DALAM LAUT
MATERI SUMBER
KEBERADAAN
POLUTAN LIMBAH MINYAK
01 MINYAK BUMI 02 BUMI
DAMPAK
PENCEMARAN LAUT
ANALISIS
AKIBAT MINYAK
PENCEMARAN
03 MINYAK BUMI 04 BUMI DAN
PENANGANANNYA
01
POLUTAN MINYAK BUMI
Menurut Pasal 1 PP no 19 tahun 1999, Pencemaran laut adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya
Emulsi air • Emulsi ini terbentuk jika droplet-droplet air tertutupi oleh
dalam lapisan minyak, dan emulsi ini distabilkan oleh interaksi
minyak diantara droplet-droplet air yang tertutup.
02
SUMBER KEBERADAAN
LIMBAH MINYAK BUMI DI LAUT
Minyak yang terdapat di dalam air laut berasal dari berbagai sumber diantaranya karena
pencucian kapal-kapal laut, pengeboran minyak lepas pantai, kebocoran kapal tanker
pengangkut minyak dan gas bumi, tabrakan kapal dilaut, dan sebagainya.
pengilanga
proses
n minyak • UU No. 23 tahun 1997 dan PP No. 18 tahun 1999
pengeboran
bumi mengkategorikan lumpur minyak sebagai limbah B3
LUMP (Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun)
• Limbah lumpur minyak bersifat mudah terbakar dan
UR
beracun karena kandungan terbesar dalam limbah lumpur
MINYA berminyak merupakan petroleum hidrokarbon (PT
K Pertamina, 2001) dan logam berat (Prasetya, dkk., 2006;
Budiarjo, 2007)
Tumpahan minyak dilaut akibat kecelakaan kapal-kapal
tanker pengangkut minyak dan gas bumi, merupakan
merupakan sumber polutan terbesar yang terjadi
belakangan ini (Rompas, 2009)
• Pencemaran dari bahan kimia dan tumpahan
minyak dari kapal hampir setiap tahun terjadi di
laut Indonesia.
• Menurut M.R. Karliansyah, Direktur Jenderal
(Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Tumpukan limbah yang dikumpulkan bisa
mencapai 78 – 91 ton. Mulai tahun 2017 – 2020
terdapat 76 ton limbah di Bintan. Sedang di
Batam terdapat 91 ton limbah.
Kasus tumpahan minyak di Indonesia (2018-2021)
Teluk Balikpapan Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan terjadi ketika kapal MV Ever Judger menjatuhkan
(Maret 2018) jangkar yang menyeret dan memecahkan pipa milik Pertamina pada 31 Maret 2018.
Akibatnya, lima ribu liter minyak tumpah dan mencemari perairan Teluk Balikpapan serta
memicu kebakaran yang menyebabkan kematian lima orang nelayan.
Karawang Pada Juli 2019, sumur YYA-1 milik PHE ONWJ mengalami kebocoran dan tumpahan
(Juli 2019) minyaknya mencemari wilayah perairan dan sepanjang pantai di Karawang. Tumpahan
tersebut menyebabkan warga sekitar yang mayoritas bekerja sebagai nelayan kehilangan
mata pencaharian mereka karena jumlah hasil tangkapan menurun drastis setelah
peristiwa itu terjadi.
Kepulauan Seribu Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kelautan (KPKP) Kabupaten Kepulauan Seribu
(Agustus 2020) mengonfirmasi adanya tumpahan minyak di wilayah Pulau Pari hingga kawasan perairan
Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, pada Agustus 2020. Selain mencemari bibir pantai
Pulau Pari sepanjang 2 km, tumpahan minyak tersebut juga mengakibatkan sejumlah
biota laut mati dan budidaya rumput laut milik warga mengalami kerusakan.
Kepulauan Riau
Tumpahan minyak di Kepulauan Riau, yang mencakup Batam dan Bintan, sudah terjadi
(Setiap Tahun) selama puluhan tahun. Namun, sampai saat ini, pemerintah belum mengetahui sumber
tumpahan minyak tersebut.
03
ANALISIS PENCEMARAN
MINYAK BUMI
ANALISIS PENCEMARAN
Berdasarkan pasal 394 pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Hasil uji dari laboratorium terakreditasi untuk kegiatan dari
sektor minyak dan gas, meliputi parameter:
Toksikologi Lethal Concentration-50 (LC50) 96 (sembilan puluh
enam) jam
Total konsentrasi logam berat;
Fuel oil • Fuel Oil (1) adalah senyawa hasil destilasi petroleum yang mengandung
(1) hidrokarbon dengan ikatan C9 sampai C16. Senyawa ini banyak digunakan
dalam pestisida, indrustri keramik, dan pelapisan aspal.
• Fuel Oil (2) adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan karbon C11 sampai
Fuel Oil C20. Terdiri dari 64% senyawa hidrokarbon alifatik (termasuk alkana rantai
(2) lurus dan sikloheksena), 1-2% alkena, dan 35% hidrokarbon aromatik. Senyawa
ini banyak digunakan dalam pembakaran pada industri keramik.
• Mineral Oil sering disebut sebagai minyak pelumas. Ikatan karbonya antara C15
Mineral sampai C50. Mineral oil banyak digunakan pada kendaraan bermotor.
Oil Hidrokarbon yang terkandung antara lain alkana, sikloalkana, dan hidrokarbon
aromatik.
INSTRUMENTASI ANALISIS TPH
Keberadaan minyak dapat dilakukan dengan Analisis TPH dapat dilakukan
dengan
KROMATOGRAFI GAS
SPEKTROFOTOMETRI INFRA RED
(FTIR)
ANALISIS PADA SAMPEL SEDIMEN
ANALISIS TPH DENGAN KROMATOGRAFI
GAS
Pemisahan pada GC disebabkan oleh perbedaan
dalam kemampuan distribusi analit di antara fase
gerak dan fase diam di dalam kolom pada
kecepatan dan waktu yang berbeda.
Prinsip Analisis TPH dengan kromatografi
gas:
Sampel dalam suasana asam kuat diekstrak
dengan Dichloromethane (DCM), sehingga
kandungan TPH akan terserap pada pelarut
organik DCM, dan hasil ekstraksi siap untuk di
analisa dengan kromatografi dengan kolom
kapiler menggunakan detektor FID.
PREPARASI SAMPEL AIR LAUT DENGAN
INSTRUMEN GC
Dilakukan pengasaman sampel dengan larutan HCl
Setelah larutan terpisah solven (TCE) kemudian disaring pada kertas saring yang telah
ditambahkan Na2SO4
Ditambahkan 2 gram silika gel 70-230 mesh ke dalam larutan hasil ekstraksi dan diaduk
selama 5 menit.
Sampel didinginkan kemudian di uapkan dengan rotari evaporator. Sebelumnya labu didih
kosong ditimbang terlebih dahulu
kemudian sampel d oven selama 16 jam setelah itu dimasukkan dalam desikator selama 1
jam
Eluet kental kemudian diinjeksikan dalam sistem kromatografi gas yang telah
dioptimasi.
Sumber : Bioakumulasi Senyawa Polihidrokarbon Aromatik (PAH) dalam Air laut,
plankton, Ganggang dan Ikan (Penelitian Lukitaningsih, 2010)
ANALISIS PAH PADA SAMPEL PLANKTON DAN
GANGGANG
Sampel plankton dan ganggang dikeringkan menggunakan freeze dryer
Eluat pekat kemudian diinjeksikan dalam kromatografi gas yang telah dioptimasi.
Sumber : Bioakumulasi Senyawa Polihidrokarbon Aromatik (PAH) dalam Air laut,
plankton, Ganggang dan Ikan (Penelitian Lukitaningsih, 2010)
ANALISIS PAH PADA SAMPEL IKAN
Setelah dipisahkan organnya, sampel ikan kemudian ditimban
Ekstrak kemudian disaring dan dievaporasi hingga 2-5 mL dan dilakukan clean up
menggunakan kromatografi kolom fase diam alumina yang telah diaktivasi.
Sampel ditambahkan natrium sulfat anhidrat dan dimaserasi selama 2x24 jam di atas
shaker.
Ekstrak kemudian disaring dan dievaporasi hingga volume 2-5 ml. dan diclean up
menggunakan kromatografi kolom fase diam alumina yang telah diaktivasi.
Eluat pekat kemudian diinjeksikan dalam kromatografi gas yang telah dioptimasi.
Sumber : Bioakumulasi Senyawa Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (PAHs) dalam Air laut,
Udang dan Kepiting (Penelitian Lukitaningsih, 2004)
04
DAMPAK PENCEMARAN LAUT
AKIBAT MINYAK BUMI
DAN PENANGANANNYA
Menurut Sulistyono, S. (2013), dampak dari limbah dalam bentuk tumpahan minyak
ini secara spesifik menunjukan pengaruh negatif yang penting terhadap lingkungan
pesisir dan perairan laut terutama:
Dampak sublethal
Budidaya
Dampak terhadap plankton