PRAKTIKUM
ASAM URAT, UREUM &
KREATININ
( KIMIA KLINIK II )
NIM : 1193081
KELAS : C-13
1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Asam urat dari sampel yang di periksa dalam mg/ dl
2. Prinsip : Asam urat dioksidasi menjadi alantoin oleh enzim uricase. Hidrogen peroksida
Yang dihasilkan bereaksi dengan 4 – Amino antipyrine dan 2,4,6 – Tribromo – 3
- Hydroksybenzoic – Acid – (TBHBA) menjadi Quinoneimine
uricase
Uric Acid + H2O + O2 Allantoin + CO2 + H2O2
TBHBA +4 – Amino antipyrine + H2O2 POD
Quinoneimine + 3 H2O
7. Kesimpulan : Kadar Cholesterol dalam sampel Probandus yang diperiksa dalam batas normal 4,0 mg/dL
8. Pembahasan :
➢ Penyakit asam urat atau dalam dunia medisdisebut penyakit pirai atau penyakit gout(arthritis gout)
adalah penyakit sendi yangdisebabkan oleh tingginya asam urat didalam darah. Kadar asam urat
yang tinggidi dalam darah melebihi batas normalmenyebabkan penumpukan asam urat didalam
persendian dan organ tubuh lainnya.Penumpukan asam urat inilah yangmembuat sendi sakit, nyeri,
dan meradang(Sutanto, 2013).
➢ Selain itu asam urat merupakanhasilmetabolisme normal dari pencernaanprotein (terutama dari
daging, hati,ginjal,dan beberapa jenis sayuran seperti kacangdan buncis) atau dari penguraian
senyawapurin yang seharusnya akan dibuangmelalui ginjal,feses, atau keringat (Sustraniet al. 2008)
➢ Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asamurat serum di atas normal.
Padasebagian besar penelitian epidemiologi,disebut sebagai hiperurisemia jikakadar asam urat serum
orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari 6,0mg/dl pada perempuan.
➢ Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena diet tinggi purin atau penurunan
ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang berlebihan atau sering merupakan kombinasi
keduanya
2. Obat – obatan
→ Obat-obatan diuretika (furosemiddan hidroklorotiazida), obatkanker, vitamin B12 dapat
meningkatkan absorbsi asam urat di ginjal sebaliknya dapat menurunkan ekskresi asam urat urin
3. Obesitas
→ Kelebihan berat badan (IMT ≥25kg/m²) dapat meningkatkan kadar asam urat dan juga
memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi tubuh. Sebaiknya berpuasa dengan
memilih makanan rendah kalori tanpa mengurangi konsumsi daging (tetap memakan daging
berlemak) juga dapat menaikkan kadar asam urat. Diet makanan rendah kalori dapat
menyebabkan kelaparan sehingga menyebabkan hiperurisemia
4. Usia
→ Meskipun kejadian hiperurisemiabisa terjadi pada semua tingkat usia namun kejadian ini
meningkat pada laki – laki dewasa berusia ≥ 30 tahun dan wanita setelah menopause atau berusia
≥ 50 tahun, karena pada usia ini wanita mengalami gangguan produksi hormon estrogen
DAFTAR PUSTAKA
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/555/556 diakses pada jumat, 21 mei 2021
pada pukul 10:50
Sustrani L, Syamsir A, & Iwan H. 2008.Asam Urat, Informasi LengkapUntuk Penderita dan Keluarganya,Edisi 6.
PT Gramedia Utama:Jakarta
Sutanto, Teguh. 2013. Asam Urat. Buku Pintar: Yogyakarta
Probandus : Korektor 1 Korektor 2
PEMERIKSAAN
Nama : Tn. Yogi Mahendra Ureum (Urea Fs)
Umur : 23 Th Metode: “Urease – GLDH”
Jenis Kelamin : Laki - Laki (Tes UV Enzimatik)
1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Ureum dari sampel yang diperiksa dalam mg/dl.
5. Nilai Normal : Urea Dewasa Pada Serum/Plasma: Bun Pada Serum/ Plasma
Global : 17 – 43 mg/dL Global : 7,94 - 20,01 mg/dL
(2,8 – 7,2 mmol/L) (2,8 – 7,2 mmol/L)
Wanita <50 Tahun : 15 – 40 mg/dL Wanita <50 Tahun : 7,01 – 18,7 mg/dL
( 2,6 – 6,7 mmol/L) ( 2,6 – 6,7 mmol/L)
Wanita >50 Tahun : 21 – 43 mg/dL Wanita >50 Tahun : 9,81 – 20,1 mg/dL
( 3,5 – 7,2mmol/L ( 3,5 – 7,2mmol/L)
Pria <50 Tahun : 19 - 44 mg/dL Pria <50 Tahun : 8,87 – 20,5 mg/dL
( 3,2 – 7,3 mmol/L) ( 3,2 – 7,3 mmol/L)
Pria >50 Tahun : 18- 55 mg/dL Pria >50 Tahun : 8,41 – 25,7 mg/dL
( 3,0 -9,2 mmol/L) ( 3,0 -9,2 mmol/L)
6. Hasil : 23 mg/ dL
BUN= Urea x 0,467
= 23 x 0,467
= 10,741 mg/dL
7. Kesimpulan : Kadar Urea dalam sampel Probandus yang diperiksa dalam batas normal 23 mg/ dL
8. Pembahasan :
➢ Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino. Dalam katabolisme protein di pecah menjadi asam
amino dan deaminasi ammonia. Amonia dalam proses ini di sintesis menjadi urea.Ureum adalah produk limbah dari
pemecahan protein dalam tubuh. Siklusurea (disebut juga siklus ornithine) adalah reaksi pengubahan ammonia
(NH3) menjadi urea (CO(NH2)2)
➢ Peningkatan kadar ureum darah bergantung pada penurunan fungsi filtrasi glomerulus. Penurunan fungsi ginjal
15%(<15ml/mnt) mengindikasikan adanya gagal ginjal dan uremia.
