Anda di halaman 1dari 28

Analisis Senyawa Golongan

Alkohol

Apt, Syarifah Nadia,S.Farm.,M.Si


P R O G R A M S T U D I S A R J A N A FA R M A S I
FA K U LTA S FA R M A S I
U N I V E R S I TA S T J U T N YA K D H I E N
Tujuan
• Agar mahasiswa mampu melakukan reaksi
identifikasi golongan alkohol,serta mampu
membedakan alkohol yang satu dengan yang
lainnya (terutama yang digunakan/berkaitan
dengan bidang farmasi), dengan
menggunakan pereaksi kimia tertentu
• Mengidentifikasi senyawa zat dari bahan yang
dipakai dalam farmasi terutama bahan obat-
obatan.
Definisi Alkohol dan Pembagian Alkohol
A. Definisi alkohol
Alkohol adalah suatu senyawa organik yang mempunyai gugus OH yang terikat
pada atom karbon dari rangkaian alifatis maupun rantai siklik.
B. Pembagian Alkohol

1. Berdasarkan Struktur
a. Alkohol Alifatis Contoh : Primer (etil alkohol), Sekunder (isopropil alkohol),
tersier (amylon hidrat) disebut Alkohol monovaen alifatis jenuh
b. Alkohol Aromatis Contoh : Benzil alkohol (jenuh) dan cinnamil alkohol (tak
jenuh)
c. Alkohol Siklik Contoh : Sekunder (menthol) dan tersier (terpenhydrat)

2. Berdasarkan jumlah gugus OH


a. Alkohol monovalent
b. Alkohol polyvalent
1. Alkohol monovalen yang cair, misalnya: metanol, etanol, propanol, iso
propanol, butanol, iso butanol, amil alkohol.
2. Alkohol monovalen yang berbentuk padat, misalnya mentol, klor
butanol, kloral hidrat.
3. Alkohol polivalen yang cair, misalnya etilen glikol, propilen glikol, gliserol
(gliserin).
4. Alkohol polivalen yang padat, misalnya: manitol dan sorbitol.

3. Berdasarkan letak gugus OH pada atom C yang mengikat


a. Alkohol primer : Etanol,metanol, propanol
b. Alkohol sekunder : Isobutil alkohol, isopropil
4. Berdasarkan keturunannya (jumlah atom C yang dikandung)
a. Alkohol rendah
b. Alkohol tinggi
C. Sifat-sifat alkohol
• Kelarutan
Umumnya mudah larut dalam pelarut polar
makin panjang atom C nya, makin sulit kelarutannya dalam air (atom C
banyak)
• Titik didih
- Alkohol monovalent mempunyai titik didih bertambah besar dengan
bertambahnya atom C
- Alkohol polivalen mempunyai titik didih bertambah besar dengan
bertambahnya gugus OH
• Indeks Bias
Makin banyak atom C, maka indeks bias makin tinggi
• Alkohol monovalen Mempunyai jumlah C1 – C10 pada suhu kamar berupa
cairan, sedangkan yang mempunyai atom C1 > C10 pada suhu kamar
berupa zat padat
• Alkohol polivalen Makin banyak gugus OH, titik lebur makin tinggi
Reaksi umum:
1. Reaksi azo (untuk alkohol mono dan polivalen).
Pereaksi:
Diazo A: larutan asam sulfanilat 0,5% dalam (30 ml HCl 4N + 70 ml air).
Diazo B: larutan NaNO2 9% dalam air.

Cara melakukan percobaan: Masukkan 2 tetes etanol atau larutan


sampel dalam air ke dalam tabung reaksi, tambahkan Diazo A dan
Diazo B (4:1 atau 1:1) dan 1-2 tetes NaOH 2N sampai bereaksi basa,
kocok, panaskan di penangas air maka akan terbentuk warna kuning
kemerahan sampai merah. Tambahkan 4 tetes amil alkohol, kocok,
warna tidak tertarik amil alkohol. (lapisan tidak berwarna). (untuk
golongan alkohol). Lakukan percobaan yang sama untuk gliserin, amati
dan catat hasilnya. Bandingkan hasil yang terjadi pada semua sampel
yang diperiksa.
2. Reaksi esterifikasi (untuk alkohol monovalen)
Pereaksi:
- Asam salisilat, Asam benzoat atau asam asetat.
-Asam sulfat pekat sebagai katalisator.
Cara melakukan percobaan:
3 tetes etanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan
sedikit kristal asam salisilat dan 1-2 tetes H2SO4 pekat, tutup
mulut tabung dengan kapas basah, panaskan dalam penangas
air selama 5 menit. Angkat dan encerkan dengan 1 ml air.
Cium baunya maka akan tercium bau gandapura (untuk etanol
dan metanol).
Percobaan diulangi dengan menggunakan asam benzoat atau
asam asetat. Amati dan catat baunya.
3.Reaksi cuprifil (untuk alkohol polivalen)
Pereaksi:Larutan CuSO4 2%, larutan NaOH 2 N
Cara melakukan percobaan:
Masukkan sedikit gliserin (atau larutan sampel dalam air) ke dalam tabung
reaksi, tambahkan 1 tetes larutan CuSO4 dan 2 -3 tetes larutan NaOH, akan
terbentuk larutan berwarna biru tua jernih. Panaskan, tidak terbentuk
endapan merah bata. Lakukan percobaan yang sama terhadap etanol, amati
dan catat hasilnya. Bandingkan hasil yang terjadi pada semua sampel yang
diperiksa.
4. Test dengan Borax (untuk alkohol polivalen)

Pereaksi: Larutan borax 1% dan larutan fenolftalein 0,2% dalam etanol 70%.

Cara melakukan percobaan : Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 tetes larutan


borax dan 1tetes larutan fenolftalein (larutan menjadi berwarna merah).
Tambahkan 2 tetes gliserin. Amati dan catat hasilnya. Lakukan percobaaan yang
sama terhadap etanol, amati dan catat hasilnya; bandingkan hasil pada semua
sampel
5.Reaksi Carletty (untuk alkohol polivalen)
Pereaksi: asam oksalat (kristal) Resorsin (kristal) H2SO4 pekat
Cara melakukan percobaan:
2 tetes gliserin bebas air (atau sedikit sampel padat)
diletakkan pada plat tetes, tambahkan sedikit kristal asam
oksalat dan sedikit kristal resorsin, aduk dengan batang
pengaduk, lalu tambahkan 1 tetes H2SO4 pekat, aduk, amati
dan catat hasil nya. Lakukan percobaan yang sama terhadap
etanol, amati dan catat hasilnya. Bandingkan hasil pada
semua sampel.
Test pendahuluan dan reaksi umum yang perlu
dilakukan untuk identifikasi alkohol antara lain
1. Test organoleptis (bentuk, bau, rasa dan warna)
2. Test kelarutan (dalam air atau dalam pelarut organik), kemudian uapkan
di atas penangas air.
3. Test nyala Beilstein: positif untuk kloreton, kloral hidrat
4. Reaksi Azo: positif untuk alkohol yang larut dalam air.
5. Reaksi esterifikasi dengan asam asetat, benzoat atau salisilat. Cium dan
bedakan baunya; positif untuk metanol dan etanol.
6. Reaksi Cuprifil: positif untuk alkohol polivalen.
7. Reaksi Carletty: positif untuk alkohol polivalen.
8. Reaksi dengan borax: positif untuk alkohol polivalen.
9. Reaksi Iodoform: positif untuk etanol
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh pada
test di atas, sesuai dengan monograf masing-masing alkohol yang
diduga.
MONOGRAFI

A. Aethanolum atau Etanol atau Alkohol 70%

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan - Dalam bidang
farmasi : sebagai pelarut untuk membuat tingtur, essens,
ekstrak dll. - Untuk sintesis : eter, iodoform, kloral, dll. - BM
: 46,07 - Rumus struktur : C2H5OH
Identifikasi:
1. Esterifikasi asam salisilat/benzoat/asetat (baunya)
-Asam salisilat : (+) gandapura/balsam/sangat lemah
-Asam benzoat : (+) frambosen/pisang ambon
-Asam asetat : (+) Cutex
2. Reaksi Iodoform
Cara melakukan:
5 ml larutan zat 0,5% ditambahkan 1 ml NaOH 0,1 N dan 2 ml
aqua iod setetes demi setetes (bila perlu panaskan di atas
penangas air), terbentuk endapan kuning dan tercium bau
iodoform.
3. Dengan penambahan 1 ml H2SO4 pekat dan 2 tetes K2Cr2O7
akan terbentuk warna hijau dan tercium bau asetaldehida.
Asetaldehida dapat ditest dengan penambahan natrium
nitroprusid yang mengandung piperidin atau piperazin akan
menghasilkan warna biru. Jika dibasakan dengan NaOH warna
berubah menjadi merah.
4. Reaksi Simon
Cara: campurkan 5 tetes zat dalam tabung reaksi dengan 1 ml
larutan KMnO4 1% dan 5 tetes H2SO4 encer, tutup tabung
dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan pereaksi (100
mg natrium nitroprusid dan 500 mg piperazin dilarutkan dalam 5
ml air, dibuat segar) akan terjadi pewarnaan biru pada kertas
(Dalam praktek, aldehid yang terbentuk ditest dengan kertas
saring yang sudah dibasahi dengan reagen Schiff, akan terbentuk
warna merah ungu)
B. Metanol (BM : 32,4)
Nama lain : Methyl Alkohol, (CH3OH).

Pemerian :
a. Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas (kasar, pedas tidak enak, toksik),
warna nyala tidak ada, kebiru-biruan, TD 64,70 C
b. Lebih toksik daripada etil alkohol/etanol
c. Tidak membentuk campuran azeotropik dengan air
d. Jika diminum mabuk lama sampai dengan kebutaan dan kematian (tergantung
dari volume yang diberikan) karena dalam tubuh , metanol tidak dioksidasikan
dengan sempurna hanya sampai HCOOH yang mengakibatkan kematian.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, alkohol, eter dan pelarut organik lainnya
Kegunaan metanol sebagai berikut :
-Pelarut misalnya dari schellac dsb
-Sebagai anti freeze radiator mobil
-Untuk mendenaturasikan etanol
-Untuk pembuatan formaldehid, metil salisilat, metil klorida
Identifikasi:
1. Jika 0,2 ml larutan sampel ditambahkan beberapa tetes
KmnO4 1% dan 2-3 tetes H2SO4 pekat, aduk, setelah
15menit tambahkan 2-3 tetes asam oksalat 5% dalam H2SO4
50% (sampai warna ungu hilang), lalu tambahkan 2 tetes
pereaksi Schiff akan terbentuk warna merah atau rosa.
2. Jika 1 tetes sampel ditambahkan 1 tetes larutan K2Cr2O7 dan
1 tetes H2SO4 akan terbentuk warna hijau.
3. Esterifikasi:
- Dengan penambahan asam benzoat dan H2SO4 pekat akan
terbentuk metil benzoat diidentifikasi dengan aroma pisang.
- Dengan penambahan asam salisilat dan H2SO4 pekat akan
terbentuk ester dengan aroma minyak gandapura. Pada
metanol, bau minyak gandapura lebih pekat dibandingkan
dengan etanol yang sedikit lemah
4. Dioksidasi dengan KmnO4 / H2SO4 pekat formaldehid Formaldehid
dapat ditentukan dengan asam kromatropat. Menghasilkan warna
ungu.
Cara melakukan:
Jika 1 tetes sampel ditambahkan 1 tetes H3PO4 5% dan 1 tetes
KmnO4 5% dalam tabung reaksi, setalah 1 menit kemudian
ditambahkan sedikit kristal NaHSO3, kocok sampai warna larutan
hilang (bila perlu ditambahkan 1 tetes H3PO4 dan NaHSO3). Lalu
ditambahkan 4 ml H2SO4 12 N dan sedikit kristal asam
kromatropat, kocok dan panaskan di atas penangas air (600 selama
10 menit) akan terbentuk warna ungu.
Reaksi ini negatif untuk etanol, propanol, iso propanol, normal
propanol, tertier butanol. Reaksi ini positif untuk gliserin yang akan
menghasilkan warna kuning berflorosensi hijau dan jika
ditambahkan furfural warna akan berubah menjadi kecoklatan.
5. Reaksi iodoform
Hasil reaksi : warna kuning jika diencerkan praktis
tidak hilang (lihat di bawah mikroskop)
C. Gliserin atau Gliserol

Pemerian : Cairan jernih, kental seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak
berbau, manis, diikuti rasa hangat di lidah, jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200 C, diuapkan tak
dapat kering, higroskopis, TD = 290 0 C
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, praktis tidak
larut kloroform, eter, minyak lemak
Kegunaan :
a. Mempunyai sifat menghaluskan maka dipakai dalam larutan air misal kulit
yang kasar
b. Sebagai pencahar dan juga dipakai sebagai pemanis dan pelarut
c. Sebagai pengawet untuk fermen-fermen dan vaksin-vaksin
d. Konsentrasi 25% sebagai antiseptik
e. Untuk membuat gliserol trinitrat dipergunakan sebagai vasolidator dan
pembuatan dinamit
Reaksi warna :
a. Reaksi Cuprifil
b. Reaksi Charlety
Identifikasi:
1. Pada cawan porselin panaskan 3 tetes zat dengan 0,1 g asam borat atau KHSO4
akan terbentuk uap akrolein (baunya merangsang). Uap akrolein dapat ditest
dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan 1 tetes natrium nitro prussid
5% dan 1 tetes piperidin 20% makan kertas saring akan berwarna biru gentian.
2. Campur 1 ml zat dengan 10 ml HNO3, hati-hati tambahkan 10 tetes larutan
K2Cr2O7 melalui dinding tabung maka pada batas larutan terbentuk cincin
biru, yang tidak berdifusi ke lapisan bawah.
3. Reaksi Cuprifil: 500 mg zat ditambahkan 1 ml natrium hidroksida 10% dan
beberapa tetes larutan CuSO4 akan terbentuk pewarnaan biru jernih (biru
tua). Pada pemanasan tidak terjadi endapan Cu2O.
4. Reaksi Carletty positif: yaitu zat bebas air ditambahkan sedikit kristal asam
oksalat, kristal resorsin dan teteskan beberapa tetes H2SO4 pekat makan akan
terjadi warna ungu kemerahan, jika diencerkan dengan air warna hilang.
5. Reaksi Muliken: yaitu 1 ml larutan zat ditambahkan 3 tetes larutan pirogalol
dan 1 ml H2SO4 pekat, panaskan di atas penangas air selama 2 menit,
dinginkan segera (di bawah aliran air) maka akan terbentuk ungu merah, jika
ditambahkan etanol maka warna akan beruba menjadi merah rosa dan lama
kelamaan menjadi tidak berwarna.
D. ETILEN GLIKOL

Pemerian: Cairan agak kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis.
Dapat bercampur dengan air dan allkohol.

Identifikasi: Reaksi-reaksi yang berlaku untuk alkohol Alifatis polivalen


umumnya positif.
1. Reaksi Carletty: zat bebas air ditambahkan kristal asam oksalat, kristal
resorsin dan beberapa tetes H2SO4 pekat akan terbentuk warna ungu.
2. Reaksi Muliken: positif
3. Dioksidasi dengan penambahan KmnO4 dan H2SO4 maka akan
dihasilkan glikol aldehid yang dapat ditunjukkan dengan:

- pereaksi Schiff
- ditambah resorsin dalam H2SO4 dan dipanaskan di atas penangas air
akan terbentuk warna merah
E. PROPILEN GLIKOL (Trimetilen glikol)

Cairan kental, tidak berbau, rasa manis agak pedas.


Dapat bercampur dengan air alkohol cair lain.

Identifikasi:
Reaksi yang berlaku untuk senyawa alkohol polivalen umumnya postif. 1. Reaksi
Cuprifil: positif.
2. Reaksi Akrolein: positif.
3. Reaksi Muliken: positif.
4.Reaksi Carletty: menghasilkan warna jingga coklat, lebih muda daripada etilen glikol.
5.Dioksidasi dengan HNO3 5% akan menghasilkan keton/asam keto propionat yang
dapat ditunjukkan dengan pereaksi Legal Rothera.
F. MANNITOL dan SORBITOL

Pemerian: Keduanya berupa kristal putih, tidak berbau, rasa manis.


Mannit: larut dalam 6 bagian air, sukar larut dalam Gugus fungsi C, H dan O
Alifatis, tidak dalam eter.
Sorbit: larut dalam 1 bagian air, 25 bagian Gugus fungsi C, H dan O Alifatis, tidak
larut dalam eter dan CHCl3.
Identifikasi:
Keduanya memberikan reaksi-reaksi terhadap Gugus fungsi C, H dan O Alifatis
polivalen positif (reaksi azo, Cuprifil, Carletty dan Mulliken).
Sorbitol agak higroskopis, jika larutan masing-masing zat diuapkan di atas
penangas air: mannit meninggalkan sisa (kristal kering), sorbitol meninggalkan
sisa cairan kental.
1. Reaksi Carletty: keduanya menghasilkan warna ungu tua.
2. Larutan sorbitol ditambahkan larutan KmnO4 berlebih dan 5 tts NaOH,
kemudian dipanaskan sebentar, kedalam larutan ditambahkan 5 tts larutan α
naftol dalam etanol dan perlahan-lahan ditetesi asam sulfat pekat, akan
terbentuk cincin berwarna ungu.
G. CHLORAL HIDRAT

Pemerian : Kristal tidak berwarna, bau merangsang, rasa pahit dan panas.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol dan eter, dalam 3 bagian CHCl3.

Identifikasi:
1. Larutan zat ditambahkan larutan natrium hidroksida akan terjadi kekeruhan karena
terbentuknya CHCl3.
2. Larutan zat ditambahkan larutan Na2S akan terjadi pewarnaan kuning yang lama
kelamaan menjadi merah selanjutnya terbentuk endapan merah.
3. Campur 1 ml larutan natrium hidroksida dengan 1 ml piridin, kocok lalu panaskan
dalam penangas air selama 2 menit (pereaksi tidak boleh berwarna). Ke dalam
pereaksi ini ditambahkan 1 ml larutan zat, kocok, panaskan di atas penangas air
maka pada lapisan piridin akan berwarna rosa atau merah. Hasil positif untuk klor
butanol, CHCl3, triklor etana, triklor etanol, dan triklor etilena.
4. Dipanaskan dengan beberapa tetes natrium hidroksida dan anilin akan tercium bau
isonitrtil.
5. Test Beilstein positif: terbentuk nyala hijau.
6. Larutan dalam air ditambahkan larutan AgNO3, tidak terbentuk endapan. Pada
campuran ditambahkan beberapa tetes larutan KOH dalam etanol, panaskan di atas
penangas air, asamkan dengan asam HNO3 akan terbentuk endapan putih.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
- Tabung reaksi SAMPEL REAGEN
-α-Naftol -H2SO4(p)
- Pipet tetes -Resorchinol -NaOH
- Spatula logam -β-Naftol -HNO3 (p)
-Nipagin -Iodium
- Lampu spritus -Nipasol -Formalin
- Cawan uap -Metanol -CuSO4
-Etanol -Diazo A dan
- Mikroskop -Asam Salisilat B
- Kapas basah -Asam Asetat -Resorsin
-Asam Benzoat
II. PROSEDUR/LANGKAH PERCOBAAN

1. Organoleptis:
- Dilakukan pengamatan organoleptis yang meliputi ; bentuk,
warna dan bau dari masing-masing zat
- Identifikasi dan catat hasil pengamatan
2. Kelarutan:
- Diuji kelarutan sampel dengan masing-masing pelarut
- Dicatat hasil pengamatan
3. Reaksi Umum
a. Reaksi esterifikasi Dengan (asam karboksilat, asam
benzoat, asam asetat dan asam salisilat) yang diperhatikan
bau esternya.
Cara : Zat dimasukkan ke dalam tabung reaksi + As. Karboksilat + H2SO4 (p)
Ditutup dengan kapas panaskan diatas waterbath tuang diatas air
dicium bau uapnya
Identifikasi aroma uap yang dihasilkan :
Methyl Salisilat : Minyak Gandapura
Ethyl asetat : Bau Cutex
Ethyl benzoat : Bau pisang ambon
b. Reaksi Diazo
Zat + Diazo A + Diazo B kemudian dibasakan dengan NaOH (Diazo A : Diazo B
yaitu 4:1) menghasilkan warna merah frambos
c. Reaksi iodoform Zat + Iodium + Basa (KOH, NaOH) warna kuning CHI3
d. Reaksi Cuprifil Larutan + CuSO4 + NaOH, hasil : biru tua, stabil dengan
pemanasan, tidak timbul endapan CuO
e. Reaksi Charlety Larutan + asam oksalat + resorsin + asam sulfat, Hasil
warna ungu violet kemudian ditambahkan air, Hasil : warna ungu hilang
dan ditambahkan kembali asam sulfat, Hasil : warna timbul kembali
f. Reaksi Marquish Zat + formalin + H2SO4 cincin warna

Anda mungkin juga menyukai