Anda di halaman 1dari 7

Tugas Individu

METODE ANALISA DAN MANAJEMEN LABORATORIUM

“Penentuan Nilai K, TMA, TVB Dengan Menggunakan Metode Count Wey Dan
Metode Indole Test”

NAMA : FETI FERA

NIM : Q1B115096

KELAS : THP B

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
1. Penentuan TVB, TMA, K- value ikan, dengan metode count wey dan metode
indole test

Jawab

a) Penentuan TVB

Total volatile bases (TVB) atau disebut juga basa yang mudah menguap
terbentuk dalam otot jaringan ikan yang sebagian besar terdiri dari amonia,
trimethylamine (TMA) dan dimethylamine (DMA) yang kadarnya berbeda-beda
antara jenis ikan bahkan dalam suatu jenis ikan yang sama. Keadaan dan jumlah
kadar TVB tergantung kepada mutu kesegaran ikan, makin mundur mutu ikan kadar
TVB akan meningkat jumlahnya. Kenaikan kadar TVB terutama disebabkan oleh aksi
bakteri, terbukti dari adanya persesuaian dalam peningkatan jumlah bakteri sehingga
dapat dipakai untuk mengikuti derajat pembusukan ikan. Dalam ikan yang amat
segar, fraksi TVB kecil kadarnya dan hampir seluruhnya terdiri dari amonia. Tetapi
kalau ikan mulai membusuk, terjadi banyak perubahan-perubahan dalam sifat
maupun dalam kadar dari fraksi TVB dalam daging  ikan.
TVB merupakan hasil dekomposisi protein oleh aktivitas bakteri dan enzim.
Pemecahan protein dapat menghasilkan 95 % amonia dan CO2, disamping itu akibat
langsung pemecahan protein menjadi total N non-protein tubuh ikan menjadi basis
dengan pH 7,1 – 7,2. Hasil pemecahan protein bersifat volatil dan menimbulkan bau
busuk seperti amonia, H2S, merkaptan, phenol, kresol, indol dan skatol. Pada uji
kimiawi, ditentukan secara laboratories kadar senyawa yang terdapat pada ikan atau
produk olahannya. Senyawa itu terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi dari
senyawa-senyawa yang terdapat pada ikan seperti dari senyawa yang mengandung
nitrogen terbentuk senyawa basa volatile yang keseluruhannya dinyatakan sebagai
Total Volatile Bases (TVB).
Penetapan TVB sudah meluas digunakan dan  berkorelasi cukup baik dengan
perubahan sensori selama penurunan mutu atau pembusukan. Pengujiannya cukup
mudah, murah dan relatif cepat. Keberatan yang utama adalah contoh dihancurkan,
kondisi volatilisasi harus distandarkan atau dispesifikasi dengan tepat. Kadar TVB
hanya meningkat secara lambat selama penyimpanan dingin pada suhu antara 0 0C
sampai -10C pada kebanyakan ikan air tawar, teristimewa karena rendah atau tiadanya
kandungan Trimethylamine oksida (TMAO) pada ikan air tawar.
TVB digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesegaran ikan dan
sebagai batasan yang layak untuk dikonsumsi. Ikan benar-benar telah
busuk ketika kadar TVB nya melebihi 30 mg-N/100 gram (Connell, 1975 dan
Oehlenschlager, 1992). Tingkat kebusukan ikan ini juga bisa dideteksi dengan
penilaian secara sensori. Pada ikan yang dibekukan, hasil uji TVB nya tidak selalu
konsisten karena hilangnya amina volatile dari ikan yang disimpan dalam es.
Keragaman TVB berasal dari variasi biologis dalam kandungan prekursornya. Uji
TVB ini diterapkan pada produk ikan basah, ikan kering dan ikan asap,
tetapi sedikit diterapkan pada ikan beku.