➢ Padaumumnya gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar bersamaan dengan urin,sehingga tekanan
osmotik koloid plasmaberkurang. Hal ini menyebabkan edemayang sering di jumpai pada hipertensi kronik.
➢ Peningkatan tekanan darah hingga melebihi ambang batas normal (hipertensi)dapat menyebabkan gangguan fungsi
ginjal dan munculnya penyakit ginjal. Hipertensi dapat menyebakan pembuluh darah pada ginjal mengerut sehingga
aliran zat-zat makanan menuju ginjal teganggu dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal.Jika hal ini terjadi
secara terus-menerus maka sel-sel ginjal tidak akan berfungsi lagi
➢ Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ akibat penurunan fungsi ginjal
pada penyakit ginjal, dimana terjadi retensi sisapembuangan metabolisme protein, yang ditandai oleh homeostasis
cairan yangabnormal dan elektrolit dengan kekacauanmetabolik dan endokrin.)
➢ Kadar ureum yang tinggi dan berlangsung kronik merupakan penyebab utama manifestasi dari sindrom uremia, yang
di bagi dalam beberapa bentuk yaitu:
1. Pengaturan fungsi regulas idan eksresi yang buruk, seperti keseimbangan volume cairan dan elektrolit,
keseimbangan asam basa, retensi nitrogen dan metabolisme lain, serta gangguan hormonal
2. Abnormalitas sistem tubuh (sistem gastrointenstinal, hematologi,pernafasan, kardiologi, kulit dan neuro
muscular
➢ Kadar ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan eksresi.Metode penetapannya adalah
dengan mengukur nitrogen atau sering disebut Blood Urea Nitrogen (BUN). Nilai BUN akan meningkat apabila
seseorang mengkonsumsi protein dalam jumlah banyak, namun pangan yang baru disantap tidak berpengaruh
terhadap nilai ureum pada saat manapun. Hal ini yang menyebabkan adanya hubungan asupan protein dengan kadar
ureum (Benz, RL. 2008 dalam Anwar, 2017).
➢ Penurunan perbandingan ureum/kreatinin terjadi pada kondisi penurunan produksi ureum seperti asupan
protein rendah, nekrosis tubuler, dan penyakit hati berat.
➢ Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan plasma, serum, ataupun urin. Jika bahan plasma harus menghindari
penggunaan antikoagulan natrium citrate dan natrium fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan fluoride
menghambat urease.Ureum urin dapat dengan mudah terkontaminasi bakteri.Hal ini dapat diatasi dengan menyimpan
sampel di dalam refrigerator sebelum diperiksa (Verdiansah, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/692/5/Chapter%20II.pdf Diakses pada jumat, 21mei 2021 pada pukul 11:28
https://media.neliti.com/media/publications/66782-ID-gambaran-kadar-ureum-pada-pasien-penyaki.pdf Diakses pada
jumat, 21mei 2021 pada pukul 11:28
Probandus :
PEMERIKSAAN Korektor 1 Korektor 2
Nama : Tn. Yogi Mahendra Creatinin FS
Umur : 23 Th Metode : Jaffe
Jenis Kelamin : Laki - Laki (Tes kinetik tanpa deproteinisasi)
1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar kreatinin dari seseorang yang di periksa dalam mg/ dL
2. Reaksi : Kreatinin membentuk kompleks berwarna merahoranye dalam larutan pikrat basa.
Perbedaan absorbansi pada waktu tertentu selama terjadinya konversi sebanding dengan
Konsentrasi kreatinin pada sampel
Creatinin + Picric Acid → Creatinine picrate complex
3. Alat dan bahan : 1) kuvet 5) Spektrofotometer CLIMA MC-15
2) Tissue 6) Yellow tip dan Blue Tip
3) Micropipet 10µl dan 1000µl 7) Reagen Creatinine FS
4) Sampel serum 8) Stopwatch
4. Cara Kerja : 1. Pengaturan fotometer
Panjang gelombang : Hg 492 nm (490 – 510 nm)
Diameter kuvet : 1 cm
Suhu : 20 – 25 °C / 37°C
Pengukuran : Terhadap blanko reagen
2. pengukuran dengan bi - reagen
Blank Sampel
Sampel - 50 μl
Aquadest 50 μl -
Reagen 1 1000 μl 1000 μl
Campurkan, inkubasi 0 – 5 menit, lalu tambahkan :
Reagen 2 250 μl 250 μl
Campurkan dan baca absorbansi A1 setelah 60 detik, baca absorbansi A2 setelah 120
detik kemudian.
ΔA = (A2 – A1) sampel
3. Pengukuran dengan monoreagen
Blank Sampel
Sampel - 50 μl
Aquadest 50 μl -
Monoreagen 1000 μl 1000 μl
Campurkan dan baca absorbansi A1 setelah 60 detik, baca absorbansi A2 setelah 120 detik kemudian.
ΔA = (A2 – A1) sampel
8. Pembahasan :
➢ Proses awal biosintesis kreatinin berlangsung di ginjal yang melibatkan asam amino arginin dan glisin.
Pembentukan kreatinin tidak ada mekanisme reuptake oleh tubuh, sehingga sebagian besar kreatinin diekskresi
melalui ginjal. Disfungsi renal terjadi jika kemampuan filtrasi kreatinin akan berkurang dan kreatinin serum
akan meningkat. Kadar kreatinin yang meningkat dua kali lipat mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal
sebesar 50%, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengindikasikan adanya penurunan
fungsi ginjal sebesar 75% sebagai indikator (Alfonso dkk, 2016).
➢ Faktor yang dapat mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah antara lain :
1. Perubahan masa otot
2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan
3. Aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkankan kadar kreatinin darah
4. Obat – obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu sekresi kreatinin
sehingga meningkatkan kadar kreatinin dalam darah e) Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin
internal
5. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kreatinin lebih tinggi daripada orang muda, serta pada laki – laki
kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita (Sukandar, 2006).
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan kadar kreatinin akan berpengaruh pada hasil pemeriksaan kadar
kreatinin apabila sampel yang digunakan mengalami hemolisis, ikterik dan lipemik.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/3257/4/BAB%20II.pdf Diakses pada jumat, 21mei 2021 pada pukul 11:28
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/viewFile/1324/1379 Diakses pada jumat, 21mei 2021 pada
pukul 11:28
Probandus : Korektor 1 Korektor 2
PEMERIKSAAN
Nama : Tn. Yogi Mahendra Creatinin PAP FS
Umur : 23 Th Metode : Test Kolorimetri Enzimatik
Jenis Kelamin : Laki - Laki
1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar kreatinin dari seseorang yang di periksa dalam mg/ dL
1. Tujuan :
7. Kesimpulan : Kadar Kreatinin dalam sampel Probandus yang diperiksa dalam batas normal 0,68 mg/ dL
8. Pembahasan :
➢ Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin.Kreatininterutama disintesis oleh hati, tedapat hampir
semuanya dalam otot rangka yang terikat secara reversible dengan fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau
keratinfosfa, yakni senyawa Penyimpan energi.Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal.Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan
melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggirendahnya kadar kreatinin dalam darah
digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan gangguan fungsi ginjal
memerlukan tindakan hemodialysis (Alfonso, 2016).
➢ Ada 2 cara yang digunakan dalam pemeriksaan kreatinin dalam darah yakni cara deprotoeinisasi dan non
deproteinisasi. Ke 2 cara ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
A. Kelemahan pemeriksaan kreatinin cara deproteinisasi :
1. Trichlor acetic acid (TCA) terlalu pekat
2. Konsentrasi TCA salah apabila menggunakan TCA 3 N
3. waktu inkubasi yang diperlukanterlalu lama yaitu 30 menit
4. sampel yang diperlukan telalu banyak serta TCA pada suhu kamar mudah terurai maka
penyimpanannya di lemari es (± 2- 8°C)
B. keuntungan dari pemeriksaan kreatinincara deproteinisasi :
1. Kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, ureum, dll sudah terikat dengan TCA sehingga
supernatan terbebas dari bahan-bahan nitrogen
C. Kelemahan pemeriksaan kreatinin cara nondeproteinisasia
1. pencampuran reagen kerjatidak dengan perbandingan 1:1 akan mengakibatkan hasil tinggi palsu serta
adanya gangguan terhadap hasil pemeriksaan kreatinin darah oleh bilirubin, ureum, protein yang
tidak diendapkan dengan TCA
D. Kelebihan pemeriksaan kreatinin cara non deproteinisasi
1. Waktu yang diperlukan cukup singkat(2menit) dan sampel yang diperlukan hanya sedikit (100 µl)
➢ Metode yang sering digunakan untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah metode Jaffe Reaction yang
merupakan salah satu metode dimana pengujian kadar kreatininnya menggunakan asam pikrat yang berperan
untuk mengikat kreatinin sehingga menciptakan warna kuning
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis/article/download/120/88 diakses pada jumat 21 mei
2021 pada pukul 12: 52
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/93 diakses pada jumat 21 mei 2021 pada pukul 12: 52