Anda di halaman 1dari 81

ANALISA KESADAHAN AIR SUMUR GALI

(Studi di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang)

KARYA TULIS ILMIAH

MERRY DWI PRAFITASARI


12.131.033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2015
ANALISA KESADAHAN AIR SUMUR GALI

(Studi di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang)

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi persyaratan
menyelesaikan Studi di program Diploma III Analis Kesehatan

MERRY DWI PRAFITASARI


12.131.033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2015
ABSTRAK

ANALISA KESADAHAN AIR SUMUR GALI


(Studi di Desa Plabuhan Kecamaan Plandaan Kabupaten Jombang)

Oleh :

MERRY DWI PRAFITASARI

Air merupakan masalah utama dalam hal penyediaan air bersih di kota maupun
di desa. Kesadahan merupakan parameter kimiawi yang apabila melebihi standar
kualitas dapat menyebabkan timbulnya endapan berwarna putih ataupun kerak.
Sebagian besar masyarakat Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang
menggunakan air sumur gali untuk mandi, memasak, minum, mencuci dan keperluan
rumah tangga lainnya. Air tersebut jika digunakan untuk memasak akan timbul kerak atau
endapan putih di peralatan memasak, menyebabkan sabun kurang membusa pada saat
mencuci. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kesadahan air sumur gali
di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi air sumur
gali sebanyak 118 dengan sampel sebanyak 35 yang diambil secara simple random
sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah titrasi. Pengolahan data
menggunakan editing, coding, tabulating dan analisa data menggunakan persentase.
Berdasarkan hasil analisa kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan
Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang, sebanyak 13 sampel (37%) memenuhi
standart dan 22 sampel (63%) tidak memenuhi standart Permenkes
No.492/Menkes/SK/IV Tahun 2010 dengan rata-rata kadar kesadahan air sebesar 552,46
mg/l.
Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar air sumur gali
di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang tersebut tidak memenuhi
standart menurut Permenkes No. 492/Menkes/SK/IV Tahun 2010 tentang kualitas air
bersih.

Kata Kunci : Kesadahan Air, Sumur gali


ABSTRACT

THE ANALYSIS OF HARDNESS IN DUG WELL WATER


(Studies in Plabuhan Village Plandaan District Jombang Regency)

By

MERRY DWI PRAFITASARI

Water is main problem in problem of providing pure water in a city or a village.


Hardness of the dug well water is the chemical parameter that will be over from quality
standard that can cause white sediment or crust. Most people in Plabuhan Village
Plandaan District Jombang Regency use dug well water to take a bath, cook, drink, wash
clothes and any other household requirements. That water, if it is used to cook, it will be
having crust or white sediment on cooking tool, it can cause the soap doesn’t produce
rich bubbles when it is used to wash and clean. Purpose of this research is to know the
status of hardness of dug well water in Plabuhan Village Plandaan District Jombang
Regency.
Design of this research is descriptive research with dug well water populations
as many as 118 samples and 35 is gained by using simple random sampling technique.
This method of this research is titration. Processing data uses, editing, coding, tabulating
and analyzing data uses percentage
Based on result of hardness of dug well water analyzing in Plabuhan Village
Plandaan District Jombang Regency, 13 samples (37%) full up standard and 22 samples
(63%) don’t full up standard of Permenkes No. 492/Menkes/SK/IVTahun 2010 with rate of
hardness status of dug well water as many as 552,46 mg/l.
Conclusion of this research, it can be gained that most of dug well water in
Plabuhan Village Plandaan District Jombang Regency don’t pass standard from
Permenkes No. 492/Menkes/SK/IV Tahun 2010 about pure water quality

Key Words : Hardness water, Dug well water


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Merry Dwi Prafitasari

NIM : 12131033

Tempat, tanggal lahir : Jombang, 12 Mei 1994

Institusi : STIKes ICMe Jombang

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul ” Analisa Kesadahan

Air Sumur Gali (Studi di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten

Jombang)” adalah bukan Karya tulis ilmiah milik orang lain baik sebagian

maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan

sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.

Jombang, 08 Agustus 2015

Yang menyatakan,

Merry Dwi Prafitasari


12131033
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jombang, 12 Mei 1994 dari pasangan Bapak Suparto

dan Ibu Jumrotin. Tahun 2006 penulis lulus dari SD Negeri Ngogri 1, tahun 2009

penulis lulus dari SMP Negeri 2 Megaluh, tahun 2012 penulis lulus dari SMA

PGRI 1 Jombang. Pada tahun 2012 lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia

Medika” Jombang melalui jalur Test tulis gelombang l. Penulis memilih progam

studi DIII Analis Kesehatan dari enam pilihan progam studi yang ada di STIKes

“Insan Cendekia Medika” Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 08 Agustus 2015

Merry Dwi Prafitasari


12131033
MOTTO

Kebanggaan terbesar adalah bukan karena tidak pernah gagal dalam suatu hal,

tetapi karena bangkit kembali setiap kali jatuh

Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan,

akan tetapi bernilai setelah dikerjakan


PERSEMBAHAN

Kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepadaku sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan tepat waktu.

Ibuku, terima kasih atas dukungan dan semangat yang tak henti-

hentinya kau berikan kepadaku serta doa yang senantiasa engkau lantunkan

untukku sehingga aku bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

Ayahku, yang senantiasa menjadi suri tauladanku yang membimbingku

,dan engkaulah semangatku dalam menjalani perjuangan dalam hidup.

Adikku Safira Dinda Febriana yang selalu memberiku semangat untuk

terus berusaha meraih cita-citaku.

Pembimbing utama dan pembimbing anggota (Sri Sayekti, S. Si,

M.Ked.dan Erni Setiyorini, S.KM., MM) terimakasih telah memberi dukungan dan

bimbingan dengan penuh kesabaran.

Teristimewa aku ucapkan terima kasih kepada Mohammad Rizal

Fristiyanto yang selalu menemani langkahku dalam suka maupun duka, selalu

memberi warna dalam hidupku, selalu memberiku motivasi, selalu memberi

semangat ketika aku sudah merasa lelah berjuang, terima kasih atas doa yang

selalu kau selipkan di setiap doamu.

Kepada teman-teman seangkatan DIII Analis Kesehatan (2012) dan

semua teman-teman dekatku (Ika, etik, farah, tita, tono, deta, noven, mala, erikha

dll), terima kasih atas serpihan-serpihan tawa, canda dan dukungannya hingga

akhirnya aku bisa berhasil.


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan

dengan tepat waktu. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi

persyaratan menyelesaikan Program Studi DIII Analis Kesehatan.

Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs.H.M.Zainul Arifin, Drs., M.Kes

Selaku Ketua STIKES ICME Jombang, Sri Sayekti S.Si., M.Ked selaku

pembimbing utama karya tulis ilmiah, Erni Setiyorini, SKM., MM selaku Kaprodi

DIII Analis Kesehatan dan selaku pembimbing anggota karya tulis ilmiah, orang

tua, serta teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung memberikan saran dan dorongan sehingga terselesainya karya tulis

ilmiah ini.

Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini

banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar

harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan tentang manfaat analisa kesadahan air sumur gali.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih banyak, kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan

penyusunan karya tulis ilmiah berikutnya.