b) Penentuan TMA

Trimetilamina adalah dasar nitrogen dan dapat mudah terprotonasi untuk


memberikan kation. trimethylammonium.adalah senyawa organik dengan rumus N
(CH3)3. Senyawa ini tak berwarna, higroskopik, dan mudah terbakar dimana amina
tersier memiliki bau “kuat amis” rendah konsentrasi dan amonia seperti bau pada
konsentrasi yang lebih tinggi. Ini adalah gas pada suhu kamar, namun biasanya dijual
di bertekanan tabung gas atau sebagai 40% larutan dalam air. Trimetilamina
merupakan produk dari dekomposisi tumbuhan dan hewan. Ini adalah substansi
terutama bertanggung jawab untuk bau yang sering dikaitkan dengan fouling ikan,
beberapa infeksi, dan bau mulut. Hal ini juga terkait dengan mengambil dosis besar
kolin dan karnitin.

Trimetilamina disusun oleh reaksi amonia dan metanol menggunakan katalis:


3 CH3OH + NH 3 → (CH3)3N + 3H2O

Reaksi ini coproduces yang methylamines lain, dimetilamin (CH 3) 2NH dan
metilamina CH3NH 2. Trimetilamina juga telah disiapkan melalui reaksi amonium
klorida dan paraformaldehyde, menurut persamaan berikut:

9 (CH 2 =O) n + 2n NH 4 Cl → 2n (CH 3 ) 3 N•HCl + 3n H 2 O + 3n CO 2 ↑

Pada aplikasinya trimetilamina digunakan dalam sintesis kolin, hidroksidatetr
amethylammoniumpengatur pertumbuhan tanaman, sangat dasar resin pertukaran
anion, dan pewarna agen meratakan. Gas sensor untuk menguji kesegaran ikan
mendeteksi trimetilamina

c) Metode Indole Test

 Prinsip

beberapa bakteri dapat memproduksi indole dari pemecahan asam amino


trypthopan dengan menggunakan ezim tryptophanase. Produksi indole akan dideteksi
dengan menggunakan pereaksi Erlich atau reagen Kovak. Indole akan bereaksi
dengan aldehyde dalam reagen dan memberikan warna merah. Sebuah lapisan
alkohol merah akan terbentuk sepeti cincin di bagian atas menandakan indole positif.

 Prosedur

koloni bakteri yang diambil akan dieramkan dalam medium air pepton. Yang
mengandung asam tryptophan dan kemudian diinkubasi selama semalam dalam suhu
37®c. Setalah diinkubasi tambahkan beberapa tetes reagen Kovac’s kedalam medium
air pepton. Reagen Kovac’s mengnadung para-dimethyl aminobenzaldehyde, isoamyl
alcohol dan con. HCl. Raegen Erlich lebih sesitif dalam mendeteksi produksi indole
dalam lingkungan anaerob. Formasi cincin merah yang terbentuk memberikan hasil
positif dalam tes.

