Anda di halaman 1dari 23

ALKOHOL

I. Judul Percobaan
Uji analisis kualitatif obat pada golongan alkohol.

II. Tanggal Percobaan


19 September 2016

III. Tujuan Percobaan


Mengidentifikasi senyawa zat dari bahan yang dipakai dalam farmasi terutama
bahan obat-obatan.

IV. Dasar Teori


A. Definisi Alkohol dan Pembagiannya
Alkohol adalahh suatu sennyawa organik yang mempunyai gugus OH yang
terikat pada atom karbon (C) dari rangkaian alifatis maupun rantai siklik.
Pembagian alkohol:
1. Berdasarkan struktur
a. Alkohol alifatis
Contoh: Etil alkohol (primer), Isopropyl alkohol (sekunder), Amylon
hidrat (tersier) biasa disebut dengan alkohol monovalen alifatis jenuh.
b. Alkohol aromatis
Contoh: Benzil alkohol (Jenuh) dan Cinnamylalkohol (Tak jenuh).
c. Alkohol siklik
Contoh: Menthol (sekunder) dan Terpenhydrat (tersier).
2. Berdasarkan jumlah gugus OH
a. Alkohol monovalent.
b. Alkohol polyvalent.
Jenis cairan: Glycerin, Ethylen glikol dan propylen glikol (2-3 gugus
OH).
3. Berdasarkan letak gugus OH yang mengikat atom C
a. Alkohol primer
Etanol, Methanol, Propanol, dll.
b. Alkohol sekunder
Isobutil alkohol, isopropanol.
c. Alkohol tersier
4. Berdasarkan keturunannya (jumlah atom C yang dikandung)
a. Alkohol rendah
b. Alkohol tinggi
B. Sifat-sifat Alkohol
 Kelarutan: Umumnya mudah larut dalam pelarut polar, makin besar
molekulnya makin baik larutannya dalam air (atom C banyak).
 Titik didih: Alkohol monovalent mempunyai titik didih bertambah
besar dengan bertambahnya atom C. Alkohol polyvalent mempunyai
titik didih bertambah besar dengan bertambahnya gugus OH.
 Makin banyak atom C, indeks bias semakin tinggi.
 Alkohol monovalent mempunyai jumlah atom C1-C10 pada suhu kamar
berupa cairan (zat cair), sedangkan yang mepunyai atom C1 > C10 pada
suhu kamar berupa padatan (zat padat).
 Alkohol polyvalent makin banyak gugus OH maka titik lebur makin
tinggi.
C. Pemisahan Alkohol
Pemisahan alkohol dilakukan dengan cara destilasi bertngkat, sisanya dikocok
dengan PAE dibagi dalam golongan yang larut dan yang tidak larut. Sisa
pengocokan dilarutkan dalam air.
Pemisahan dari Aldehid, Asam, Fenol, dan Keton
Tidak dapat langsung dipisahkan dengan destilasi, tetapi ditambah terlebih
dahulu dengan NaOH agar fenol dan asam membenuk fenolat dan garam yang
larut dalam air sehingga tidak ikut terdestilasi. Pada senyawa yang mengandng
gugus aldehid dan keton ditambahkan NaHSO3, maka akan terikat dan tidak
ikut terdestilasi.
