Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS HIDROKARBON

DALAM LAUT
KELOMPOK 2
RAHMANIAH ZAINUDDIN (H012211002)
DACHLIA INDAHSARI DACHLAN (H012211012)
MATERI SUMBER
KEBERADAAN
POLUTAN LIMBAH MINYAK
01 MINYAK BUMI 02 BUMI

DAMPAK
PENCEMARAN LAUT
ANALISIS
AKIBAT MINYAK
PENCEMARAN
03 MINYAK BUMI 04 BUMI DAN
PENANGANANNYA
01
POLUTAN MINYAK BUMI
Menurut Pasal 1 PP no 19 tahun 1999, Pencemaran laut adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya

Bahan cemar (polutan) di laut dapat


berasal:
• Limbah rumah tangga.
• Industri Kegiatan industri
• Pertanian perminyakan dapat
• Peternakan menimbulkan limbah yang
• Transportasi mencemari lingkungan.
• Pengolahan sampah yang buruk
• Penggundulan hutan
• Pertambangan
Pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara fisika, kimiawi maupun
biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Salah satu dari
bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi

Senyawa Jumlah (%)


● Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang
terbentuk berjuta-juta tahun yang sebagai hasil Karbon 83,9-86,8
dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuhan- Hidrogen 11,4-14
tumbuhan dan hewan
Belerang 0,06-8
● Minyak bumi berupa cairan kental berwarna kehitaman
yang teradapat dalam cekungan-cekuangan kerak bumi Nitrogen 0,11-1,7
dan merupakan campuran sangat komplek dari
Oksigen 0,5
senyawa-senyawa hidrokarbon dan bukan hidrokarbon
Logam 0,03
Komponen utama berbagai produk minyak bumi
Jenis Produk Komponen Utama
Gas Alkana dengan rantai karbon lurus dan
bercabang (C1 – C5
Bensin Hidrokarbon dengan rantai C6 – C10,
rantai lurus maupun bercabang
Kerosin atau bahan bakar Hidrokarbon dengan rantai C11 – C12, rantai lurus
disel no.1 dan jet fuel maupun bercabang. Senyawa dominan adalah n-alkana,
sikloalkana, aromatic dan aromatic campuran. Umumnya
mengandung benzene dan PAHs dalam jumlah yang sangat
kecil
Bahan bakar disel no. 2 Hidrokarbon denga rantai C12-C18, n- alkana (lebih rendah
dan bahan bakar gas dari kerosín), sikloalkana, olefin dan aromatic campuran
ringan olefin dan styrene

Minyak pelumas Hidrokarbon rantai C18 – C25


ringan
Minyak pelumas Hidrokarbon rantai C26 – C38
berat
Aspal Hidrokarbon polisiklik fraksi berat
Dilihat dari sifat apung minyak bumi ada dua jenis sifat, yaitu: Minyak dengan fraksi
ringan (sifat terapung) dan Minyak dengan fraksi berat (sifat mudah tenggelam). Minyak
yang terapung terdapat dalam dua bentuk antara minyak dan air, yaitu:

Emulsi • Emulsi ini terjadi jika droplet-droplet (gelembung) minyak


minyak terdispersi di dalam air distabilkan dengan interaksi kimia
dalam air dimana air menutupi permukaan droplet-droplet tersebut.

Emulsi air • Emulsi ini terbentuk jika droplet-droplet air tertutupi oleh
dalam lapisan minyak, dan emulsi ini distabilkan oleh interaksi
minyak diantara droplet-droplet air yang tertutup.
02
SUMBER KEBERADAAN
LIMBAH MINYAK BUMI DI LAUT
Minyak yang terdapat di dalam air laut berasal dari berbagai sumber diantaranya karena
pencucian kapal-kapal laut, pengeboran minyak lepas pantai, kebocoran kapal tanker
pengangkut minyak dan gas bumi, tabrakan kapal dilaut, dan sebagainya.

Kegiatan industri perminyakan dapat menimbulkan limbah yang mencemari


lingkungan

pengilanga
proses
n minyak • UU No. 23 tahun 1997 dan PP No. 18 tahun 1999
pengeboran
bumi mengkategorikan lumpur minyak sebagai limbah B3
LUMP (Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun)
• Limbah lumpur minyak bersifat mudah terbakar dan
UR
beracun karena kandungan terbesar dalam limbah lumpur
MINYA berminyak merupakan petroleum hidrokarbon (PT
K Pertamina, 2001) dan logam berat (Prasetya, dkk., 2006;
Budiarjo, 2007)
Tumpahan minyak dilaut akibat kecelakaan kapal-kapal
tanker pengangkut minyak dan gas bumi, merupakan
merupakan sumber polutan terbesar yang terjadi
belakangan ini (Rompas, 2009)
• Pencemaran dari bahan kimia dan tumpahan
minyak dari kapal hampir setiap tahun terjadi di
laut Indonesia.
• Menurut M.R. Karliansyah, Direktur Jenderal
(Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Tumpukan limbah yang dikumpulkan bisa
mencapai 78 – 91 ton. Mulai tahun 2017 – 2020
terdapat 76 ton limbah di Bintan. Sedang di
Batam terdapat 91 ton limbah.
Kasus tumpahan minyak di Indonesia (2018-2021)
Teluk Balikpapan Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan terjadi ketika kapal MV Ever Judger menjatuhkan
(Maret 2018) jangkar yang menyeret dan memecahkan pipa milik Pertamina pada 31 Maret 2018.
Akibatnya, lima ribu liter minyak tumpah dan mencemari perairan Teluk Balikpapan serta
memicu kebakaran yang menyebabkan kematian lima orang nelayan.

Karawang Pada Juli 2019, sumur YYA-1 milik PHE ONWJ mengalami kebocoran dan tumpahan
(Juli 2019) minyaknya mencemari wilayah perairan dan sepanjang pantai di Karawang. Tumpahan
tersebut menyebabkan warga sekitar yang mayoritas bekerja sebagai nelayan kehilangan
mata pencaharian mereka karena jumlah hasil tangkapan menurun drastis setelah
peristiwa itu terjadi.

Kepulauan Seribu Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kelautan (KPKP) Kabupaten Kepulauan Seribu
(Agustus 2020) mengonfirmasi adanya tumpahan minyak di wilayah Pulau Pari hingga kawasan perairan
Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, pada Agustus 2020. Selain mencemari bibir pantai
Pulau Pari sepanjang 2 km, tumpahan minyak tersebut juga mengakibatkan sejumlah
biota laut mati dan budidaya rumput laut milik warga mengalami kerusakan.

Kepulauan Riau
Tumpahan minyak di Kepulauan Riau, yang mencakup Batam dan Bintan, sudah terjadi
(Setiap Tahun) selama puluhan tahun. Namun, sampai saat ini, pemerintah belum mengetahui sumber
tumpahan minyak tersebut.
03
ANALISIS PENCEMARAN
MINYAK BUMI
ANALISIS PENCEMARAN
Berdasarkan pasal 394 pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Hasil uji dari laboratorium terakreditasi untuk kegiatan dari
sektor minyak dan gas, meliputi parameter:
Toksikologi Lethal Concentration-50 (LC50) 96 (sembilan puluh
enam) jam
Total konsentrasi logam berat;

Total petroleum hidrokarbon (TPH);

Poli aromatik hidrokarkon (PAH);


PERSYARATAN NILAI AKHIR HASIL PENGOLAHAN
MINYAK BUMI SECARA BIOLOGIS
Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)
● TPH adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan ratusan bahan kimia yang
secara alami muncul dari crude oil.
● Pengukuran crude oil yang dilakukan di
lapangan adalah jumlah Total Petroleum
Hydrocarbon (TPH)
● Menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Nilai TPH pada baku mutu air laut
daerah Pelabuhan ditentukan dibawah 5
mg/liter atau 5 ppm, sedangkan untuk biota
laut dibawah 1 mg/liter atau 1 ppm.
● Pencemaran dapat diakibatkan oleh proses
pembuangan limbah industri atau pun rumah
CONTOH SENYAWA TPH
• Bensin adalah campuran dari komponen-komponen hidrokarbon dengan titik
didih yang rendah. Mengandung kurang lebih dari seratus lima puluh komponen
Bensin
hidrokarbon dengan rantai karbon antara C4 sampai C12 yang terdiri dari 4-8%
alkena, 25-40% isoalkana, 3-7% sikloalkena, dan 20-50% senyawa aromatik.

Fuel oil • Fuel Oil (1) adalah senyawa hasil destilasi petroleum yang mengandung
(1) hidrokarbon dengan ikatan C9 sampai C16. Senyawa ini banyak digunakan
dalam pestisida, indrustri keramik, dan pelapisan aspal.

• Fuel Oil (2) adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan karbon C11 sampai
Fuel Oil C20. Terdiri dari 64% senyawa hidrokarbon alifatik (termasuk alkana rantai
(2) lurus dan sikloheksena), 1-2% alkena, dan 35% hidrokarbon aromatik. Senyawa
ini banyak digunakan dalam pembakaran pada industri keramik.
• Mineral Oil sering disebut sebagai minyak pelumas. Ikatan karbonya antara C15
Mineral sampai C50. Mineral oil banyak digunakan pada kendaraan bermotor.
Oil Hidrokarbon yang terkandung antara lain alkana, sikloalkana, dan hidrokarbon
aromatik.
INSTRUMENTASI ANALISIS TPH
Keberadaan minyak dapat dilakukan dengan Analisis TPH dapat dilakukan
dengan

KROMATOGRAFI GAS
SPEKTROFOTOMETRI INFRA RED
(FTIR)
ANALISIS PADA SAMPEL SEDIMEN
ANALISIS TPH DENGAN KROMATOGRAFI
GAS
Pemisahan pada GC disebabkan oleh perbedaan
dalam kemampuan distribusi analit di antara fase
gerak dan fase diam di dalam kolom pada
kecepatan dan waktu yang berbeda.
Prinsip Analisis TPH dengan kromatografi
gas:
Sampel dalam suasana asam kuat diekstrak
dengan Dichloromethane (DCM), sehingga
kandungan TPH akan terserap pada pelarut
organik DCM, dan hasil ekstraksi siap untuk di
analisa dengan kromatografi dengan kolom
kapiler menggunakan detektor FID.
PREPARASI SAMPEL AIR LAUT DENGAN
INSTRUMEN GC
Dilakukan pengasaman sampel dengan larutan HCl

Dilakukan penambahan DMC dan dikocok. Kemudian larutan


disaring

Diulangi langkah 2 sampai dengan 4 hingga tiga kali

Ekstrak dipekatkan hingga menjadi 3 mL.

Sampel siap untuk dianalisa dengan GC.


ANALISIS TPH DENGAN FTIR
Prinsip FT-IR yaitu menguji kadar hidrokarbon dalam air (air tanah, air limbah, air
laut) dan tanah (sedimen,sludge) berdasarkan ekstraksi hidrokarbon dengan
menggunakan pelarut organik tetrachloroethylene (TCE). Pengukuran total
hidrokarbon dilakukan dengan menggunakan FTIR. Penggunaan pelarut organik
TCE memungkinkan absorbansi dari ikatan C-H (2930 cm-1) dalam FT-IR dapat
digunakan untuk mengukur TPH dalam air dan tanah.
PREPARASI SAMPEL AIR LAUT DENGAN
INSTRUMEN FTIR
sampel air diasamkan sampai pH ≤ 2.0 dengan HCl 1 :1 dan ditambahkan 30 ml TCE

Dilakukan ekstraksi dengan cara larutan dikocok selama dua menit.

Setelah larutan terpisah solven (TCE) kemudian disaring pada kertas saring yang telah
ditambahkan Na2SO4

Dilakukan ekstraksi 3x ( 3 X 30 ml TCE) kemudian larutan hasil ekstraksi dihimpitkan


dengan TCE hingga 100 mL.

Ditambahkan 2 gram silika gel 70-230 mesh ke dalam larutan hasil ekstraksi dan diaduk
selama 5 menit.

Larutan siap dibaca di FT-IR


ANALISIS TPH PADA SEDIMEN
Sampel sedimen yang kering dan halus ditimbang

Sampel kemudian diekstraksi dengan metode soklet dengan n-heksan

Sampel didinginkan kemudian di uapkan dengan rotari evaporator. Sebelumnya labu didih
kosong ditimbang terlebih dahulu

kemudian sampel d oven selama 16 jam setelah itu dimasukkan dalam desikator selama 1
jam

Timbang labu didih, kemudian dihitung presentase TPH dengan rumus

  𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐞𝐤𝐬𝐭𝐫𝐚𝐤 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐥𝐚𝐛𝐮 𝐝𝐢𝐝𝐢𝐡 − 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐥𝐚𝐛𝐮 𝐝𝐢𝐝𝐢𝐡 𝐊𝐨𝐬𝐨𝐧𝐠


𝐓𝐏𝐇 = ×𝟏𝟎𝟎 %
𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥
POLISIKLIK AROMATIK HIDROKARBON (PAH)
● PAH merupakan salah satu senyawa pencemar
organik yang bersifat persisten, toksik, dan
karsinogenik dengan berbagai variasi bentuk
struktur, jenis dan toksisitasnya.
● Sumber senyawa PAH dapat dikategorikan menjadi
beberapa jenis seperti petrogenik, pirogenik dan
dapat juga berasal dari aktivitas alami di alam.
● PAHs bersifat lipofilik, sukar larut dalam air dan
memiliki kecenderungan untuk terakumulasi dalam
jaringan lipid, bersifat stabil, tidak mudah terurai
oleh mikroorganisme, sehingga eksistensinya di
alam cukup lama (Jones and Wild, 1995)
ANALISIS PAH
● Dikaitkan dengan sifatnya yang tidak polar dan sukar larut dalam air, maka sering
ditemukan kendala-kendala dalam penetapan konsentrasi PAHs dalam air jika hanya
mengambil sampel airnya saja.
● Untuk mengatasi problem tersebut, maka dikembangkan metode analisis
menggunakan sampel selain air seperti misalnya

Analisis pada sampel biota


Data penetapan PAH dalam jaringan lipid
organisme yang memiliki kemampuan
Analisis pada sampel sedimen. mengakumulasikan PAH tentunya lebih reliable
daripada data air. Semakin besar kemampuan
organisme untuk mengakumulasikan PAH, maka
peluang untuk dijadikan bioindikator semakin
besar.
ANALISIS PAH PADA SAMPEL AIR
Sejumlah 5,0 L sampel air disaring dengan kertas Whatman no. 42 kemudian
disaring ulang dengan Millipore 0.45 µm.

Kemudian dilakukan kromatogradi kolom berturut-turut menggunakan aseton-


heksana dan heksana.

Masing-masing eluet ditampung secara terpisah, kemudian dievaporasi hingga


volume 100 µL.

Eluet kental kemudian diinjeksikan dalam sistem kromatografi gas yang telah
dioptimasi.
Sumber : Bioakumulasi Senyawa Polihidrokarbon Aromatik (PAH) dalam Air laut,
plankton, Ganggang dan Ikan (Penelitian Lukitaningsih, 2010)
ANALISIS PAH PADA SAMPEL PLANKTON DAN
GANGGANG
Sampel plankton dan ganggang dikeringkan menggunakan freeze dryer

Ditimbang sejumlah sampel kering

kemudian diekstraksi dengan Soxhlet

Ekstrak kemudian dipekatkan dan dilanjutkan dengan clean up menggunakan


kromatografi kolom berisi florisil.

Masing-masing eluat ditampung secara terpisah kemudian dievaporasi hingga


volume 100 µL.

Eluat pekat kemudian diinjeksikan dalam kromatografi gas yang telah dioptimasi.
Sumber : Bioakumulasi Senyawa Polihidrokarbon Aromatik (PAH) dalam Air laut,
plankton, Ganggang dan Ikan (Penelitian Lukitaningsih, 2010)
ANALISIS PAH PADA SAMPEL IKAN
Setelah dipisahkan organnya, sampel ikan kemudian ditimban

Sampel kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan natrium sulfat


anhidrat kemudian dimaserasi selama 2X24 jam di atas penggojok.

Ekstrak kemudian disaring dan dievaporasi hingga 2-5 mL dan dilakukan clean up
menggunakan kromatografi kolom fase diam alumina yang telah diaktivasi.

Masing-masing eluat kemudian dievaporasi hingga volume 100 µL

Ekstrak pekat kemudian diinjeksikan ke dalam kromatografi gas yang telah


dioptimasi.
Sumber : Bioakumulasi Senyawa Polihidrokarbon Aromatik (PAH) dalam Air laut,
plankton, Ganggang dan Ikan (Penelitian Lukitaningsih, 2010)
ANALISIS PAH PADA SAMPEL BIOTA (UDANG DAN
KEPITING)
Sampel biota dipisahkan cangkangnya dan ditimbang

Sampel ditambahkan natrium sulfat anhidrat dan dimaserasi selama 2x24 jam di atas
shaker.

Ekstrak kemudian disaring dan dievaporasi hingga volume 2-5 ml. dan diclean up
menggunakan kromatografi kolom fase diam alumina yang telah diaktivasi.

Masing-masing eluat kemudian dievapoirasi hingga volume 100 µl.

Eluat pekat kemudian diinjeksikan dalam kromatografi gas yang telah dioptimasi.

Sumber : Bioakumulasi Senyawa Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (PAHs) dalam Air laut,
Udang dan Kepiting (Penelitian Lukitaningsih, 2004)
04
DAMPAK PENCEMARAN LAUT
AKIBAT MINYAK BUMI
DAN PENANGANANNYA
Menurut Sulistyono, S. (2013), dampak dari limbah dalam bentuk tumpahan minyak
ini secara spesifik menunjukan pengaruh negatif yang penting terhadap lingkungan
pesisir dan perairan laut terutama:

Dampak langsung terhadap kegiatan


Dampak langsung dengan
perikanan termasuk pariwisata
organisme perairan
laut
Dampak lethal (kematian) Tainting (bau lantung)

Dampak sublethal
Budidaya
Dampak terhadap plankton

Dampak terhadap ikan migrasi Ekosistem


Menurut Sulistyono, S. (2013) Secara umum penanganan tumpahan minyak dilakukan dengan salah
satu atau ketiga metode sebagai berikut:

Penanganan Secara Fisika


• Menggunakan peralatan mekanik, dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan
pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat
pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki
ataupun balon

Penanganan Secara Kimia


• Menggunakan bahan kimia disperan. Awalnya metode ini kurang dikehendaki karena menimbulkan
kerusakan lingkungan. Namun, salah satu contoh dari dispersan yaitu corexit9500 yang
diproduksi oleh Exxon Energy Chemical sukses diaplikasikan untuk membersihkan
tumpahan minyak dari tabrakan kapal tanker Evoikos dan Orapin Global di Selat Malaka

Penanganan Secara Biologi


• Melakukan bioremediasi yaitu sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan
secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan
mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai