Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BOTANI FORENSIK

Aplikasi Ilmu Botani di Bidang Forensik dalam Pemecahan Kasus Hukum

Dosen Pengampu:
Suratman S.Si, M.Si.

Oleh:
Dewi Athikah Fatkhul Jannah
M0416014

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia dan arus teknologi yang semakin pesat, turut serta merubah pola
hidup masyarakat. Secara tidak langsung kemajuan teknologi mampu meningkatkan
resiko tindak kejahatan di masyarakat. Untuk mengatasi segala permasalahan hukum
yang semakin marak, perlu adanya teknologi yang mampu mendukung dalam proses
pencarian bukti semaksimal mungkin. Saat ini telah dikenal ilmu forensik, merupakan
bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menegakkan keadilan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam permasalahan hukum dengan menerapkan berbagai disiplin
ilmu dan sains. Ilmu forensik memiliki berbagai macam sub divisi, salah satunya botani
forensik. Ilmu botani merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tumbuhan secara lebih
luas. Saat ini ilmu botani diaplikasikan bersamaan dengan ilmu forensik untuk
memecahkan berbagai permasalahan hukum, diantaranya kasus kriminal. Penggabungan
ilmu botani dan forensik selanjutnya disebut dengan botani forensik yaitu suat bidang
ilmu yang memanfaatkan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan untuk membantu
proses pengungkapan suatu tindakan kriminal atau penegakan hukum. Organ-organ
tumbuhan seperti daun, ranting, bunga, spora, polen bahkan bubuk simplisia tumbuhan
bisa dijadikan bukti dari suatu kasus. Pengetahuan botani forensik masih jarang sekali
dimiliki oleh para penegak hukum hal tersebut karena jumlah ahli botani forensik masih
sedikit sehingga tumbuhan yang sebenarnya memiliki kaitan penting dengan suatu
peristiwa kejahatan dan dapat memberi bukti lebih banyak justru sering diabaikan. Maka
dari itu, makalah ini dibuat untuk membahas mengenai aplikasi botani forensik dalam
peyelesaian kasus hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan ilmu forensik secara umum?
2. Bagaimana peran botani forensik dalam penegakan hukum?
3. Bagaimana pemecahan kasus pembunuhan dengan menggunakan pendekatan botani
forensik?
C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan ilmu forensik secara umum.
2. Mengetahui peran botani forensik dalam penegakan hukum.
3. Mengetahui pemecahan kasus pembunuhan dengan menggunakan pendekatan botani
forensik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ilmu Forensik Secara Umum
Forensik (berasal dari bahasa Latin forensis yang berarti "dari luar", dan serumpun
dengan kata forum yang berarti "tempat umum") adalah bidang ilmu pengetahuan yang
digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu
atau sains. Dalam kelompok ilmu-ilmu forensik ini dikenal antara lain ilmu fisika forensik,
ilmu kimia forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu kedokteran forensik, ilmu toksikologi
forensik, ilmu psikiatri forensik, komputer forensik, dan sebagainya. Prinsip dasar ilmu
forensik dipelopori oleh Dr. Edmond Locard. Ia berspekulasi bahwa setiap kontak yang
dibuat oleh seseorang dengan orang lain, tempat, atau hasil objek dalam pertukaran materi
fisik. Prinsip ini dikenal sebagai Locard exchange principle. Pertukaran materi fisik ini
dapat digunakan untuk membuktikan bersalah atau tidaknya seseorang di mata hukum.
Tahap-tahap forensik diantaranya ialah sebagai berikut (Maramis, 2015):
a. Pengumpulan (Acquisition)
b. Pemeliharaan (Preservation)
c. Analisa (Analysis)
d. Presentasi (Presentation)
Forensik mengadaptasi banyak disiplin ilmu lain yaang dapat mendukung proses
pemecahan kasus. Bidang forensik memiliki beberapa sub-bagian diantaranya yaitu:
1. Antropologi Forensik
adalah subdivisi dari ilmu forensik yang menerapkan ilmu antropologi fisik (yang
mana dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba menelusuri
pengertian tentang sejarah terjadinya beraneka ragam manusia dipandang dari sudut
ciri-ciri tubuhnya) dan juga menerapkan ilmu osteologi (yang merupakan ilmu anatomi
dalam bidang kedokteran yang mempelajari tentang struktur dan bentuk tulang
khususnya anatomi tulang manusia) dalam menganalisa dan melakukan pengenalan
terhadap bukti-bukti yang ada (contoh penerapan dari ilmu forensik ini adalah
misalnya melakukan pengenalan terhadap tubuh mayat yang sudah membusuk,
terbakar, dimutilasi atau yang sudah tidak dapat dikenali).
2. Entomologi Forensik
adalah aplikasi ilmu serangga untuk kepentingan hal-hal kriminal terutama yang
berkaitan dengan kasus kematian. Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas
serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan

3
menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke
lokasi lain. Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan histologi artropoda,
namun saat ini entomologi dalam metode-metodenya juga menggeluti ilmu lain seperti
kimia dan genetika. Dengan penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasi DNA pada
tubuh serangga dalam entomologi forensik, maka kemungkinan deteksi akan semakin
besar seperti akan memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan tubuh atau mayat
seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian perkara.
3. Arkaeologi Forensik
adalah ilmu forensik yang merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip arkeologi, teknik-
teknik dan juga metodologi-metodologi yang legal/sah. Arkeolog biasanya
dipekerjakan oleh polisi atau lembaga-lembaga hukum yang ada untuk membantu
menemukan, menggali bukti-bukti yang sudah terkubur pada tempat kejadian perkara.
4. Meteorologi Forensik
adalah ilmu untuk merekonstruksi kembali kejadian cuaca yang terjadi pada suatu
lokasi tertentu. Hal ini dilakukan dengan mengambil arsip catatan informasi cuaca
yang meliputi pengamatan suatu permukaan bumi, radar, satelit, informasi sungai, dan
lain sebagainya pada lokasi tersebut. Forensik meteorologi paling sering digunakan
untuk kasus-kasus pada perusahaan asuransi (mengclaim gedung yang rusak karena
cuaca misalnya) atau investigasi pembunuhan (contohnya apakah seseorang terbunuh
oleh kilat ataukah dibunuh).
5. Odontologi Forensik
adalah ilmu forensik untuk menentukan identitas individu melalui gigi yang telah
dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja
disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan
teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material
biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi
merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat
secara baik dan benar. Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat
dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai berikut :
a. Gigi adalah merupakan bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan
organic dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas bahan anorganik
sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindungi.
b. Manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-masing
mempunyai lima permukaan.

4
6. Toksikologi Forensik
adalah penggunaan ilmu toksikologi dan ilmu-ilmu lainnya seperti analisis kimia, ilmu
farmasi dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan terhadap kasus kematian,
keracunan, dan penggunaan obat-obat terlarang. Fokus utama pada forensik
toksikologi bukan pada hasil dari investigasi toksikologi itu sendiri, melainkan
teknologi atau teknik-teknik yang digunakan untuk mendapatkan dan memperkirakan
hasil tersebut.
7. Botani Forensik
adalah suatu bidang ilmu yang memanfaatkan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan
untuk membantu proses pengungkapan suatu tindakan kriminal atau penegakan
hukum. Analisis yang sering dilakukan oleh ahli botani forensik jika menjumpai
tumbuhan yang mungkin berhubungan dengan suatu tindak kejahatan adalah nama
spesies tumbuhan, anatomi tumbuhan, morfologi tumbuhan, sifat fisiologi tumbuhan,
sifat kimia tumbuhan, genetik dan lain sebagainya yang berubungan dengan sebuah
kasus.

2. Peran Botani Forensik dalam Penegakan Hukum


a. Mendeteksi penyelundupan tanaman ilegal dan tanaman yang dilindungi
Salah satu peran botani forensik adalah untuk mengenali dan mengidentifikasi bagian-
bagian tanaman illegal yang mungkin diselundupkan ke suatu negara. Seperti
diselendupkannya biji ganja (Cannabis sativa L.). Penyelundupan daun ganja sulit
dilakukan, karena penegak hukum dengan mudah dapat mengenali dan
mengidentifikasinya tetapi jika terjadi penyelundupan biji biji ganja (Cannabis
sativa L.) kemungkinan bisa lolos karena penegak hukum mungkin tidak mengenali
biji ganja (Cannabis sativa L.). Biji ganja (Cannabis sativa L.) sangat mirip dengan
biji-bijian lain sehingga hanya ahli botani forensik dan orang yang terlatih dapat
membedakan dengan biji lain.

Gambar 1.
Tananan ganja
yang merupakan
tanaman illegal
(kiri); Biji ganja
yang mirip dengan
biji-bijian lain
(kanan)

5
b. Mengkaitkan temuan bukti tanaman dengan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Bukti tanaman sebenarnya sangat berguna mengkaitkan suatu peristiwa dengan dengan
tempat kejadian perkara, atau dapat digunakan untuk mematahkan alibi dari terduga
pelaku. Sebagai contoh pada gambar 2, terbawa bagian tumbuhan yang mungkin
berhubungan peristiwa pada sepeda yang digunakan terduga pelaku. Hal tersebut dapat
dilakukan oleh botani forensik karena botani forensik mempunyai keahlian untuk
mengidentifikasi barang bukti bagian tanaman yang terbawa sehingga dapat dicari asal
tanaman tersebut yang mungkin merupakan tempat penting dari suatu peristiwa
kejahatan.

Gambar 2. Bagian tanaman yang terbawa di sepeda salah satu terduga pelaku
kejahatan

c. Memperkirakan waktu penguburan mayat


Jika menemukan mayat yang terkubur, seorang ahli botani forensik dapat menentukan
waktu penguburan tersebut. Jika terdapat tanaman musiman, ahli botani forensik dapat
menentukan waktu penguburan dari daun yang ikut terkubur merupakan dan dari
tanaman musim apa, sehingga dapat memperkirakan waktu penguburan. Lama waktu
mayat terkubur juga dapat ditentukan dari lingkaran tahun dari pohon yang tumbuh di
atas penguburan mayat karena setiap 1 lingkaran menunjukkan 1 musim. Selain itu
lama mayat terkubur juga dapat dilihat dari akar-akar tanaman yang tumbuh disekitar
mayat. Akar yang terpotong menunjukkan waktu penguburan.Dengan mengetahui
spesies dari akar tanaman, maka akan diketahui lama jasad tersebut telah dikubur
melalui panjang akar yang baru.
d. Memperkirakan waktu terjadinya suatu peristiwa
Ranting pohon yang pohon yang layu pada TKP bagi botani forensik memiliki arti
penting. Ranting yang terpotong secara bertahap akan layu dan akhirnya kering.
Tahapan ranting yang layu tersebut dapat dianalisis oleh ahli botani forensik sehingga

6
dapat diperkirakan kapan ranting tersebut terpotong, waktu tersebut kemungkinan
merupakan waktu dimana terjadi suatu peristiwa yang terjadi di TKP.