D. Reaksi Umum Alkohol
1. Reaksi Diazo
Zat + Diazo A + Diazo B lalu basakan dengan NaOH perbandingan diazo
dan B (4:1) menghasilkan warna merah frambos.
Keterangan: beda dengan fenol, warna merah dari fenol umumnya ditarik
dengan eter/amil alkohol.
2. Esterifikasi dengan asam benzoat, asam asetat dan asam salisilat yang
diperhatikan bau esternya
Cara kerja: Alkohol + asam sareaklisilat/benzoat/asetat + asam sulfat
dipanaskan. Hasil kapas dicium baunya (tabung reaksi dan kapas yang
dibasahkan).
3. Reaksi Beackman
Zat + Asam Sulfat (H2SO4) + Kalium Bikromat
Primer: bau aldehid
Sekunder : bau keton
Tersier: adanya pemecahan rantai karbon atom C
4. Pereaksi Deniges
Alkohol tersier langsung memberikan endapan putih karena tereduksi.
5. Test Iodoform
Reaksi untuk alkohol monovalent
Prinsip: terbentuk warna kuning CHI3 antara alkohol yang mempunya soll
iodii dalam suasana alkalis.
6. Memeriksa alkohol polyvalent
a. Reaksi Cuprifil
Terjadi kompleks Cu yang jernih. Larutan dibasakan dengan NaOH +
1 tetes CuSO4 akan terbentuk kompleks Cu jernih.
b. Reaksi Landwerr
Zat + FeCl3 akan terbentuk warna kuning tua sampai coklat jingga.
7. Reaksi Etanol
a. Esterifikasi Asam Salisilat/Benzoat/Asetat (cium baunya)
Asam Salisilat: (-) gandapura atau balsam atau sangat lemah
Asam Benzoat: (+) frambos atau pisang Ambon
Asam Asetat: (+) balon tiup
b. Reaksi Iodoform
Sampel + NaOH + soll iodii aquosa kuning (lihat di bawah mikroskop)
dan warna kuning kenari.
8. Reaksi Methanol
a. Reaksi Gandapura
Disebut esterifikasi asam salisilat: bau ester balsam gandapura lebih
pekat atau jelas harumnya, dibandingkan etanol yang sedikit lemah
baunya.
b. Reaksi Iodoform
Hasil reaksinya terbentuk warna kuning jika diencerkan praktis tidak
hilang (lihat di bawah mikroskop).
c. Zat + asam sulfat + piperonal di waterbath (wb) terbentuk warna hijau
coklat
d. Zat + KOH + hidroksilamin HCl setelah dingin + asam sulfat 2N hasil
baunya HCN lalu lakukan reaksi biru berlin.
e. Reaksi Borat
Larutan borat panaskan di waterbath (wb) sampai kristal borat + asam
sulfat + methanol dibakar langsung tanpa batang korek api ikut
terbakar. Hasil pengamatannya adalah api berwarna hijau.
9. Reaksi Warna
a. Reaksi Cuprifil
Larutan + CuSO4 + NaOH. Hasil pengamatannya adalah biru tua,
stabil dengan pemanasan, tak timbul endapan CuO.
b. Reaksi Charlety
Larutan + asam oksalat + resorchin + asam sulfat. Hasil
pengamatannya adalah warna timbulkan kembali.

