TINJAUAN BAHAN
2. Indikator Tashiro
100 mg metal merah ± 30mg metilen biru dilarutkan dalam 60ml alcohol 95%.
Encerkan menjadi 100ml dengan aquades yang telah didihkan.
3. METODOLOGI
Dibasahi dengan tissue yang dibasahi alkohol Dihaluskan dan ditimbang sebanyak 3 gram
Diinkubasi dengan suhu 370C selama 30 menit Dimasukkan kedalam beaker glass 100 ml
4 PEMBAHASAN
TMA TVB Blanko
4.1 Data Hasil Pengamatan
H3BO3 1ml H3BO3 1ml H3BO3 1ml
K2BO3
Pengamatan
1 ml TMA K2BO3 1 ml K2BO3 1 ml
Berat Titrasi HCl TVB
kel Spesies ikan Perlakuan
sampel (x) 0,01 N (ml) (mgN/100gr)
Filtrat 1 ml + formalin 0,5 ml Filtrat 1 ml TCA 7% 1 ml
Dibiarkan
10 Ikan nila 3 gram 0,20 0,16
mati sendiri
Dibiarkan
11 Ikan mas Cawan conway ditutup 3 gram 0,40
dan di goyangkan 0,32
mati sendiri
Dipukul
12 Ikan nila 3 gram 0,40 0,32
benda keras
Diinkubasi pada suhu 370C selama 2 jam
Dipukul
13 Ikan mas 3 gram 0,14 0,112
benda keras
Ditetesi indikator tashiro 3 tetes
Ditusuk
14 Ikan nila medula 3 gram 0,40 0,32
oblongata
Dititrasi dengan HCl o,o1 N sampai warna merah muda
Ditusuk
15 Ikan mas medula 3 gram 1,50 1,20
Dihitung nilai TVB dan TMA
oblongata
Dipatahkan
16 Ikan nila tulang 3 gram
Hasil — —
belakang
Dipatahkan
17 Ikan mas tulang 3 gram 0,50 0,40
belakang
PENGAMATAN TVB
1.4
1.2
0.8
0.4
0.2
0
. . .. ...
a.. b e.. u. tu
m
ul ed an
k an k m
hk
ar pu uk a
ibi Di tu
s
pa
t
D Di Di
PERLAKUAN
TVB (mgN/100 gr)
2.5
1.5
1
Ikan Mas
(Kel
11,13,15,17)
0.5
PERLAKUAN
4.3 Analisa Prosedur
Dalam praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen tentang TVB dan
TMA yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Adapun alat – alat
yang digunakan antara lain nampan untuk meletakan lat dan bahan yang akan di
pakai ; stopwatch untuk mengamati waktu pada setiap fase pada ikan mas ; pisau
untuk menyayat atau memotong daging ikan mas ; beaker glass ( 100 ml ) sebagai
wadah sampel yang akan di campur TCA 7% ; spatula untuk menghomogenkan
larutan sampel ; mikrobiuret untuk tempat larutan titrasi ( HCl ) ; erlenmeyer untuk
wadah fitrat ; corong untuk mempermudah cairan fitrasi masuk kedalam erlenmeyer ;
mortar dan alu untuk menghalidkan daging ikan ; cawan conwey untuk menganalisa
TVB dan TMA ; timbangan digital untuk menimbang daging ikan dengan ketelitian
0,01 ; pipet volume 10 ml untuk mengambil larutan TCA 7% ; kayu untuk
memiringkan cawan conway ; wasing bottle sebagai wadah pada aquadest ; pipet
tetes untuk memebantu mengambil larutan berbahaya dengan bantuan pipet volume
; dan incubator untuk menginkubasi cawan conway pada suhu ruang.
Bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum dan Fisiologi Pasca Panen
tentang TVB dan TMA yaitu TCA 7% untuk mendegradasi basa-basa volatile dan
jaringan sampel ; H2BO3 untuk menangkap basa-basa volatile kecuali TMA ; alkohol
untuk membersihkan cawan conway ; kertas saring untuk menyaring larutan sampel
sehingga diperoleh filtrasi ; tissue untuk membersihkan alat-alat yang sudah
dipakai ; kertas label untuk memberi tanda pada cawan conway ; air untuk mencuci
alat yang sudah digunakan ; vaselin untuk merekatkan cawan conway dengan
tutupnya ; HCl 0,01 N untuk mengkap basa-basa volatile dan indikator tashiro untuk
indikator perubaha warnasaat di uji HCl.
Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya sampel ikan dihaluskan dan
ditimbang 3 gram dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01,
kemudian dimasukan kedalam beaker glass 500 ml dan ditambah TCA 7%
sebanyak 9 ml. Selanjutnya sampel di saring dengan kertas saring dan dimasukan
kedalam erlenmeyer 250 ml kemudian di fitrat, sementara itu, pada caawan conway
dibersihkan dengan tissue yang sudah dibasahi alkohol, kemudian di incubasi
selama 30 menit agar cawan conway bersih, lalu di olesi vaselin bagian tepi dengan
vaselin fungsinya untuk meletakan cawan conway dengan cawan conway, setelah
itu cawan conway diletakan miring dengan tutup setengah terbuka agar uap air
cepat megering, setelah itu disiapkan sampel daging ikan fase post rigor lalu di
haluskan dengan morar dan alu ditimbanag sebanayak 3 gram dengan timbangan
analitik.
Setelah ditimbang sampel dimasukan kedalam beaker glass 100 ml dan
ditambah TCA 7% sebanyak 9 ml untuk mengikat dan mendegradasi basa-basa
volatile. Larutan di saring dengan kertas saring dan dimasukan ke dalam erlenmeyer
250 ml kemudian diperoleh filtrat. Setelah itu disiapkan 3 cawan conway untuk uji
TMA, TVB dan uji blanko. Untuk uji TMA daging ikan, cawan conway bagian tengah
diberi H3BO3 1 ml dan formalin 0,5 mk, fungsi formalin untuk mengikat basa-basa
volatile kecuali TMA. Dibagian kiri di beri K2CO3 1 ml untuk membebaskan basa-
basa volatile yang diikat TCA 7%. Kemudian untuk menguji TVB daging ikan, cawan
conway bagian-bagian di beri K2CO3 1 ml. Sedangkan untuk pembuatan blanko,
cawan conway bagian tengah di beri H3BO3 1 ml, di bagian kanan diberi TCA 7%
dan bagian kanan diberi K2CO3 1 ml.
Langkah selanjutnya cawan conway ditutup dan digoyangkan mengikuti
bentuk angka delapan. Kemudian di inkubasi pada suhu 370C selama 2 jam.
Kemudian setelah 2 jamcawan conway di keluarkan dari incubator dan di tetesi
indikator tashiro sebanyak 3 tetes sebagai indikator perubahan warna saat di uji
dengan HCl, lalu dititrasi dengan HCl 0,01 N sampai merah muda dan dihitung ml
titrasinya. Setelah itu di hitung kadar TVB dan TMA dengan rumus :
kadar TMA = ( ml titrasi – ml blanko ) × 80 mgN / 100 gr sampel
Kadar TVB = ( ml titrasi – ml blanko ) × 80 mgN / 100 gr sampel
4.4 Analisa Hasil
Dalam praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen dengan materi TVB
dan TMA diperoleh sebagai berikut :
Pada kelompok 10 dengan perlakuan ikan nila dibiarkan mati sendiri untuk
berat sampel 3 gr, titrasi HCl 0,01 N tidak dihasilkan maka kadar TVB juga tidak
dihasilkan karena percobaan gagal.
Pada kelompok 11 dengan perlakuan ikan mas dibiarkan mati sendiri untuk
berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 0,40 ml di dapat
kadar TMA 0,32 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan
uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 3,4 ml diperoleh kadar TVB sebesar 2,72 mgN / 100gr.
Pada kelompok 12 dengan perlakuan ikan nila dipukul benda keras untuk
berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 0,40 ml di dapat
kadar TMA 0,32 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan
uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,8 ml diperoleh kadar TVB sebesar 0,64 mgN / 100gr.
Pada kelompok 13 dengan perlakuan ikan mas dipukul benda keras untuk
berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 0,40 ml di dapat
kadar TMA 0,32 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan
uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,8 ml diperoleh kadar TVB sebesar 0,64 mgN / 100gr.