Jombang, 08 Agustus 2015

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM.................................................................. ii
ABSTRAK............................................................................................ iii
ABSTRACT ......................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN KTI ............................................................ vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ viii
MOTTO ............................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ................................................................................. x
KATA PENGANTAR ............................................................................ xi
DAFTAR ISI......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air ...................................................................................... 6
2.2 Air Sumur ........................................................................... 12
2.3 Kesadahan ........................................................................ 12
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 20
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual…………………………… 21
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................. 22
4.2 Desain Penelitian................................................................ 22
4.3 Kerangka Kerja (Frame Work) ............................................ 22
4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling ........................................ 24
4.5 Definisi Operasional Variabel.............................................. 25
4.6 Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian ........................... 25
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data......................... 28
4.8 Etika Penelitian .................................................................. 31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian................................................................... 33
5.2 Pembahasan ...................................................................... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan......................................................................... 39
6.2 Saran.................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Kesadahan………………………………….. 13

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional analisa

kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan

Plandaan Kabupaten Jombang……………………………….... 24

Tabel 4.2 Tabel data Analisa Kesadahan Air Sumur Gali di Desa

Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang……..... 31

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kedalaman air

sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan

Kabupaten Jombang Tahun 2015........................................... 32

Tabel 5.2 Distribusi Hasil Analisa Kesadahan Air Sumur Gali di Desa

Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang Tahun

2015…….................................................................................. 33

Tabel 5.3 Tabulasi Silang Berdasarkan Kedalaman Sumur Gali dengan

hasil Analisa Kesadahan Air Sumur Gali di Desa Plabuhan

Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang Tahun 2015……. 33


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Analisa Kesadahan Air Sumur Gali di

Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten

Jombang................................................................................ 19

Gambar 4.1 Kerangka kerja analisa kesadahan air sumur gali di Desa

Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten

Jombang................................................................................ 22
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Lembar Pemberitahuan Siap Seminar Proposal

Lampiran 3 Lembar Pemberitahuan Siap Seminar Hasil

Lampiran 4 Surat Ijin Pengambilan Data dari Kampus Untuk Dinas

Kesehatan Jombang

Lampiran 5 Nota Dinas dari Dinas Kesehatan Jombang

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Untuk Kepala Desa Plandaan

Lampiran 7 Surat Undangan Seminar Proposal

Lampiran 8 Lembar Konsultasi

Lampiran 9 Formulir Peminjaman Alat dan Ruang Laboraturium

Lampiran 10 Daftar Nama Alat yang Dipinjam

Lampiran 11 Lembar Hasil Analisa

Lampiran 12 Lembar Dokumentasi


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu saluran Kemih (BSK) merupakan masalah kesehatan yang

besar dan sudah lama dikenal, serta menempati urutan ketiga di bidang

urologi setelah penyakit infeksi saluran kemih (ISK) dan kelainan prostat

(Akmal, 2013). Penyakit batu saluran kemih (BSK) adalah terbentuknya batu

yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih

yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya

larut substansi. Secara garis besar pembentukan BSK dipengaruhi oleh

faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari

dalam individu sendiri seperti herediter/keturunan, umur, jenis kelamin. Faktor

ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti kondisi

geografis daerah, faktor lingkungan, jumlah air minum, diet, lama duduk saat

bekerja, olah raga, obesitas, kebiasaan menahan buang air kemih dan

konsumsi vitamin C dosis tinggi (Lina N, 2008)

Di dunia penyakit BSK merupakan penyakit peringkat ke tiga di

bidang urologi setelah penyakit infeksi dan penyakit kelenjar prostat. Insiden

BSK di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% per tahun, di Amerika Serikat

0,14% per tahun dari jumlah penduduk. Pada tahun 2000, penyakit BSK

merupakan penyakit peringkat ke dua di bagian urologi di seluruh rumah sakit

di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi BSK 28,74%.

Di India kasus BSK meningkat pada tahun 1999-2001, dengan rincian

tahun 1999 dengan proporsi 28,1%, tahun 2000 dengan proporsi 33,4%,

tahun 2001 dengan proporsi 38,5%. Proporsi BSK di RS.Sapphasitiprasong

Thailand pada tahun 2004-2005 terjadi peningkatan yaitu dari 47,5% menjadi

52,5%.
BSK merupakan penyakit yang sering di klinik urologi di Indonesia.

Menurut DepKes RI (2006), jumlah pasien rawat inap penderita BSK di

Rumah Sakit seluruh Indonesia yaitu 16.251 penderita. Jumlah penderita

baru saluran kemih di sub bagian urologi bagian bedah Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo periode Januari 1994 – Desember 2005 yaitu sebesar 1028

pasien, dengan jenis kelamin 694 (67%) laki-laki dan 334 (32,5%) wanita. Di

Jakarta dilaporkan 34,9% kasus urologi adalah batu saluran kemih. Data

rekam medis RS Dr. Kariadi diketahui bahwa kasus batu saluran kemih

menunjukkan peningkatan dari 32,8% dari kasus urologi pada tahun 2003

menjadi 35,4% dari kasus urologi pada tahun 2004 dan meningkat menjadi

39,1% pada tahun 2005 (Lina N, 2008).

Prevalensi penyakit batu ginjal atau batu saluran kemih di Jawa

Timur berdasar Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Hasil Riskesdas 2013)

menempati urutan keempat (0,7%). Menurut data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Jombang tahun 2012 bahwa penyakit gangguan sistem kemih di

Puskesmas Plandaan terdapat penderita sebesar 50 pasien, tahun 2013

meningkat menjadi 118 pasien, tahun 2014 meningkat menjadi 261 pasien.

Kecamatan Plandaan adalah salah satu Kecamatan yang ada di

Wilayah Kawedanan Ploso merupakan Wilayah Kabupaten Jombang di

sebelah Utara yang berupa perbukitan/pegunungan kapur yang landai

dengan dengan ketinggian maksimum 500m di atas permukaan air laut dan

terdiri dari 13 Desa. Salah satunya adalah Desa Plabuhan yang merupakan

daerah berbukit dengan rata-rata kemiringan 2-15%. Perbukitan ini

merupakan ujung timur dari perbukitan/pegunungan kapur (Pegunungan

Kendeng) dan banyak ditumbuhi pohon jati.

Komposisi mineral dalam air minum yang bersumber dari air

permukaan (dataran tinggi/rendah) didominasi oleh unsur kalsium dan


magnesium, kadar kalsium (Ca2+) inilah diduga dapat mengakibatkan

hiperekskresi kalsium urin dan supersaturasi (kristalisasi kalsium oksalat)

yang merupakan proses awal terjadinya batu saluran kemih (Izhar MD.,

Haripurnomo., Darmoatmojo S., 2007). Kalsium dalam air minum hanya

merupakan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan zat kapur bagi tubuh.

Bahkan kesadahan air minum yang tinggi dapat mengganggu kesehatan,

misalnya di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dijumpai kasus penyakit kencing

batu yang tinggi akibat kadar Ca di dalam air minum (kesadahan air minum

yang tinggi) (Sitepoe M, 1997).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rizka Bobihu 2012 tentang

“Uji Kadar Kesadahan Sumber Air Minum Pada Kejadian Penyakit Batu

Saluran Kemih Di Desa Barakati Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo”.

Sampel penelitian ini adalah 14 responden diantaranya 7 responden yang

menderita penyakit batu saluran kemih dan 7 yang bukan penderita penyakit

batu saluran kemih. Sampel yang diambil yaitu sumber air minum yang

digunakan warga. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar

kesadahan sumber air minum pada sampel penderita lebih tinggi yaitu

1375,173 mg/l dibandingkan dengan kadar kesadahan sumber air minum

sampel yang bukan penderita yaitu 429,7415 mg/l.

Zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air seperti adanya Ca2+,

Mg2+ dan CaCO3 yang melebihi standar kualitas, tidak baik pada orang yang

mempunyai fungsi ginjal kurang baik, karena akan menyebabkan batu ginjal.

