Kelompok:
Eka Fajarwati 135100101111017
Putri Satika Dewi 135100101111019
Maya Puspito N. 135100101111041
Pinta rahma
Whima Lestari
Widanti Amanda
Yuda Lesmana
Tugas dan tanggung jawab tim HACCP pada industri pengalengan ikan
Jabatan Tugas dan tanggung jawab
General manajer Ketua tim HACCP, mengkoordinasi tim HACCP dalam
melaksanakan tugasnya dan menjamin implementasi HACCP
di lapangan.
PPIC Manajer Mengimplementasikan program HACCP di pergudangan dan
pembelian.
Production Manajer & Mengimplementasikan program HACCP di proses produksi.
Production Supervisor
Quality Control Mengimplementasikan dan memverifikasi pelaksanaan
HACCP di lapangan.
QC Supervisor Sekertaris tim HACCP, memelihara dokumen dan
memverifikasi pelaksanaan HACCP di lapangan.
Purchasing Mengimplementasikan pelaksanaan HACCP dipembelian dan
penangan ikan.
Warehouse Mengimplementasikan pelaksanaan HACCP dalam
penanganan, rework, dan penyimpanan produk.
Teknik Perencanaan, pembuatan, dan perawatan peralatan proses
produksi.
Analis Mikrobiologi Mengendalikan bahaya mikrobiologis
Sumber: BFPI, 2015
Pada PT. Maya Food Industries bagan organisasi tim HACCP adalah sebagai berikut:
1. Direktur
2 General Manager
3 Kepala Bidang :
a. Kepala bidang administrasi
Membawai kepala bagian finance, accounting dan ware house
b. Kepala bagian personalia
Membawai kepala bagian personal, dan managemen training
c. Kepala bagian Quality Asurance
Membawai kepala bagian Quality Control
d. Kepala bagian produksi
Membawai kepala bagian produksi yang dibantu oleh wakil bagian produksi
2. Deskripsi produk
Tabel spesifikasi produk ikan lemuru
Nama Produk Ikan Sarden Kaleng
Bahan Baku Utama Ikan lemuru
Asal Bahan Baku Perairan laut jawa timur seperti Muncar, Pancer, Puger,
Grajakan, Matekan, Pasuruan, Puger, Probolinggo, Madura,
dan Bali
Bahan Pembantu Pasta tomat, garam, gula, minyak sayur dan CMC (Modified
Corn Strach).
Proses pengolahan Penerimaan, thawing (ikan beku), pengguntingan, pencucian,
pengisian dalam kaleng, pengukusan, penirisan, pengisian
media (saus), penutupan, sterilisasi, pendinginan, pengelapan,
inkubasi, pelabelan/pengkodean, pengepakan, penyimpanan,
dan pengiriman
Kemasan Primer Kaleng ukuran 202 x 308 mm dan 301 x 407 mm
Kemasan Sekunder Karton ukuran 40 x 35 cm
Produk Akhir Ikan Sarden dalam saus tomat
Umur simpan 3 tahun
Spesifikasi Label Nama produk, merk, berat bersih, bobot tuntas, komposisi
bahan, kode produksi, bar code, nomer MD, nama produsen,
dan alamat produsen
Saran Penyimpanan Pada suhu 27°C -30°C
Populasi sensitive Alergi makanan laut
Cara penggunaan pemanasan dengan microwave 10 menit
Pengguna Produk Konsumsi umum
a. Nama produk
Produk pengalengan ikan yang dihasilkan oleh PT. Maya Food Industries yaitu Ikan
Sarden Kaleng.
b. Bahan baku
Pada proses pengalengan ikan sarden ini terdapat beberapa spesies ikan sarden yang
dapat digunakan, yaitu: Sardinella longiceps (lemuru/ cekong), Sardinella fimbriata
(tembang,jui) dan Sardinella sirm (sembulak).
c. Asal bahan baku
Ikan yang diperoleh berasal dari Perairan laut jawa timur seperti Muncar, Pancer, Puger,
Grajakan, Matekan, Pasuruan, Puger, Probolinggo, Madura, dan Bali.
d. Bahan pembantu
Bahan pemantu atau bahan tambahan yang digunakan selama proses pengalengan ikan
meliputi pasta tomat, garam, gula, minyak sayur dan CMC (Modified Corn Strach).
e. Proses pengolahan
Proses pengolahan dalam pembuatan ikan sarden kaleng memiliki beberapa tahapan
dari mulai penerimaan bahan baku hingga hasil akhir berupa Sardines in Tomato Sauce.