V. Tinjauan Pustaka
1. Monografi Etanol (Sumber: FI Edisi V, halaman 392)

HO
ethanol
Nama lain: Alcohol, Etil Alkohol
Rumus kimia: C2H5OH
BM: 46,07
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3%b/b dan tidak lebiih dari 93,8%
b/b, setara dengan tidak kurang dai 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v
C2H6O, pada suhu 15,56°.
Pemerian: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78°, mudah terbakar.
Kelarutan: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organik.
Bobot jenis: Antara 0,812 dan 0,816 lakukan penetapan pada suhu 15,56°
menunjukkan antara 92,3% b/b dan 93,8% b/b atau antara 94,9% v/v dan
96,0% v/v C2H6O.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
Pembuatan Etanol:
a. Cara Peragian
 Bahan yang sering digunakan melasa yang mengandung sukrosa.
 Bahan yang mengandung amylum seperti beras, kentang, dsb.
 Bahan yang mengandung selulosa seperti rumput.
 Peragian menghasilkan alkohol sekitar 6,5 – 8,5%
 Dengan cara destilasi bertingkat terdapat alkohol 95,6%, tak
mungkin secara ini terdapat alkohol yang lebih tinggi karena
larutan alkohol terdiri atas 95,6% etanol dan 4,4% H2O membentuk
larutan azeotropik (campuan dan titik didih tetap).
b. Penghidratan Etena
 Secara tak langsung: absorbsi etena dalam asam sulfat pekat,
disusul dengan hidrolisis dari campuran mono dan dietil sulfat
yang terjadi.
 Secara langsung: penghidratan dilakukan pada suhu kamar dengan
suhu 270°C - 300°C pada fase uap dengan katalisator asam fosfit
dan Al2O3.
c. Pembuatan Etanol Absolut
Larutan yang terdapat dari peragian mengandung 6,5% - 8,5% etanol.
Setelah didestilasi bertingkat terdapat suatu campuran azeotropik yang
terdiri atas 95,6% dan H2O4,4% (t.d 78,15°C):
Untuk membuat alkohol absolut dari campuran azeotropik ditempuh
dengan:
a. Memasak dengan kapur sirih (CaO) selama 6 jam. Pada destilasi
terdapat alkohol absolut.
b. Membubuhi benzen pada campuran azeotropik kemudian ternet ini
didestilasi.
 Pada 64,8°C terdapat campuran azeotropik yang terdiri atas
7,4% H2O; 18,5% etanol; 74,1% C6H6.
 Pada suhu 68,2°C keluar suatu campuran azeotropik yang
terdiri atas 32,6% etanol dan 67,4% C6H6, suhu tetap sampai
semua benzen sudah keluar
 Pada suhu 78,4°C keluar etanol absolut
Kegunaan Etanol:
a. Dalam bidang farmasi: sebagai pelarut untuk membuattingtur, esens,
ekstrak, dll.
b. Untuk sintesis: eter, iodoform, kloroform, kloral, dll.
c. Larutan alkohol 70% sebagai antiseptik karena mengkoagulasi albumin
dan menghentikan pertumbuhan dari organisme-organisme yang
mengakibatkan pembusukan, konsentrasilebih tinggi tidak efektif karena
tidak mematikan spora.
d. Dipakai sebagai pengawet pada produk biologi.

2. Monografi Methanol (Sumber: FI Edisi IV, halaman 1176)


OH
methanol
Nama lain: Methyl Alkohol
Rumus kimia: CH3OH
BM: 32,04
Pemerian: Cairan tidak berwarna, jernih; bau khas (kasar, pedas, tidak enak,
toksik); warna nyala tidak ada, kebiru-biruan; titik didih 64,7°C. Lebih toksik
daripada etil alkohol/etanol. Tak membentuk campuran zeotropik dengan air.
Kalau diminum mengakibatkan mabuk lama sampai kebutaan dan kematian
(tergantung dari volume yang diberikan) karena dalam tubuh, methanol tak
dioksidasikan dengan sempurna hanya sampai HCOOH yang mengakibatkan
kematian.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air, alkohol, eter dan pelarut organik
lainnya.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan:
a. Pelarut misalnya dari shellac, dsb,
b. Sebagai anti freeze radiator mobil.
c. Untuk mendenaturasikan etanol.
d. Untuk membuat formaldehid, metal salisilat, metal klorida.

3. Monografi Gliserin (Sumber: FI Edisi V, halaman 489)


OH

HO

OH
glycerin
Nama lain: Glycerin, Gliseol
Rumus kimia: C3H8O3
BM: 92,09
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C3H8O3.
Pemerian: Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap
lakmus.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Bobot jenis: Tidak kurang dari 1,249.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
Pembuatan: Pada penyabunan minyak (lemak), sintesis dalam teknik propena.
Kegunaan Gliserin:
a. Mempunyai sifat menghaluskan maka dipakai dalam larutan air misal kulit
yang kasar.
b. Sebagai pencahar dan juga dipakai sebagai pemanis dan pelarut.
c. Sebagai pengawet untuk fermen-fermen dan vaksin-vaksin.
d. Konsentrasi 25% sebagai antiseptik.
e. Untuk membuat gliseroltrinitrat digunakan sebagai vasodilator dan
pembuatan dinamit.

