Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM
ASAM URAT, UREUM &
KREATININ
( KIMIA KLINIK II )

NAMA : DEA FATIKA NURHAYATI

NIM : 1193081

KELAS : C-13

PRODI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKES NASIONAL SURAKARTA


PEMERIKSAAN Korektor 1 Korektor 2
Probandus :
URIC ACID FS (Asam Urat)
Metode: TBHBA
Nama : Tn. Yogi Mahendra
(Tribromo – Hydroksybenzoic Acid)
Umur : 23 Th
Jenis Kelamin : Laki - Laki (test fotometrik enzimatis)

1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Asam urat dari sampel yang di periksa dalam mg/ dl

2. Prinsip : Asam urat dioksidasi menjadi alantoin oleh enzim uricase. Hidrogen peroksida
Yang dihasilkan bereaksi dengan 4 – Amino antipyrine dan 2,4,6 – Tribromo – 3
- Hydroksybenzoic – Acid – (TBHBA) menjadi Quinoneimine
uricase
Uric Acid + H2O + O2 Allantoin + CO2 + H2O2
TBHBA +4 – Amino antipyrine + H2O2 POD
Quinoneimine + 3 H2O

3. Alat dan Bahan : 1) kuvet 5) Spektrofotometer CLIMA MC-15


2) Tissue 6) Yellow tip dan Blue Tip
3) Micropipet 20µl dan 500µl 7) Reagen Uric Acid
4) Sampel serum

4. Cara kerja : 1. Persiapan Fotometer :


Panjang Gelombang : 520 nm, Hg 546 nm,500-550 nm
Diameter Kuvet : 1 cm
Suhu : 20 – 25 ºC / 37 ºC
Pengukuran : Terhadap blangko reagen
2. Pengukuran substrat
Blank Sampel
Sampel - 20 µl
Aquadest 20 µl -
Reagen 1 1000 µl 1000 µl
Campurkan, inkubasi kira – kira 5 menit, lalu tambahkan :
Reagen 2 250 µl 250 µl
Campurkan, inkubasi 30 menit pada suhu 20 – 25ºC atau 10 menit pada suhu 37 ºC. Baca
Absorbansi nya terhadap blanko reagen dalam 60 menit
3. pengukuran sampel
Blank Sampel
Sampel - 20 µl
Aquadest 20 µl -
Reagen 1000 µl 1000 µl
Campurkan, inkubasi 30 menit pada suhu 20 – 25ºC atau 10 menit pada suhu 37 ºC. Baca
Absorbansi nya terhadap blanko reagen dalam 60 menit

5. Harga Normal : Dewasa :


Wanita : 2,6 – 6,0 mg/dL ( 155 -357 mmol/L)
Laki - Laki : 3,5 – 7,2 mg/dL ( 208 - 428 mmol/L)

6. Hasil : 4,0 mg/dL

7. Kesimpulan : Kadar Cholesterol dalam sampel Probandus yang diperiksa dalam batas normal 4,0 mg/dL

8. Pembahasan :

➢ Penyakit asam urat atau dalam dunia medisdisebut penyakit pirai atau penyakit gout(arthritis gout)
adalah penyakit sendi yangdisebabkan oleh tingginya asam urat didalam darah. Kadar asam urat
yang tinggidi dalam darah melebihi batas normalmenyebabkan penumpukan asam urat didalam
persendian dan organ tubuh lainnya.Penumpukan asam urat inilah yangmembuat sendi sakit, nyeri,
dan meradang(Sutanto, 2013).

➢ Selain itu asam urat merupakanhasilmetabolisme normal dari pencernaanprotein (terutama dari
daging, hati,ginjal,dan beberapa jenis sayuran seperti kacangdan buncis) atau dari penguraian
senyawapurin yang seharusnya akan dibuangmelalui ginjal,feses, atau keringat (Sustraniet al. 2008)

➢ Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asamurat serum di atas normal.
Padasebagian besar penelitian epidemiologi,disebut sebagai hiperurisemia jikakadar asam urat serum
orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari 6,0mg/dl pada perempuan.

➢ Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena diet tinggi purin atau penurunan
ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang berlebihan atau sering merupakan kombinasi
keduanya

➢ Faktor-faktor yang mempengaruhi hiperurisemia antara lain:


1. Nutrisi
→Purin adalah salah satu senyawabasa organik yang menyusunasam nukleat atau asam inti
darisel dan termasuk dalamkelompok asam amino, unsurpembentuk protein. Makanandengan
kadar purin tinggi (150 –180 mg/100 gram) antara lainjeroan, daging baik daging sapi,babi,
kambing atau makanan darihasil laut (sea food), kacang-kacangan,bayam,jamur, kembang kol,
sarden, kerang,minuman beralkohol.
→Pada pria yang memakan daging baik daging sapi atau kambing bisa meningkatkan risiko
asamurat 21%.9
→Namun makanan tinggi purin dari sumber nabati seperti asparagus, polong–
polongan,kembangkol dan bayam tidak meningkatkan faktor risiko

2. Obat – obatan
→ Obat-obatan diuretika (furosemiddan hidroklorotiazida), obatkanker, vitamin B12 dapat
meningkatkan absorbsi asam urat di ginjal sebaliknya dapat menurunkan ekskresi asam urat urin
3. Obesitas
→ Kelebihan berat badan (IMT ≥25kg/m²) dapat meningkatkan kadar asam urat dan juga
memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi tubuh. Sebaiknya berpuasa dengan
memilih makanan rendah kalori tanpa mengurangi konsumsi daging (tetap memakan daging
berlemak) juga dapat menaikkan kadar asam urat. Diet makanan rendah kalori dapat
menyebabkan kelaparan sehingga menyebabkan hiperurisemia
4. Usia
→ Meskipun kejadian hiperurisemiabisa terjadi pada semua tingkat usia namun kejadian ini
meningkat pada laki – laki dewasa berusia ≥ 30 tahun dan wanita setelah menopause atau berusia
≥ 50 tahun, karena pada usia ini wanita mengalami gangguan produksi hormon estrogen

➢ Tanda dan Gejala Artritis Gout


1. Akut
→ Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung cepat, lebih sering di
jumpai pada ibu jari kaki. Adakalanya serangan nyeri di sertai kelelahan, sakit kepala dan
demam.
2. Interkritikal
→Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritikal
asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut.
3. Kronis
→ Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodiumurat) dalam jaringan yaitu ditelinga,
pangkal jari dan ibu jari kaki.

DAFTAR PUSTAKA
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/555/556 diakses pada jumat, 21 mei 2021
pada pukul 10:50
Sustrani L, Syamsir A, & Iwan H. 2008.Asam Urat, Informasi LengkapUntuk Penderita dan Keluarganya,Edisi 6.
PT Gramedia Utama:Jakarta
Sutanto, Teguh. 2013. Asam Urat. Buku Pintar: Yogyakarta
Probandus : Korektor 1 Korektor 2
PEMERIKSAAN
Nama : Tn. Yogi Mahendra Ureum (Urea Fs)
Umur : 23 Th Metode: “Urease – GLDH”
Jenis Kelamin : Laki - Laki (Tes UV Enzimatik)

1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Ureum dari sampel yang diperiksa dalam mg/dl.

Urea + 2H2O Urease 2NH4- + 2HCO3


2. Prinsip :
2 Oxoglutarate+ NH4- + NADH GLDH
L – Glutamate + NAD- + H2O
GLDH : Glutamate Dehygrogenase

3. Alat dan Bahan : 1) kuvet 6) Stopwatch


2) Tissue 7) Yellow tip dan Blue Tip
3) Micropipet 10µl dan 1000µl 8) Reagen Urea
4) Sampel serum 9) aquadest
5) Spektrofotometer CLIMA MC-15

4. Cara Kerja : 1. Persiapan Fotometer :


Panjang Gelombang : 340 nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm
Diameter Kuvet : 1 cm
Suhu : 25 ºC / 30 ºC / 37 ºC
Pengukuran : Terhadap blangko reagen Kinetik 2 - Titik
2. pengukuran dengan bi – ragen (semi – otomatis)
Blank Sampel
Sampel - 10 µl
Reagen 1 1000 µl 1000 µl
Campurkan, inkubasi 0-5 menit, lalu tambahkan :
Reagen 2 250 µl 250 µl
Campurkan, inkubasi selama kira kira 60 detik pada suhu 25ºC / 30 ºC atau kira kira 30
– 40detik pada suhu 37 ºC. Kemudian, Baca Absorbansi A1, Baca Absorbansi A2 tepat
setelah 60 detik kemudian.
∆A = (A1 – A2) sampel
3. pengukuran dengan mono – reagen (manual)
Blank Sampel
Sampel - 10 µl
Monoreagen 1000 µl 1000 µl
Campurkan, inkubasi selama kira kira 60 detik pada suhu 25ºC / 30 ºC atau kira kira 30
– 40detik pada suhu 37 ºC. Kemudian, Baca Absorbansi A1, Baca Absorbansi A2 tepat
setelah 60 detik kemudian.
∆A = (A1 – A2) sampel

5. Nilai Normal : Urea Dewasa Pada Serum/Plasma: Bun Pada Serum/ Plasma
Global : 17 – 43 mg/dL Global : 7,94 - 20,01 mg/dL
(2,8 – 7,2 mmol/L) (2,8 – 7,2 mmol/L)
Wanita <50 Tahun : 15 – 40 mg/dL Wanita <50 Tahun : 7,01 – 18,7 mg/dL
( 2,6 – 6,7 mmol/L) ( 2,6 – 6,7 mmol/L)
Wanita >50 Tahun : 21 – 43 mg/dL Wanita >50 Tahun : 9,81 – 20,1 mg/dL
( 3,5 – 7,2mmol/L ( 3,5 – 7,2mmol/L)
Pria <50 Tahun : 19 - 44 mg/dL Pria <50 Tahun : 8,87 – 20,5 mg/dL
( 3,2 – 7,3 mmol/L) ( 3,2 – 7,3 mmol/L)
Pria >50 Tahun : 18- 55 mg/dL Pria >50 Tahun : 8,41 – 25,7 mg/dL
( 3,0 -9,2 mmol/L) ( 3,0 -9,2 mmol/L)

6. Hasil : 23 mg/ dL
BUN= Urea x 0,467
= 23 x 0,467
= 10,741 mg/dL

7. Kesimpulan : Kadar Urea dalam sampel Probandus yang diperiksa dalam batas normal 23 mg/ dL
8. Pembahasan :
➢ Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino. Dalam katabolisme protein di pecah menjadi asam
amino dan deaminasi ammonia. Amonia dalam proses ini di sintesis menjadi urea.Ureum adalah produk limbah dari
pemecahan protein dalam tubuh. Siklusurea (disebut juga siklus ornithine) adalah reaksi pengubahan ammonia
(NH3) menjadi urea (CO(NH2)2)

➢ Peningkatan kadar ureum darah bergantung pada penurunan fungsi filtrasi glomerulus. Penurunan fungsi ginjal
15%(<15ml/mnt) mengindikasikan adanya gagal ginjal dan uremia.

➢ Fungsi ginjal antara lain :


1. mengatur keseimbangan asam basa
2. mengatur keseimbangan hormonal/eritropoetin
3. ekskresi sampah sisa metabolisme seperti ureum.
➢ Bila ureum tidak di keluarkan dalam tubuhd apat terjadi sindrom uremia. Sindromuremia ini terutama terjadi pada
penderitapenyakit ginjal yang kronis dan akan memberikan manifestasi pada bagian anggota tubuh yang lain seperti
gastrointenstinal, kulit, hematologi, saraf dan otot, kardiovaskuler, endokrin dan sistem lainnya berupa kerusakan.
peningkatan kadar ureum maupun kreatinin dapat di gunakan sebagai indikator penting untuk mengetahui fungsi
ginjal.

➢ Padaumumnya gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar bersamaan dengan urin,sehingga tekanan
osmotik koloid plasmaberkurang. Hal ini menyebabkan edemayang sering di jumpai pada hipertensi kronik.
➢ Peningkatan tekanan darah hingga melebihi ambang batas normal (hipertensi)dapat menyebabkan gangguan fungsi
ginjal dan munculnya penyakit ginjal. Hipertensi dapat menyebakan pembuluh darah pada ginjal mengerut sehingga
aliran zat-zat makanan menuju ginjal teganggu dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal.Jika hal ini terjadi
secara terus-menerus maka sel-sel ginjal tidak akan berfungsi lagi

➢ Ginjal mengendalikan tekanan darah dengan cara:


1. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal
2. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali normal
3. ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormone angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormonal dosteron

➢ Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ akibat penurunan fungsi ginjal
pada penyakit ginjal, dimana terjadi retensi sisapembuangan metabolisme protein, yang ditandai oleh homeostasis
cairan yangabnormal dan elektrolit dengan kekacauanmetabolik dan endokrin.)

➢ Kadar ureum yang tinggi dan berlangsung kronik merupakan penyebab utama manifestasi dari sindrom uremia, yang
di bagi dalam beberapa bentuk yaitu:
1. Pengaturan fungsi regulas idan eksresi yang buruk, seperti keseimbangan volume cairan dan elektrolit,
keseimbangan asam basa, retensi nitrogen dan metabolisme lain, serta gangguan hormonal
2. Abnormalitas sistem tubuh (sistem gastrointenstinal, hematologi,pernafasan, kardiologi, kulit dan neuro
muscular

➢ Kadar ureum dalam serum mencerminkan keseimbangan antara produksi dan eksresi.Metode penetapannya adalah
dengan mengukur nitrogen atau sering disebut Blood Urea Nitrogen (BUN). Nilai BUN akan meningkat apabila
seseorang mengkonsumsi protein dalam jumlah banyak, namun pangan yang baru disantap tidak berpengaruh
terhadap nilai ureum pada saat manapun. Hal ini yang menyebabkan adanya hubungan asupan protein dengan kadar
ureum (Benz, RL. 2008 dalam Anwar, 2017).

➢ Penurunan perbandingan ureum/kreatinin terjadi pada kondisi penurunan produksi ureum seperti asupan
protein rendah, nekrosis tubuler, dan penyakit hati berat.

➢ Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan plasma, serum, ataupun urin. Jika bahan plasma harus menghindari
penggunaan antikoagulan natrium citrate dan natrium fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan fluoride
menghambat urease.Ureum urin dapat dengan mudah terkontaminasi bakteri.Hal ini dapat diatasi dengan menyimpan
sampel di dalam refrigerator sebelum diperiksa (Verdiansah, 2016).

➢ Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar ureum :


1. Hasil palsu dapat terjadi pada spesimen yang mengalami hemolisis.
2. Nilai-nilai agak terpengaruh oleh hemodilusi.
3. Berbeda dengan tingkat kreatinin, asupan protein (diet rendah protein) dapat mempengaruhi kadar urea
nitrogen sehingga menurunkan nilai BUN
4. Kadar kreatinin dan kadar urea nitrogen harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi fungsi ginjal. Apabila
terjadi peningkatan atau penurunan yang signifikan, hasil dapat dibandingkan dengan rasio BUN : Kreatinin
sebelum mengevaluasi fungsi ginjal (Chernecky dan Berger, 2013)

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/692/5/Chapter%20II.pdf Diakses pada jumat, 21mei 2021 pada pukul 11:28
https://media.neliti.com/media/publications/66782-ID-gambaran-kadar-ureum-pada-pasien-penyaki.pdf Diakses pada
jumat, 21mei 2021 pada pukul 11:28
Probandus :
PEMERIKSAAN Korektor 1 Korektor 2
Nama : Tn. Yogi Mahendra Creatinin FS
Umur : 23 Th Metode : Jaffe
Jenis Kelamin : Laki - Laki (Tes kinetik tanpa deproteinisasi)

1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar kreatinin dari seseorang yang di periksa dalam mg/ dL

2. Reaksi : Kreatinin membentuk kompleks berwarna merahoranye dalam larutan pikrat basa.
Perbedaan absorbansi pada waktu tertentu selama terjadinya konversi sebanding dengan
Konsentrasi kreatinin pada sampel
Creatinin + Picric Acid → Creatinine picrate complex
3. Alat dan bahan : 1) kuvet 5) Spektrofotometer CLIMA MC-15
2) Tissue 6) Yellow tip dan Blue Tip
3) Micropipet 10µl dan 1000µl 7) Reagen Creatinine FS
4) Sampel serum 8) Stopwatch
4. Cara Kerja : 1. Pengaturan fotometer
Panjang gelombang : Hg 492 nm (490 – 510 nm)
Diameter kuvet : 1 cm
Suhu : 20 – 25 °C / 37°C
Pengukuran : Terhadap blanko reagen
2. pengukuran dengan bi - reagen
Blank Sampel
Sampel - 50 μl
Aquadest 50 μl -
Reagen 1 1000 μl 1000 μl
Campurkan, inkubasi 0 – 5 menit, lalu tambahkan :
Reagen 2 250 μl 250 μl
Campurkan dan baca absorbansi A1 setelah 60 detik, baca absorbansi A2 setelah 120
detik kemudian.
ΔA = (A2 – A1) sampel
3. Pengukuran dengan monoreagen
Blank Sampel
Sampel - 50 μl
Aquadest 50 μl -
Monoreagen 1000 μl 1000 μl
Campurkan dan baca absorbansi A1 setelah 60 detik, baca absorbansi A2 setelah 120 detik kemudian.
ΔA = (A2 – A1) sampel

5. Harga Normal : Serum/plasma metode jaffe tidak terkompensasi


Dewasa:
Wanita : 0,6 – 1,1 mg/dL (53 – 97 mmol/L)
Pria : 0,7 – 1,3 mg/dL (62 – 115 mmol/L)
6. Hasil : 1,5 mg/dL
7. Kesimpulan : Kadar Kreatinin dalam sampel Probandus yang diperiksa lebih dari normal 1,5 mg/ dL

8. Pembahasan :

➢ Proses awal biosintesis kreatinin berlangsung di ginjal yang melibatkan asam amino arginin dan glisin.
Pembentukan kreatinin tidak ada mekanisme reuptake oleh tubuh, sehingga sebagian besar kreatinin diekskresi
melalui ginjal. Disfungsi renal terjadi jika kemampuan filtrasi kreatinin akan berkurang dan kreatinin serum
akan meningkat. Kadar kreatinin yang meningkat dua kali lipat mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal
sebesar 50%, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengindikasikan adanya penurunan
fungsi ginjal sebesar 75% sebagai indikator (Alfonso dkk, 2016).

➢ Ginjal mempunyai berbagai fungsi antara lain :


1. Mengeluarkan zat sisa organik, seperti urea, asam urat, kreatinin dan produk penguraian hemoglobin dan
hormon
2. Mengatur konsentrasi ion - ion penting antara lain ion natrium, kalsium, magnesium, sulfat dan fosfat
3. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh
4. Mengatur produksi sel darah merah dalam tubuh
5. Mengatur tekanan darah
6. Mengendalikan terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah
7. Mengeluarkan zat beracun dari zat tambahan makanan, obat – obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh

➢ Faktor yang dapat mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah antara lain :
1. Perubahan masa otot
2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan
3. Aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkankan kadar kreatinin darah
4. Obat – obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu sekresi kreatinin
sehingga meningkatkan kadar kreatinin dalam darah e) Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin
internal
5. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kreatinin lebih tinggi daripada orang muda, serta pada laki – laki
kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita (Sukandar, 2006).
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan kadar kreatinin akan berpengaruh pada hasil pemeriksaan kadar
kreatinin apabila sampel yang digunakan mengalami hemolisis, ikterik dan lipemik.

➢ Kesalahan – kesalahan dalam pemeriksaan


A. Tahap Pra Analitik
1. Hemolisis
Hemolisis adalah pecahnya sel membran eritrosit, kerusakan membran sel eritrosit dapat disebabkan
oleh antara lain mengeluarkan darah dari spuit tanpa melepas jarum terlebih dahulu.Sel eritrosit
pecah maka akan menyebabkan isi sel keluar, misalnya : enzim, elektrolit dan hemoglobin sehingga
tampak merah muda sampai merah pada serum (Riswanto, 2010).
2. Ikterik
Serum yang berwarna kuning coklat akibat adanya hiperbilirubinemia (peningkatan kadar bilirubin
dalam darah). Bilirubin yang terdapat didalam serum atau plasma merupakan molekul bebas dan
berikatan dengan albumin (WHO, 2002).
3. Lipemik
Serum lipemik adalah serum yang keruh, putih atau seperti susu karena hiperlipidemia. Kekeruhan
lipemik disebabkan oleh adanya partikel besar lipoprotein seperti chylomicrons atau Very Low
Density Lipoprotein (VLDL) dan komponen lipid utama yaitu trigliserida (Sujono dkk, 2016).
B. Kemeskes RI (2010) mengatakan bahwa kesalahan dalam pemeriksaan pada tahap analitik
1. Reagen
✓ Batas kadaluarsa
✓ Perhatikan stabilitas reagen, untuk reagen yang sudah dibuka masa stabilitasnya menjadi lebih
pendek dari reagen yang belum dibuka
✓ Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada perubahan warna
✓ Suhu penyimpanan
2. Waktu inkubasi
3. Suhu dalam pemeriksaan
4. Metode
5. Peralatan yang tidak terkalibrasi
C. Tahap Pasca Analitik
Hasil pemeriksaan berupa lembaran print out hendaknya disusun dengan rapi dan dilaporkan. Laporan
kumulatif memungkinkan seorang klinisi untuk melihat kembali hasil uji terkini dan membandingkan
dengan hasil uji sebelumnya, yang akan mempermudah ketika pemantauan terapi, jika hasil uji
menunjukkan abnormal, dapat di diskusikan dengan pihak laboratorium pelapor dan apabila perlu dapat
meminta uji ulang (Gaw, 2011).
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dipengaruhi oleh faktor terkait pasien dan faktor terkait
laboratorium. Faktor yang terkait pasien antara lain: umur, jenis kelamin, kondisi klinik atau penyakit, dan
penggunaan obat atau 15 intoksikasi obat. Faktor yang terkait laboratorium antara lain: cara pengambilan
spesimen, penanganan spesimen, waktu pengambilan, kualitas spesimen, metode analisa, jenis alat dan
teknik pengukuran (Kemenkes RI, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/3257/4/BAB%20II.pdf Diakses pada jumat, 21mei 2021 pada pukul 11:28
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/viewFile/1324/1379 Diakses pada jumat, 21mei 2021 pada
pukul 11:28
Probandus : Korektor 1 Korektor 2
PEMERIKSAAN
Nama : Tn. Yogi Mahendra Creatinin PAP FS
Umur : 23 Th Metode : Test Kolorimetri Enzimatik
Jenis Kelamin : Laki - Laki

1. Tujuan : Untuk mengetahui kadar kreatinin dari seseorang yang di periksa dalam mg/ dL
1. Tujuan :

2. Prinsip : Kreatinin dapat ditentukan berdasarkan reaksi :


2. Reaksi :
Creatinine + H2O < Creatininase > Creatine
Creatine + H2O < Creatinase > Sarcosine + Urea
< Sarcosine oxidase >
Sarcosine + O2 + H2O Glycine + HCHO + H2O2
< Peroxidase >
H2O2 + HTIB + 4-AA Quinone dye

3. Alat dan Bahan : 1) kuvet 5) Spektrofotometer CLIMA MC-15


3. Alat dan bahan :
2) Tissue 6) Yellow tip dan Blue Tip
3) Micropipet 10µl dan 1000µl 7) Reagen Creatinine PAP FS
4) Sampel serum 8) Stopwatch

4. Cara Kerja : ➢ Pengaturan fotometer


Panjang gelombang : Hg 546 nm
Diameter kuvet : 1 cm
Suhu : 37°C
Pengukuran : Terhadap blanko reagen
➢ pengukuran sampel
Blank Sampel / standar
Sampel - 24 μl
Aquadest 24 μl -
Reagen 1 1000 μl 1000 μl
Campurkan, inkubasi 5 menit, baca absorbansi A1 lalu tambahkan :
Reagen 2 500 μl 500 μl
Campurkan dan baca absorbansi A2 setelah 5 menit.
ΔA = (A2 – 0.672 A1) Standard