Contoh; Escherichia coli: Positive; Klebsiella pneumoniae: Negative


d) Nilai k

Nilai k adalah suatu nilai yang digunakan untuk menyatakan tingkat


kesegaran ikan dan beberapa hasil perikanan lainnya, dimana nilai ini merupakan
perbandinganantara jumlah kadar inosin dan hipoksantin yang terbentuk akibat penguraian ATP
oleh enzim-enzim tertentu dengan jumlah kadar ATP itu sendiri dan turunan-
turunannya.nilai-k adalah merupakan indeks kesegaran ikan dan telah dipakai secara
efektif dan meluas oleh banyak peneliti baik dinegara-negara perikanan lainnya
termasuk Indonesia. Metode pengujian kesegaran dengan memakai pengujian
nilai K adalah metode sederhana dan cepat bias memperoleh hasilnya dan
dapat di percaya.
 Metode Penentuan Uji Nilai K
 penyediaan bahan reaksi
1. Larutan HCLO4 10% Dan 5%
2. Larutan KOH 10 N Dan 1 N
3. Larutan HCLO 4 5% Dinetralkan Dengan KOH 10 N Dan 1 N
4. Larutan NH4OH 25 %
5. Larutan Pengelusi A: 0,02 HCL ( Untuk Memisahkan Hxr Dan Hx Dari
Nukleotida Lainnya Dalam Resin
6. Larutan Pengelusi B: ( 0,2N KCL + 0,6 N Nacl) Gunanya Untuk
Memisahkan ATP+ADP+AMP+IMP Dari Ekstraksi Sampel Dan
Resin
7. Larutan Naoh 1 N  
8. Larutan standar : salah satu dari ATP, ADP, AMP, IMP dan salah satu dari HxR
dan Hx
 Mengaktifkan resin penukar ion
Dalam analisis ini, resin yang dipergunakan adalah resin dowex 1 x
4 tipe Cl dengan ukuran 100-200. Sekitar 50 gr resin di cuci dengan
aquades. Selanjutnya direndam dalam 500 ml 1 N NaOH selama 30
menit. NaOH dipisahkan, kemudian dicuci dengan aquades sampai
netral. Setelah resin menjadi netral, direndam dalam 500 ml 1N HCl
selama 30 menit. HCl dipisahkan kemudian di cuci dengan aquades
sampai netral.
 Penyiapan larutan ekstraksi HClO 4
5 gram daging sampel diekstraksi dengan 20 ml HClO 4 10 % dan
kemudian disentrifus pada 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan
disimpan dan residunya di cuci dengan 20 ml HClO 4 5 %
selanjutnya disentrifus pada 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan
yang dihasilkan digabungkan dengan supernatant yang disimpan
sebelumnya. Supernatan ini kemudian dinetralkan dengan KOH 10
N dan 1 N. Ekstrak yang telah dinetralisasi, disentrifus selama 3
menit pada 3000 rpm. Residunya di cuci dengan 10 ml HClO 4 5 %
netral. Supernatan dari hasil pencucian ini digabungkan dengan
supernatan sebelumnya. Selanjutnya larutan ekstraksi tersebut
ditambahkan NH 4 OH sehingga pH-nya menjadi 9,4.
 Penyiapan kolom kromatografi
Pada dasar kolom (0,6 x 30 cm ) diletakkan glass wool sebagai
saringan. Kolom kemudian diisi dengan resin yang telah aktif
setinggi 5 cm diatas saringan. Resin kemudian di cuci dengan
aquades.
 Fraksi nukleotida dan nukleosida
2 ml larutan sampel dipipetkan ke dalam kolom, kemudian dialirkan
50 ml larutan A (0,02 N HCl) dalam resin. Larutan pengemulsi ini
kemudian ditampung. Yang terelusi adalah inosin dan hipoksantin.
Absobansinya di baca pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 250 nm. Kemudian 50 ml larutan B (0,2 N HCl + 0,6 N
NaCl) dialirkan ke dalam kolom. Larutan pengemulsi ini lalu
ditampung. Yang terelusi adalah ATP + ADP + AMP +IMP.
Absorbansinya di baca pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 250 nm.
 Penghitungan Nilai K (K-Value)
Nilai K (K-Value) Berbeda antar spesies dalam satu spesies
bervariasi tergantung pada jenis kelamin, metode penangkapan, cara ikan
tersebut mati dan perbedaan musim. Proses degradasi ATP dapat menjadi
indikator penurunan mutu atau kebusukan ikan yang dapat ditentukan
dengan menghitung nilai K melalui persamaan :
( Ino ) +( Hx)
K-Value (%) = x 100
( ATP ) + ( ADP ) + ( AMP ) + ( Ino )+( Hx)

Dimana :

ATP : Adenosin Tri Phospat

ADP : Adenosin Di Phospat

AMP : Adenosin Mono Phospat

IMP : Inosin Mono Phospat

Ino : Inosin

Hx : Hipoksantin

Anda mungkin juga menyukai