Berdasarkan pasal 394 pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Hasil uji dari
laboratorium terakreditasi untuk kegiatan dari sektor minyak dan gas, meliputi parameter:
Toksikologi Lethal Concentration-50 (LC50) 96 (sembilan puluh enam)
jam
Fuel oil • Fuel Oil (1) adalah senyawa hasil destilasi petroleum yang mengandung
(1) hidrokarbon dengan ikatan C9 sampai C16. Senyawa ini banyak digunakan
dalam pestisida, indrustri keramik, dan pelapisan aspal.
• Fuel Oil (2) adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan karbon C11 sampai C20.
Fuel Oil Terdiri dari 64% senyawa hidrokarbon alifatik (termasuk alkana rantai lurus dan
(2) sikloheksena), 1-2% alkena, dan 35% hidrokarbon aromatik. Senyawa ini
banyak digunakan dalam pembakaran pada industri keramik.
• Mineral Oil sering disebut sebagai minyak pelumas. Ikatan karbonya antara C15
Mineral sampai C50. Mineral oil banyak digunakan pada kendaraan bermotor.
Oil Hidrokarbon yang terkandung antara lain alkana, sikloalkana, dan hidrokarbon
aromatik.
INSTRUMENTASI ANALISIS TPH
Keberadaan minyak dapat dilakukan dengan Analisis TPH dapat dilakukan
dengan
KROMATOGRAFI GAS
SPEKTROFOTOMETRI INFRA RED
(FTIR)
ANALISIS PADA SAMPEL SEDIMEN
ANALISIS TPH DENGAN KROMATOGRAFI
GAS
Pemisahan pada GC disebabkan oleh perbedaan
dalam kemampuan distribusi analit di antara fase
gerak dan fase diam di dalam kolom pada
kecepatan dan waktu yang berbeda.
Prinsip Analisis TPH dengan kromatografi
gas:
Sampel dalam suasana asam kuat diekstrak
dengan Dichloromethane (DCM), sehingga
kandungan TPH akan terserap pada pelarut
organik DCM, dan hasil ekstraksi siap untuk di
analisa dengan kromatografi dengan kolom
kapiler menggunakan detektor FID.
PREPARASI SAMPEL AIR LAUT DENGAN
INSTRUMEN GC
Dilakukan pengasaman sampel dengan larutan HCl
Setelah larutan terpisah solven (TCE) kemudian disaring pada kertas saring yang telah
ditambahkan Na2SO4
Ditambahkan 2 gram silika gel 70-230 mesh ke dalam larutan hasil ekstraksi dan diaduk
selama 5 menit.
Sampel didinginkan kemudian di uapkan dengan rotari evaporator. Sebelumnya labu didih kosong
ditimbang terlebih dahulu
kemudian sampel d oven selama 16 jam setelah itu dimasukkan dalam desikator selama 1 jam
Eluat pekat kemudian diinjeksikan dalam kromatografi gas yang telah dioptimasi.
Sampel kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan natrium sulfat anhidrat
kemudian dimaserasi selama 2X24 jam di atas penggojok.
Ekstrak kemudian disaring dan dievaporasi hingga 2-5 mL dan dilakukan clean up
menggunakan kromatografi kolom fase diam alumina yang telah diaktivasi.
Ekstrak pekat kemudian diinjeksikan ke dalam kromatografi gas yang telah dioptimasi.
Sampel ditambahkan natrium sulfat anhidrat dan dimaserasi selama 2x24 jam di atas
shaker.
Ekstrak kemudian disaring dan dievaporasi hingga volume 2-5 ml. dan diclean up
menggunakan kromatografi kolom fase diam alumina yang telah diaktivasi.
Eluat pekat kemudian diinjeksikan dalam kromatografi gas yang telah dioptimasi.
Sumber : Bioakumulasi Senyawa Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (PAHs) dalam Air laut,
Udang dan Kepiting (Penelitian Lukitaningsih, 2004)