5. Harga Normal : Serum/plasma


Dewasa:
wanita : 0.51 – 0.95 mg/dL ( 45 – 84 mmol/L)
Pria : 0.67 – 1.17 mg/dl ( 59 – 104 mmol/L)

6. Hasil : 0,68 mg/dL

7. Kesimpulan : Kadar Kreatinin dalam sampel Probandus yang diperiksa dalam batas normal 0,68 mg/ dL
8. Pembahasan :

➢ Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin.Kreatininterutama disintesis oleh hati, tedapat hampir
semuanya dalam otot rangka yang terikat secara reversible dengan fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau
keratinfosfa, yakni senyawa Penyimpan energi.Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu
parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal.Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan
melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggirendahnya kadar kreatinin dalam darah
digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan gangguan fungsi ginjal
memerlukan tindakan hemodialysis (Alfonso, 2016).

➢ Pemeriksaan kreatinin dalam darahyakni cara deprotoeinisasi dannondeproteinisasi. Ada beberapakeuntungan


pengukuran kreatinin caradeproteinisasi diantaranya kandungannitrogen dalam sampel seperti protein,dan
ureum sudah terikat denganTrichlor Acetic Acid (TCA) sehinggasupernatan terbebas dari bahan-
bahannitrogen akan tetapi sampel yangdibutuhkan cukup banyak sedangkanbeberapa keuntungan kreatinin
caranondeproteinisasi yakni, waktu yangdiperlukan cukup singkat dan sampelyang diperlukan hanya sedikit.

➢ Cara nondeproteinisasi merupakancara yang paling sering digunakan.Selain faktor ekonomis,


caranondeproteinisasi lebih mudahdigunakan. Namun kekurangan darimetode ini adalah beberapa
proteintidak diendapkan sehingga dapatmenyebabkan tinggi palsu padakreatinin.Untuk itu perlu
adanyapenambahan zat yang dapatmengendapkan protein tersebut. Salahsatu cara yang dapat digunakan
yaitucara deproteinisasi.

➢ Ada 2 cara yang digunakan dalam pemeriksaan kreatinin dalam darah yakni cara deprotoeinisasi dan non
deproteinisasi. Ke 2 cara ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
A. Kelemahan pemeriksaan kreatinin cara deproteinisasi :
1. Trichlor acetic acid (TCA) terlalu pekat
2. Konsentrasi TCA salah apabila menggunakan TCA 3 N
3. waktu inkubasi yang diperlukanterlalu lama yaitu 30 menit
4. sampel yang diperlukan telalu banyak serta TCA pada suhu kamar mudah terurai maka
penyimpanannya di lemari es (± 2- 8°C)
B. keuntungan dari pemeriksaan kreatinincara deproteinisasi :
1. Kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, ureum, dll sudah terikat dengan TCA sehingga
supernatan terbebas dari bahan-bahan nitrogen
C. Kelemahan pemeriksaan kreatinin cara nondeproteinisasia
1. pencampuran reagen kerjatidak dengan perbandingan 1:1 akan mengakibatkan hasil tinggi palsu serta
adanya gangguan terhadap hasil pemeriksaan kreatinin darah oleh bilirubin, ureum, protein yang
tidak diendapkan dengan TCA
D. Kelebihan pemeriksaan kreatinin cara non deproteinisasi
1. Waktu yang diperlukan cukup singkat(2menit) dan sampel yang diperlukan hanya sedikit (100 µl)

➢ Metode yang sering digunakan untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah metode Jaffe Reaction yang
merupakan salah satu metode dimana pengujian kadar kreatininnya menggunakan asam pikrat yang berperan
untuk mengikat kreatinin sehingga menciptakan warna kuning

DAFTAR PUSTAKA
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis/article/download/120/88 diakses pada jumat 21 mei
2021 pada pukul 12: 52
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/93 diakses pada jumat 21 mei 2021 pada pukul 12: 52

Anda mungkin juga menyukai