan harus dilakukan pada
(retorting and cooling). Pada tahap ini,
keseluruhan proses dan mengkaji setiap bahaya
memungkinkan terjadinya bahaya kontaminasi
dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang
dari bakteri pathogen apabila proses sterilisasi
menyangkut keamanan pangan. Diagram pohon
tidak berjalan dengan baik (suhu, tekanan, dan
untuk mempermudah dalam menentukan
waktu sterilisasi yang ideal). Keempat tahap
apakah produk tersebut ada dalam kendali kritis
tersebut merupakan titik kritis yang harus
atau tidak, seperti yang disajikan pada Gambar 1.
senantiasa diawasi dengan baik. apabila terjadi
Dari hasil analisa pohon keputusan, menurut
kelalaian maka produk harus diinvestigas dan
tim HACCP CV. Pasific Harvest, bahaya signifikan
ditahan untuk dianalisis di laboratorium. Apabila
terletak pada tahap penerimaan bahan baku
produk memang bermasalah (positif), maka
43
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
produk tersebut tidak dapat dipasarkan karena Jenis dari batas kritis itu sendiri yaitu:
membahayakan konsumen 1. Fisik (Suhu, waktu dan ukuran)
2. Kimia (pH dan kadar air)
3. Penetapan batas kritis 3. Mikroorganisme
Batas kritis ini merupakan suatu kreteria yang
Penetapan batas dilakukan dengan
harus diipenuhi untuk setiap tindakan
mengendalikan criteria yang dijadikan tolak ukur
pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan
pada titik kritis. Seperti pengontrolan suhu,
atau mengurangi bahaya sampai batas aman.
waktu, dan penanganan yang tepat agar
- Menunjukan perbedaan antara produk yang
keselahan dalam proses yang mengakibatkan
diterima dan ditolak
kontaminasi atau kerusakan dapat dicegah.
- Toleransi kisaran untuk keamanan pangan
Adapun titik kendali kritisnya dapat dilihat pada
(CCP)
Tabel 1.
- Berguna untuk menjamin pengendalian CCP
yang efektif
44
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
45
Penerapan HACCP Pada Proses Pengalengan Ikan Lemuru (Sofiah, et al.,)
Samakia Vol.3 No.2 (2012) hal: 38-46
ISSN:2086-3861
kritis, pemantauan batas kritis, penetapan (16) Supari, Fadilah S. Kandungan Omega-3 Ikan
tindakan koreksi, verifikasi dan pencatatan Lemuru. Bahan Disertasi.
/dokumentasi (http://asepbikers.blogspot.com).
(17) Thaher, Hermawan. 2005. Sistem
UCAPAN TERIMA KASIH Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Control Point), PT Bumi Aksara, Jakarta.
Direktur Akademi Perikanan Ibrahimy dan juga (18) Winarno, FG dan Surono. 2002. Haazard dan
Direktur CV. Pasific Harvest Muncar Banyuwangi Penerapannya dalam Industri Pangan. M-
banyak membantu terlaksananya kegiatan Press, Bogor.
penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
(1) Adawiyah Rabiatul. 2007. Pengolahan dan
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara, Jakarta
(2) Burhanuddin, Eddy A dan Evi. 1984. Sumber
Daya Ikan Lemuru. Lembaga Oseanologi
Nasional LIPI. Jakarta
(3) Direktorat Jenderal Perikanan. 2000. Sanitasi
dan Hygiene. (www.dkp.go.id/direktorat
jenderal perikanan.htm).
(4) Codex Allimentarius. 1991. Recomended
International Code of Practice General
Principle of Food Higiene. Food Agriculture
Organization of The United Nation. WHO,
Rome.
(5) Hadwiyanto, S. 1993. Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan. Jilid I. Penebar Swadaya.
Jakarta.
(6) Moeljanto, R. 1993. Pengawetan dan
Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
(7) Munir dan Franklin Nanuwasa. 2007. Dasar
Keamanan dan Higiene Makanan.
http://www.ihsmakasar.com/pkk. Makasar.
(8) Murniati, A. S dan Sunarman. 2000.
Pendinginan, Pembekuan, dan Pengawetan
Ikan. Kanisius. Yogyakarta
(9) Narbuko, C. dan Achmadi. 2001. Metodologi
Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.
(10) Nawawi, H. . 1991. Metodologi Penelitian.
Bidang Sosial. University Press
(11) Nazir, M. 1991. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Jakarta
(12) Nystrom, H. 2007. Pengertian Pemasaran.
(http//chinmi.wordpress.com)
(13) Pandela. 2008. Proses Pengalengan.
(http//naksara.net/indexphp)
(14) Prasetio Hanggar, 2010. Distribusi dan
Habitat Ikan Lemur di Perairan Selatan Jawa.
(15) Purnawijayanti, H.A. 2001. Sanitasi Higiene
dan Keselamatan Kerja Pengolahan
Makanan. Kanisius. Yogyakarta
46