Menurut Winarno (1994), proses pengalengan meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku yang diguanakn bisa dalam bentuk yaitu ikan segar dan ikan beku yang
didatangkan dari luar negeri maupun dari berbagai daerah di pelosok negeri. Bahan
baku ikan segar diterima dan ditampung dalam blog-blog plastic atau insulated box
bercampur dengan es. Petugas penerima bahan baku langsung melakukan
pemeriksaan kandungan formalin, kesegaran ikan dan suhu pusat bahan baku.
Sedangkan untuk bahan baku ikan beku diangkut dengan menggunakan truk
container yang dilengkapi dengan mesin pendingin thermoking, bahan baku
langsung dibongkar dan disimpan ke dalam cold storage.
2. Persiapan bahan mentah
Persiapan bahan dilakukan dengan pemilihan bahan yang akan dikalengkan,
pencucian, pemotongan, sortasi dan persiapan bahan pengolahan selanjutnya.
Pencucian bertujuan untuk memisahkan bahan dari benda asing dan diharapakan
dapat mengurangi jumlah mikroba awal yang sangat berguna dalam efektivitas
proses sterilisasi (Winarno, 1994).
3. Pengisian bahan ke dalam kemasan
Proses pengisian ini meliputi pengisian bakan baku ikan dan juga bahan tambahan
(bahan pembantu). Pada proses pengisisan harus dipertahankan akan masih terdapat
ruang kosong di bagian atas kaleng (head space), sehingga pada waktu proses
”exhausting” masih ada tempat untuk pengembangan isi kaleng (Winarno, 1994).
4. Penghampaan (Exhausting)
Penghampaan udara adalah pengeluaran udara yang terdapat dalam kemasan untuk
mengurangi tekanan kaleng selama proses pemanasan. Dalam hal ini terutama
adalah oksigen yang dapat mempercepat terjadinya korosi pada kaleng dikeluarkan.
Keuntungan lain exhausting ini adalah mencegah oksidasi makanan dalam kaleng
terutama pertumbuhan bakteri aerobic (Winarno, 1994).
5. Penutupan
Kaleng yang berasal dari metal untuk makanan ditutup dengan double seam.
Sambungan ganda yang dilakukan pada kaleng akan menghasilkan suatu penutup
yang hermetis (tahan bocor) diantara bahan kaleng dan tutupnya (Winarno, 1994).
6. Sterilisasi
Proses sterilisasi merupakan metode yang banyak digunakan dalam proses
pengawetan bahan pangan yang bertujuan untuk membunuh mikroba yang ada di
dalamnya, sehingga dapat mencegah terjadinya pembusukan selama penyimpanan
dan tidak membahayakan kesehatan konsumen. Dalam pengawetan bahan pangan
proses yang dilakukan adalah sterilisasi komersial bertujuan untuk membunuh
mikroba patogen dan sporanya. Sterilisasi biasanya dilakukan pada suhu 121oC
selama 20-40 menit (Winarno, 1994).
7. Pendinginan
Pendinginan bertujuan untuk mencegah pertumbuhan kembali bakteri thermofilik.
Pendinginan dapat dilakukan sebelum retort dibuka atau di luar dengan cara
penyemprotan air (Winarno, 1994).
8. Pengepakan
Pengapakan ini dilakukan untuk distribusi produk ikan kaleng. Pengepakan
menggunakan karton/kardus tebal dengan ukuran bervariasi yang telah diberi
merk/brand. Akan tetapi, sebelum pengepakan, dilakukan pengkodean (coding)
menggunakan alat pengkode otomatis untuk mengatur tanggal dan kode
produksinya (Ahsan, 2012).
9. Distribusi
Setelah ikan dipack dalam karton kemudian didistribusikan dengan menggunakan
container hingga sampei ditangan pelanggan. Pendistribusian ini cukup dilakukan
pada suhu ruang (Ahsan, 2012).
f. Bahan Pengemas
Kemasan yang digunakan dalam produk ikan sarden ini terdiri dari pengemas primer
dan pengemas sekunder. Pengemas primer adalah pengemas yang berhubungan
langsung dengan produk. Kemasan primer yang digunakan yaitu kaleng dengan dua
macam ukuran yang berbeda, kaleng silinder kecil berukuran 202 x 308mm dan kaleng
silinder besar berukuran 301 x 407mm. sedangkan kemasan sekunder merupakan
kemasan yang berhubungan dengan kemasan primer dan tidak mengalami kontak
langsung dengan bahan. pada produk ini kemasan sekunder yang digunakan yaitu
kemasan karton berlapis ukuran 40x35cm.
g. Produk akhir
Pada pengalengan ikan ini produk akhir yang dihasilkan adalah ikan sarden dalam saus
tomat yang dikemas dalam kemasan kaleng dengan ukuran kaleng kecil 202 x 308mm
dan kaleng ukuran besar 301 x 407mm
h. Umur simpan
Produk ikan sarden kaleng ini merupakan salah satu jenis produk yang menerapkan
prinsip pengawetan makanan dengan metode sterilisasi. Dimana produk ini dapat
bertahan selam kurang lebih 3 tahun jika disimpan pada suhu kamar.
i. Spesifikasi Label
Dalam pelabelan kemasan ikan sardine kaleng ini digunakan beberapa label pada
kemasannya diantaranya nama produk, merk, berat bersih, bobot tuntas, komposisi
bahan, kode produksi, bar code, nomer MD, nama produsen, dan alamat produsen
j. Saran Penyimapan
Produk ikan kaleng ini akan dapat bertahan lama jika disimpan utuh dalam kemasan asli
tanpa mengalami kerusakan serta disimpan pada suhu 27°C -30°C. produk ini tidak
cocok disimpan pada suhu beku kerena akan mempengaruhi rasa serta kualitas dari
produk ini sendiri.
k. Populasi Sensitif
Produk ini merupakan produk berbasis makanan laut yang rawan menimbulkan alergi
bagi beberapa orang yang memiliki snesitifitas yang tertinggi terhadap jenis makanan
laut. Oleh karena itu perlu adanya labeling mengenai informasi komposisi apa saja yang
terkandung pada produk ini.
l. Cara Penggunaan
Produk Ikan Sarden kaleng ini akan lebih baik jika disajikan dalam keadaan hangat.
Sehingga perlu dilakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Pemanasan
perlu dilakukan dengan menggunakan microwave ataupun dimasak dengan
menggunakan kompor kurang lebih selama 10 menit. Proses pemanasan ini dilakukan
untuk menambah cita rasa dari produk juga dilakukan untuk mematikan
mikroorganisme yang mungkin masih terdapat pada produk.
m. Pemasaran
Produk ikan sarden kaleng ini dipasarakan baik didalam maupun di luar negeri.
4. Diagram Alir
Pengembangan bagan Alir
a. Penerimaan Bahan Baku
Ikan Lemuru
Dilakukan sampling untuk melihat kualitas (uji organoleptik dan kimia)
Ditimbang Dimasukkan ke
bagian penepungan
b. Bak Penampungan
Ikan yang telah
Diolah Dimasukkan ke di seleksi
dalam bak
Diberi es dan garam pada suhu 50C
penampungan
c. Pemotongan Ikan dan Penyiangan
Ikan Lemuru
Dipindahkan ke meja pengguntingan dengan tong aluminium yang didorong katrol
Dipotong bagian predorsal, dan ekor menggunakan gunting stainless
Dilakukan penyiangan isi perut ikan
g. Exhausting
Dilakukan proses Dibuang Diolah menjadi
penghampaan Ikan Lemuru dalam Kaleng minyak mentah
Ditambahkan medium atau saos dengan suhu 900C
Diberi jarak 10% antara medium hingga penutup kaleng
Kondisi Vakum
Penutupan wadah kaleng dengan menggunakan sealing machine dengan double seamer
Dicek dengan micrometer untuk mengecek kerapatan, overlap, cover hook, dan body hook
Dilakukan sterilisasi
h. Sterilisasi
Kaleng
Diatur suhu
Dihidupkan steam
Dimatikan steamer
Dibuka kompresor
i. Pendinginan
Retort
Diberi label
Dilapisi lacquer
k. Penyimpanan
Disusun tiap pallet
Kaleng
Dilakukan pengelapan
6. Analisa Bahaya
Ini gak ada tah?
Selain itu, pada suatu CPP juga ditentukan batas kritis dalam setiap CPP.
Penetapan batas kritis bertujuan unutk memisahkan kriteria batas bahaya yang dapat
diterima dari yang tidak dapat diterima. Penetapan batas krtis ini mengarah pada proses
yang merupakan CCP yaitu seaming dan retorting. Batas kritis tersebut akan memberikan
standar tingkat keamanan dari suatu produk, jika tingkat batas kritis sesuai standar maka
munculnya suatu bahaya dapat dicegah. Batas kritis pengalengan ikan lemuru dapat dilihat
pada tabel berikut.