Pada kelompok 14 dengan perlakuan ikan nila ditusuk medula oblangata
dengan berat sampel 3 gram dan nilai titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,40 ml diperoleh
kadar TMA 0,32 mgN / 100 gr. Sedangkan pada uji TVB tidak diperoleh hasil karena
tidak didapat hasil titrasi pada 0,01 N pada itu.
Pada kelompok 15 dengan perlakuan ikan mas ditusuk medula oblangata
untuk berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 1,50 ml di
dapat kadar TMA 1,20 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3
gr dan uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 1,50 ml, diperoleh nilai TMA sebesar 1,20 mgN /
100 gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan hasil titrasi HCl 0,01
N sebesar 0,1 ml diperoleh nilai TVB sebesar 0,08 mgN / 100 gr.
Pada kelompok 16 dengan perlakuan ikan nila di patahkan tulang belakang,
pada uji TMA dengan berat sampel 3 gram dan hasil titrasi HCl 0,01 N. Tidak
dipeoleh maka nilai TMA juga tidak didapatkan. Sedangkan pada uji TVB dengan
berat sampel 3 gr dan hasil titrasi HCl 0,01 N sebesar 1,1 ml maka diperoleh hasil
TVB sebesar 0,88 mgN / 100 gr.
Pada kelompok 17 dengan ikan mas dipatahkan tulang belakang tidak
diperoler oleh nilai TVB karena titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,50 ml, diperoleh nilai
TMA sebesar 0,40 mgN / 100 gr.
Pada ikan dengan kadar TMA sebesar 0,40 mgN / 100 gr, bau ikan segar
masih nyata, namun pada kadar TMA 4-6 mgN / 100 gr daging, bau ikan segar
sudah mulai hilang. TMA itu sendiri tidak memberikan bau ikan busuk.bau ikan rusak
akan timbul bila TMA bereaksi dengan lemak dalam tubuh ika sendiri. TMA tidak
selalau berkolerasi baik terhadap organoleptik. Hubungan ikan segra ( 10-1 ) yaitu
tersegar – terbusuk 6,20 – 1,46 indeks, dimana TMA indeks log ( 1 + kadar TMA ).
Kadar TMA dinyatakan dengan mg TMA N / 100 gr daging ikan kecepatan
pembusukan pada ikan air tawar sangat berbeda dengan pembusukan ikan air laut.
Pada ikan air tawar yang dari es, reaksi autolisis tampak lebih dominan dari pada
penguraian oleh bakteri ( suwetja, 2011 ).
Menurut Farber ( 1965 ) dalam Septian ( 2008 ), tingkat kesegaran hasil
perikanan berdasarkan TVBN dikelompokan menjadi 4 yaitu :
Ikan akan segar dengan kadar TVBN 10 mgN / 100 gr atau lebih kecil
Ikan yang berada pada garis batas kesegaran yang masih dapat di konsumsi
dengan kadar TVBN 20 – 30 mgN / 100 gr
Ikan busuk yang tidak dapat dikonsumsi dengan kadar TVBN lebih besar dari
30 mgN / 100 gr
ml titrasi sampel−ml titrasi blanko × 80 mgN
Rumus : TVB danTMA =
100 gram berat sampel
LAMPIRAN
PERHITUNGAN TMA
Kelompok 10
( 0,20−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
16 mgN
= = 0,16 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 11
( 0,40−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
32mgN
= = 0,32 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 12
( 0,40−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
32mgN
= = 0,32 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 13
11,2 mgN
= = 0,112 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 14
( 0,40−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
32mgN
= = 0,32 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 15
( 1,5−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
120 mgN
= = 1,2 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 16
=—
Kelompok 17
( 0,50−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
40 mgN
= = 0,4 mgN / 100 gr
100 gr
Perhitungan TVB
Kelompok 10
( 0−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
=0
Kelompok 11
272mgN
= = 2,79 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 12
( 0,8−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
64 mgN
= = 0,64 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 13
( 0,8−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
64 mgN
= = 0,64 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 14
=0
Kelompok 15
( 0,1−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
8 mgN
= = 0,08 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 16
88 mgN
= = 0,88 mgN / 100 gr
100 gr
Kelompok 17
( 0−0 ) × 80 mgN
=
100 gram
=0
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen tentang TVB/TMA dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
TVB adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan saat ini untuk
memperkirakan tingkat dekomposisi ikan
Makin tinggi kadar TVB/TMA makin jelek mutu ikan karena berhubungan dengan
aktivitas bakteri pembusuk pada daging ikan sebagai standar mutu dan tingkat
kesegaran ikan
Kadar TVB/TMA dapat I hitung dengan rumus:
TVB/TMA = ml titrasi sampel – ml blanko x 80mg
100 gram berat sampel
Trimetilamin dihasilkan oleh senyawa – senyawa lipida protein yang diuraikan
terlebih dahulu menjadi kolin
Dari hasil Praktikum diperoleh kadar TMA tertinggi terdapat pada ikan mas
dengan perlakuan dibiarkan mati sendiri yaitu sebesar 2,72mgN/100gr dan
terendah terdapat pada ikan mas yang ditusuk medulla oblongata sebesar
0,08mgN/100gr. Serta TMA terendah pada ikan mas yang dipukul benda keras
yaitu sebesar 0,112mgN/100gr.
5.2 Saran
Pada Praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen tentang materi
TVB/TMA diharapkan para praktikan meakukan praktikum dengan sungguh –
sungguh agar hasil yang didapat sesuai dengan teori yang ada dan bagi praktikan
tanyakan semua materi yang masih belum belum kalian ketahui, sehingga dalam
preetes dan melaksanaka praktikum tidak terjadi kesalahan dan mengulang- ulang
kagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. 1998. Analisis Pola Musim Penangkapan dan Tingkat Pemanfaatan Ikan
teri di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Skripsi. Bogor. IPB. FPIK.
Indra, Jaya dan Dewi Kartika Ramadhan. 2006. Aplikasi Metode Akuistik untuk uji
Kesegaran Ikan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan vol ix nomor. 2
Junianto. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta
Khielda. 2012. Gizi Seimbang sebagai Pengganti 4 Sehat 5 Sempurna hidarwweb.
blog.spot.com diakses tanggal 2 april 2012
Mudjiharto. 2005. Diklat Kuliah Biokimia Nutrisi Protein Ikan. Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas perikanan. Universitas Brawijaya: Malang
Rudi, Hartono, Hikmawati Mas’ud, Sirojudin, Agustian Ipa. 2005. Pengaruh
Pemberian Kalium Sorbat dan Natrium Klorida dan Pembentukan Histamin Ikan
Cakalang. Jurnal Media Gizi dan Keluarga 29(1): 81-89
Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisus :
Yogyakarta
Santrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kansius:
Yogyakarta
Septiarini, Tri. 2008. Karakteristik Mutu Ikan Tengiri (Secemberemus commersil) di
Kecamatan Manggar, Kabupataen Belitung Timur. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB
Subrata.I, Dewa Made, Bustami Ibrahim, Anna C Erungan, Steven 6, Tunas. 2001.
Rancangan Prototipe Alat Pengukur Kesegaran Ikan Berdasarkan Tahanan
Listrik. Buletin Keteknikan Pertanian Bogor. Vol 15. No. 2
Sudarmadji, S, B, Haryono, Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Pertanian. Liberty: Jakarta
Topatubun,A. M, Nanloty, EEE.M, dan Louhenapesy. 2008. Efek Waktu pemanasan
Terhadap Mutu Beberapa Jenis Ikan Icthyos. 7 (2) 65 – 70
Tim Lentera dan Yusuf Bachtiar. 2006. Mencegah Mas Koki Mudah Mati.
Agromedia: Jakarta
Wangsadinata, Vera. 2009. Sistem Pengendalian Mutu Ikan Swanggi (Pranchatus
mocrancanthus). (Studi kasus di CV Bahari express, Pelabuhan Ratu,
Sukabumi). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. IPB.
Yuliana, Net. 2007. Profil Fermentasi “Rusip” yang dibuat dari Ikan Teri
(Stolephorus sp) Jurnal Agritech vol. 27. Nol. 1