Dosen Pengampu:
Suratman S.Si, M.Si.
Oleh:
Dewi Athikah Fatkhul Jannah
M0416014
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ilmu Forensik Secara Umum
Forensik (berasal dari bahasa Latin forensis yang berarti "dari luar", dan serumpun
dengan kata forum yang berarti "tempat umum") adalah bidang ilmu pengetahuan yang
digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu
atau sains. Dalam kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika forensik,
ilmu kimia forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu toksikologi
forensik, ilmu psikiatri forensik, komputer forensik, dan sebagainya. Prinsip dasar ilmu
forensik dipelopori oleh Dr. Edmond Locard. Ia berspekulasi bahwa setiap kontak yang
dibuat oleh seseorang dengan orang lain, tempat, atau hasil objek dalam pertukaran materi
fisik. Prinsip ini dikenal sebagai Locard exchange principle. Pertukaran materi fisik ini
dapat digunakan untuk membuktikan bersalah atau tidaknya seseorang di mata hukum.
Tahap-tahap forensik diantaranya ialah sebagai berikut (Maramis, 2015):
a. Pengumpulan (Acquisition)
b. Pemeliharaan (Preservation)
c. Analisa (Analysis)
d. Presentasi (Presentation)
Forensik mengadaptasi banyak disiplin ilmu lain yaang dapat mendukung proses
pemecahan kasus. Bidang forensik memiliki beberapa sub-bagian diantaranya yaitu:
1. Antropologi Forensik
adalah subdivisi dari ilmu forensik yang menerapkan ilmu antropologi fisik (yang
mana dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba menelusuri
pengertian tentang sejarah terjadinya beraneka ragam manusia dipandang dari sudut
ciri-ciri tubuhnya) dan juga menerapkan ilmu osteologi (yang merupakan ilmu anatomi
dalam bidang kedokteran yang mempelajari tentang struktur dan bentuk tulang
khususnya anatomi tulang manusia) dalam menganalisa dan melakukan pengenalan
terhadap bukti-bukti yang ada (contoh penerapan dari ilmu forensik ini adalah
misalnya melakukan pengenalan terhadap tubuh mayat yang sudah membusuk,
terbakar, dimutilasi atau yang sudah tidak dapat dikenali).
2. Entomologi Forensik
adalah aplikasi ilmu serangga untuk kepentingan hal-hal kriminal terutama yang
berkaitan dengan kasus kematian. Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas
serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan
3
menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke
lokasi lain. Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan histologi artropoda,
namun saat ini entomologi dalam metode-metodenya juga menggeluti ilmu lain seperti
kimia dan genetika. Dengan penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasi DNA pada
tubuh serangga dalam entomologi forensik, maka kemungkinan deteksi akan semakin
besar seperti akan memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan tubuh atau mayat
seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian perkara.
3. Arkaeologi Forensik
adalah ilmu forensik yang merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip arkeologi, teknik-
teknik dan juga metodologi-metodologi yang legal/sah. Arkeolog biasanya
dipekerjakan oleh polisi atau lembaga-lembaga hukum yang ada untuk membantu
menemukan, menggali bukti-bukti yang sudah terkubur pada tempat kejadian perkara.
4. Meteorologi Forensik
adalah ilmu untuk merekonstruksi kembali kejadian cuaca yang terjadi pada suatu
lokasi tertentu. Hal ini dilakukan dengan mengambil arsip catatan informasi cuaca
yang meliputi pengamatan suatu permukaan bumi, radar, satelit, informasi sungai, dan
lain sebagainya pada lokasi tersebut. Forensik meteorologi paling sering digunakan
untuk kasus-kasus pada perusahaan asuransi (mengclaim gedung yang rusak karena
cuaca misalnya) atau investigasi pembunuhan (contohnya apakah seseorang terbunuh
oleh kilat ataukah dibunuh).
5. Odontologi Forensik
adalah ilmu forensik untuk menentukan identitas individu melalui gigi yang telah
dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja
disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan
teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material
biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi
merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat
secara baik dan benar. Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat
dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai berikut :
a. Gigi adalah merupakan bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan
organic dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas bahan anorganik
sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindungi.
b. Manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-masing
mempunyai lima permukaan.
4
6. Toksikologi Forensik
adalah penggunaan ilmu toksikologi dan ilmu-ilmu lainnya seperti analisis kimia, ilmu
farmasi dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan terhadap kasus kematian,
keracunan, dan penggunaan obat-obat terlarang. Fokus utama pada forensik
toksikologi bukan pada hasil dari investigasi toksikologi itu sendiri, melainkan
teknologi atau teknik-teknik yang digunakan untuk mendapatkan dan memperkirakan
hasil tersebut.
7. Botani Forensik
adalah suatu bidang ilmu yang memanfaatkan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan
untuk membantu proses pengungkapan suatu tindakan kriminal atau penegakan
hukum. Analisis yang sering dilakukan oleh ahli botani forensik jika menjumpai
tumbuhan yang mungkin berhubungan dengan suatu tindak kejahatan adalah nama
spesies tumbuhan, anatomi tumbuhan, morfologi tumbuhan, sifat fisiologi tumbuhan,
sifat kimia tumbuhan, genetik dan lain sebagainya yang berubungan dengan sebuah
kasus.
Gambar 1.
Tananan ganja
yang merupakan
tanaman illegal
(kiri); Biji ganja
yang mirip dengan
biji-bijian lain
(kanan)
5
b. Mengkaitkan temuan bukti tanaman dengan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Bukti tanaman sebenarnya sangat berguna mengkaitkan suatu peristiwa dengan dengan
tempat kejadian perkara, atau dapat digunakan untuk mematahkan alibi dari terduga
pelaku. Sebagai contoh pada gambar 2, terbawa bagian tumbuhan yang mungkin
berhubungan peristiwa pada sepeda yang digunakan terduga pelaku. Hal tersebut dapat
dilakukan oleh botani forensik karena botani forensik mempunyai keahlian untuk
mengidentifikasi barang bukti bagian tanaman yang terbawa sehingga dapat dicari asal
tanaman tersebut yang mungkin merupakan tempat penting dari suatu peristiwa
kejahatan.
Gambar 2. Bagian tanaman yang terbawa di sepeda salah satu terduga pelaku
kejahatan
6
dapat diperkirakan kapan ranting tersebut terpotong, waktu tersebut kemungkinan
merupakan waktu dimana terjadi suatu peristiwa yang terjadi di TKP.
7
dimungkinkan korban diseret dari samping kamar tukang kebun hingga di depan garasi
mobil, hal ini dilakukan untuk mengecoh penyidik agar seolah-olah telah terjadi
perampokan di rumah ret ret tersebut. Sehingga dengan keyakinan dan dalam waktu
kurang dari 12 jam maka penyidik menetapkan tukang kebun tersebut sebagai pelaku
pembunuhan terhadap Romo Wasi, padahal tukang kebun itu sendiri yang
melaporkan tindak pidana tersebut ke Mapolres Purworejo.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Forensik adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu
proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains. Bidang
forensik memiliki beberapa sub-bagian diantaranya antropologi forensik,
arkaeologi forensik, entomologi forensik, meteorologi forensik, odontologi
forensik, toksikologi forensik, botani forensik dan sebagainya.
2. Peran botani forensik dalam penegakan hukum antara lain mendeteksi
penyelundupan tanaman ilegal dan tanaman yang dilindungi, mengkaitkan temuan
bukti tanaman dengan Tempat Kejadian Perkara (TKP), memperkirakan waktu
terjadinya suatu peristiwa, memperkirakan waktu penguburan mayat dan
sebagainya.
3. Pemecahan kasus pembunuhan dengan menggunakan pendekatan botani forensik
salah satunya analisa penemuan sampel daun dari kelompok famili Graminae pada
tubuh korban yang dapat menunjukkan pelaku sebenarnya dari kasus pembunuhan
tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, M. R. (2015) ‘Maramis M.R: Peran Ilmu Forensik Dalam Penyelesaian Kasus
Kejahatan Seksual Dalam Dunia Maya (Internet). Vol.II/No.7/Juli-Desember /2015
Jurnal Ilmu Hukum’, (7), pp. 42–53.
http://ayobelajar.pe.hu/forensik/botani-forensik/. Diakses pada 20 Oktober 2018.
https://dokumen.tips/documents/4-peranan-biologi-forensik-dalam-mengungkap-suatu
tindak-pidana.html. Diakses pada 20 Oktober 2018.
http://rendisan.blogspot.com/2012/05/ilmu-forensik-dan-kemampuannya.html. Diakses pada
20 Oktober 2018.
10