Anda di halaman 1dari 27

FITOKIMIA II

ALKALOID POLIASETAT

Kelompok 6
Aswin Gumelar A 142 015
Riryn Ryana A 141 027
Selly Diah Febriana A 142 014
1. Definisi Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung
substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk
cincin heterosiklik atau aromatis
2. Sifat fisikokima
2.1 Sifat fisika
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan
kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang
berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin
berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa
senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh
berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah).
Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam
pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan
protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid
quartener sangat larut dalam air
2.2 Sifat kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut
tergantung pada adanya pasangan elektron pada
nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh;
gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik
dan senyawa lebih bersifat basa.
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan
bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh
yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau
bahkan sedikit asam.
3. Klasifikasi Alkaloid
3.1 Sistem klasifikasi yang diterima, menurut
Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai
a. Alkaloid sesungguhnya.
b. Protoalkaloid.
c.Pseudoalkaloid.
Lanjutan
a. Alkaloid Sesungguhnya
Berasal dari asam amino
Bersifat basa
Atom N ada pada cincin heterosiklis
Terdapat dalam bentuk garam dengan asam organik
Contoh: atropin, morfin
b. Pseudoalkaloid:
Memiliki karakteristik seperti alkaloid tetapi tidak
berasal dari asam amino, misal cafein, alkaloid terpen
(aconitin: akaloid diterpen) dan alkaloid dari jalur
metabolisme asetat (coniin), sifat kebasaan rendah.

Aconitin Cafein
C. Protoalkaloid:
Amin sederhana dimana atom nitrogennya
bukan merupakan bagian dari cincin
heterosiklik, bersifat basa dan berasal dari asam
amino, misal meskalin.

Meskalin
3.2 Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid
dibedakan atas:
A. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik Dimana
atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang
termasuk pada golongan ini adalah :
1. Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin
karbon mengandung 1 atom nitrogen.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya
(N-CH3).

3. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen.

4. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.

6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen.

7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan
1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon.

9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak
yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin
dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino
fenilalanin atau tirosin
10. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen.
Biogenetik alkaloid
4. Identifikasi alkaloid
Prosedur Wall
20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol.
Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan
kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam
air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid
diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat.
Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara
larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke
dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan
dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung
alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan
adanya alkaloid quartener.
Prosedur King-Douglas

Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi


basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang
diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform,
ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi
hidrokloridanya dengan caramenambahkan asam
klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji
terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi
mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan
kandungan alkaloid
yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan
larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin.
5. Pereaksi alkaloid
Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit
berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan
menghasilkan endapan jingga.

Reaksi Mayer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel
ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning
bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap
dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung
pada rumus bangun alkoloidnya.

Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah
pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol
endapannya larut.
6. Isolasi
jaringan kering diekstraksi dengan asam asetat 10% dalam etanol,
biarkan sekurang-kurang 4 jam. Pekatkan ekstrak sampai volume
asal dan endapkan alkaloid dengan meneteskan NH 4OH.
Kumpulkan endapan dengan pemutaran sentrifuge, cuci dengan
NH4OH 1%. Larutkan sisa dalam beberapa tetes etanol atau
kloroform.
Kromatografi sebagian larutan pada kertas dapar sitrat dalam n-
butanol-larutan asam sitrat dalam air. Kromatografi sebagian lain
pada plat silika gel G dalam methanol-NH4OH pekat (200:3).
Deteksi adanya alkaloid pada kertas dan pelat, mula-mula dengan
flourensensi dibawah sinar UV, kemudian menggunakan tiga
penyemprot: pereaksi dragendrof, iodoplatinat, dan marquis.
Review Jurnal
JUDUL : SKRINING FITOKIMIA DAN IDENTIFIKASI
METABOLIT SEKUNDER SENYAWA KARPAIN PADA EKSTRAK
METANOL DAUN Carica pubescens Lenne & K. Koch DENGAN LC/MS
(Liquid chromatograph-tandem Mass Spectrometry
NAMA PENULIS : KHUSNUL KHOTIMAH LEMBAGA
PENERBIT : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
KARPAIN
karpain merupakan senyawa alkaloid bercincin
laktonat dengan tujuh kelompok rantai metilen.
Rumus struktur dari karpain adalah C28H50N2O4
terdiri dari dua substituen identik yakni cincin
piperidin berikatan dengan gugus ester.
BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

1. Bahan
Daun C. pubescens Lenne & K. Koch, methanol
p.a, nitrogen p.a, HCL pekat, bubuk Mg, pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendorff, amoniak, kloroform
p.a, FeCl3 10%, asam asetat, asam sulfat p.a, NaOH,
acetonitrile dan asam format.
2. Prosedur penelitian
a. Preparasi sampel
Sampel daun dicuci dan dikeringkan pada oven
dengan suhu 30oC selama 7 hari
B. Proses Ekstraksi
150 gram serbuk simplisia ditimbang kemudian di maserasi
dengan methanol 450 mL (2x). Kemudian di uapkan dengan
menggunakan vaccum rotary evaporator, Selanjutnya ekstrak
dipekatkan dan diinkubasi pada suhu 30 oC sampai pelarut habis
menguap.