4. Monografi Asam Klorida (Sumber: FI Edisi V, halaman 149)


Nama lain: Hydrochloride Acid
Rumus kimia: HCl
BM: 36,46
Asam Klorida mengandung tidak kurang dari 36,5% b/b dan tidak lebih dari
38,0% b/b HCl.
Pemerian: Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan
dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih kuran 1,18.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

5. Monografi Asam Sulfat (Sumber: FI Edisi V, halaman 158)


Nama lain: Sulfuric Acid
Rumus kimia: H2SO4
BM: 98,07
Asam Sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 98,0%
b/b H2SO4. [Perhatian! Bila asam sulfat akan dicampur dengan cairan lain,
selalu tambahkan asam ke dalam cairan pengencer dan lakukan dengan
sangat hati-hati].
Pemerian: Cairan jernih seperti minyak; tidak berwarna; bau sangat tajam dan
korosif, bobot jenis lebiih kurang 1,84.
Kelarutan: Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan
panas.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

6. Monografi Asam Nitrat (Sumber: FI Edisi V, halaman 153)


Nama lain: Nitrate Acid
Rumus kimia: HNO3
BM: 63,01
Asam Nitrat mengandung tidak kurang dari 69,0% dan tidak lebih dari 71,0%
b/b HNO3. [Perhatian! Hindari kontak langsung, dapat merusak jaringan
dengan cepat].
Pemerian: Cairan berasap; sangat korosif; bau khas. Sangat merangsang.
Mendidih pada suhu lebih kurang 120°; bobot jenis lebih kurang 1,41.
Merusak jaringan hewan menjadi kuning.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

7. Monografi Asam Salisilat (Sumber: FI Edisi V, halaman 156)


HO

HO

O
SalicylicAcid
Nama lain: SalicylicAcid
Rumus kimia: C7H6O3
BM: 138,12
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian: Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus; putih;
rasa agak manis, tajam dan stabildi udara. Bentuk sintesis warna putih dan
tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan
atau merah muda dan berbau leah mirip mentol.
Kelarutan: Sukar larut dalam air dan dalam benzen, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Jarak lebur: Antara 158° dan 161°
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

8. Monografi Asam Asetat (Sumber: FI Edisi V, halaman 136)

HO

O
Acetic Acid
Nama lain: Acetic Acid
Rumus kimia: CH3COOH (C2H4O2)
BM: 60,05
Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0%
b/b C2H4O2.
Pemerian: Cairan; jernih tidak berwarna; bau khas, menusuk; rasa asam yang
tajam.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air, denga etanol dan dengan gliserol.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
9. Monografi Asam Benzoat (Sumber: FI Edisi V, halaman 144)
O

OH

Benzoic acid
Nama lain: Benzoate Acid
Rumus kimia: C7H6O2
BM: 122,12
Asam Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% C7H6O2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian: Hablur bentuk jarum atau sisik; putih; sedikit berbau, biasanya bau
benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah
menguap dalam uap air.
Kelarutan: Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform
dan dalam eter.
Jarak lebur: Antara 121° dan 123°
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

10. Monografi Natrium Hidroksida (Sumber: FI Edisi V, halaman 898)


Na+ OH-
sodium hydroxide
Nama lain: Sodium Hydroxide
Rumus kimia: NaOH
BM: 40,00
Natrium Hidroksida mengandung tidak kurang dai 95,0% dan tidak lebih dari
100,5% alkali total, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih
dari 3,0%. [Perhatian! Hati-hati dalam penanganan natrium hidroksida karen
merusak jaringan dengan cepat].
Pemerian: putih atau praktis putih, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan
hablur. Jika tepapar di udara, akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab.
Massa melebur, berbentuk pelet kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain.
Kelarutan: Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.