CCP Penetapan batas kritis
Seaming OL untuk kaleng kecil ukuran 202 x 308mm : 0,89
OL untuk kaleng besar ukuran 301 x 407mm : 1,00
CH, BH : seimbang (untuk kaleng kecil CH = 1,65-
2,05, BH : 1,80-2,25), (untuk kaleng besar CH: 1,65-
2,05, BH= 1,80-1,30)
Retorting Temperatur: 117– 119o C
(sterilisasi) Time : -
Kaleng kecil ukuran 202 x 308mm : 80 min
Kaleng besar ukuran 301 x 407mm : 100 min
Tekanan : 1 atm
Penetapan batas kritis setiap CCP dilakukan berdasarkan batas aman dalam
setiap prosesnya agar tidak terjadi kegagalan proses. Batas kritis dalam proses seaming
adalah nilai Overlap minimal 0.89 mm untuk kaleng ukuran kecil (202 x 308mm) dan 1.00
mm untuk kaleng ukuran besar (301 x 407mm). Overlap (OL) merupakan selisih antara
lebar lingkar bagian dalam bagian atas (Body Hook (BH)) dan lebar lingkar bagian luar
bagian atas double seam (Cover Hook (CH)). Nilai OL diperoleh dengan menjumlahkan
CH dan BH dan dikurangi dengan jarak dari atas ke bawah double seam (Width (W)) dan
ketebalan pinggir kaleng (Tightness (T)) (CH + BH – W+T). Batas kritis yang telah
ditetapkan dalam proses seaming dapat mengendalikan bahaya karena dengan batas
masing-masing sifat fisik kaleng saat penutupan dapat diketahui proses seaming yang
dilakukan sudah baik. Proses seaming yang baik hanya dapat dijamin bila tingkat kerapatan
dan overlap berada dalam batas-batas yang diijinkan. Ukuran-ukuran dalam setting mesin
dipakai sebagai pedoman, sedang dalam keadaan biasa perlu diperhatikan juga pengaruh
dari bahan (Anonim, 1987).
Batas kritis pada proses retorting meliputi suhu, waktu, dan tekanan. Batas kritis
untuk suhu yaitu 117– 119 oC, tekanan 1 atm, dan waktu 80 menit untuk kaleng ukuran
kecil (202 x 308mm) dan 100 menit untuk kaleng ukuran besar (301 x 407mm). Dalam
industri produk pangan dalam kaleng, proses sterilisasi difokuskan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum. C. botulinum merupakan bakteri yang tahan
terhadap temperatur yang sangat tinggi. Proses sterilisasi diyakini dengan membunuh
bakteri C. botulinum ini dapat membunuh semua mikroorganisme lain yang menghasilkan
racun dalam kondisi normal (Lopez, 1981). Proses retorting apabila tidak di luar batas kritis
maka dapat dinyatakan berjalan dengan baik dan telah disessuaikan dengan jenis, ukuran,
dan media dalam kaleng. Pada setiap sterilisasi harus dilakukan pencatatan suhu secara
periodik.
Batas Pemantauan
CCP Hazard
Kritis Apa Bagaimana Kapan/Frekuensi Siapa
LOG PENERIMAAN
Suhu (°C) Waktu Kode
Nama Kondisi Tindakan Kode /
Tanggal Waktu Supplier Ikan Air Thawing Manager
Produk Organoleptik Koreksi Tanggal
(menit) / Tanggal
2. Exhausting
Catatan suhu dan waktu exhausting.
LOG EXHAUSTING
Kode
Nama Waktu Tindakan Kode /
Tanggal Waktu Suhu (°C) Manager /
Produk (menit) Koreksi Tanggal
Tanggal
3. Pengisian saus
Inspeksi medium saus.
LOG FILLING
Volume Kode
Nama Tindakan Kode /
Tanggal Waktu Suhu (°C) Headspace Manager /
Produk Koreksi Tanggal
(ml) Tanggal
4. Penutupan kaleng
Inspeksi double seam secara visual
LOG DOUBLE SEAMING
Adanya Kode
Nama Tindakan Kode /
Tanggal Waktu Suhu (°C) karat Manager /
Produk Koreksi Tanggal
(Ya/Tidak) Tanggal
5. Sterilisasi
a. Catatan operasi retort
b. Recording Chart
c. Penulisan kode ikan
LOG STERILISASI
Suhu (°C) Suhu (°C) Kode
Nama Tindakan Kode /
Tanggal Waktu / Waktu / Waktu Manager /
Produk Koreksi Tanggal
(menit) (menit) Tanggal
Aktivitas
No. Verifikator Kualifikasi Standar Acuan
Verifikasi
1. Validasi Tim Auditor Auditor internal -
2. Inspeksi Inspektor Proses -
Sampel/PPC/Analisis Standar produk
3. Pengujian PPC Pengujian
Lab/ Grader/Tester Standar produk
4. Kalibrasi Internal Kalibrator Internal Kalibrasi ISO 10012
5. Kalibrasi eksternal Kalibrator Eksternal Kalibrasi ISO 10012
Audit sistem Auditor internal Audit sistem -
6.
HACCP Auditor eksternal Auditor BSN 1003