Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK PENGAMBILAN DAN PREPARASI

SAMPEL TOKSIKOLOGIS
(JENIS SAMPEL DAN TEKNIK PREPERASI)

KELOMPOK 4 :
TLM 02-A
1. Ayu Wulansari
2. Endah Handayani
3. Erlin Cahya Ningrum
4. Opi Khopipah
 Pendahuluan
Teknik pengambilan sampel dan preparasi
sampel merupakan tahap pra analitik yang
menentukan validitas hasil pemeriksaan laboratorium
toksikologi. Oleh karena itu, kita akan mempelajari
tentang teknik pengambilan dan preparasi sample
toksikologi.
Preparasi sample adalah proses persiapan suatu
sample agar layak untuk di uji di Laboratorium.
Prinsip Penanganan Sampel/Bahan
1. Melakukan pengambilan dan pemilihan sampel/barang bukti yang
dicurigai.
2. Melakukan penyimpanan sampel/barang bukti yang ada.
3. Melakukan administrasi pengiriman sampel/barang yang dicurigai
ke laboratorium.
4. Melakukan pemeriksaan di laboratorium.
5. Untuk pengambilan sampel darah rutin dan sekret tubuh lainnya
dilakukan oleh petugas yang berwenang.
Teknik preparasi
1. Perencanaan analisis
2. Tahap Pengambilan Sampel
3. Persiapan Sampel sebelum di Analisis
Teknik pengambilan sampel harus dilakukan dengan benar. Jika tidak tepat dalam
pengambilan sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak dapat
menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
• Homogenitas Sampel
• Cara Pengambilan Sampel
• Jumlah Sampel
• Penanganan Sampel
• Prosesing Sampel
Jenis Bahan Sample
Sampel klinis untuk uji toksikologis dapat
dibagi menjadi :
1) Darah
Dalam toksikologi analitis, plasma atau serum
biasanya digunakan untuk pengujian
kuantitatif. Namun, beberapa racun seperti
karbon monoksida, sianida dan banyak
senyawa organik volatil lainnya, timbal dan
logam berat lainnya, dan beberapa obat, seperti
chlortalidone, ditemukan terutama pada atau
terikat dengan eritrosit.
Ekstraksi darah/serum/plasma
Prinsip
• Pemisahan/isolasi specimen dengan pelarut organic pada pH tertentu dari zat-zat
yang mengganggu berdasarkan dengan kelarutannya. Hasil ekstraksi disaring dan
dikeringkan sehingga didapat residu yang dapat dianalisa.
• Peralatan : Bahan :
• Vortex mixer - Pelarut organic (CHCl3)
• Shaker - Natrium Sulfat Anhidrat
• Sentrifus - Natrium Hidroksida
• Tapered tube - Asam Sulfat pekat
• Corong pisah
• Corong kimia
• Batang pengaduk
• Penangas air
• Sonikator
Prosedur :
1. 4 ml specimen (+) Buffer Fosfat dan Kloroform (CHCl3) kemudian kocok, lalu (+) Na2SO3
anhidrat kemudian kocok kembali.
2. Tuangkan CHCl3 melalui saringan.
3. Diekstrasi dalam 20 ml CHCl3, lalu campur kedua hasil ekstraksi fraksi CHCl3 tersebut.
4. Jika terdapat Salisilat I fraksi CHCl3 diekstraksi dengan NaHCO3 untuk menghilangkan
Salisilat yang dapat menghambat cara kerja selanjutnya.
5. Tambahkan 8 ml NaOH 0,45 M.
6. Kocok selama 2 menit kemudian Centrifus.
7. Cuci fraksi CHCl3 dengan sedikit air, buang air cucian, keringkan fraksi CHCl3 dengan
Na2SO4 anhidrat, uapkan sampai kering.
8. Apabila specimen masih ada, basakan dengan larutan ammonia, lalu ekstraksi 2 kali,
masing-masing dengan 10ml CHCl3, kemudian keringkan dengan Na2SO4 anhidrat. Uapkan
larutan sampai kering.
9. Residu kemungkinan mengandung obat.
FESES
• Analisis feses jarang dilakukan, analisis mungkin diminta
misalnya, muncul pertanyaan tentang kebocoran obat dari paket
obat antemortem yang ditelan. Seringkali diperlukan untuk
menganalisis keseluruhan sampel atau menghomogenkan seluruh
sampel dan membuktikan bahwa fraksi yang diambil untuk
analisis mewakili keseluruhan. Diperlukan lebih dari sehari
sebelum obat oral atau metabolit obat muncul dalam faeces.
PREPARASI FESES
Preparasi sampel feses dilakukan berdasarkan prosedur WHO (2004).
1. Sampel feses 1 g dipindahkan ke dalam tabung propilen konikal steril
berukuran 10 ml yang telah berisi 1 ml kloroform dan 5 ml larutan phosphate-
buffered saline (PBS)
2. Campuran kemudian dihomogenkan dengan vorteks selama 10 menit.
3. Campuran disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 1.500 Rpm.
4. Hasil sentrifugasi dipisahkan dari supernatan untuk disterilisasi menggunakan
autoklaf (suhu 121° C, 2 atm, dan 15 menit) sebelum dibuang.
5. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung propilen konikal baru berukuran 15
ml, diberi label dan disimpan pada suhu -20° C.
Cairan lambung (gastric lavage)
Jarang dilakukan saat ini dalam mengobati keracunan akut. Namun, jika
sampel isi perut diperoleh segera setelah kejadian keracunan, sejumlah besar
racun mungkin ada. Saat menyelidiki kemungkinan keracunan, penting untuk
mendapatkan sampel pertama dari cairan pembasah karena sampel selanjutnya
mungkin sangat encer. Sampel (sekitar 50 mL) tanpa bahan pengawet harus
diambil untuk analisis lalu harus disimpan dan volume dicatat. Jika konsentrasi
darah sulit ditafsirkan, terutama pada pemeriksaan postmortem, akan sangat
membantu mengukur jumlah racun yang ada di lambung.
Urin
Urin berguna untuk 'uji penyaringan racun'
(screening test) karena sering tersedia dalam volume
besar dan mungkin mengandung konsentrasi obat
atau racun lain yang lebih tinggi.
Konsentrasi tinggi beberapa obat atau
metabolit dapat memberi warna khas pada urin.
Racun berbau kuat seperti kamper, etchlorvynol,
dan methylsalicylate terkadang dapat dikenali
dalam urin karena diekskresi sebagian dalam
bentuk tidak berubah.
Ekstraksi urin/cairan lambung
 Prinsip
Pemisahan spesimen dengan pelarut organik pada pH tertentu dari zat-zat yang
mengganggu, hasil ekstraksi disaring dan di keringkan sehingga didapat residu yang dapat
dianalisa.
Peralatan Reagen
 vortex mixer - Pelarut organik (Eter)
 shaker - Natrium Sulfat Anhidrat

