Anda di halaman 1dari 17

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI ANATOMI

DISUSUN OLEH :

1. Arsuciah Lisfika Fitri (PO.71.34.0.17.0)


2. Assyifa Khoerrunisah (PO.71.34.0.17.044)
3. Aulia Fatayah (PO.71.34.0.17.0)
4. Aulia Nur Lathifa (PO.71.34.0.17.0)
5. Ayu Zakiyah (PO.71.34.0.17.0 )
6. Cantika Zanhetta NM (PO.71.34.0.17.0)
7. Deva Yanna (PO.71.34.0.17.0)
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kelompok B dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Praktik Belajar Lapangan RS.RK.Charitas ini dalam bentuk maupun isi yang sangat
sederhana. Semoga Laporan Praktik Belajar Lapangan ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pelaksanaan Praktik Belajar
Lapangan RS.RK.Charitas selanjutnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan
dalam pembuatan Laporan Praktik Belajar Lapangan RS.RK.Charitas ini.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sitohistoteknologi. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan ini karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi menjadikan Laporan ini menjadi lebih baik kedepannya.

Palembang, Maret 2019


Penyusun

Kelompok B
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan patalogi anatomi merupakan pemeriksaan dalam suatu
laboratorium yang dilakukan terhadap sel, jaringan dan cairan yang berasal dari tubuh
manusia, menggunakan metode tertentu untuk menegakkan diagnosis kelainan. Arti
dan peran patologi dalam bidang kedokteran, Pathos : penyakit , Logos : ilmu.
Patologi anatomi merupakan spesialisasi medis dalam bidang diagnose suatu penyakit
dengan berdasarkan makroskopis, molekuler atas organ dan mikroskopis, sel dan
jaringan. Dibanyak Negara, dokter yang melakukan praktik patologi dilatih dalam
patologi anatomi serta patologi klinik, diagnose penyakit lewat analisis laboratorium
pada cairan tubuh. Patologi anatomi melakukan diagnosis suatu penyakit serta
mendapatkan suatu informasi yang bermanfaat secara klinis lewat pemeriksaan
jaringan serta sel, yang biasanya melibatkan pemeriksaan makroskopik serta
mikroskopik terhadap jaringan, dengan suatu pencatatan khusus dan
immunohistokimia yang digunakan sebagai visualisasi protein khusus dan zat lainnya
di sekeliling sel. Sekarang, patologi anatomi memakai biologi molekuler untuk
mendapatkan informasi klinis tambahan dari specimen yang sama. Prosedur yang
digunakan dalam patologi anatomi termasuk :

1) Pemeriksaan makroskopik
Merupakan pemeriksaan jaringan yang sakit dengan mata telanjang,
khususnya penting bagi fragmen jaringan yang besar, sebab penyakit itu sering
dikenali dengan cara visual

2) Histopatologi
Merupakan pemeriksaan makroskopik pada salah satu jaringan yang di
warnai memakai teknik hstologik. Pewarnaan standar ialah hematoksilin serta
eosin, tetapi lainnya juga ada. Dalam pemakaian kaca mikroskop yang
diwarnai dengan memakai hematoksilin serta eosin sebagai penyedia diagnosis
spesifik dengan berdasarkan pada morfologi dianggap sebagai keahlian inti
patologi anatomi. Ilmu yang mempelajari pencatatan pada bagian jaringan
yakni histokimia.