11. Monografi Kloroform (Sumber: FI Edisi V, halaman 696)


Cl

Cl

Cl
chloroform
Nama lain: Chloroform, Triklorometana
Rumus kimia: CHCl3
BM: 119,38
Kloroform mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 99,5%
CHCl3, sisanya terdiri dari alkohol. [Perhatian! Harus diperhatikan untuk
tidak menguapkan kloroform bila ada nyala, sebab akan terbentuk gas yang
berbahaya].
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna; mudah mengalir; mempunyai sifat
khas; bau eter; rasa manis dan membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang
61°, dipengaruhi oleh cahaya.
Kelarutan: Sukar larut dalam air; dapat bercampur dengan etanol; dengan eter,
dengan benzen, dengan heksan, dan dengan lemak dan minyak menguap.
Bobot jenis: Antara 1,476 dan 1,480 menunjukkan 99,0% - 99,5% CHCl3.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wada tertutup rapat, terlindung cahaya, pada
suhu tidak lebih 30°.

12. Monografi Magnesium Sulfat (Sumber: FI Edisi V, halaman 795)


Mg++ O

-O
S O-

O
magnesium sulfate
Nama lain: Magnesium Sulfate, Garam Inggris
Rumus kimia: MgSO4.H2O
BM: 138,36
Magnesium Sullfat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
100,5% MgSO4 yang dibuat anhidrat dengan pemijaran.
Pemerian: Hablur halus; tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum; rasa
dingin, asin dan pahit. Merekah dalam udara kering dan hangat.
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah larut dalam air;
mudah larut secara perlahan dalam gliserin; agak sukar larut dalam etanol.
pH: Antara 5,0 dan 9,2
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

VI. Alat dan Bahan


Alat:
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Cawan penguapan
 Kaca arloji
 Pipet tetes
 Korek api
 Plat tetes
 Beaker glass
 Lampu UV
 Waterbath
 Penjepit kayu
 Batang pengaduk
 Gelas ukur
Bahan:
 Sampel Etanol, Methanol, Gliserol
 Reagen kimia (kualitatif)
 pH universal
 Aquadest
 Kapas

VII. Cara Kerja


Sampel: Etanol, Methanol, dan Gliserol
1. Uji Organoleptis (menggunakan kaca arloji):
Pengamatan bentuk, warna, bau, dan rasa.
2. Uji Kelarutan (menggunakan tabung reaksi):
o Air  sampel ditambahkan air, amati kelarutan yang terjadi dalam air.
o Asam (dengan HCl)  sampel ditambahkan larutan asam (HCl) amati
kelarutan yang terjadi dalam asam tersebut.
o Basa (dengan NaOH)  sampel ditambahkan larutan basa (NaOH)
amati kelarutan yang yang terjadi dalam basa tersebut.
o Pelarut organik (dengan Etanol)  sampel ditambahkan larutan
organik (Etanol) amati kelarutan yang terjadi dalam pelarut organik
tersebut.
3. Cek pH (menggunakan pH universal):
Kelarutan air dioleskan dengan bantuan batang pengaduk ke pH universal 
cek pH nya.
4. Uji Flourosensi (menggunakan plat tetes):
Perlakuan sama seperti kelarutan. Diamati di bawah lampu UV.
5. Uji Pyrolisa (menggunakan cawan penguapan):
Diamati api pembakaran dan sisa dari pembakaran.
(misalnya; menyala api hijau dan tidak berarang)
6. Uji Reaksi Warna (menggunakan tabung reaksi):
Dengan H2SO4, HCl, HNO3, FeCl3,  amati perubahan warna yang terjadi.
7. Uji Reaksi Diazo (menggunakan tabung reaksi):
Sampel + Diazo A + Diazo B ad basa (4:1)  amati perubahan warnanya.
8. Uji Reaksi Deniges (menggunakan tabung reaksi):
Sampel + MgSO4  amati perubahan warnanya.
9. Uji Reaksi Iodoform (menggunakan tabung reaksi)
Sampel + Iodium + NaOH ad basa  amati perubahan warnanya.
10. Uji Reaksi Landwher (menggunakan tabung reaksi):
Sampel + FeCl3  amati perubahan warnanya.
11. Uji Reaksi Cuprifil (menggunakan tabung reaksi):
Sampel + (CuSO4 + NaOH)  amati perubahan warnanya.
12. Uji Reaksi Charlety (menggunakan cawan penguapan)
Zat + resorchin + gliserin + asam sulfat  violet merah (biru ungu) hilang
pada pengenceran dengan air.
13. Uji Reaksi Borat
14. Uji Reaksi Khusus (menggunakan tabung reaksi):
Reaksi Esterifikasi
o Esterifikasi Salisilat:
Sampel + Asam Salisilat + H2SO4 (Pekat)  tutup dengan kapas basah,
dipanaskan di atas kompor dengan beaker glass yang berisi air  cium
bau kapasnya
o Esterifikasi Benzoat:
Sampel + Asam Benzoat + H2SO4 (Pekat)  tutup dengan kapas basah,
dipanaskan di atas kompor dengan beaker glass yang berisi air  cium
bau kapasnya
o Esterifikasi Asetat:
Sampel + Asam Asetat + H2SO4 (Pekat)  tutup dengan kapas basah,
dipanaskan di atas kompor dengan beaker glass yang berisi air  cium
bau kapasnya

VIII. Hasil Pengamatan


Pengamatan Etanol Metanol Gliserol
Organoleptis
Bentuk Cair Cair Cair agak kental
Warna Agak keruh Tidak berwarna Tidak berwarna
Bau Khas Khas Tidak berbau
Rasa Dingin Dingin Tidak berasa
Kelarutan
Air Larut Larut Larut
Asam (HCl) Larut Larut Larut
Basa (NaOH) Larut Larut Larut
Pelarut organik Larut Larut Tidak larut
Cek pH 6,00 6,00 2,00
Flourosensi
Padat Tidak Tidak Tidak
berfluorosensi berfluorosensi berfluorosensi
Air Berfluorosensi Tidak Berfluorosensi
biru berfluorosensi biru
Asam Tidak Tidak Tidak
berfluorosensi berfluorosensi berfluorosensi
Basa Tidak Tidak Tidak
berfluorosensi berfluorosensi berfluorosensi
Pyrolisa Warna api biru, Warna api lebih Tidak menyala
dominan berwarna biru
merah
Reaksi Warna
H2SO4 Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
(encer)
HCl Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak berwarna
(agak kental)
HNO3 Kuning stabilo Tidak berwarna Tidak berwarna
FeCl3 Kuning Extrajoss Kuning Extrajoss Kuning
Reaksi Diazo Kuning bias Kuning bias Kuning bias
Reaksi Deniges - - -
Reaksi Iodoform Kuning Kuning Putih keruh
Reaksi Landwher Kuning Kuning Kuning
Reaksi Cuprifil Biru langit Hijau kebiruan biru
Reaksi Charlety Ungu Ungu Ungu
Reaksi Borat - - -
Reaksi Khusus
(Reaksi
Esterifikasi)
Esterifikasi Bau khas etanol Bau gandapura Tidak berbau
Salisilat
Esterifikasi Bau gandapura Bau gandapura Bau khas pisang
Benzoat ambon
Esterifikasi Asetat Bau balon tiup Bau balon tiup Bau balon tiup
(lemah)

IX. Pembahasan
a. Uji organoleptis merupakan suatu uji pendahuluan yang sering sekali
dilakukan karena prosedurnya sederhana. Uji organoleptis ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi suatu zat terutama senyawa yang memiliki ciri khas
dalam bentuk, warna, bau, dan rasa. Uji organoleptis ini dilakukan dengan
cara mengamati bentuk dan warna sampel etanol, metanol, dan gliserol secara
visual, mencium baunya, melihat bentuknya dan merasakan rasanya dikulit.
Berdasarkan uji organoleptis,
 Etanol memiliki bentuk cair, berwarna agak keruh, berbau khas dan
memiliki rasa dingin.
 Metanol memiliki bentuk cair, tidak berwarna, berbau khas, dan
memiliki rasa lebih dingin.
 Gliserol memiliki bentuk cair agak kental, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa.

b. Uji kelarutan dilakukan untuk mengetahui suatu senyawa bisa larut di dalam
pelarut apa dan untuk mengetahui sifat kelarutan senyawa tersebut. Untuk
menguji kelarutan dari etanol, metanol, dan gliserol digunakan pelarut
Aquades (air), HCl encer (asam), NaOH (basa) dan Alkohol (pelarut organik).
Hasil kelarutan dari pengujian yang dilakukan adalah,
 Etanol larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organik (kloroform).
 Metanol larut dalam air, asam, basa, dan pelarut organik (kloroform).
 Gliserol larut dalam air, asam, dan basa. Tetapi tidak larut dalam
pelarut organik.

c. Cek PH dilakukan untuk mengetahui besarnya PH dari etanol, metanol, dan


gliserol. Pengecekan PH dilakukan menggunakan PH universal dengan cara
batang pengaduk dicelupkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan etanol,
metanol, dan gliserol dalam air, lalu di oleskan pada PH universal yang telah
disediakan dan hasil yang didapatkan adalah PH 6,00 untuk etanol, PH 6,00
untuk metanol, dan PH 2,00 untuk gliserol.

d. Uji flourosensi dilakukan untuk mengetahui bahwa etanol, metanol, dan


gliserol mengalami flourosensi atau tidak setelah di sinari UV. Flourosensi
disebabkan oleh absorbsi energi radiasi dan emisi kembali (pemancaran
kembali) sebagian dari energi ini dalam bentuk cahaya tampak. Cahaya yang
diemisikan hampir selalu mempunyai panjang gelombang lebih dari pada yang
diabsorbsi (Basset,1994). Suatu senyawa yang menyerap cahaya yang berada
dalam rentang panjang gelombang cahaya tampak akan terlihat berwarna, bila
senyawa yang sama memancarkan cahaya pada suatu panjang gelombang
yang berlainan senyawa itu akan tampak berwarna dua atau berflourosensi
(Fessenden dan Fessenden, 1999). Uji fluorosensi dilakukan dengan cara
masing-masing zat yang telah dilarutkan dengan air , asam dan basa diletakkan
didalam plat tetes. Tidak hanya zat yang telah dilarutkan saja, akan tetapi zat
padat pun diletakkan diatas plat tetes untuk diuji flourosensinya. Setelah
semua zat diletakkan diatas plat tetes kemudian dilakukan pengujian dengan
meletakkan plat tetes tersebut didalam Hand help UV Lamp pada panjang
gelombang 254nm. Dan hasil menunjukan bahwa,
 Etanol : Pada bentuk padat, asam, dan basa tidak berfluorosensi, hanya
pada bentuk air berfluorosensi (biru) dalam sinar UV.
 Metanol : Pada bentuk padat, air, asam, dan basa tidak berfluorosensi
dalam sinar UV.
 Gliserol : Pada bentuk padat, asam, dan basa tidak berfluorosensi,
hanya pada bentuk air berfluorosensi (biru) dalam sinar UV.

e. Dilakukan Uji pyrolisa untuk mengetahui perubahan wujud dari senyawa-


senyawa tersebut apabila di bakar. Cara melakukan pengujian pyrolisa adalah
dengan meletakkan satu sendok serbuk aminopylin dan coffein kedalam dua
buah cawan penguap (terpisah), kemudian dibakar serbuk tersebut dengan
menggunakan korek api. Hasil yang perubahan bentuk yang ditunjukkan
adalah,
 Etanol : Warna api biru namun dominan merah.
 Metanol : Warna api lebih biru.
 Gliserol : Tidak menyala

f. Uji Reaksi Warna


Etanol : tidak berwarna dalam asam sulfat, asam klorida, terjadi reaksi cepat
kuning stabilo pada asam nitrat.
Metanol : tidak berwarna dalam asam sulfat, asam klorida, asam nitrat.
Gliserol : tidak berwarna dalam asam sulfat, asam klorida, asam nitrat.
Reaksi Diazo :
1. Etanol : larutan berwarna kuning bias.
Mekanisme reaksi diazo terhadap etanol :
HSO3 HSO3

+ NaNO2 + HCL

NH2 N N+ CL-

HSO3 HSO3

+ CH3CH2OH

N N+ CL- NH3 N CH2 CH2OH

2. Metanol : larutan berwarna kuning bias.


Gliserol : larutan berwarna kuning bias

Reaksi Iodoform :

1. Etanol : larutan berwarna kuning.


Mekanisme reaksi iodoform terhadap etanol:
I2 + 2 NaOH NaOH + NaI + H2O

CH3 CH CH3 + NaOI CH3 C CH3 + NaI + H2O

OH O
CH3 CH 3 NaOI CH3 C CI3 + 3 NaOH

O O
CH3 CH CI3 + NaOH CH3 C ONa + CHI3
(iodoform endapan kuning)
O O

2. Metanol : larutan berwarna kuning.


3. Gliserol : larutan berwarna putih keruh.
Reaksi Landwher/ FeCl3 :

1. Etanol : Kuning.
2. Metanol : Kuning.
3. Gliserol : Kuning.

Reaksi Cuprifil :

1. Etanol : larutan biru muda/biru langit.


2. Metanol : larutan hijau kebiruan.
3. Gliserol : larutan biru.

Reaksi Charlety :

1. Etanol : larutan warna ungu.


2. Metanol : larutan warna ungu.
3. Gliserol :larutan warna ungu.

Esterifikasi Salisilat :

1. Etanol : bau khas etanol.


2. Metanol : bau khas gandapura.
3. Gliserol : tidak berbau.

Esterifikasi Benzoat :

1. Etanol : bau gandapura.


2. Metanol : bau gandapura.
3. Gliserol :bau pisang ambon.

Esterifikasi Asetat :

1. Etanol : bau balon tiup, lebih menyengat dari metanol (kuat)


Reaksi esterifikasi asetat terhadap etanol :

CH3CH2OH + CH3COOH CH3COOH2CH3 + H2O


(senyawa ester)
2. Metanol : bau balon tiup tidak semenyengat etanol
Gliserol :bau balon tiup lemah
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa uji analisis kualitatif dapat
mengidentifikasi senyawa zat dari bahan yang dipakai dalam farmasi terutama
bahan obat-obatan.
Seperti pada percobaan uji analisis kualitatif alkohol maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Identifikasi alkohol secara umum antara lain organoleptis, kelarutan, pH,
flourosensi, pyrolisa, reaksi warna, dan beberapa reaksi khusus.

XI. Dokumentasi
Pyrolisa

Pada Gliserol Pada Etanol dan Metanol


Reaksi Warna
H2SO4 Metanol (+HCL, +HNO3, +H2SO4, +FeCl3)
HCL Etanol (+HCL, +HNO3, +H2SO4, +FeCl3)
XII.

HNO3 Gliserol(+HCL, +HNO3, +H2SO4, +FeCl3)


XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
XX.
XXI.

Reaksi DiazoReaksi Iodoform


XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI. \

1. Metanol 1. Etanol
2. Etanol 2. Metanol
3. Gliserol 3. Gliserol
Reaksi Landwher/FeCl3

Reaksi Cuprifil:

Reaksi Charletty

Etanol Metanol Gliserol

Anda mungkin juga menyukai