Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH IMUNOHEMATOLOGI DAN BANK DARAH

“Alur Pemeriksaan dan Proses Transfusi Darah di PMI dan Bank Darah Rumah
Sakit”

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 1
1. Aisyah Hakim
2. Aldy Syah Firdaus
3. Alya Syifa Salsabila
4. Ameilia Kusnadi
5. Asti Rizki Arum Permana

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis


Jl. DR. Sitanala, Karang Sari, Neglasari, Kota Tangerang, Banten 15121
POLTEKKES KEMENKES BANTEN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas menyusun makalah yang berjudul “Alur Pemeriksaan dan Proses Transfusi
Darah di PMI dan Bank Darah Rumah Sakit”.
Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi
dan Rasul-Nya yang termulia, juga kepada keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya sampai hari kiamat.
Makalah yang sederhana ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
guna memperoleh penilaian pada mata kuliah Imunohematologi dan Bank Darah.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya banyak pihak yang membantu penulis.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ranti Dwi Astriani, S. ST., M. Biomed selaku dosen pengajar mata kuliah
Imunohematologi dan Bank Darah.
2. Teman-teman kami yang telah memberikan saran serta dukungannya.
Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi penulis, khususnya,
dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini, banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, penulis menerima
saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki di masa yang akan
datang.

Tangerang, 3 September 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................. i


Daftar isi ...................................................................................................... ii
A. Pendahuluan ...................................................................................... 1
B. Alur pemeriksaan darah di PMI dan Bank Darah Rumah Sakit .......... 1
C. Proses transfusi darah di PMI dan Bank Darah Rumah Sakit ............. 15
D. Standar alur pelayanan ...................................................................... 27
Daftar pustaka .............................................................................................. 21

ii
A. Pendahuluan
Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah,
pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Unit Transfusi Darah
(UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan donor darah,
penyediaan darah, dan pendistribusian darah.
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di Rumah
Sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman,
bermutu, dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pusat Plasma pheresis
adalah unit yang melaksanakan penyediaan plasma dari pendonor darah melalui
cara apheresis.
Penyediaan darah adalah rangkaian kegiatan pengambilan darah dan
pelabelan darah pendonor, pencegahan penularan .penyakit, pengolahan darah,
dan penyimpanan darah pendonor. Pendonor darah adalah orang yang
menyumbangkan darah atau komponennya kepada pasien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.

B. Alur Pemeriksaan Darah di PMI dan di Bank Darah Rumah Sakit


Pemeriksaan pra transfusi adalah suatu rangkaian prosedur pemeriksaan
mencocokkan darah resipien dan darah donor yang diperlukan sebelum darah
diberikan kepada resipien. Tujuan pemeriksaan ini untuk memastikan ada
tidaknya aloantibodi pada darah resipien yang akan bereaksi dengan darah donor
bila ditransfusikan dan/atau sebaliknya.

1
2
Uji kecocokan antara darah resipien dan darah donor meliputi pemeriksaan:
o Pemeriksaan Golongan Darah Resipien
No Kegiatan Persyaratan
1 Pemeriksaan golongan darah ABO 1. Walaupun telah diketahui, pemeriksaan
pasien golongan darah pasien tetap harus
dilakukan pada setiap permintaan darah.
2. Lakukan pemeriksaan golongan darah
dengan metoda Bioplate atau tabung atau
gel atau metoda lain sesuai perkembangan
teknologi terhadap:
- ABO secara sel grouping dan serum
grouping (lihat pemeriksaan uji
konfirmasi golongan darah)

3
3. Ketidaksesuaian golongan darah harus
diinformasikan ke ruangan dan dimintakan
sampel darah baru untuk pemeriksaan ulang
sebelum darah tersebut dikeluarkan untuk
transfusi
2 Pemeriksaan golongan darah rhesus 1. Bila pasien bergolongan Rhesus positif
pasien (D+), pemeriksaan ulang Rhesus (D) darah
donor tidak dilakukan.
2. Bila pasien bergolongan Rhesus negatif
(D-), pemeriksaan ulang golongan Rhesus
(D) dan weak D darah donor harus
dilakukan atau pemeriksaan dirujuk ke
UTD.
3. Hanya darah donor Rhesus negatif (D-),
dengan weak D negatif yang dapat
diberikan pada pasien golongan darah
Rhesus negatif (D-). Pasien dengan weak D
positif/DVI varian/Del harus dianggap
sebagai Rhesus negatif bila akan mendapat
transfusi.
4. Pasien weak D positif harus diberikan
darah donor rhesus negatif.
5. Pada kondisi darurat misalnya pada pasien
yang sudah tua, laki-laki atau perempuan
yang sudah tidak produktif, atau keadaan
lainnya atas persetujuan dokter yang
merawat, dapat diberikan golongan darah
Rhesus positif (D+) untuk transfusi kantong
yang pertama, selanjutnya sebaiknya
ditransfusi dengan Rhesus negatif (D-).
3 Pemeriksaan golongan darah pada Pemeriksaan golongan darah dilakukan pada
pasien neonatus dengan HDN bayi dan ibu.

4
o Pemeriksaan Ulang Golongan Darah Donor
No Kegiatan Persyaratan
1 Pemeriksaan golongan darah ABO - Walaupun golongan darah donor telah
dan Rhesus donor diketahui dan sudah berlabel golongan darah
yang sama dengan golongan darah resipien,
pemeriksaan ulang golongan darah ABO dan
Rhesus donor tetap harus dilakukan pada
setiap permintaan darah.
- Pendonor dengan weak D positif /DVI
varian/Del harus dianggap sebagai Rhesus
positif.
- Bila didapatkan kesulitan dalam menentukan
golongan darah maka harus ditindaklanjuti.
- Dalam keadaan darurat, bila kesulitan belum
dapat diselesaikan dapat diberikan golongan O
terlebih dahulu.
2 Sampel darah donor Sampel darah donor diambil dari potongan selang
kantong darah donor
3 Pemeriksaan golongan darah ABO - Pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
dan Rhesus dilakukan secara cell grouping dan sero
grouping dengan metoda Bioplate atau tabung
atau gel atau metoda lain sesuai perkembangan
teknologi
- Ketidaksesuaian golongan darah donor pada
pemeriksaan ulang di BDRS harus dilaporkan
dan kantong darah dikembalikan pada UTD
yang mengirimkan darah darah tersebut
dikeluarkan untuk transfusi

o Pemeriksaan Kecocokan Darah Donor dan Darah Resipien (Uji Silang


Serasi).
No Kegiatan Persyaratan
1 Uji silang serasi Umum:

5
a. Pemeriksaan uji silang serasi dilakukan untuk setiap permintaan
darah yang mengandung sel darah merah (WB, PRC, WE).
b. Untuk setiap permintaan komponen darah yang tidak mengandung
sel darah merah (TC, FFP, Cryopracipitate), uji silang serasi yang
dilakukan hanya uji silang minor. Kecuali jika darah donor telah
diperiksa uji saring antibodi, maka pemeriksaan uji silang minor
tidak perlu dilakukan.
c. Walaupun golongan ABO dan Rhesus resipien dan donor telah
diketahui, uji silang serasi harus dilakukan terhadap darah resipien
dan donor karena masih mungkin terjadi ketidakcocokan.
d. Reaksi silang Mayor, Minor maupun autokontrol harus dilakukan
secara bersamaan dalam 3 (tiga) fase:
- Fase I fase suhu kamar di dalam medium salin (immediate-spin
crossmatch).
- Fase II fase inkubasi suhu 37°C di dalam medium Bovine
Albumin 22%.
- Fase III, fase uji antiglobulin (AHG crossmatch).
e. Untuk menggantikan pemeriksaan uji silang minor dapat dilakukan
pemeriksaan uji saring antibodi donor oleh UTD.
f. Jika hasil pemeriksaan uji saring antibodi negatif maka uji silang
serasi dapat dilakukan dengan pemutaran singkat (immediately spin)
antara sel darah merah donor ditambah serum/plasma pasien. Bila
hasil negatif maka darah dapat diberikan.
a. Uji Silang Mereaksikan serum/plasma resipien dengan sel darah merah donor.
Mayor Tujuannya untuk memeriksa kecocokan sel darah merah donor dengan
plasma/serum resipien
b. Uji Silang Mereaksikan plasma donor dengan sel darah merah resipien. Tujuannya
Minor untuk memeriksa kecocokan serum (plasma) donor dengan sel darah
merah resipien.
c. Autokontrol Mereaksikan antara sel darah merah resipien dengan serumnya.
Tujuannya untuk mengetahui apakah sel darah merah resipien bereaksi
dengan serum (plasma)nya sendiri, dapat juga untuk melihat reaksi
otoimun.

6
2 Interpretasi a. Hasil uji silang serasi dengan metode Tube test negatif harus
hasil dilanjutkan dengan penambahan Coombs Control Cell (CCC).
pemeriksaan uji b. Hasil penambahan CCC harus positif.
silang serasi c. Jika hasil tetap negatif dinyatakan invalid dan uji silang serasi harus
diulang kembali.
d. Hasil pemeriksaan uji silang serasi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Mayor Minor Autocontrol Interpretasi Keterangan
negatif Negatif Negatif Darah Darah dapat

kompatibel ditransfusikan

positif Positif Positif Darah Darah tidak

inkompatibel ditransfusikan,
karena
pertimbangan
klinis
negatif Positif Positif Darah Hanya sel darah

inkompatibel merah pekat


yang
ditransfusikan
catatan gradasi
minor sama
dengan lebih
rendah gradasi
otokontrol

o Uji silang serasi terhadap lebih dari satu kantong darah donor
Tahap Uji Silang Serasi Keterangan
Uji Silang Serasi Mayor Uji silang serasi mayor harus dilakukan dengan
mereaksikan serum/plasma pasien dengan
masing-masing sel darah merah donor (tidak
boleh dipool).
Uji Silang Serasi Minor Uji silang minor harus dilakukan dengan
mereaksikan masing-masing plasma donor
dengan sel darah merah pasien (tidak boleh
dipool).

7
Uji Silang Serasi Otokontrol Darah Mereaksikan serum/plasma pasien dengan sel
Resipien darah merahnya.
Uji Silang Auto Pool Darah Donor Mereaksikan pool plasma donor dengan pool sel
darah merahnya. Darah donor dapat dipool
maksimal 3 donor.
Uji Silang Antar Pool Donor Mereaksikan plasma 1 donor dengan pool sel
darah merah 2 donor. Uji silang antar pool donor
dilakukan apabila jumlah donor minimal 6 orang.
Interpretasi hasil - Bila hasil uji silang serasi mayor dengan salah
satu kantong donor positif, lakukan DCT
darah donor tersebut. Bila hasil positif,
kembalikan kantong darah dan laporkan ke
UTD. Bila hasil negatif, ada kemungkinan
terdapat antibodi pada pasien, beritahukan
kepada dokter untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan.
- Bila hasil uji silang serasi minor dengan salah
satu kantong donor positif dan DCT pasien
negatif, ulangi pemeriksaan dengan
menghilangkan kemungkinan ada fibrin pada
sampel plasma donor, bila hasil tetap sama
lakukan uji saring antibodi pada plasma donor
tersebut atau kembalikan dan laporkan ke
UTD.

o Uji silang serasi yang dilakukan pada transfusi tukar untuk bayi lahir
dengan hemolitik (Hemolytic Disease of Newborn/HDN)
Tahap Uji Silang Serasi Keterangan
Uji silang serasi I Mereaksikan serum/plasma ibu dengan sel
darah merah donor
Uji silang serasi II Mereaksikan serum/plasma bayi dengan sel
darah merah donor

8
Uji Direct Coombs perlu dilakukan terhadap sel darah merah bayi. Pemilihan
darah untuk bayi baru lahir dan bayi yang memerlukan transfusi tukar karena
HDN Rhesus atau HDN ABO sesuai dengan tabel di bawah ini.

Golongan darah bayi Rh D HDN ABO HDN


O Rh positif O Rh D negatif -
A Rh positif A Rh neg/O Rh neg O Rh positif
A Rh negatif - O Rh negatif
B Rh positif B Rh neg/O Rh neg O Rh positif
B Rh negatif - O Rh negatif
AB Rh positif AB Rh neg/O Rh neg -

Uji Saring Antibodi


Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi antibodi pada darah
pasien
Standar Pengujian Uji Saring Antibodi
o Ruangan, Bahan dan Peralatan
Ruangan/Bahan/Peralatan Persyaratan
Area pengujian uji saring antibodi Harus memenuhi standar BDRS dan
disetujui.
Reagen - Spesifikasi memenuhi standar yang
ditetapkan
- Stabil selama penyimpanan
- Masa kadaluarsa panjang
- Divalidasi sebelum digunakan
Peralatan (umum) - Telah dikualifikasi dan disetujui untuk
dipakai
- Digunakan sesuai dengan prosedur yang
terdokumentasi dan instruksi pabrik
- Dibersihkan teratur

9
- Dipelihara dan dikalibrasi secara teratur
- Diinstal dan diuji coba sesuai ketentuan
Peralatan pengujian uji saring - Memenuhi spesifikasi BDRS dan telah
antibodi disetujui untuk dipakai
- Digunakan sesuai dengan prosedur yang
terdokumentasi dan instruksi pabrik
- Dibersihkan teratur
- Dipelihara dan dikalibrasi secara teratur
- Diinstal dan diuji coba sesuai ketentuan
Tempat transportasi sampel - Memenuhi spesifikasi BDRS
- Jaga rentang suhu yang dinginkan oleh
sampel dan jarak transportasi

o Spesifikasi reagen pengujian uji saring antibody


Metode / Reagen Spesifikasi
Sel Panel Kecil - Sekelompok sel darah merah dari individu
berbeda bergolongan darah O yang sudah
diketahui antigen make up nya (memiliki /
tidak antigen gol darah).
- Komposisi antigen pada sel panel kecil
sebagai berikut :
 Salah satu sel harus R2R2, yang
lainnya R1R1 (CCDee) atau R2R2
(ccDEE)
 Antigen make up minimal harus
mengandung antigen K, k, Fya, Fyb,
Jka, Jkb, S, s, M, N, P1, Lea, Leb.
 Sel panel kecil harus memiliki susunan
antigen homozigot untuk seperti : Fya,
Fyb, Jka, Jkb, M, S, s, karena hasil

10
reaksinya dapat dipengaruhi oleh dosis
antigen (dosage effect).
- Minimal terdiri dari dua suspensi sel
(tidak di pooling).
- Untuk uji saring antibodi
- Telah dievaluasi, direkomendasikan, dan
- dilatihkan ke BDRS
Sel Panel Besar - Sekelompok sel darah merah dari individu
berbeda bergolongan darah O yang
diketahui susunan antigen make up nya
- Perbedaan antigen satu dengan lainnya
lebih jelas.
- Antigen make up minimal harus
mengandung antigen : D, C, e, E, e, K, k,
Fya, Fyb, Jka, Jkb, S, s, M, N, P1, Lea, Leb.
- Beberapa antigen harus homozygot seperti
D, C, c, E, Fya, Fyb, Jka, Jkb, M, S, s.
- Minimal terdiri dari 8 sel (tidak di
pooling).
- Untuk uji identifikasi antibodi
- Telah dievaluasi, direkomendasikan, dan
dilatihkan ke BDRS

o Proses pengujian uji saring antibodi


Tahap / kegiatan Persyaratan
Umum Kemampuan proses konsisten
menghasilkan hasil pemeriksaan uji
saring antibodi yang akurat
Penangan sampel - Simpan pada suhu 2C sampai
6Capabila belum akan diperiksa

11
- Biarkan pada suhu kamar apabila
pemeriksaan uji saring antibodi akan
dilaksanakan
- Lakukan validasi meliputi: wadah
sampel, identitas, volume, mutu
sampel dilihat apakah terdapat tanda-
tanda kontaminasi seperti keruh, bau,
dan perubahan warna, hemolisis, dll.
Persiapan alat Divalidasi sebelum digunakan,
meliputi: alat nyala atau tidak,
kebersihan, dan sebagainya.
Persiapan reagen - Simpan pada suhu 2C sampai 8C
apabila belum akan dipakai
- Biarkan pada suhu kamar apabila
pemeriksaan uji saring antibodi akan
dilaksanakan
- Lakukan validasi meliputi: keutuhan
kemasan luar, nama reagen, nomor
lot, masa kadaluarsa, kelengkapan
reagen, masa kedaluwarsa masing-
masing komponen reagen.
Uji saring antibodi 1. Metode Salin
Pemeriksaan antibodi irreguler
dengan melakukan inkubasi serum
pasien dengan sel panel pada suhu
37C selama 60 menit.
2. Metode Tabung
Pemeriksaan ini dikerjakan untuk
mendeteksi ada tidaknya antibodi
irreguler dalam serum dengan