3. Pemecahan Kasus Pembunuhan dengan Menggunakan Pendekatan Botani Forensik


Kasus Pembunuhan Romo Wasi, Purworejo Banyak contoh kasus di lingkungan
Laboratorium Forensik POLRI yang terpecahkan dengan menggunakan analisis dari
ilmu biologi. Salah satu kasus yang ditangani dengan mengedepankan aspek biologi
adalah kasus pembunuhan seorang pemuka agama di Purworejo, Romo Wasi, pada
tahun 2004. Korban ditemukan pada pukul 06.00 WIB di depan garasi mobil
sebuah rumah peristirahatan (ret ret) umat nasrani oleh seorang tukang kebun dan
dilaporkan olehnya ke Polres Purworejo. Korban meninggal dunia akibat luka di
kepala akibat benda tumpul yang menyebabkan darah keluar dari mulut, mata dan hidung
korban. Titik cerah pengungkapan kasus tindak pidana ini diperoleh setelah
ditemukannya satu helai daun dari famili Graminae di tubuh korban (menempel pada
lengan kiri korban), padahal di tempat ditemukannya korban tidak ada tumbuhan
anggota dari famili Graminae. Hal ini menggugah penyidik akan locus delicti (tempat
terjadinya tindak pidana) dari kasus ini tidak berada ditempat tersebut. Pemeriksaan
TKP dikembangkan ke tempat lain dengan petunjuk tumbuhan dari famili Graminae
tersebut. Dari pengembangan TKP ditemukan ada empat tempat yang tumbuh
tumbuhan dari famili Graminae, dari empat tempat tersebut ada satu tempat yang
juga ditemukan noda yang diduga darah, menempel pada salah satu daun dari tumbuhan
anggota Graminae. Pengenalan, identifikasi dan penetapan fisiologi noda yang diduga
darah yang telah mengering dengan metode ‘Leone Lattes’ mentukan apakah darah
tersebut adalah darah korban. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan bahwa noda yang
melekat pada daun tumbuhan famili Graminae tersebut adalah darah korban.
Pengembangan TKP tidak berhenti sampai disini, di dekat lokasi ditemukan daun
tersebut diidentifikasi bahwa tempat itu adalah kamar dari tukang kebun rumah
peristirahatan umat nasrani tersebut. Maka pemeriksaan dengan metode ‘Leone
Lattes’ juga dilakukan di kran air di dalam kamar, baju yang digunakan, jari-jari tangan
dan kaki, dan alas kaki tukang kebun tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa darah
korban tertransfer ke kran air, ruitsletting celana, sela-sela kuku tangan dan kaki, serta
palu milik tukang kebun yang berada di dalam kamar. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya noda darah kering diantara tegel antara daun yang terdapat noda darah
(dibelakang rumah ret ret) hingga tempat ditemukannya korban, sehingga

7
dimungkinkan korban diseret dari samping kamar tukang kebun hingga di depan garasi
mobil, hal ini dilakukan untuk mengecoh penyidik agar seolah-olah telah terjadi
perampokan di rumah ret ret tersebut. Sehingga dengan keyakinan dan dalam waktu
kurang dari 12 jam maka penyidik menetapkan tukang kebun tersebut sebagai pelaku
pembunuhan terhadap Romo Wasi, padahal tukang kebun itu sendiri yang
melaporkan tindak pidana tersebut ke Mapolres Purworejo.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Forensik adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu
proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains. Bidang
forensik memiliki beberapa sub-bagian diantaranya antropologi forensik,
arkaeologi forensik, entomologi forensik, meteorologi forensik, odontologi
forensik, toksikologi forensik, botani forensik dan sebagainya.
2. Peran botani forensik dalam penegakan hukum antara lain mendeteksi
penyelundupan tanaman ilegal dan tanaman yang dilindungi, mengkaitkan temuan
bukti tanaman dengan Tempat Kejadian Perkara (TKP), memperkirakan waktu
terjadinya suatu peristiwa, memperkirakan waktu penguburan mayat dan
sebagainya.
3. Pemecahan kasus pembunuhan dengan menggunakan pendekatan botani forensik
salah satunya analisa penemuan sampel daun dari kelompok famili Graminae pada
tubuh korban yang dapat menunjukkan pelaku sebenarnya dari kasus pembunuhan
tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, M. R. (2015) ‘Maramis M.R: Peran Ilmu Forensik Dalam Penyelesaian Kasus
Kejahatan Seksual Dalam Dunia Maya (Internet). Vol.II/No.7/Juli-Desember /2015
Jurnal Ilmu Hukum’, (7), pp. 42–53.
http://ayobelajar.pe.hu/forensik/botani-forensik/. Diakses pada 20 Oktober 2018.
https://dokumen.tips/documents/4-peranan-biologi-forensik-dalam-mengungkap-suatu
tindak-pidana.html. Diakses pada 20 Oktober 2018.
http://rendisan.blogspot.com/2012/05/ilmu-forensik-dan-kemampuannya.html. Diakses pada
20 Oktober 2018.

10

Anda mungkin juga menyukai