Kebiasaan minum juga merupakan faktor terjadinya batu pada saluran

kencing (Krisna DNP, 2011). Orang yang mengkonsumsi air yang banyak

mengandung kapur tinggi akan menjadi predisposisi pembentukan batu

saluran kencing, maka air yang digunakan manusia tidak boleh lebih dari 500
mg/l CaCO3 yang ditetapkan Permenkes RI No 492/Menkes/SK/IV/2010 (

Wahap S., Setiani O., Joko T., 2012).

Dilakukan upaya peningkatan kualitas air tanah yang mengandung

zat kapur menjadi air bersih. Adapun metode yang banyak digunakan untuk

air bersih yang layak konsumsi yaitu dengan pemanasan, penambahan kapur

mati, penambahan soda pencuci dan proses filtrasi (penyaringan). Media

filter yang biasa digunakan adalah pasir, kerikil, ijuk, karbon aktif, dan zeolit.

Dari latar belakang di atas peneliti mengambil penelitian tentang

analisa tingkat kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan

Plandaan Kabupaten Jombang.

1.2 Rumusan Masalah

Berapakah kadar kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan

Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kadar kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan

Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya dalam bidang

analisa air.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.3.2.1 Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan

ilmu yang didapat selama pendidikan dan sebagai acuan atau referensi

untuk pengembangan penelitian mengenai analisa kesadahan air sumur gali.


1.3.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan pengetahuan untuk media belajar dalam mengembangkan

ilmu di institusi pendidikan umumnya dan Analis Kesehatan khususnya.

1.3.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi mengenai

analisa kesadahan air sumur gali, dan lebih meningkatkan penyuluhan

mengenai kadar kesadahan air sumur gali.

1.3.2.4 Bagi Masyarakat

Menambah informasi kepada masyarakat tentang pengolahan air

minum sehingga kadar kesadahan dapat menurun.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

2.1.1. Definisi Air

Air adalah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal berada di

atas permukaan bumi berbentuk cair dan akan membeku pada suhu pada

nol derajat Celcius (00C) dan mendidih pada suhu seratus derajat Celcius

(1000C). Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Dengan demikian

semakin naik jumlah penduduk maka semakin naik pula laju pertumbuhan

dan laju pemanfaatan sumber-sumber airnya (Yusuf, 2011).

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk

bumi (zat padat, air dan atmosfer), dan merupakan sumber daya alam yang

diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk

hidup. Oleh karena itu sumber daya air dilindungi agar tetap dapat

dimanfaatkan lebih baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain

(Banurea, 2008).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari

berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas

air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan

diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan. Oleh karena itu

dalam praktek sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi

pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa

dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak (Effendi, 2003)..

2.1.2. Penggolongan Air menurut Peruntukannya

Di Indonesia, peruntukan badan air/air sungai menurut kegunaannya

ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah R.I. No. 20 tahun 1990


mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut

peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah

sebagai berikutnya :

a. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu

b. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

c. Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

d. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (Mulia RM,

2005)

2.1.3. Sumber-sumber Air

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu

aliran yang dinamakan siklus hidrologis. Untuk memenuhi kebutuhan akan

air bagi makhluk hidup terutama pada manusia, maka sumber air dapat

dibedakan atas 4 bagian (Ompusunggu H, 2009) :

a. Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar

garam NaCl dalam laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tidak

memenuhi syarat sumber air minum di beberapa negara yang sudah

tidak mempunyai sumber air yang lebih baik setelah melalui proses

desalinasi yang masih sangat mahal biayanya.

b. Air Angkasa/Hujan

Air angkasa adalah air yang berasal dari atmosfer, yang terjadi dari

proses evaporasi dari air permukaan evapotranspirasi dari tumbuh-

tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan melalui proses kondensasi

kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk, salju, ataupun embun. Air


angkasa mempunyai sifat tanah (soft water) karena kurang megandung

garam-garam dan zat-zat mineral sehingga kurang terasa segar juga

boros terhadap pemakaian sabun. Air angkasa juga bersifat agresif

terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir

sehingga mempercepat terbentuknya korosi.

c. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya, air permukaan ini mendapat pengotoran selama

pengalirannya, misalnya oleh lumpur atau ranting-ranting kayu, kotoran

industri kota, dan sebagainya. Ada dua macam air permukaan yaitu air

sungai dan air rawa/danau.

d. Air Tanah

Air tanah adalah air yang tersimpan di dalam lapisan batuan yang

mengalami pengikisan/penambahan secara terus-menerus oleh alam.

Air tanah terdiri atas :

1. Air tanah dangkal yaitu air terjadi karena proses peresapan air dari

permukaan tanah. Lumpur akan tertahan juga bakteri sehingga air

tanah akan mengandung zat kimia karena melalui lapisan tanah

yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing

lapisan tanah. Pengotoran juga masih terus berlangsung terutama

pada muka air yang dekat muka tanah. Air tanah ini digunakan

sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Sebagai

sumber air minum, ditinjau dari segi kualitas agak baik. Tetapi dari

segi kuantitas kurang cukup dan tergantung musim.

2. Air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat setelah lapisan rapat

air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah

pengambilan air tanah dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada
dalam kedalaman antara 200-300m. Kualitas air tanah dalam lebih

baik daripada air tanah dangkal karena penyaringannya lebih

sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia

tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah

kapur maka air menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan

Mg(HCO3)2.

3. Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke

permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir

tidak terpengaruhi oleh musim dan kualitasnya sama dengan air

dalam (Ompusunggu, 2009).

2.1.4.Parameter Kualitas Air

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari

parameter fisika, parameter kimiawi, parameter mikrobiologi dan parameter

radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut (Mulia RM, 2005).

a. Parameter Fisika

Parameter fisika pada umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi

fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu,

warna dan jumlah zat padat terlarut/TDS(Total Dissolved Solid).

Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak

menarik dipandang dari sudut estetika. Selain itu juga, bau busuk bisa

disebabkan proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam

air.

Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung

partikel padat tersuspensi yang dapat berupa za-zat yang berbahaya

bagi kesehatan. Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi, karena

mikroba patogen dapat terlindung.


Kualitas air yang baik adalah tidak memiliki rasa/tawar. Air yang

tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air

tersebut. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu di dalam

air, begitu juga rasa asam disebabkan adanya adanya asam di dalam air

dan rasa pahit disebabkan adanya basa di dalam air tersebut.

Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan

suhu yang mencolok dengan udara sekitar. Di Indonesia, suhu air

minum idealnya ± 30C dari suhu udara. Air yang secara mencolok

mempunyai suhu diatas atau di bawah suhu udara berarti mengandung

zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut).

Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid – TDS) adalah

bahan-bahan terlarut (diameter 10-6 – 10-3mm) yang berupa senyawa-

senyawa kimia dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah maka

kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan

terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan (Mulia RM, 2005).

b. Parameter Kimiawi

Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan

kimia organik. Dalam Standard Air Minum di Indonesia zat kimia

anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan

beracun serta derajat keasaman (pH).

Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan

herbisida Volatile organic chemicals (zat kimia organik mudah menguap)

zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat Oksigen.

Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri,

pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari

pipa penyalur air minum dapat juga menyebabkan kehadiran logam

dalam air minum.


Arsenic, Barium, Cadmium, Chromium, Mercury dan Selenium

merupakan logam beracun yang mempengaruhi organ bagian dalam

manusia. Timbal merusak sel darah merah, sistem syaraf dan ginjal

manusia. Tembaga merupakan indikator terjadinya perkaratan.

Konsentrasi Fluor yang terlalu tinggi dalam air minum dapat

menimbulkan gangguan pada gigi. Nitrit dalam air minum akan bereaksi

dengan Hemoglobin membentuk Methemoglobin yang dapat

menyebabkan penyakit blu babies pada bayi.

Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan menjadi

3 kategori. Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin bersifat

carcinogen bagi manusia. Kategori 2 bahan kimia yang tidak bersifat

carcinogen bagi manusia. Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat

menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carcinogen.

c. Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai

organisme petunjuk (indicator organism). Dalam laboratorium istilah

total coliform menunjukkan bakteri Coliform dari tinja, tanah atau

sumber alamiah lainnya. Istilah fecal coliform (koliform tinja)

menunjukkan bakteri Coliform yang berasal dari tinja manusia atau

hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi

dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air

minum.

d. Parameter Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktifitas efeknya adalah sama, yakni

menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat

berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel-sel


dapat berregenerasi dan apabila tidak maka sel akan mati. Perubahan

genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi.

Sinar Alpha, Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan

menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit dan Sinar

Gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi

ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan.

2.2. Air Sumur

Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30

meter, air sumur umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga

sebagai air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di

dalam tekanan. Air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal

terlarut, seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air yang mengandung komponen-

komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. (Yusuf, 2011).

2.3. Kesadahan

Kesadahan merupakan istilah yang digunakan pada air yang

mengandung kation penyebab kesadahan dalam jumlah yang tinggi. Pada

umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau kation-

kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab

utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium

dalam air mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat,

khlorida dan nitrat, sementara itu magnesium dalam air kemungkinan

bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat dan khlorida (Ruliasih, 2001).

Air yang mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi menyebabkan

timbulnya kerak pada peralatan masak, menimbulkan endapan berwarna

putih, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan

konsumsi sabun, menimbulkan korosi pada peralatan yang terbuat dari besi.

Penyumbatan pipa logam karena endapan CaCO3, menyebabkan


pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga penggunaan

energi menjadi boros (Ristiana N, 2010).

Air sadah bukan merupakan air yang berbahaya karena memang ion-

ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi

akan menyebabkan air menjadi keruh. Air sadah juga tidak baik untuk

mencuci, karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+ akan berikatan dengan sisa asam

karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun tidak

berbuih.

Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, pada

umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, hal ini terjadi

karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada

lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahannya rendah

(air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari

calsium sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya. Tingkat

kesadahan air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan pada tabel berikut

ini (Ruliasih, 2001).

Tabel 2.1 : Klasifikasi tingkat kesadahan

Mg/l Ca CO3 Tingkat Kesadahan

0 – 75 Lunak (soft)

75 - 150 Sedang (moderately hard)

150 - 300 Tinggi (hard)

>300 Tinggi sekali (very hard)

Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion

yang diikat oleh kation (Ca2- atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air

sadah tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam karbonat


2- -
(CO3 ) dan bikarbonat (HCO3 ) dari kalsium dan magnesium. Kesadahan

karbonat merupakan bagian dari kesadahan total yang ekivalent dengan


2- -
alkalinitas yang disebabkan oleh (CO3 ) dan (HCO3 ). Kesadahan ini dapat

dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan pembubuhan kapur tohor.


-
Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam khlorida (Cl ) dan
2-
sulfat (SO4 ) dari kalsium dan magnesium. Kesadahan ini disebut juga

kesadahan non karbonat yang tidak dapat dihilangkan dengan cara

pemanasan, tetapi dapat dihilangkan dengan cara pertukaran ion.

2.3.1. Dampak Berlebihnya Kesadahan Air Terhadap Kesehatan

Menurut WHO air yang tingkat kesadahan tinggi akan

menimbulkan dampak terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah jantung (cardiovascular desease) dan batu

ginjal (urolithiasis). Dalam pemakaian yang cukup lama, kesadahan dapat

menimbulkan gangguan ginjal akibat terakumulasinya endapan CaCO 3

dan MgCO3. Komposisi mineral dalam air minum yang bersumber dari air

permukaan (dataran tinggi/rendah) didominasi oleh unsur kalsium dan

magnesium, kadar kalsium (Ca2+) ini dapat mengakibatkan hiperekskresi

kalsium urin dan supersaturasi (kristalisasi kalsium oksalat) yang

merupakan proses awal terjadinya batu saluran kemih.

Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti

batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan

nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa

terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih

(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis.

Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia


dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih

mummi (Indrawati N, 2013).

Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih

mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan ureter. Batu ini

mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian

bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena

adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat

atau batu uretra yang terbentuk di dalam di vertikel uretra. Batu ginjal

adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh

kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi

(Indrawati N, 2013).

2.3.2. Metode Penghilangan Kesadahan Air

a. Pertukaran Ion

Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukar

dengan sodium. Pertukaran ini berlangsung dengan cara melewatkan air

sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang mempunyai

kemampuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada awalnya

menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand yang biasa

disebut zeolit. Agar lebih efektif bahan greensand diproses terlebih

dahulu. Di samping itu digunakan zeolit sintetis yang terbuat dari

sulphonated coals dan condentation polymer. Pada saat ini bahan-bahan

tersebut sudah diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin

penukar ion. Resin penukar ion umumnya terbuat dari partikel cross-

linked polystyrene. Terdapat beberapa resin penukar ion yang diproduksi

oleh berbagai pabrik dan dipasaran masing-masing mempunyai nama

dagang tersendiri.
Resin yang digunakan adalah resin penukar kation yang

mengandung sodium, pada proses ini ion Na pada resin ditukar dengan

ion Ca dan Mg yang terdapat pada air yang diolah. Selama proses

pelunakan, lama kelamaan ion Na akan habis ditukar dengan ion Ca dan

Mg, pada saat ini resin tersebut dikatakan telah jenuh, dan sudah tidak

berfungsi lagi. Apabila resin telah jenuh maka resin tersebut perlu

diregenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan cara melewatkan

larutan garam dapur pekat ke dalam unggun resin yang telah jenuh. Pada

proses regenerasi terjadi reaksi sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium

dilepaskan dari resin, digantikan dengan sodium dari larutan garam.

b. Pemanasan

Garam MgCO3 bersifat larut dalam air dingin, namun semakin

tinggi temperatur air kelarutan MgCO3 semakin kecil, bahkan hingga

menjadi tidak larut dan dapat mengendap. Garam CaCO3 kelarutannya

lebih kecil dari pada MgCO3, sehingga pada air dinginpun sebagian

CaCO3 mengendap, pada air panas pengendapannya akan lebih banyak

2+
lagi. Berdasarkan sifat ini, kesadahan yang disebabkan oleh kation Mg
2+
dan Ca dapat dihilangkan dengan cara pemanasan.

Dikarenakan sifat ini maka air sadah tidak dikehendaki pada air

industri karena dapat menimbulkan endapan/kerak pada peralatan

pemanas seperti boiler dan lain sebagainya (Ruliasih, 2001).

c. Penambahan Kapur Mati (Proses Clark)

Kapur mati (kalium hidroksida) akan memisahkan kesadahan

sementara. Kapur harus ditambahkan pada jumlah yang telah

diperhitungkan sehingga kapur tersebut hanya mampu untuk menetralkan

bikarbonat dan terbentuk kalsium karbonat yang tidak larut.


Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 2CaCO3 ↓ + 2H2O
Kalsium Kalsium Kalsium Air
Bikarbonat Hidroksida Karbonat
(air sadah) (kapur mati) (tidak larut)

d. Penambahan Soda Pencuci

Metode ini menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan

tetap. Soda pencuci (natrium karbonat) bereaksi dengan garam kalsium

dan magnesium dalam air sadah membentuk garam natrium yang larut

dan garam magnesium yang tidak yang tertinggal sebagai endapan.

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 ↓ + Na2SO4


Kalsium Natrium Kalsium Natrium
Sulfat Karbonat Karbonat Sulfat
(air sadah) (soda pencuci) (tidak larut) (larut)

2.3.3. Penetapan Kesadahan Air

a. Titrimetri

Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang

dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya

diketahui dengan tepat. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang

diketahui tepat itu disebut larutan standar. Larutan standar biasanya

ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar

sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Lengkapnya titrasi, lazimnya

harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah-lihat oleh

mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri atau lebih lazim lagi

oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator.

Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus

memberi perubahan visual yang jelas (entah suatu perubahan warna atau

pembentukan kekeruhan), dalam cairan yang sedang dititrasi. Titik dimana

ini terjadi disebut titik akhir titrasi.


b. Metode Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan

reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat

pembentuk kompleks (ligan). Ligan yang banyak digunakan adalah dinatrium

etilen, diamin tetra asetat (NA2EDTA). Salah satu tipe reaksi kimia yang

berlaku sebagai dasar penentuan titrimetri melibatkan pembentukan

(formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi.

Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui

reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral

(Hamdani, 2012).

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi

reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral

yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya

kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek

biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai

titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang

terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat

dinyatakan oleh persamaan : M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O (Hamdani,

2012)

Titrasi kompleksometri dilakukan dengan beberapa cara tergantung

dari reaksi yang terjadi antara senyawa uji dengan baku primer atau baku

sekunder diantaranya : titrasi langsung; titrasi kembali; titrasi substitusi;

titrasi tidak langsung; dan titrasi alkalimetri (Hamdani, 2012).

c. Prinsip Titrasi Kompleksometri

Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2EDTA) akan bereaksi

dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang

larut. Pada pH 10, ion-ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan
bereaksi dengan indikator Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk

larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai

titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa

kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi

larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini

akan didapat kesadahan total (Ca + Mg).

d. Cara Kerja Titrasi Kompleksometri

1. Memipet 50 ml sampel air, lalu memasukkan ke dalam erlenmeyer

250 ml

2. Menambahkan 1 ml sampai dengan 2 ml larutan penyangga/buffer

pH 10

3. Menambahkan indikator EBT 30 mg sampai dengan 50 mg

4. Melakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara

perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan sampai

menjadi biru

5. Mencatat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan

6. Mengulangi titrasi tersebut 3 kali, kemudian rata-ratakan volume

Na2EDTA yang digunakan


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo 2010).

Air Sumur Gali

Kimia Fisika Biologi

Aluminium
warna, bau, Bakteri, parasit,
kekeruhan, kapang/yeast
Besi TDS, rasa, suhu

Mangan

Khlorida

pH
Memenuhi standart
Permenkes No. 492
Kesadahan Tahun 2010 (< 500 mg/l
CaCO3)

Metode Titrasi
Kompleksometri
Tidak memenuhi standart
Permenkes No. 492 Batu
Tahun 2010 (> 500 mg/l Saluran
CaCO3) Kemih

Gambar 3.1 : Kerangka konseptual tentang analisa kesadahan air sumur gali di Desa
Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang
Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti
3.1 Penjelasan Kerangka Konsep :

Air sumur gali merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi

kehidupan manusia untuk keperluan sehari-hari. Untuk itu harus

memenuhi syarat kesehatan, dimana persyaratan tersebut dapat ditinjau

dari parameter kimiawi (aluminium, besi, mangan, khlorida, pH,

kesadahan), parameter fisika (warna, bau, kekeruhan, TDS, rasa, suhu),

parameter biologi (bakteri, parasit, kapang/yeast). Pada penelitian ini

yang diteliti adalah kesadahan air sumur gali yang merupakan parameter

kimia. Tingkat kesadahan air sumur gali di analisa dengan menggunakan

titrasi metode kompleksometri. Dimana hasilnya ditentukan dengan

memenuhi standart (<500 mg/l CaCO3) atau tidak memenuhi standart

(>500 mg/l CaCO3). Air yang mempunyai kadar kesadahan yang tinggi

yaitu > 500 mg/l CaCO3 dapat menyebabkan hiperekskresi kalsium urin

dan supersaturasi (kristalisasi kalsium oksalat) yang merupakan proses

awal terjadinya batu saluran kemih.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal

sampai dengan penyusunan laporan akhir pada bulan Januari sampai

dengan bulan Juni 2015.

4.1.2. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Desa Plabuhan

Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang dan pemeriksaan sampel

dilakukan di Laboraturium Kimia Analitik Program Studi D-IIIAnalis

Kesehatan STIKes ICMe Jombang.

4.2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan dan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validitas suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti

dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan atau

menjawab suatu pertanyaan (Nursalam 2008).

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian

deskriptif merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Peneliti

menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti hanya ingin mengetahui

kadar kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan

Kabupaten Jombang.

4.3. Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam penelitian yang berbentuk kerangka hingga analisis datanya (Hidayat


2010). Kerangka kerja penelitian tentang analisa kesadahan air sumur gali di

Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang tertera sebagai

berikut :
Penentuan Masalah

Penyusunan Proposal

Populasi
Semua air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang
yang berjumlah 118 air sumur gali

Sampling
Simple Random Sampling

Sampel
Air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang
yang berjumlah 35 air sumur gali

Desain Penelitian
Deskriptif

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisa Data


Editing, Coding, Tabulating

Penyusunan Laporan Akhir

Gambar 4.1 Kerangka kerja analisa kesadahan air sumur gali di desa Plabuhan
Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang
4.4. Populasi, Sampel dan Sampling

4.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua air sumur gali di Desa

Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang yang berjumlah 118

air sumur gali.

4.4.2. Sampling

Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel

dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). Sampling

yang digunakan adalah teknik simple random sampling.

4.4.3. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil papulasi yang diteliti

(Arikunto, 2010). Menurut Arikunto (2006) jika populasi kurang dari 100

maka populasi tersebut harus dijadikan sampel penelitian, tetapi jika

populasi lebih dari 100 maka bisa diambil 10-15%, 15-20% dan 20-30%.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari

populasi. Sehingga dapat dihitung sesuai dengan rumus sebagai berikut :

n = 30% x N

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Jumlah populasi
ଷ଴
Besar sampel : n = ଵ଴଴ X 118 = 35

Jadi jumlah sampel adalah = 35 air sumur gali


4.5. Definisi Operasional Variabel

4.5.1. Variabel

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel pada penelitian ini

adalah analisa kesadahan air sumur gali.

4.5.2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel

secara operasional berdasarkan kriteria yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat 2010).

Tabel 4.1 Definisi Operasional analisa kesadahan air sumur gali

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Kriteria


Operasional
Analisa Suatu uji yang Kadar CaCO3 Titrasi a. Memenuhi standart
Kesadahan digunakan dalam air kualitas air bersih
pada air untuk sumur gali (kadar CaCO3
sumur gali mengetahui ≤ 500mg/l)
kadar garam b. Tidak memenuhi
karbonat standart kualitas air
(kadar CaCO3
>500mg/l)

4.6. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian


4.6.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini

instrumen yang digunakan untuk analisa kesadahan air sumur gali adalah

sebagai berikut :

1) Alat yang akan digunakan :

a. Buret 50 mL

b. labu Erlenmeyer 250 dan 500 mL


c. labu ukur 250 dan 1000 mL

d. gelas ukur 100 mL

e. pipet volume 10 dan 50 mL

f. pipet ukur 10 mL

g. gelas piala 50, 250, dan 1000 mL

h. spatula

i. alat pengukur pH

j. pengaduk gelas

k. timbangan analitik

l. gelas arloji

m. mortir dan stamfer

2) Bahan yang digunakan :

a. Larutan penyangga pH 10

b. Titran Baku Na2EDTA 0,01 M

c. Larutan Baku CaCO3

d. Indikator Erichrom Black T (EBT)

e. Aquadest

4.6.3.Cara Penelitian

Cara kerja analisa kesadahan air sumur gali sebagai berikut :

1) Pembuatan Reagensia

a. Titran Baku Na2EDTA 0,01 M

Melarutkan 3,723 g Na2EDTA dihidrat dengan aquadest di

dalam labu ukur 1000 mL, menepatkan sampai tanda tera.

b. Larutan Baku CaCO3

Menimbang 1,0 g CaCO3 anhidrat, lalu memasukkan ke

dalam labu erlenmeyer 500 mL. Melarutkan dengan sedikit asam

klorida (HCl) 1 : 1, lalu menambahkan dengan 200 mL aquadest.


Mendidihkan beberapa menit, untuk menghilangkan CO2, lalu

mendinginkan. Setelah dingin, menambahkan beberapa tetes

indikator metil merah. menambahkan NH4OH 3 N atau HCl 1 : 1

sampai terbentuk warna orange, memindahkan secara kuantitaif

ke dalam labu ukur 1000 mL, kemudian menepatkan sampai tanda

tera.

c. Larutan penyangga/buffer pH 10

Melarutkan 17,5 g amonium klorida (NH4Cl) dalam 142 ml

ammonium hidroksida (NH4OH) pekat lalu mengencerkan dengan

aquadest hingga volumenya menjadi 250 mL. Memeriksa pHnya

bila perlu menambahkan HCl atau NH4OH sampai pH 10 ± 0,1

2) Prosedur

a. Menentukan Faktor Na2EDTA

1. Memipet 10 ml larutan baku CaCO3 0,01 M , lalu memasukkan

ke dalam erlenmeyer 250 ml

2. Menambahkan aquadest ± 25 ml

3. Menambahkan 1 ml sampai dengan 2 ml larutan

penyangga/buffer pH 10

4. Menambahkan indikator EBT 30 mg sampai dengan 50 mg

5. Melakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M

secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah

keunguan sampai menjadi biru

6. Mencatat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan

b. Menentukan Kesadahan Sampel

5. Memipet 50 ml sampel air, lalu memasukkan ke dalam

erlenmeyer 250 ml
6. Menambahkan 1 ml sampai dengan 2 ml larutan

penyangga/buffer pH 10

7. Menambahkan indikator EBT sepucuk spatula 30 mg sampai

dengan 50 mg

8. Melakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M

secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah

keunguan sampai menjadi biru

6. Mencatat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan

7. Mengulangi titrasi tersebut 3 kali, kemudian rata-ratakan

volume Na2EDTA yang digunakan

3) Cara Perhitungan

Kesadahan (mg/l CaCO3) = 1000 x A x f x 1 mg/l CaCO3

V. sampel

Keterangan :

A : Volume Na2EDTA

f : Faktor Na2EDTA

faktor Na2EDTA = ml CaCO3

ml Na2EDTA

4.7. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

4.7.2. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui

tahapan editing,coding, dan tabulating.

a. Editing

Dalam editing ini akan memastikan antara lain :

1. Lengkapnya sampel

2. Perlakuan yang sama terhadap sampel

3. Keseragaman data
b. Coding

Adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya

data dan hasil kuesioner dimasukkan dengan cara memberi kode

data pada kolom yang telah disediakan di setiap item :

A. Data Umum :

1) No. Sampel Sumur Gali

Sampel 1 Kode 1

Sampel 2 Kode 2

Sampel 3 Kode 3

Sampel N Kode N

2) Kedalaman Sumur Gali

< 40 meter Kode 4

≥ 40 meter Kode 5

B. Data Khusus :

Memenuhi standart Kode 1

Tidak memenuhi standart Kode 0

c. Tabulating

Adalah membuat tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Dalam

penelitian ini diajukan dalam bentuk tabel sesui dengan jenis variabel

yang diolah untuk menggambarkan hasil penetapan kadar kesadahan

air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten

Jombang.

4.7.3. Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan pengolahan data setelah data

terkumpul dari hasil pengumpulan data (Arikunto 2010, h. 235). Analisa


kadar kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan

Kabupaten Jombang.

Pada saat penelitian, peneliti memberikan penilaian terhadap hasil

analisa yang diperoleh dengan cara menghitung kadar kesadahan yang

terdapat pada air sumur gali yang ditentukan sebagai berikut ini :

a) Memenuhi standart : ≤ 500 mg/l

b) Tidak memenuhi standart : > 500 mg/l

Setelah hasil diperoleh selanjutnya membuat tabel distribusi

frekuensi, untuk menyajikan data secara deskriptif. Perhitungan

persentase sampel yang memenuhi standart/tidak memenuhi standart

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus :

P = f x 100%

Keterangan :

P : Persentase

N : Jumlah seluruh air sumur gali yang diteliti

f : Frekuensi air sumur gali yang memenuhi standart

(Budiarto, 2008)

Hasil pengolahan data kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan skala sebagai berikut (Arikunto, 2010) :

76-100% : Hampir seluruh sampel

51-75% : Sebagian sampel

50% : Setengah sampel

26-49% : Hampir setengah sampel

1-25% : Sebagian kecil sampel

0% : Tidak ada satupun sampel


4.8. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

4.8.1 Informed Consent (Lembar persetujuan)

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada

subjek penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian.

Jika subjek bersedia responden menandatangani lembar persetujuan.

4.8.2 Anonimity (Tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden untuk menjamin

kerahasiaan identitas.

4.8.3 Confidentiality(Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya

ditampilkan pada forum akademis.


LAMPIRAN TABEL DATA HASIL ANALISA

Tabel 4.2 Tabel data Analisa Kesadahan Air Sumur Gali di Desa
Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang

No Sampel Kadar Kategori

Penelitian (kode) Kesadahan air (mg/l)

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

N N
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Plandaan adalah salah satu Kecamatan yang ada di

Wilayah Kawedanan Ploso merupakan Wilayah Kabupaten Jombang

disebelah Utara yang berupa perbukitan/pegunungan kapur yang landai

dengan ketinggian maksimum 500m di atas permukaan air laut dan terdiri

dari 13 Desa. Salah satunya adalah Desa Plabuhan yang merupakan

daerah berbukit dengan rata-rata kemiringan 2-15%. Perbukitan ini

merupakan ujung timur dari perbukitan/pegunungan kapur (Pegunungan

Kendeng) dan banyak ditumbuhi pohon jati.

5.1.2 Data Umum

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kedalaman air sumur gali
di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang Tahun
2015

Kedalaman Air
No Frekuensi Persentase (%)
Sumur Gali/satuan

1. < 40 meter 22 63
2. ≥ 40 meter 13 37

Jumlah 35 100

Sumber data : Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan hasil bahwa dari 35 sampel

sumur gali yang melebihi batas standart sejumlah 22 sumur gali (63%)

dan sumur gali yang sesuai standart sejumlah 13 sumur gali (37%).
5.1.3 Data Khusus

Tabel 5.2 Distribusi Hasil Analisa Kesadahan Air Sumur Gali di Desa Plabuhan
Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang Tahun 2015

No Hasil Pemeriksaan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Memenuhi Standart 22 63


2. Memenuhi Standart 13 37

Jumlah 35 100

Sumber data : Data Primer 2015

Batas maksimum Kesadahan air menurut Permenkes No.

492/Menkes/SK/IV Tahun 2010 tentang kualitas air bersih adalah 500

mg/l. Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil bahwa dari 35 sampel air

sumur gali yang kadarnya melewati batas maksimum sejumlah 22 sampel

(63%) dan yang kadarnya memenuhi standart sejumlah 13 sampel (37%).

5.1.4 Tabulasi Silang

Tabel 5.3 Tabulasi Silang Berdasarkan Kedalaman Sumur Gali dengan Hasil
Analisa Kesadahan Air Sumur Gali di Desa Plabuhan Kecamatan
Plandaan Kabupaten Jombang Tahun 2015

No Kedalaman Air Hasil Analisa Kesadahan Air Sumur Total


Sumur Gali Gali Persentase
Memenuhi Tidak Memenuhi (%)
Standart Standart
Persentase (%) Persentase (%)
1. < 40 meter 0 22 22
(0%) (63%) (63%)
2. ≥ 40 meter 13 0 13
(37%) (0%) (37%)
Total 13 22 35
Sumber data : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa dari 35 sampel,
sebagian besar hasil analisa kesadahan air sumur gali tidak memenuhi
standart dengan faktor kedalaman air sumur gali < 40 meter sejumlah 22
(63%).
5.2 Pembahasan
Hasil penelitian analisa kadar kesadahan air pada air sumur gali di

Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang menunjukkan

bahwa dari 35 sampel air sumur gali, sebagian besar sampel yang diperiksa

mengandung kadar kesadahan air yang melebihi standart Permenkes No.

492/Menkes/SK/IV Tahun 2010 tentang kualitas air bersih. Rata-rata kadar

kesadahan air pada 35 sampel air sumur gali tersebut sebesar 552,46 mg/l.

Kandungan tersebut telah melewati batas maksimum cemaran kesadahan

air menurut Permenkes No. 492/Menkes/SK/IV Tahun 2010 tentang kualitas

air bersih yaitu 500 mg/l. Menurut peneliti, tingginya kadar kesadahan air

sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan dipengaruhi oleh

susunan geologi tanah dari daerah tersebut. Dilihat dari segi tersebut Desa

Plabuhan Kecamatan Plandaan merupakan daerah pegunungan kapur.

Kondisi tanahnya terlihat putih kekuningan dan juga tidak rata(datar),

sehingga rumah yang ditinggali masyarakat ada yang diatas ataupun

dibawah. Menurut Effendi (2003) bahwa pada umumnya air sadah berasal

dari daerah dimana lapisan tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentukan

batu kapur. Tingginya kesadahan dalam air alam adalah disebabkan oleh

dua kation yaitu Ca2+ dan Mg2+.

Sebagian besar sampel air sumur gali Desa Plabuhan Kecamatan

Plandaan didapatkan hasil kadar kesadahan air yang tidak memenuhi

standart yaitu sebanyak 63%. Menurut peneliti tingginya kadar kesadahan air

dapat memberi dampak yang tidak baik untuk kesehatan. Dampak tersebut

ada yang berjangka pendek dan berjangka panjang. Orang yang

mengkonsumsi air dengan kadar kesadahan tinggi dalam jangka pendek

dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tifus dan disentri. Sedangkan

dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang,


kerusakan gigi, kandung kemih dan terutama kerusakan ginjal (Suryandoko,

2003). Menurut WHO air yang tingkat kesadahan tinggi akan menimbulkan

dampak terhadap kesehatan yaitu dapat menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah jantung (cardiovascular desease) dan batu ginjal

(urolithiasis). Dalam pemakaian yang cukup lama, kesadahan dapat

menimbulkan gangguan ginjal akibat terakumulasinya endapan CaCO 3

.Orang yang mengkonsumsi air yang banyak mengandung kapur tinggi akan

menjadi predisposisi pembentukan batu saluran kencing ( Wahap S, 2012).

Data lain dari tingginya kesadahan air sumur gali di Desa Plabuhan

Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang mengakibatkan timbulnya

endapan putih yang tebal di dasar panci pada saat memasak air, sehingga

berdampak pada kegiatan sehari-hari. Menurut peneliti, air rumah tangga

tingkat kesadahan yang tinggi akan menimbulkan endapan atau pengerakan

dalam peralatan memasak seperti panci, karena ion-ion Ca2+ terlarut dalam

air, dimana ion Ca2+ berikatan dengan Mg2+ sehingga membentuk endapan.

Menurut Ristiana N (2010) bahwa air yang mempunyai tingkat kesadahan

yang tinggi menyebabkan timbulnya kerak dan endapan berwarna putih

pada peralatan masak, dimana penyebabnya adanya ion HCO3 yang akan

berdisosiasi pada temperatur tinggi dan membentuk kerak berupa endapan

CaCO3, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan

konsumsi sabun, dimana penyebabnya ion Ca2+ atau Mg2+ akan berikatan

dengan sisa asam karbohidrat pada sabun sehingga membentuk endapan

yang membuat sabun sukar berbuih, menimbulkan korosi pada peralatan

yang terbuat dari besi. Penyumbatan pipa logam karena endapan CaCO 3,

menyebabkan pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga

penggunaan energi menjadi boros. Jadi dari hasil analisa kesadahan air

diketahui bahwa 63% sampel air sumur gali tersebut tidak memenuhi
standart dan tidak layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari

seperti mencuci, memasak, mandi dan keperluan rumah tangga lainnya.

Kedalaman air sumur gali di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan

Kabupaten Jombang sebagian besar adalah kurang dari 40 meter (63%).

Menurut peneliti kedalaman air sumur gali dapat mempengaruhi kadar

kesadahan air, karena kemungkinan adanya kontak langsung dengan

batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air. Sumur gali

termasuk air tanah dangkal dimana penyaringannya kurang sempurna. Bila

lapisan tanah yang dilalui air tersebut kontak langsung dengan batuan kapur,

menyebabkan kandungan kapur menjadi tinggi. Sehingga dalam pembuatan

sumur gali harus melihat kedalaman sumur dan struktur geologi tanah.

Menurut Entjang (2000) bahwa kedalaman sumur gali tergantung pada

lapisan tanah, ketinggian permukaan air laut dan ada tidaknya air bebas

dibawah lapisan tanah. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak

lebih dari 5-8m dibawah permukaan tanah. Namun berdasarkan jenis tanah

dan kedalaman, air bebas sumur gali dapat diperoleh sebagai berikut:

a) Tanah berpasir : Sumur gali cukup 6 – 8 m telah memperoleh air bebas

b) Tanah liat : Kedalaman sumur ≥ 12 m baru memperoleh air bebas.

c) Tanah kapur : Umumnya sumur gali harus ≥ 40 m baru diperoleh air

bebas.

Menurut Dinas Kesehatan Jombang (2013) bahwa air tanah yang

dihasilkan oleh sumur gali berasal dari air permukaan seperti air hujan.

Kedalaman yang sesuai keadaan struktur tanah akan membuat air hujan

yang meresap ke tanah akan mengalami penyaringan secara ilmiah.

Selain itu menurut Chandra (2006) bahwa air tanah berasal dari air

hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami proses

filtrasi secara alamiah. Namun sebelum mencapai lapisan tempat air tanah,
air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan

terjadinya kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini menyebabkan air

mengandung zat-zat mineral seperti Ca dan Mg. Proses yang telah dialami

oleh air hujan di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah

menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.

Penggunaan air sumur gali lebih menguntungkan karena tidak

mengeluarkan uang untuk membeli air dan proses pembuatan sumur gali

yang mudah sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dengan

peralatan yang sederhana dan biaya murah.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian kadar kesadahan pada air sumur gali di Desa

Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang sebagian besar

sampelnya mempunyai kadar kesadahan air tidak memenuhi standart

Permenkes No. 492/Menkes/SK/IV Tahun 2010 tentang kualitas air bersih.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan

Diharapkan untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat

dan memberikan arahan pembuatan sumur gali yang memenuhi standart

kesehatan dengan kedalaman sumur gali 40 meter.

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi buku perpustakaan yang

lebih banyak di bidang Analisa Air terutama tentang kadar kesadahan air

pada air sumur gali dan sebagai sumber informasi atau pedoman bagi

peneliti.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi peneliti

lain untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai bagaimana cara

untuk menurunkan kadar kesadahan air pada sumur gali.

6.2.4 Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi

masyarakat untuk lebih memperhatikan pengolahan sumber air bersih

dengan melakukan cara penurunan kadar kesadahan air, salah satunya

adalah dengan penambahan kapur mati (kalium hidroksida) dan soda

pencuci (natrium karbonat).


DAFTAR PUSTAKA

Akmal. 2013. “Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Batu Saluran


Kemih di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Tugas Akhir
D-III Analis, STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Arikunto Suharsimi. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


edisi revisi 2010, Rineka cipta, Jakarta

Banurea, Irmaliasari.2008. “Penentuan Kesadahan Total Dalam Air Baku


dan Air Bersih dengan Titrasi Kompleksometri di PT Inalum Kuala
Tanjung, Tugas Akhir D-III Kimia Analis FMIPA

Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan


Masyarakat, Widyastuti, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Chandra, B 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan edisi ke 1, Palupi


Widyastuti, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Dinkes Jombang 2013, “Kualitas Air Bersih di Daerah Jombang”, Laporan


Tahunan Data Kualitas Air Tahun 2013

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta

Hidayat, A, A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif


edisi ke 1, Musrifatul Uliyah, Health Book Publishing, Surabaya

Indrawati, Nova.2013. “Asuhan Keperawatan Batu Saluran Kemih RSPAD


Gatot Subroto, Tugas Akhir S1, Fakultas Ilmu Keperawatan, UI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


RI No 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Krisna, Dwi NP. 2011. “Faktor Resiko Penyakit Batu Ginjal, Tugas Akhir
S1, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri
Semarang

Lina, Nur. 2008. “Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada
Laki-Laki, Tugas Akhir S1, Program Studi Magister
Epidemiologi,UNDIP

Marsidi, Ruliasih.2001. “Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air, Staf Kelompok


Teknologi Pengelolaan Air Bersih Dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan
Pererapan Teknologi Lingkungan, BPPT. Jurnal Teknologi Lingkungan,
Vol.2, No. 1, Januari 2001: 1-10

Mulia, R, M 2005. Kesehatan Lingkungan, edisi ke 1, Graha Ilmu, Yogyakarta


Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan edisi ke 2, Salemba Medika, Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo; 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi revisi


2010, Rineka cipta, Jakarta

Ristiana, N., Astuti, D., Kurniawan, T.P. 2010. Keefektifan Ketebalan Kombinasi
Zeolit Dengan Arang Aktif Dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air
Sumur Di Karangtengah Weru Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan,
ISSN 1979-7621, Vol.2, No.1: 91-102.Sumatra Utara

Yusuf, Yusnidar.2011. “ Analisa Kandungan Air Sumur Kelurahan Kelapa Dua


Wetan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, Tugas Akhir S1, Jurusan
Farmasi, UHAMKA
DAFTAR NAMA ALAT YANG DIPINJAM

Nama Peminjam : Merry Dwi Prafitasari


Hari/Tanggal : Sabtu / 20 Juni 2015

No Nama Alat Jumlah


1. Beaker glass 250 ml 2
2. Beaker glass 500 ml 1
3. Labu Ukur 250 ml 2
4. Gelas Ukur 50 ml 1
5. Gelas Ukur 10 ml 1
6. Pipet Ukur 5 ml 2
7. Pipet Ukur 1 ml 2
8. Labu Erlenmeyer 250 ml 6
9. Batang Pengaduk 3
10. Pipet Tetes 3
11. Buret 1
12. Klem Statif 1
13. Timbangan Analitik 1
14. Push Ball 1
15. Hot Plate 1
TABEL DATA HASIL ANALISA KESADAHAN AIR SUMUR GALI
(Studi di Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang)
Sampel Kategori
Kadar
No Penelitian
Kesadahan air (mg/l) MS TMS
(kode)

1. 1 928,81 mg/l √

2. 2 830,00 mg/l √

3. 3 444,64 mg/l √

4. 4 691,67 mg/l √

5. 5 553,33 mg/l √

6. 6 217,38 mg/l √

7. 7 296,43 mg/l √

8. 8 316,19 mg/l √

9. 9 375,47 mg/l √

10. 10 691,67 mg/l √

11. 11 316,19 mg/l √

12. 12 790,48 mg/l √

13. 13 790,48 mg/l √

14. 14 592,86 mg/l √

15. 15 395,24 mg/l √

16. 16 553,33 mg/l √

17. 17 592,86 mg/l √

18. 18 849,76 mg/l √

19. 19 395,24 mg/l √

20. 20 592,86 mg/l √

21. 21 474,28 mg/l √

22. 22 434,76 mg/l √


23. 23 691,67 mg/l √

24. 24 415,00 mg/l √

25. 25 750,95 mg/l √

26. 26 810,24 mg/l √

27. 27 533,57 mg/l √

28. 28 237,14 mg/l √

29. 29 790,48 mg/l √

30. 30 612,62 mg/l √

31. 31 849,76 mg/l √

32. 32 711,43 mg/l √

33. 33 652,14 mg/l √

34. 34 375,47 mg/l √

35. 35 573,09 mg/l √

Keterangan :
MS : Memenuhi Syarat
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
DOKUMENTASI
PENGAMBILAN SAMPEL AIR SUMUR GALI

Kondisi sumur gali

Peneliti melakukan pengambilan air sumur gali


LEMBAR DOKUMENTASI
ALAT DAN BAHAN ANALISA

Larutan Baku EDTA sebagai Larutan Buffer pH 10 untuk


ligan untuk membentuk mempertahankan pH pada
senyawa komplek bila bereaksi suasana basa
dengan kation logam

Indikator EBT (Erichorm EDTA sebagai zat pembentuk


Black T) untuk membentuk senyawa kompleks
larutan berwarna merah
keunguan
Aquadest untuk melarutkan
senyawa kimia

Gelas ukur untuk mengukur


volume larutan

Pipet ukur untuk


memindahkan larutan
dengan berbagai ukuran
volume

Batang Pengaduk untuk


mengaduk larutan

Beaker glass untuk Labu Erlenmeyer untuk


mencampur ataupun menampung larutan yang
mengaduk suatu larutan akan dititrasi
Klem dan statif untuk Buret untuk mengukur
menjepit buret pada proses volume pada proses titrasi
titrasi
LEMBAR DOKUMENTASI
ANALISA AIR SUMUR GALI

Sampel Air sumur gali yang akan diperiksa

Mengukur volume sampel Menuangkan sampel pada labu


menggunakan gelas ukur erlenmeyer
Memipet larutan Buffer pH 10 Memasukan larutan buffer
menggunakan pipet ukur pH 10 ke labu erlenmeyer

Sampel berubah warna merah


Menambahkan 30mg EBT setelah ditambah EBT
pada erlenmeyer

Sampel dititrasi dengan Larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan


warna biru

Anda mungkin juga menyukai