Anda di halaman 1dari 7

Paper Forensik dan Aplikasi PCR

” Pengenalan Genetika Forensik ”


(DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS FORENSIK DAN APLIKASI PCR)

Kelompok 1

Disusun Oleh:

Cesa Navratilovi P27903118010

Rizkia Isfahani P27903118035

Salsabila Assofiyah P27903118039

TLM-02A

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
2020
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Genetika Forensik

Genetika (kata serapan dari bahasa Belanda; genetica, adaptasi dari bahasa Inggris:
genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani: genno yang berarti “melahirkan” Genetika adalah
ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta segala seluk beluknya secara
ilmiah. Genetika disebut juga ilmu keturunan, ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang
menyangkut pewarisan sifat dan bagaimana sifat keturunan. Ilmu yang diturunkan dari generasi
kegenerasi serta variasi-variasi yang mungkin timbul didalamnya atau yang menyertainya.

Forensik berasal dari bahasa Yunani ”Forensis” yang berarti debat atau perdebatan.
Forensik adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan
keadilan melalui proses penerapan ilmu sains. Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak
pidana (tindakan yang melawan hukum).

Kata “Forensik” berarti “berhubungan dengan ruang sidang”. Forensik merupakan


aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran maupun ilmu – ilmu lain yan terkait dalam suatu
peyelidikan untuk mempeoleh data – data dalam mengungkap kasus criminal baik itu data post
morten berdasarkan pemeriksaan mayat maupun data dari pemeriksa kasus hidup seperti
perkosaan, pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tagga. Ilmu forensic merupakan
terapan brbagai ranah keilmuaan (multi disiplin) yang penting untuk menentukan identitas
korban maupun pelaku, tanda, sebab dan cara kematian, serta perkiraan waktu kematian. Produk
yang dihasilkan merupakan bukti autentik dalam proses peradilan hokum demi meneakkan
kebeneran. Prduk tersebut dapat berupa aporan tertulis atau dalam betuk pengakuan lisan ara ahli
yang akan iberikan di pengadian pada tindak criminal.kaus non criminal, aplikasi forensic sangat
iperlukan terutama untuk mengungkap idetitas korban musibah masal seperti bencana alam,
jatuhya pesawat, tenggelamya kapal, kecelkaan kerta dan kebakara (Kartika Ratna Pertiwi dan
Evy Yulianti, 2011)
Untuk mendapatkan bukti yang autentik tersebut diperlukan identifikasi forensik yang berupa
pemeriksaan DNA. Semakin pesatnya perkembangan teknologi memungkinkan polisi mampu
memecahkan suatu kasus lebih cepat, ini dikarenakan penerapan teknologi DNA atau
Deoxyribonucleic Acid. DNA (Deoxyribonucleic Acid) adalah suatu molekul polimer nukleotida
(polinukleotida) yang merupakan asam nukleat yang berisi informasi genetik yang terdapat di
dalam sel pada makhluk hidup.

DNA merupakan rantai ganda (double helix) yang sangat panjang, mengandung potongan –
potongan gen sebagai satuan terkecil pengendali sifat dan ciri morfologi seperti warna kulit,
jenis rambut, bentuk jari dan sifat – sifat khusus pada manusia (Kartika Ratna Pertiwi dan
Paramita Cahyaningrum, 2012)

B. Sejarah Genetika Forensik

Pada tahun 1900 Karl Landsteiner menggambarkan sistem pengelompokan darah ABO
dan mengamati hal itu individu dapat ditempatkan dalam kelompok yang berbeda berdasarkan
jenis darahnya. Ini langkah pertama dalam pengembangan haemogenetika forensik. Pada tahun
1915 Lattes Leone diterbitkansebuah buku yang menjelaskan penggunaan pengetikan ABO
untuk menyelesaikan kasus ayah dan pada tahun 1931 teknik pengetesan ABO penyerapan-
inhibisi yang menjadi standar di laboratorium forensik telah dikembangkan. Teknik serologisnya
adalah alat yang ampuh namun terbatas pada banyak kasus forensik dengan jumlah biologis
bahan yang dibutuhkan untuk memberikan hasil yang sangat diskriminatif.

Pada tahun 1960 dan 1970, perkembangan biologi molekuler, termasuk pembatasan enzim,
Sanger sequencing dan Southern blotting, memungkinkan para ilmuwan untuk memeriksa urutan
DNA. Pada tahun 1978, polimorfisme DNA dapat dideteksi dengan menggunakan Southern
Blotting dan pada tahun 1980 analisis polimorfik pertamalokus dilaporkan. Baru pada bulan
September 1984 Alec Jeffreys menyadari aplikasi forensik potensi bilangan bulat mengulangi
tandem (VNTR) lokus yang pernah dia pelajari. Teknik yang dikembangkan oleh Jeffreys.