C. Skrining Fitokimia
Uji Alkaloid
4 gram ekstrak ditambah klroform, tambahkan 10 mL
ammoniak dan kloroform, tambahkan asam sulfat 2N sebanyak
10 tetesk kocok. Lapisan atas dibagi kedalam 3 tabung reaksi,
dianalisis dengan pereaksi Mayer (+endapan putih),
Dragendorff (+ endapan merah jingga), dan Wagner (+ endapan
merah kecoklatan).
Uji Flavonoid
0,1 gram ekstrak dilarutkan dalam 10 mL methanol dibagi 4 tabung. Tabung pertama
sebagai blanko, tanung kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut ditambahkan NaOH,
H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCL pekat (+perubahan warna).
Uji Polifenol dan tannin
Ekstrak 1 mL direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 10% (+ biru tua/hitam
kehijauan).
Uji Saponin
10 mL ekstrak dikocok. (+ busa).
Uji Triterpenoid
Sampel ekstrak dilakukan uji Liberman-Burchard (+cincin violet).
Identifikasi senyawa karpain
Larutkan 3 gram ekstak kedalam 1 mL NaOH, panaskan pada suhu 80oC selama 2 jam.
Tambahkan HCL kedalam larutan hinggal pH 7-8. Tambahkan Acetoniril, kemudian
disentrifugasi pada 4.500 rpm selama 10 menit, saring dengan filter 0,2 m. Masukkan
pada autosampler untuk dianalisis. Elusi gradient dengan menggunakan linear gradient
system pelarut yang terdiri dari pelarut A (Air dengan 0,1% asam format), B (asetonitril
dengan 0,1% asam format). Kolom yang digunakan Hypersil Gold dan suhu
dipertahankan 40oC dengan volume injeksi 2m. Sampel dianalisis dengan MS pada
mode ESI (Elektro Spray Ionixation).
HASIL
Dari hasil dapat dibuktikan adanya golongan senyawa metabolit sekunder
seperti alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan triterpenoid.
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia
Uji Fitokimia Hasil Positif Menurut Pustaka Hasil
Alkaloid Endapan Jingga (Dragendroff ) +
Endapan putih (Mayer) ++
Endapan Kuning (Wagner) ++
Flavonoid Terjadi perubahan warna +
Saponin Ada busa bertahan selama 10 menit setinggi 10cm ++

Terpenoid Cincin kecoklatan atau violet ++


Tanin Terbentuk warna biru tua atau hitam kehijauan ++
Flavonoid
Penambahan HCL pekat dalam uji flavonoid digunakan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi
aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan H+ dari asam
karena sifatnya yang elektrofilik. Reduksi dengan Mg dan HCl Pekat menghasilkan senyawa
komplek yang berwarna merah atau jingga pada flavonol, flavon, flavanonol dan xanton.

Saponin
Senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif permukaan sehingga saat
saponin dikocok dengan air dapat membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap
ke luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap ke dalam, keadaan ini yang Nampak seperti
busa.

Tanin
Reaksi terjadi antara FeCl3 dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tannin,
yang menunjukkan adanya gugus tannin terkondensasi.

Alkaloid
Pada uji alkaloid dengan Mayer dan Wagner, nitrogen pada alkaloida bereaksi dengan ion K +
dari kalium tetraidomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloida. Pada pembuatan
pereaksi wagner, iodine bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide menghasilkan ion I3-.

Senyawa Karpain
Karpain terdeteksi pada menit ke 2,68 dengan berat molekul 479 Dalton. Pada fragmen 239,50-
240,50 puncak karpain muncul pada menit ke 2,69.
Kesimpulan
1. Hasil uji kualitatif skrining fitokimia mennjkkan
bahwa sampel tersebut positif memiliki kandungan
alkaloid, flavonoid, saponin polifenol dan tanin, serta
triterpenoid dan saponin.
2. hasil identifikasi senyawa karpain menunjukkan
bahwa jenis alkaloid pada Carica pubescens Lenne &
K. Koch merupakan senyawa karpain yang memiliki
berat molekul sebesar 479 Da.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai