Oleh
4.1 Hasil Monitoring kualitas meat pada proses pengalengan Produk Super Lump
Black Can 16 Oz
Pada proses pengalengan produk super lump black can dimulai dari proses
penerimaan bahan baku (receiving), kemudian dilakukan dua kali sortasi yaitu di
ruang terbuka dan di ruang black light menggunakan sinar uv, dilakukan pengecekan
akhir (final checking), lalu daging rajungan di lewatkan pada mesin pendeteksi logam
and weighing), lalu dilakukan peunutupan dan pemberian kode (seaming and coding),
dan pelabelan (packaging and labeling), penyimpanan dingin (cold storage), lalu
dilakukan pengujian kualitas produk jadi, dan yang terakhir pemasaran (ekspor).
Monitoring kualitas meat pada produk super lump black can dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Bahan baku yang diterima dari supplier berupa bahan baku rajungan yang di
beli oleh PT. Philips Seafood Indonesia Lampung Plant yang berasal dari beberapa
mini plant yang ada di Indonesia seperti wilayah Lampung, Jawa, Bangka, Belitung,
dan Seputih. Rajungan yang sampai di PT. Philips Seafood Lampung Plant berada
dalam kondisi telah mengalami pengukusan dan pengupasan (cook crab meat) dari
pihak supplier. Bahan baku yang datang dikemas menggunakan wadah toples dan
plastik kemudian dimasukkan dalam fiber, blong, ataupun styrofoam yang tertutup
jumlah daging yang dibawa. Pengangkutan bahan baku datang dari bandara yang
kemudian menggunakan truk atau pick-up untuk sampai ke PT. Philis Seafood
Indonesia Lampung Plant .Dilakukan pembongkaran dari atas pick-up secara hati-
hati. Daging rajungan dalam Styrofoam dari supplier segera dipindahkan ke keranjang
untuk menjaga kualitas daging rajungan yang datang. Standar suhu yang digunakan
adalah ≤4,4oC. Daging rajungan yang telah di ukur suhunya kemudian di pisahkan
oleh petugas Quality Control dan karyawan untuk mengetahui tingkat kesegaran
dan rasa.
Tabel 1. Berikut standar spesifikasi daging rajungan yang dapat diterima di PT.
Philips Seafood Indonesia Lampung Plant untuk diproses yaitu:
Parameter eksekusi
Jenis Meat Warna Aroma Rasa
Jumbo Putih cerah fresh/khas rajungan Manis
Claw Meat Merah kekuningan, cerah fresh/khas rajungan Manis
Spesial Putih ke arah krem fresh/khas rajungan Manis
Flower Putih kusam, tidak hancur fresh/khas rajungan Manis
yang tidak sesaui dengan standar yang telah di tetapkan maka akan di pulangkan
Pada saat penerimaan bahan baku di ruang receiving ini petugas laboratoirum
mengambil sampel dari berbagai supplier berdasarkan sistem zonasi yang telah di
tetapkan tiap kedatangan bahan baku, pengambilan sampel ini dilakukan sebanyak
100 gram. yang kemudian di bawa ke laboratorium untuk di uji mikrobiologi dan
CAP.
dengan surat jalan dari supplier yang berisi jenis daging dan berat daging.
pemberian es agar suhu daging rajungan tetap rendah agar daging rajungan tidak
ketentuan SNI. Ini dilakukan guna untuk mendapat kualitas meat yang baik dan
4.1.2 Sortasi
Sortasi di PT. Philips Seafood Indonesia Lampung Plant terbagi menjadi dua
bagian, yaitu ruang sortir 1 dan ruang sortir 2 (black light). Pada ruang sortir 1 ini
digunakan untuk memisahkan daging dari benda-benda selain daging seperti shell ,
insang, kotoran, telur, maupun benda asing lainnya seperti kerikil, rambut dan
potongan bagian tubuh serangga dari daging. Pada ruang sortir 2 (black light)
seperti shell yang kasat mata. Pada tahap sortasi ini diperlukan ketelitian dalam
Selama proses sortir daging ditempatkan di atas nampan berwarna biru yang
beralas nampan berwarna pink yang berisi serutan es. Proses sortasi di PT. Philips
Seafood Indonesia Lampung Plant selalu menjaga suhu yang ada di area proses
sortasi agar reject daging tidak banyak terjadi serta hal ini dilakukan untuk menjaga
rantai dingin pada daging rajungan agar suhu daging tetap stabil sehingga kualitas
shell atau benda asing diletakkan dalam sebuah mangkok kecil. Berdasarkan
hal yang penting untuk menjaga suhu tetap rendah dengan standar suhu maksimal
yaitu 21oC.
Untuk proses sortasi ini yang masuk ke dalam ruang black light hanya spesial
dan flower, ini dilakukan untuk melihat shel yang kasat mata. Jumbo hanya di sortasi
perhatikan, ini dikarenakan terlalu banyaknya bahan baku yang akan di sortir dan
menyebabkan kenaikan suhu dan mempengaruhi kualitas meat menjadi cepat basi.
pinset merupakan tahapan terakhir pada proses sorting untuk bagian daging yang
utuh dan mencari sisa shell dan benda asing yang tertinggal . Standar shell yang
digunakan untuk produk crab meat tiap kaleng maksimal≤10 pcs/can, benda asing ≤1
pcs/can atau 0 pcs/can dan tidak ada toleransi untuk bahan tambahan. Hasil
pengecekan akhir dicatat dalam form final checking oleh petugas QC proses.
meat dalam mesin pendeteksi logam. Sebelum digunakan mesin pedeteksi ini
dilakukan test pist oleh petugas QC dengan melewatkan lembaran persegi kecil yang
diletakkan diatas nampan yang berisikan meat atau bisa juga melewatkannya tanpa
dialasi nampan. Ini dilakukan untuk mengecek ke akuratan mesin pendeteksi yang
Test pist ini dilakukan setiap 30 menit sekali, dengan melewatkan nampan
berisi meat yang diatasnya ada lembaran persegi tersebut, atau bisa juga dilewatkan
tanpa dialasi nampan dan meat. Jika ukuran benda asing dibawah ukuran yang telah
yang pernah terjadi dalam metal detector ini seperti rambut, serpihan spons pencuci
Mesin pendeteksi akan berbunyi dikarenakan jika meat terlalu banyak dan
basah, sehingga dilakukan pemindahan meat dalam nampan persegi panjang lainnya.
Jika dalam 3 kali pengecekan mesin pendeteksi logam masih berbunyi, meat tersebut
akan dipisahkan dan dicek oleh petugas QC proses, apa benda asing yang menempel
pada meat tersebut. Biasanya pada saat melewati metal detector nampan tidak diberi
serutan es, karena proses ini dilakukan dengan cepat sehingga kualitas meat masih
terjaga.
Pencampuran daging berdasarkan pada jenis dan ukuran daging yang telah
ditetapkan oleh perusahaan untuk dijadikan jenis produk crab meat. Proses
bersih dari shell dan benda asing. Proses mixing ini dilakukan diatas meja besi yang
di beri serutan es agar meat tetap terjaga kualitasnya. dengan standar suhu maksimal
yaitu 21oC.
daging rajungan yang digunakan untuk membuat produk super lump berupa backfin
dari jumbo, backfin dari special dan pecahan dari flower dan berasal dari beberapa
supplier yang kemudian di pisahkan berdasarkan berat daging yang akan di gunakan.
Tabel 5. Jenis berat daging yang digunakan dalam produk super lump black can
gudang kemudian diberi larutan SAPP (sodium acid pyrophosphate) sebanyak 2 kali,
yaitu pada bagian bawah sebelum daging disusun dan sesudah daging di susun pada
SAPP yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya oksidasi yag ditandai dengan
warna daging rajungan menjadi biru (blueing). Pengisian meat dalam kaleng
dilakukan berdasarkan jenis meat, ukuran, jenis produk serta jenis kaleng. Pada
produk jenis super lump black can digunakan daging rajungan yang berkualitas baik,
utuh, dan tidak lunak, dengan dibedakan berdasarkan beratnya 1 gram, 0,5 gram, dan
0,25 gram. Proses pengisian meat produk super lump black can diisi dengan
Tabel 6. Takaran spec perusahaan untuk produk super lump black can
menyusun meat berdasarkan takaran spec yang telah di tetapkan. Ini dilakukan untuk
menjaga kualitas meat di dalam kaleng agar tetap utuh dan tidak hancur.
rapih dalam kaleng. Standar proses penimbangan dengan berat 460-461 gram (sudah
Termasuk SAPP) untuk semua produk daging rajungan dalam kemasan can. Pada
saat penimbangan tidak perlu dialasi dengan serutan es, karena pada proses ini
dilakukan dengan cepat agar suhu tetap rendah dan menjaga kualitas meat. standar
Penutupan kaleng dengan menggunakan alat yaitu mesin seamer tipe dutra dan
varin. Penggunaan alat ini bertujuan untuk menjaga produk agar tetap berada dalam
kondisi prima dan mencegah kebusukan pada produk. Untuk menunggu kaleng di
tutup, terlebih dahulu kaleng-kaleng yang sudah diisi meat di susun diatas nampan
yang di letakkan di meja yang beralaskan serutan es. Kaleng yang digunakan dalam
pengalengan daging rajungan adalah kaleng yang dibuat dari triplate dengan bagian
atas terbuka.
untuk memantau pengecekan kelayakan kaleng yang akan digunakan dengan cara
mengambil sampel per 2 jam sekali, atau per 300 kaleng sekali jika proses produksi
Tabel 7. Standar evaluasi pembongkaran kaleng IMCP 0,23 mm Body + IMCP 0,23
mm Lid
double seamer yang dilakukan setiap sebelum di gunakan, apabila terjadi kesalahan
pada proses penutupan kaleng maka double seamer akan di setting ulang.
ke dalam bak stainless yang berisikan air dan es untuk menunngu sebelum
ini dilakukan agar suhu tetap rendah dan menjaga kualitas meat. standar suhu
menggunakan mesin video jet, pengkodingan dilakukan pada bagian bawah kaleng
yang akan dicantumkan kode wilayah, produksi, jam produksi, tahun produksi, Julian
date dan tanggal kadaluarsa. Sebagai contoh bentuk kode kaleng pada produk super
lump black can di PT. Philips Seafood Indonesia Lampung Plant adalah sebagai
berikut:
1911302879
Keterangan:
organisme merugikan yang bersifat pathogen mungkin terdapat pada produk pangan.
Pada proses pasteurisasi. Pada proses pasteurisasi , tangki pasteurisasi (hot tank) yang
berukuran 6x1x1 meter terlebih dahulu diisi dengan air bersih sebanyak ±6.000 liter
dan dipanaskan dengan menggunakan uap panas dari boiler dengan pipa aerasi
yang ditetapkan, yaitu 186o-189oF (85o-86oC). setelah suhu sudah mencapai, lalu
dengan kapasitas ±10-11 keranjang basket stainless, setiap keranjang berisi 120
kaleng dengan berat rajungan masing-masing kaleng sebesar 460 gram. Lamanya
proses pasteurisasi suatu produk berbeda, ditentukan tergantug jenis kemasannya. Ini
Pasterization
Produkcts Time (minutes) Temp (oF)
Metal Pasteurized can 16 Oz 130 minutes 186-189 oF
Sea wings metal can 16 Oz 165 minutes 186-189 oF
Plastic pot 16 Oz 155 minutes 186-189 oF
Frozen Spesial/Clawmeat (4lbs/bag) 110 minutes 186-189 oF
Signature/Cheas Peake 110 minutes 186-189 oF
Frozen Claw Finger (0,75 lbs/bag) 45 minutes 186-189 oF
Petugas Quality Control mengecek suhu hot tank dan honey well setiap 2 jam
Chilling dilakukan pada tangki pendingin yang secara fisik sama dengan tangki
pasteurisasi. Proses chilling dilakukan dengan cara memasukkan air dan es curah
pada tangki sampai 1/3 bagian tangki kemudian basket berisi kaleng-kaleng setelah
proses pasteurisasi dimasukkan dan bagian paling atas es curah. Proses chilling
dilakukan dengan suhu 3,3oC (<38oF) dan larutan klorine 3-5 ppm. Pengecekan
mikroorganisme pembusuk dan bakteri pathogen yang kuat akan panas dari
pasteurisasi. Waktu dan temperature chill tank yang digunakan berbeda-beda yang di
Chilling
Time
Produkcts (minutes) Temp (oF)
Metal Pasteurized can 16 Oz 120 minutes max 38 oF
Sea wings metal can 16 Oz 120 minutes max 38 oF
Plastic pot 16 Oz 145 minutes max 38 oF
Frozen Spesial/Clawmeat (4lbs/bag) 90 minutes max 38 oF
Signature/Cheas Peake 90 minutes max 38 oF
Frozen Claw Finger (0,75 lbs/bag) 30 minutes max 38 oF
4.1.10 Pengemasan dan pelabelan (Packaging and Labeling)
dilakukan di ruang yang memiliki suhu sekitar-2,2oC hingga 3,3oC yang disebut
dengan ante room (area penerimaan produk). Tujuannya untuk tetap mempertahankan
suhu agar tetap rendah dan menjaga kualitas meat. Pengemasan dilakukan secara
manual oleh karyawan dengan menyusun kaleng ke dalam master carton. Pelabelan
kode barang dan expired pada master carton dilakukan diruangan yang sama
Penyimpanan produk akhir dilakukan dalam cold storage dengan suhu -2,2oC
hingga 3,3oC. jika melebihi suhu standar maka akan terjadi pertumbuhan bakteri yang
menyebabkan kerusakan produk serta sebaliknya jika suhu lebih rendah dari suhu
sehingga daging rajungan yang telah dikalengkan berubah warna, tekstur, dan rasa.
carton) dalam cold storage disusun diatas pallet plastik dengan maksimal tinggi
digunakan. Kalibrasi ini dilakukan di 4 tempat seperti panel kontrol mekanik, ante
room, cold storage, dan chilling tank. di dalam cold storage dan di chilling tank
pengecekan suhu menggunakan alat MIG, pada ante room dan panel control mekanik
Kalibrasi ini dilakukan setiap 1 menit sekali selama 10 menit dalam waktu yang
bersamaan.
4.1.12 Pengujian Kualitas produk Jadi
Pengujian fisik dan organoleptik produk akhir dilakukan setiap hari setelah
tidak penyok.
e. Jumlah shell dalam tiap jenis produk tidak lebih dari 10 pcs/kaleng
b. Pengujian Kimia
Pengujian kimia yang dilakukan meliputi uji pH, kadar air, antibiotic
segar (bahan baku) dengan standard <0,3 ppb. Sedangkan untuk pH ini dilakukan
terhadap daging segar dan produk akhir, pH pada daging segar 7,6 – 7,9 sama dengan
produk akhir.
c. Pengujian mikrobiologi
mengetahui ada tidaknya bakteri pathogen pada daging. Pengujian ini meliputi
pengujian Total Plate Count (TPC), uji kualitatif E.coli, Koliform, Salmonela, dan
Staphylococcus aureus. Pengujian ini dilakukan setiap hari pada saat bahan baku
datang dari supplier (fresh meat) dan setelah di kalengkan (finished product).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam bahan baku dan
produk akhir terdapat atau tidaknya benda asing (serangga, dan rambut)
fisik, kimia, dan mikrobiologi. Stuffing merupakan proses pengangkutan produk akhir
dari cold storage ke container untuk ekspor. Untuk 1 container diisi dengan 825 MC
produk super lump black can, disusun dengan dialasi layer. Container memiliki
mesin pendingin dengan suhu -1,1oC (30oF). Suhu container tersebut diatur
sedemikian rupa untuk mencegah tejadinya peningkatan suhu produk agar tidak
Hasil monitoring kualitas meat pada proses pengalengan produk super lump
black can di PT. Philips Seafood Indonesia Lampung Plant yang dapat ditulis bahwa
setelah penerimaan bahan baku di ruang receiving sebisa mungkin harus langsung di
proses/di produksi, mengingat daging rajungan bersifat perishable food atau makanan
yang mudah rusak. Namun di PT. Philips Seafood Indonesia Lampung Plant
melakukan penundaan bahan baku apabila bahan baku yang di terima terlalu banyak
karena kemampuan perusahaan untuk mengolah bahan baku secara langsung tidak
terlalu banyak dan jangka waktu yang digunakan untuk mengolah terbatas, sehingga
Karena pada saat meat telah mengalami penyimpanan maka kualitasnya akan
menurun di karenakan kenaikan suhu pada saat penerimaan bahan baku dan proses
Penundaan bahan baku inilah yang menyebabkan kualitas meat menjadi turun
sehingga pada proses-proses selanjutnya meat menjadi tidak segar lagi dan
5.1 Kesimpulan
1. Bahan baku yang baik dan berstandar ekspor meat yang murni dari spesies
baik, keadaan meat yang utuh, tekstur daging tidak lunak, masih mempunyai
kenampakan yang segar, bau manis khas rajungan, dan memiliki warna yang
bahan baku yang akan ditunda harusnya bahan baku yang mempunyai tingkat
kesegaran tinggi karena jika bahan baku yang ditunda adalah bahan baku yang
kurang segar maka akan terjadi pembusukan walaupun telah disimpan di cold
adalah 24 jam.
3. Berdasarkan tahapan proses pengalengan produk super lump black can sudah
yang utuh dan masih segar. Proses ini dilakukan sudah memenuhi Standar
Nasional Indonesia.
5.2 Saran
pengunaan es sebagai alas harus selalu diperhatikan, guna untuk menjaga rantai
dingin pada saat proses pengolahan menyebabkan suhu meat naik dan mempercepat
terjadinya basi.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya Quality Control dari proses produksi
mengawasi secara ketat pemrosesan pengalengan produk super lump black can agar