3) Immunohistokimia
Merupakan pemeriksaan yang memakai antibody sebagai deteksi
keberadaan, lokalisasi dan keberlimpahan protein spesifik. Teknik tersebut
sangat penting sebagai pembeda antara gangguan dengan morfologi yang
hampir sama dan juga mencirikan sifat molekuler kanker tertentu.
4) Sitopatologi
Sitopatologi adalah cabang ilmu patologi anatomi yang berurusan
dengan pemeriksaan mikroskop atas sel seseorang secara kesuluruhan yang di
peroleh dari usapan atau aspirasi jarum tajam. Dilatih untuk melakukan
aspirasi jarum tajam dari organ, massa, ataupun kista yang terletak di
permukaan, dan sering bias memuat diagnose segera dalam kehadiran pasien
dan dokter yang mengajukan konsul. Dalam kasus uji tapis seperti apus
papanicolaou, sitoteknologi yang bukan dokter sering diminta melakukan
tinjauan awal, dengan kasus yang satu-satunya positif maupun tak pasti yang
diuji oleh patologi. Merupakan pemeriksaan sel-sel lepas yang diwarnai pada
kaca yang memakai teknik sitologi. Eksfoliasi spontan terjadi karena sel
dewasa digantikan oleh sel muda sebagai tanda bahwa sel epitel/jaringan
menutupi permukaan. Dalam pap smear (diambil dari daerah fornix
posterior/squamo-columnar junction dengan alcohol 95% dan pewarnaan
papaniculaou) ditemukan berbagai macam sel yang berasal dari berbagai jenis
jaringan dalam saluran genetalia wanita.
Terbagi atas ginekologi dan non ginekologik. Pada ginekologi sediaan
diambil dari apusan dinding lateral vagina 1/3 bagian dalam, endometrium,
dan serviks. Pada non-ginekologik diambil dari sputum, TTB (transthoracal
biopsy), cairan lambung, urin (slide dimasukkan dibotol dengan alcohol 95%,
atau cairan langsung difiksasi alcohol 50% 1:1) , asites (100-200 cc difiksasi
dengan alcohol 50% 1:1), LCS, FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology;
fiksasi kering di udara terbuka; fiksasi basah dengan alcohol 95%) digunakan
pada organ superficial maupun dalam.

5). Mikroskopi Elektron


Merupakan pemeriksaan jaringan dengan memakai mikrotom electron,
yang dapat memungkinkan pembesaran yang jauh lebih besar, memungkinkan
visualisasi organel dalam sel. Pemakaian sudah banyak diganti oleh
imunohistokimia, namun sering diumumkan sebagai tugas tertentu, termasuk
juga diagnosis penyakit ginjal serta pengenalan sindrom silia imotil diantara
lainnya.

6). Sitogenetika Jaringan

Merupakan visualisasi kromoson sebagai pengenal kealainan genetic


yakni translokasi kromosom.

7). Imunofenotip Arus

Merupakan penentu imunofenotip sel memakai teknik sitometri arus


yang merupakan teknik yang digunakan untuk mendeteksi, menghitung,
memriksa dan memilah mikroskopik partikel pada aliran cairan. Teknik
tersebut sangat bermanfaat untuk mendiagnosis jenis-jenis leukemia dan
limfoma yang berbeda.

B. Tujuan

a. Mampu melakukan proses administrasi dengan benar

b. Mampu menerima bahan pemeriksaan berupa jaringan dengan benar

c. Mampu mendeskripsikan dan memotong gross jaringan

d. Mengetahui processing jaringan

e. Mampu membuat blok paraffin

f. Mengetahui cara memotong blok

g. Mampu melakukan pengecatan preparat histologi]

h. Mampu menerima melakukan persiapan dan mampu melakukan pengecatan sitology


BAB II

PEMBAHASAN

TAHAP PERTAMA

I. Judul : ADMINISTRASI PENERIMAAN PASIEN


(SITOLOGI)
II. Tujuan :
a. Mengetahui cara penerimaan dalam melayani pasien
b. Menjelaskan pada pasien tahapan apa yang akan dilakukan

III. Alat dan Bahan :


1. Alat tulis
2. Form pasien
3. Buku pemeriksaan (pengarsiapan)
4. Inform consent
5. Kwitansi (jika diperlukan)

IV. Prosedur :
1. Siapkan dan baca form pasien
2. Tanyakan nama pasien dan samakan pada form permintaan
3. Tanyakan keluhan pasien dan jelaskan proses yang akan dilakukan
4. Tanyakan nama dan tanggal lahir pasien, samakan lagi pada kertas permintaan
5. Jelaskan pada pasien proses yang akan dilakukan
6. Jelaskan juga biaya untuk pemeriksaan
7. Jika pasien menyetujui, berikan surat persetujuan untuk ditanda tangani oleh
pasien maupun keluarga pasien
8. Beritahu pasien kapan hasil bisa diambil
9. Setelah itu pasien diminta untuk menunggu, agar kita bisa menyiapkan alat
untuk pemeriksaan
10. Setelah semua siap, beritahu dokter dan bawa formulir ke ruang pemeriksaan
11. Setelah itu panggil pasien untuk berbaring dan panggil juga dokter yang akan
memeruksa

V. Pembahasan :

Proses administrasi harus teliti karena jika pada saat proses awal ini terjadi kesalahan
maka proses pemeriksaan sampai hasil pun akan salah. Setelah pasien meyetujui proses
pemeriksaan . kita catat pada buku awal agar mendapatkan nomor urut pasien. Setelah pasien
mendapatkan nomor urut baru bisa dilakukan proses pemeriksaan

I. Judul : Administrasi Penerimaan Sampel

(Histopatologi)

II. Tujuan :
a. Mengetahui cara penerimaan dalam melayani pasien
b. Menjelaskan pada pasien tahapan apa yang akan dilakukan

III. Alat dan Bahan :


1. Alat tulis
2. Form pasien
3. Buku pemeriksaan )pengarsipan)
4. Inform consent
5. Kwitansi (jika diperlukan)
6. Nampan untuk jaringan

IV. Prosedur :
1. Cross cek (nama pasien, NRM, dan tanggal lahir) pada form permintaan
pasien
2. Cek sampel jaringan. Berapa banyak jaringan fiksasi jaringan menggunakan
reagen apa dan tepat atau tidaknya. Serta cek volume fiksasi yang digunakan
sudah benar atau belum
3. Jika sudah tepat maka masukkan kedalam buku pemeriksaan histopatologi
yang bertujuan untuk menentukan nomor urut pasien, dokter pemeriksa dan
menentukan nominal harga
4. Setelah administrasi selesai, jaringan tersebut dipindahkan pada ruangan
prossesing jaringan histopatologi

VI. Pembahasan :
Proses administrasi harus teliti karena jika pada saat proses awal ini terjadi kesalahan
maka proses pemeriksaan sampai hasil pun akan salah. Kita catat pada buku awal agar
mendapatkan nomor urut pasien. Setelah sampel jaringan mendapatkan nomor urut baru bisa
dilakukan prossesing jaringan pada ruangan yang telah tersedia.
TAHAP KEDUA

I. Judul : PEMOTONGAN JARINGAN METODE GROSS

II. Tujuan :
 Untuk mendapatkan potongan jaringan yang representatik
 Untuk mengidentifikasi jaringan yang diterima apakah sesuai dengan formulir yang
diterima atau tidak

III. Alat dan Bahan :


1. Sampel jaringan
2. Pisau/cutter
3. Pensil
4. Talenan
5. Cassete tisue
6. Penggaris
7. Buffer formalin 10%
IV. Prosedur Kerja :
1. Cocokkan sampel dengan formulir permintaan (Nama, Tanggal lahir, Umur, Diagnosis)
2. Lakukan pengamatan makroskropis meliputi, lokasi atau asal jaringan, ukuran atau
volume, warna, konsistensi, dan keterangan lainnya
3. Lakukan pemotongan jaringan dengan mengambil sebagian jaringan yang dianggap
mewakili dengan ketebalan 0,2-0,4 cm dan panjang atau ketebalan 2-4 cm
4. Masukkan potongan jaringan kedalam cassete jaringan, beri nomor laboratorium
5. Tutup cassete kemudian masukkan kedalam cairan buffer formalin 10%

V. Pembahasan :
Pada pemotongan jaringan ini dilakukan pengamatan makroskropis yaitu lokasi atau
asal jaringan, setelah itu ukuran atau volume jaringan, warna jaringan, setelah itu konsistensi
(rapuh, lunak, kenyal, padat atau keras) serta keterangan lain (terdapat kapsul, kista atau
massa tumor). Jika belum dilakukan pemotongan dikarenakan fiksasi pada jaringan belum
optimal, dilakukan sayatan-sayatan atau lamilasi dengan ketebalan 1-2 cm, hal ini dilakukan
untuk mempercepat fiksasi. Kemudian jika pemotongan gross terdapat sisa jaringan yang
tidak dipotong disimpan sebagai arsip.
TAHAP KETIGA

I. Judul : PEMBUATAN BLOK PARAFIN

II. Tujuan : Untuk mendapatkan blok jaringan

III. Alat dan Bahan :


1. Cassete berisi jaringan
2. Pinset
3. Alat shandon finjessi me+
4. Alat shandon histocentre 3
5. Base mold
6. Hot plate
7. Ice gel
8. Waterbath
9. Pensil
10. Spidol
11. Object glass

IV. Prosedur Kerja :


1. Letakkan kaset berisi jaringan kedalam tissue storoge tank
2. Pindahkan cassete kebagian depan tissue storage tank dan buka cassete
3. Ambil wadah stenless (base mold) storage oven untuk memblok sesuai ukuran jaringan,
letakkan diarea hot spot kemudian isi dengan parafin sesuai dengan volume
4. Ambil jaringan dari cassete dengan pinset dan letakkan kedalam base mold tersebut
5. Beri etiket pada kaset penutup, sesuai dengan kaset yang diambil sebelumnya
6. Pindahkan base mold kearea cold spot dan susun jaringan sesuai posisi yang benar
7. Tutup base mold tersebut dengan cassete penutup yang sudah diberi etiket, tekan bagian
atas base mold dengan menggunakan pinset atau bisa menggunakan tangan dengan cara
menekan kedua bagian ujung, dan tambahkan parafin tidak mencapai permukaan beri
etiket pada permukaan base mold
8. Kemudian letakkan base mold ke colling surface
9. Setelah lilin mengeras, keluarkan blok jaringan dari base mold
10. Blok jaringan selanjutnya diproses menggunakan mikrotom

V. Pembahasan :
Pembuatan blok jaringan atau blok parafin bertujuan untuk mendapatkan blok
jaringan agar jaringan dapat dipotong menggunakan mikrotom, dengan ketebalan
mikrotomm2-4 mikron, mendapatkan pita jaringan untuk dilakukan pemeriksaan pada
jaringan tersebut.
Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom dilakukan untuk memperoleh
pita jaringan dengan ketebalan yang sesuai agar dapat diwarnai. Pemotongan dapat
menggunakan 2 metode yaitu trim dan section. Trim digunakan untuk menipiskan parafin dan
mencari permukaan jaringan yang sesuai untuk diwarnai sedangkan section untuk memotong
dan memperoleh pita jaringan sesuai ketebalan yang seharusnya tergantung pada jenis
jaringan yang diproses, jika jaringan tersebut KGB maka digunakan ketebalan 1-2 mikron,
jaringan pada umumnya 2-4 mikron, dan jeringan lemak 4-6 mikron.

Pada tahap penempelan jaringan pada objeck glass dipilih jaringan dengan potongan yang
baik dengan syarat tidak terlipat, tidak robek, tidak berlubang dan tidak terdapat goresan-
goresan pisau. Hal tersebut akan menyebabkan atau mempengaruhi pada saat pembacaan dengan
mikroskop. Suhu pada air juga diatur pada suhu 50o C karena pada suhu tersebut pita jaringa tidak cair
dan tidak beku. Tahapan ini dinamakan TAHAP AFIXING atau PENEMPELAN.
Setelah tahap afixing kemudian masuk pada tahap deparafinisasi kering dengan menggunakan
hot plate pada suhu 60o C maka akan menyebabkan parafin mencair dan merekatkan jaringan yang ada
pada objeck glass agar lebih melekat dan dapat di proses pada tahap berikutnya yaitu pewarnaan slide.
TAHAP KEEMPAT
I. Judul : Pemotongan Blok Jaringan dengan Mikrotom
II. Tujuan :
a. Mengetahui cara menggunakan alat mikrotom jaringan
b. Memperoleh preparat jaringan yang diwarnai
c. Memperoleh pita jaringan dengan pemotongan yang sesuai untuk diproses
III. Alat dan Bahan :
1. Objeck glass
2. Hot plate
3. Mikrotom
4. Ice gel
5. Pensil
6. Jarum
7. Pisau mikrotom
8. Aquadest
9. Waterbath
IV. Prosedur Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Hidupkan alat serta atur suhu alat yang akan digunakan
3. Ambil blok parafin yang telah mengeras. Kemudian lepaskan dari base mold, letakkan
blok parafin pada orentation head pada mikrotom
4. Pasang pisau mikrotom, pastikan pisau mikrotom masih bagus dan tajam
5. Gunakan metode “trim” untuk langkah pertama
6. Metode “trim” digunakan untuk mendapatkan penampang (permukaan jaringan)
7. Ketebalan pemotongan di atur 10µ
8. Gerakkan pegangan bagian samping mikrotom secara memutar sehingga blok bergerak
untuk dipotong
9. Gunakan ice gel untuk mempermudah pemotongan
10. Setelah jaringan terlihat maka dilanjutkan pemotongan dengan metode “section” dengan
cara menekan tombol bagian section
11. Ganti pisau mikrotom yang digunakan untuk section sesuai dengan ketebalan jaringan
yaitu 1-2 µ untuk KGB, 4-6 µ untuk jaringan lemak
12. Setelah didapatkan potongan jaringan, kemudian dimasukkan ke dalam alat waterbath
untuk afixing dengan suhu 45oC, untuk proses penempelan pita jaringan ke objeck glass,
air dalam waterbath tidak boleh terlalu panas
13. Kemudian ambil jaringan pada air dan letakkan pada permukaan objeck glass, jarum
digunakan untuk mendorong dan merapikan potongan jaringan pada preparat
14. Setelah itu tiriskan objeck glass dan jangan lupa diberi etiket nomor berdasarkan pada
cassete embeding
15. Diamkan preparat diatas hot plate hingga parafin mencair dan susun pada anting dengan
cara back to back, kemudian dilanjutkan pada tahap pewarnaan

Pembahasan :
Pemotongan dengan menggunakan mikrotom dilakukan untuk memperoleh pita jaringan
dengan ketebalan yang sesuai. Pemotongan jaringan menggunakan 2 metode yaitu trim dan section.
Trim digunakan untuk menipiskan parafin sedangkan section digunakan untuk memotong dan
memperoleh pita jaringan. Pada jaringan KGB maka digunakan ketebalan 1-2µ, jaringan lemak 4-6µ
sedangkan jaringan pada umumnya 2-4µ.
Penempelan jaringan pada preparat harus memenuhi beberapa syarat yaitu tidak terlipat,
tergores, robel, dan tidak berlubang. Karena dapat mempengaruhi pada saat pembacaan hasil. Pada
waterbath suhu diatur 45oC. Tahap ini dinamakan tahap “afixing” atau penempelan.
Setelah tahap afixing kemudian masuk pada tahap deparafinisasi kering dengan menggunakan
hot plate pada suhu 60oC, parafin akan mencair dan jaringan akan merekat pada objeck glass.
Kemudian ditunggu 10 menit dan disusun pada anting dengan cara back to back, jangn sampai
terbalik karena akan merusak jaringan pada saat preparat dilepas pada proses pewarnaan.
TAHAP KELIMA
I. Judul : Pewarnaan Jaringan dengan Haematoxylin Eosin (HE)
II. Tujuan
a. Mampu mewarnai jaringan dengan HE secara baik dan benar
b. Mampu memperoleh jaringan yang telah diwarnai dengan Haematoxylin Eosin (HE)
III. Alat dan Bahan :
1. Chamber
2. Anting
3. Kain lap kecil
4. Wadah air
5. Timer
6. Deck glass
7. Objeck glass
8. Entelan
9. Larutan xylol
10. Alkohol absolut 95%, 80%, 70%
11. Reagen haematoxylin
12. Reagen eosin
13. Air

IV. Prosedur:

1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Pada preparat di lihat adakah permintaan ekspress atau tidaknya. Jika ada maka dipercepat
dengan melakukan pengeringan menggunakan hairdryer. Jika tidak keringkan/fiksasi selama 45
menit

3. Setelah kering masukkan preparat ke dalam chamber berisi methanol selama 3 menit

4. Angkat dan celupkan sebanyak 1-3 kali puda chamber yang berisi eosin

5. Setelah itu pindahkan pada chamber berisi methylen blue selama 5-7 menit

6. Bilas dengan air

7. Keringkan lalu beri etiket pada preparat

V. Pembahasan :
Pada pewarnaan diff quick digunakan untuk mewarnai sampel yang berasal cairan/sitologi. Pada
tahap pertama methanol berfungsi untuk melisiskan lemalk yang ikut pada preparat sitologi, tahap
kedua eosin berfungsi untuk memberi warna merah muda pada sitoplasma sel, kemudian methylen
blue bertujuan untuk memberi warna biru pada inti sel.
TAHAP KEDELAPAN

I. Judul : PENGAMBILAN SAMPEL PAP SMEAR

II. Tujuan :

a. Untuk mengetahui kelainan pada servik


b. Untuk mendeteksi dini kanker servik

III. Alat dan bahan :

1. Kapas steril

2. Lap bersih

3. Lampu sorot

4. Obek glass

5. Spatula ayre steril

6. Spekulum

7. Wadah stanlis

IV. Prosedur :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Minta pasien untuk melepaskan pakaian dalam/celana

3. Minta pasien untuk berbaring dengan keadaan poisisi litotomi

4. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yan diperiksa

5. Ambil spekulum dengan tangan kanan, kemudian pasang spekulum steril

6. Pegang ujung spekulum ayre yang berbentuk lonjong seperti lidah, hapus sekret dari dinding
interal vagina

7. Pulaskan sekret yang didapatkan pada objek glass secukupnya (Jangan terlalu tebal atapun jangan
terlalu tipis)

8. Setelah selesai difiksasi minimal selama 30 menit, dengan menggunakan alkohol 96 % , setelah itu
sediaan siap dilakukan pewarnaa PAP SMEAR

V. Pembahasan :
Metode pemeriksaan ini untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan
mikroskop, yang dilakukan secara tepat, tidak sakit, serta mendapatkan hasil yang akurat. PAP
SMEAR merupakan cara yang mudah dan aman untuk mendetcksi kanker servik melalui pemeriksan
getah atau lendir pada dinding vagina.

TAHAP KESEMBILAN

I Judul : PEWARNAAN PAPANICOLAOU

II. Tujuan : Dapat melakukan pewarnaan preparat dari pemeriksaan pap smear/sitologi

III. Alat dan bahan :

1. Chamber

2. Kain bersih

3. Objek glass

4. Pinset

5. Preparat sediaan

6. Reagen Xylol

7. Reagen OG

8.Reagen EA 50

9.Reagen Alkohol 96 %

10. Reagen Hematoxylin

11. Reagen Eosin

12. Wadah Air

IV. Prosedur :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Fiksasi sediaan pada alkohol 96 % di chamber selama 30 menit

3. Kemudian setelah 30 menit angkat preparat preparat dan masukkan pada wadah yang berisi air
mengalir

4. Masukan lagi pada hematoxylin selama 5-7 menit


5. Setelah itu masukkan ke dalam wadah dengan air mengalir selama 5 menit

6. Angkat dan pindahkan pada chamber yang berisi alkohol 96 % sebanyak 10 celup

7. Pindahkan pada reagen OG selama 5 menit

8. Lalu pindahkan lagi pada alkohol 1 dan 2 sebanyak 10 celup

9. Angkat dan pindahkan pada chamber berisi EA 50 selama 15 menit

10. Setelah itu pindahkan pada alkohol 96 % 1 dan 2 sebanyak 10 celup

11. Angkat dan keringkan

12. Masukkan kembali pada xylol 1 dan 2 selama 1 menit

13. Lalu lakukan mounting

V. Pembahasan :

Pada saat pengecetan tahap pertama yaitu dekalorisasi menggunakan alkohol 96 % , hematoxylin
yang bertujuan untuk mewarnai inti sel , kemudian OG yang bertujuan untuk mewarnai sitoplasma
yang matur sedangkan pewarnaan EA 50 untuk mewarnai sitoplasma yang matang, kemudian xylol
untuk melepas alkohol yang terbawa oleh preparat. Lalu terakhir mounting untuk memperjelas
lapang pandang dan supaya preparat bertahan lama.

Anda mungkin juga menyukai