Preparat Histologi
Teknik Pembuatan Preparat Histologi
•› Tahap perlakuan:
1.Pemilihan Jaringan
2.Fiksasi (Fixation)
3.Dehidrasi (Dehydration)
4.Pembeningan (Clearing)
5.Pembenaman (Impregnasi/Embedding)
6.Pengecoran (Blocking)
7.Pemotongan jaringan (Sectioning)
8.Deparafinisasi
9.Pewarnaan (Staining)
10. Perekatan (Mounting)
11.Pelabelan (Labelling)
1. Pengambilan Jaringan
• › Jaringan diambil sekecil mungkin, tetapi masih dapat
mewakili struktur keseluruhan (representatif).
• › Tebal jaringan tidak melebihi 1 cm; kalau bisa kurang
dari 5 mm.
• › Potong jaringan sekitar 1cm x 1cm untuk memudahkan
fiksasi, sehingga cairan fiksasi dapat menyerap sampai ke
seluruh jaringan.
2. Fiksasi
Fiksasi atau pengawetan stabilisasi unsur
penting pada jaringan sehingga unsur tersebut
tidak terlarut, berpindah, atau mengalami
perubahan selama prosedur selanjutnya.
Tujuan Fiksasi
• › Fiksasi terhadap jaringan harus dilakukan secepat mungkin, segera
setelah jaringan manusia diambil dari tubuhnya dengan tujuan:
1. Mengawetkan jaringan. Bertujuan untuk mempertahankan susunan
jaringan agar mendekati kondisi jaringan hidup.
2. Mencegah terjadinya proses autolisis yaitu larutnya sel yang diakibatkan
oleh proses – proses yang dipengaruhi enzim dari dalam sel itu sendiri.
3. Mencegah proses pembusukan yaitu proses penghancuran jaringan yang
diakibatkan oleh aktifitas bakteri dan biasanya disertai dengan
pembentukan gas.
4. Memadatkan dan mengeraskan jaringan agar mudah untuk dipotong.
Untuk jaringan yang lunak seperti jaringan otak akan sulit dipotong
jika tanpa dilakukan oleh cairan fiksasi.
5. Memadatkan cairan koloid, mengubah konsistensi dari bahan seperti
• cairan yang terdapat didalam jaringan menjadi konsistensi lebih padat.
• Fiksasi yang benar adalah dasar dari semua sajian
histologi yang baik. Kesalahan yang dilakukan pada
tahap ini tidak akan pernah dapat diperbaiki lagi pada
tahapan selanjutnya. Jadi, hasil akhir sajian histologi
yang baik sangat bergantung pada cara melakukan
fiksasi dengan baik.
•Syarat – syarat cairan
• › Cairan fiksasi yang digunakan mempunyai syarat – syarat
tertentu agar jaringan yang difiksasi tidak mengalami
kerusakan yaitu :
1.Mempunyai daya tembus yang kuat
2. Menembus jaringan secara merata
3. Dapat memfiksasi secara keseluruhan
4. Mempunyai daya tembus terus menerus
5.Tidak berakibat yang terlalu membahayakan terhadap
lingkungan
6.Dengan cairan fiksasi tersebut, jaringan harus dapat diwarnai
dengan berbagai macam tehnik dan jaringan tersebut dapat
disimpan untuk waktu yang lama.
•Ada dua macam fiksatif :
1. Larutan fiksatif sederhana.
• Hanya mengandung satu macam zat saja.
• Misal : etanol 70-100% ; Formaldehyde 4-10% ; Asam
asetat 0,3-5% ; Asam pikrat ; asam Chromiat 0,5-1 % dll.
2. Larutan fiksatif majemuk /
campuran.
Mengandung lebih dari satu
macam zat. Misal :
• larutan Bouin (asam pikrat, formalin dan asam asetat
glasial) Larutan Zenker (merkuri chlorida, potassium
dichromate, aquadest) dll.
• Larutan Zenker : Nuklei dan jaringan pengikat sangat
terpulas baik terutama jaringan tumor.
Faktor yang mempengaruhi fiksasi
Cara Kerja:
1. Siapkan 2 wadah yang masing masing berisi larutan xylol I dan
xylol II.
2. Ambil jaringan dari proses akhir dehidrasi dengan menggunakan
pinset.
3. Masukkan ke dalam wadah xylol I selama 30 menit .
4. Jaringan diambil, dan masukkan ke dalam wadah xylol II selama
30 menit.
› Clearing dilakukan dengan xylol selama 30 menit sebanyak 2
kali karena pada perendaman xylol pertama kemungkinan
alkohol masih ada, sehingga dilakukan clearing pada xylol
kedua agar alkohol benar-benar tidak ada lagi pada organ.
• › Fungsi xylol adalah untuk menarik alkohol,
mempersiapkan bagian organ untuk pembenaman
(memasukkan parafin) karena xylol menyebabkan
sitoplasma kosong dan hanya terdiri bagian padat saja.
• › Yang perlu diperhatikan adalah perendaman tidak
boleh terlalu lama pada xylol karena dapat memberikan
warna kehitaman pada bagian organ.
5. Embedding/Impregnasi
(Pembenaman)
Impregnasi proses pengeluaran cairan pembening (clearing
agent) dari jaringan dan menggantikannya dengan parafin atau
bahan plastik.
Alat :
1. Microtome
2. Watebath suhu 37-40oC
3. Kaca objek atau preparat yang telah diolesi dengan alat
perekat berupa putih telur (Albumin dan gliserin)
4. Sengkelit atau kuas
• Cara Kerja :
• Alat :
1. Preparat hasil sectioning
2. Staining jar
• Bahan :
1. Alkohol 100%, 95%, 90%, 80%, 70%
2. Larutan Mayer Hematoxikin
3. Larutan Eosin
4. HCl 0,4%
5. Xylol 1 dan xylol 2
6. Lithium Carbonat 5%
Cara Kerja
1. Preparat dimasukkan ke dalam Larutan Alkohol secara bertahap dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah : Larutan Alkohol 100% -> 95% ->
80% -> 70% selama masing-masing 3 menit
2. Preparat dibilas dengan air mengalir selama 3 menit
3. Preparat dimasukkan ke dalam Larutan Mayer Haematoxylin selama 5-10
menit untuk mewarnai inti sel
4. Bilas dengan air mengalir sampai warna biru hilang
5. Preparat dimasukkan ke Larutan HCL 0,4% 1-2 kali celup untuk melunturkan
warna di sitoplasma
6. Bilas dengan air mengalir
7. Preparat dimasukkan ke dalam Larutan Lithium Carbonat 5% selama 30 detik
untuk memperjelas warna inti
8. Bilas dengan air mengalir
9. Preparat dimasukkan ke dalam Larutan Eosin (counter stain) selama 1-2 menit
untuk mewarnai sitoplasma
10. Bilas dengan ethanol, sekaligus untuk dehidrasi dengan Larutan Alkohol 70%
Larutan Alkohol 80% Larutan Alkohol 95% Larutan Alkohol 100%
selama masing-masing 3 kali celup
11. Lakukan penjernihan preparat dengan memasukkan ke dalam larutan Xylol I
dan Xylol II selama masing-masing 3 menit
Larutan Alkohol Bilas air Lar. Mayer Bilas air
Bertingkat 100% mengalir Hematoxylin 5-10 mengalir
-95%-80%-70% 3 menit menit sampai warna
3 menit u/ mewarnai inti biru hilang
Cara Kerja :
1. Letakkan 1 tetes Canada balsam diatas cover glass
2. lalu tutupkan ke atas kaca objek jangan sampai ada
gelembung udara
3. Observasi di bawah mikroskop
11. Labelling (Pelabelan)
• Labelling adalah pencatatan kembali dengan detail dari
jaringan pada gelas kaca atau preparat seperti nomor registrasi
pasien, nama organ, asal sampel, tanggal pembuatan, dan lain-
lain.