12
menambahkan sel panel kecil dan
autokontrol. Pemeriksaan antibodi
irreguler ini dilakukan dengan
menambahkan bovine albumin 22%
pada serum pasien dan sel panel
kemudian diinkubasi 37 C selama
30 menit.
3. Metoda Low Ionic Strength/Column
Agglutination Technic
Pemeriksaan antibodi ireguler
dengan menggunakan Low Ionic
Strength Saline sebagai suspensi sel
panel.
4. Metode lain sesuai perkembangan
teknologi
- Lakukan pemeriksaan sesuai
instruksi pabrik.
- Uji saring antibodi dilakukan
secara individual test
- Lakukan pembacaan hasil sesuai
instruksi pabrik
- Lakukan pembacaan sesuai
instruksi pabrik
Hasil yang tidak berkesesuaian - Penyebab harus diselidiki
- Lakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan

o Pencatatan
Jenis pencatatan Persyaratan

13
Pemeriksaan - Proses pemeriksaan uji saring
antibodi
- Peralatan dan bahan yang digunakan
- Petugas yang terlibat
Hasil pemeriksaan uji saring antibodi - Hasil pemeriksaan uji saring antibodi
yang di keluarkan - Petugas yang melakukan pemeriksaan
dan pengeluaran hasil
- Alasan pembuangan sampel jika
dibuang
Catatan penunjang - Laporan validasi
- Hasil kendali mutu
- Pemeriksaan peralatan
- Pencatatan pembersihan
- Pencatatan pelatihan petugas

o Penyimpanan sampel darah pasien dan darah donor


Kegiatan Persyaratan
Penyimpanan sampel darah donor dan 1. Dilakukan setelah darah donor
resipien diberi identitas/label kecocokan
2. Sampel darah resipien dan donor
(dari selang kantong darah donor
yang sudah dipotong) diikat menjadi
satu
3. Sampel darah resipien dan donor
disimpan dalam blood bank selama
7 (tujuh) hari
4. Didalam blood bank penyimpanan,
sampel darah donor dan resipien
disusun menurut hari
5. Sampel darah ini dapat dipakai

14
sebagai bahan pemeriksaan kalau
ada laporan reaksi transfusi

C. Proses Transfusi Darah di PMI dan di Bank Darah Rumah Sakit


Proses yang terjadi di rumah sakit adalah dimulai dari penentuan indikasi
yang tepat oleh dokter, serta penentuan jenis komponen darah yang dibutuhkan.
Dokter akan mengisi formulir permintaan darah yang disiapkan oleh rumah sakit
dengan format standar UTD, ke BDRS disertai dengan sampel darah resipien yang
terbaru, selanjutnya petugas BDRS akan melakukan pemeriksaan golongan darah
(ABO dan Rhesus) resipien dan pemeriksaan konfirmasi golongan darah pada
kantong darah donor yang ada dalam stock. Selanjutnya dilakukan uji silang serasi
antara darah resipien dan darah dari kantong darah yang akan diberikan. Kantong
darah yang kompatibel diserahkan oleh petugas BDRS kepada perawat bangsal
dengan memperhatikan prinsip rantai dingin darah (darah dijaga selalu berada di
suhu 4 C) disertai formulir laporan yang harus dikembalikan ke BDRS setelah
tindakan medis selesai dilakukan.
Kantong darah yang telah dinyatakan kompatibel tersebut diserahkan
kepada perawat yang diberi kewenangan melakukan tindakan transfusi darah pada
resipien dibawah pengawasan dokter. Perawat ruangan harus melakukan
pemantauan reaksi transfusi, minimal 15 menit pertama pada setiap pemberian
kantong darah yang ditransfusikan. Bila terjadi reaksi transfusi darah maka harus
segera dilakukan penanganannya sesuai dengan SPO dan pelaporan kepada BDRS
sebagai feedback.
Pelayanan darah dengan sistem distribusi tertutup dengan metoda rantai
dingin sesuai standar, yaitu pelayanan yang dilakukan seluruhnya oleh petugas
kesehatan dan UTD dengan memperhatikan didistribusikan. Pada sistem distribusi
tertutup ini keluarga pasien tidak lagi dilibatkan sebagai pelaksana distribusi.

15
Pengumpulan darah dari donor sukarela resiko rendah di UTD maupun
melalui mobile unit dilakukan oleh petugas-petugas yang kompeten dan
berwenang Di UTD kemudian dilakukan pengamanan darah dengan melakukan
uji saring IMLTD dan pengolahan komponen Darah yang telah dinyatakan aman
dan sesuai dengan prediksi kebutuhan BDRS, dikirim secara berkala ke BDRS
oleh petugas dengan sistem rantai dingin dilengkapi dengan berita acara
penyerahan. RS memiliki stock darah aman dan melayani permintaan
ruangan/klinisi serta melakukan uji silang serasi. Kerjasama UTD dan RS didasari
oleh nota kesepakatan agar tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari.

16
D. Standar Alur Pelayanan
 Standar 6 : Permintaan Darah Rutin
1. Permintaan darah ke UTD sesuai kesepakatan dengan UTD dan tertuang
dalam Ikatan Kerjasama (IKS).
2. Tersedia SPO
3. Transportasi distribusi darah dengan menggunakan cool box transportasi
darah

 Standar 7: Permintaan Darah dalam Keadaan Khusus


Permintaan dalam keadaan khusus adalah dalam keadaan darurat, jika
persediaan darah di BDRS sudah habis sesuai kesepakatan dengan UTD dan
tertuang dalam IKS.
1. Permintaan darah diluar perencanaan rutin, misalnya permintaan dalam
bentuk komponen darah, Rhesus negatif, darah langka dan pada kejadian
luar biasa (KLB)
2. Formulir permintaan diisi lengkap dan ditandangani oleh kepala BDRS
atau petugas yang diberi wewenang oleh kepala BDRS.
3. Tersedia SPO permintaan darah dalam keadaan khusus.

 Standar8: Penerimaan Darah Mekanisme penerimaan darah sesual


kesepakatan yang tertuang dalam IKS
1. BDRS menerima darah aman dari UTD setempat sesuai permintaan, bila
tidak sesuai dengan permintaan dicatat atau disesuaikan dengan
kesepakatan yang tertuang dalam IKS.
2. Petugas pengantar darah dari UTD maupun petugas penerima darah di
BDRS bersama-sama menilai kondisi darah, dan mampu mengenali tanda-
tanda fisik darah aman dan standar labelling
3. Dibuat berita acara
4. Tersedia SPO penerimaan darah dari UTD

17
 Standar 9: Penyimpanan Darah dan komponen

1. Penyimpanan darah dan komponen dilakukan dalam tempat dan suhu


optimal yaitu :

 Standar 10: Penyerahan Darah ke Dokter yang Meminta


Melalui Perawat yang Diberi Wewenang
1. Penyerahan darah dilakukan berdasarkan permintaan dokter dengan
formulir permintaan
2. Petugas BDRS meneliti formulir permintaan darah/pengeluaran darah dan
label kantong darah

 Standar 11 : Pengembalian darah ke UTD


Pengembalian darah ke UTD sesuai kesepakatan dan tertuang dalam IKS

 Standar 12 : Pemusnahan Darah


1. Darah yang akan dimusnahkan sesuai standar pengelolaan limbah rumah
sakit adalah darah yang kadaluarsa atau rusak
2. Tersedia SPO pemusnahan darah

18
 Standar 13: Pencatatan

Pencatatan dilakukan pada setiap tahap kegiatan secara


lengkap, yaitu :
1. Permintaan darah rutin dan khusus ke UTDD
2. Penerimaan darah rutin dan khusus dari UTD
3. Berita acara penerimaan darah dari UTD
4. Dokumentasi permintaan darah dari para klinisi lengkap dengan indi kasi,
identitas pasien jenis, dan jumlah darah beserta
5. Pemeriksaan gol darah pasien/darah donor, uji cocok serasi dalam lembar
kerja
6. Dokumentasi darah titipan dan pemakaian darah
7. Darah yang harus dikembalikan ke UTD
8. Tentang kebutuhan darah yang tidak terpenuhi
9. Hasil monitoring dan evaluasi
10. Validasi reagen, kalibrasi alat, pencatatan suhu alat simpan darah
11. Reaksi transfusi

 Standar 14: Pelaporan


Yang dilaporkan: penerimaan, penyimpanan, penyampaian, pemakaian, logistik
dan persediaan darah, reaksi transfusi.
1. Laporan rutin adalah laporan kegiatan secara rutin yang dibuat secara
teratur dan tepat waktu disampaikan kepada direktur RS, UTD dan Dinkes
setempat
2. Laporan rutin terdiri dari laporan harian, laporan bulanan, dan laporan
tahunan
3. Laporan insidentil adalah laporan yang dibuat pada keadaan khusus,
misalnya terjadi reaksi transfusi, disampaikan kepada komite medik RS
dan UTD setempat dengan tembusan ke Dinkes setempat.
4. Analisa efisiensi dan ketepatan pemakaian darah/komponen (catt: SPO
penggunaan setelah crossmatch, rata-rata perpasien)

19
 Standar 15: Biaya Pelayanan Darah
Biaya pelayanan darah di RS terdiri dari kompenen biaya BPPD, bahan
habis pakai dan jasa pelayanan

20
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Departemen Kesehatan RI. 2008.


Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS). Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 Tentang
Standar Pelayanan Transfusi Darah.

21

Anda mungkin juga menyukai