Proses yang terlibat dalam menghasilkan profil DNA setelah melakukan kejahatan. Beberapa
jenis bahan, khususnya darah dan air mani, sering ditandai sebelum DNA diekstrak. Ekstaksi
DNA dan dipotong dengan enzim restriksi, sebelum melakukan gel agarose elektroforesis,
Southern blotting dan probe hybridization untuk mendeteksi polimorfiklokus. Hasil akhirnya
adalah rangkaian pita hitam pada film sinar-X. VNTR Analisis adalah alat yang ampuh namun
mengalami beberapa keterbatasan: relatif besar jumlah DNA yang dibutuhkan, tidak akan
bekerja dengan DNA terdegradasi, perbandingan antara laboratorium sulit, dan analisisnya
memakan waktu lama.

Perkembangan kritis dalam sejarah genetika forensik datang dengan munculnya proses yang
dapat memperkuat daerah spesifik dari DNA-polymerase chain reaction (PCR). Proses PCR
dikonseptualisasikan pada tahun 1983 oleh Kary Mullis, seorang ahli kimia. Analisis VNTR
menggunakan lokus probe tunggal: tangga dijalankan bersama sampel yang diuji yang
memungkinkan ukuran fragmen DNA yang akan di estimasi. Sebuah sampel kontrol K562
dianalisis bersama dengan sampel yang diuji. Bekerja untuk Cetus Corporation di Amerika
Serika. Suatu pengembangan efek mendalam pada semua aspek biologi molekuler termasuk
genetika forensik, dan pengakuan tentang pentingnya pengembangan PCR, Kary Mullis
dianugerahi Hadiah Nobel Kimia pada tahun 1993. PCR meningkatkan sensitivitas analisis DNA
ke titik di manaprofil DNA dapat dihasilkan dari hanya beberapa sel, mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan profil, bisa digunakan dengan DNA yang rusak dan
memungkinkan hampir semua polimorfisme dalam genom untuk dianalisis.

Aplikasi pertama dari PCR dalam kasus forensik melibatkan analisis polimorfisme nukleotida
tunggal dalam lokus DQA. Ini segera diikuti oleh analisis mengulangi tandem pendek (STR)
yang saat ini merupakan penanda genetik yang paling umum digunakan dalam ilmu forensik.
Pesatnya perkembangan teknologi untuk menganalisis DNA termasuk kemajuan dalam ekstraksi
DNA dan metodologi kuantifikasi, pengembangan komersial mengetik kotak dan peralatan
berdasarkan PCR untuk mendeteksi polimorfisme DNA.

Selain kemajuan teknis, bagian penting lain dari pengembangan profiling DNA yang berdampak
pada seluruh bidang ilmu forensik adalah kontrol kualitas. Diterimanya bukti DNA serius
ditantang di Amerika Serikat pada tahun 1987 'People v Castro’; kasus ini dan kasus-kasus
berikutnya telah mengakibatkan peningkatan tingkat standarisasi dan kontrol kualitas dalam
genetika forensik dan daerah lain ilmu forensik. Akibatnya, akreditasi baik laboratorium dan
individu merupakan isu yang semakin penting dalam ilmu forensik. Kombinasi kemajuan teknis,
tingkat tinggi standardisasi dan kontrol kualitas telah menyebabkan analisis DNA forensik diakui
sebagai alat forensik kuat dan dapat diandalkan di seluruh dunia.

BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta segala
seluk beluknya secarailmiah. Genetika disebut juga ilmu keturunan, ilmu ini mempelajari
berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat, bagaimana sifat keturunan itu
diturunkan dari generasi kegenerasi serta variasi-variasi yang mungkin timbul di dalamnya
atau yang menyertainya.Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai
ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu
pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan matematika juga ilmu pengetahuan dasar
dalam bidang biologi sendiri seperti bioseluler, histologi, biokimia, fisiologi, anatomi,
embriologi, taksonomi dan efolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak
bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat. Salah satu contohnya yaitu pada
bidang forensik.Ilmu pengetahuan forensik adalah sebuah ilmu pengetahuan yang
ditujukan untuk membantu proses peradilan terutama dalam bidang pembuktian.Fungsi
ilmu forensik adalah membuat suatu perkara menjadi jelas yaitu dengan mencari dan
menemukan kebenaran materiil yang selengkap-lengkapnya tentang suatu perbuatan ataupun
tindak pidana yang telah terjadi.Perkembangan disiplin ilmu forensik sejalan dengan
perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi. Biologi molekuler forensik berkembang
secara pesatmenjadi suatu disiplin ilmu tersendiri dan mempengaruhi sistem
penegakanhukum dan peradilan karena penerapannya yang sangat berguna.
Perkembanganini juga diikuti oleh isu-isu sosioetikolegal terhadap pemanfaatan luas
biologimolekuler forensik.

Daftar Pustaka

Kartika Ratna Pertiwi dan Evy Yulianti, 2011 Pengembangan Modul Pngayaan Materi Forensik.
Laporan peneitan. FMIPA UNY
Kartika Ratna Pertiwi dan Paramita Cahyaningrum, 2012) Hereditas Manusia uku Satu. Buku
ajar mata kuliah Genitka. Jurdik iolog FMIPA UNY
Goodwin W, Linacre A, Hadi S. 2007. An Introduction to Forensic Genetics, John Wily & Sons
https://studylibid.com/doc/4292726/makalah-genetika--aplikasi-ilmu-genetika-di-bidang-
forensik-

Anda mungkin juga menyukai