 Sentrifus - Natrium Hidroksida


 tapered tube - Asam Sulfat pekat
 corong pisah

 Corong kimia
 batang pengaduk
 penangas air
Cara Kerja
• Tambah urin dengan asam phosphate dan asam tartrat untuk
membuat pH 3.
• Ekstraksi 2 kali masing-masing dengan eter, campur hasil ekstraksi.
• Cuci dengan air dan tambahkan air cucian ke dalam specimen
Simpan fraksi air untuk ektraksi selanjutnya.
• Fraksi eter diatas diekstraksikan dengan larutan Natrium Bikarbonat.
• Fraksi eter diesktraksi kembali dengan NaOH dan simpan sebagian
hasil ekstraksi untuk pemeriksaan barbiturate dan beberapa substansi
asam lemah lainnya, misalnya Klordiazepoksid .
• Sebagian lain dari fraksi eter diatas dicuci kembali dengan air, saring
hasil cucian dan tambahkan dengan Na2SO4 anhidrat, uapkan
sampai kering.
• Residu kemungkinan mengandung obat.
Rambut

Lidocaine, heroin dan kokain, dapat di deteksi


melalui rambut. Rambut juga bisa bertahan lebih lama
setelah pemakaman daripada jaringan lain. Jika terpapar
satu racun yang dicurigai, namun racun yang dicurigai
tidak terdeteksi dalam darah atau urin, menunggu 1-2
bulan agar rambut kepala tumbuh dan kemudian
melakukan analisis untuk mengungkapkan adanya racun
atau obat. Rambut kemaluan atau aksila dapat digantikan
jika tidak ada rambut kepala yang tertinggal.
Sample Rambut
Prosedur preparasi
1. Dekontaminasi dengan pelarut organic
2. Prosedur dengan pelarut berair
3. Preparasi
Keringat
Keringat dapat dikumpulkan karena cairan keringat atau tissu dahi dapat
digunakan. Sebagai alat alternatif, bantalan (patch) yang ditempel pada kulit bisa
digunakan. Pengumpulan keringat dapat dipakai untuk waktu yang lama (10-14
hari atau lebih). Keringat dapat mendeteksi penggunaan obat-obatan terlarang.

Gambar Bantalan (patch) pengambil sampel keringat

Anda mungkin juga menyukai