PENDAHULUAN
Dalam studi bidang farmasi pada lazimnya praktikum identifikasi obat diarahkan
pada pengenalan senyawa obat yaitu semua pengetahuan tentang analisis.
Dalam makalah ini akan membahas analisa secara kualitatif terhadap golongan
alkohol.
Sistematika dalam analisis obat yang pertama-tama diperiksa adalah sifat fisika
secara kualitatif yaitu:
1. Organoleptis (bentuk, bau, rasa, warna)
2. Kelarutan (air, asam, basa, pelarut organic)
3. Fluoresensi
4. Pyrolisa
5. Reaksi Warna
6. Reaksi Kristal
Identifikasi secara kualitatif dimaksudkan supaya mahasiswa mampu
mengidentifikasi senyawa obat dari suatu golongan obat berdasarkan gugus
fungsi dan terapeutiknya.
1.2 TUJUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
Pembagian alkohol
1. Berdasarkan struktur
a. Alkohol alifatis
contoh : primer (etil alkohol), sekunder (isopropil alkohol), tersier (amylon hidrat)
disebut : alkohol monovalen alifatis jenuh
b. Alkohol aromatis
Contoh : Benzil alkohol (jenuh), dan Cinnamylalkohol (tak jenuh)
c. Alkohol siklik
contoh : sekunder (menthol), dan tersier (terpenhydrat)
2. Berdasarkan jumlah gugus OH
a. Alkohol monovalen
b. Alkohol polyvalen
Jenis cairan : Glycerin, Ethylen glikol dan propylen glikol (2-3 gugus OH)
3. Berdasarkan letak gugus OH pada atom C yang mengikat
a. Alkohol primer
Etanol, metanol, propanol, dll
b. Alkohol sekunder
Iso butil alkohol, iso propano
c. Alkohol tersier
4. Berdasarkan keturunannya (jumlah atom C yang dikandung)
a. Alkohol rendah
b. Alkohol tinggi
2
Sifat-sifat Alkohol
Kelarutan : umumnya mudah larut dalam pelarut polar, makin besar
molekulnya makin baik larutannya dalam air (atom C banyak)
Titik didih : alkohol monovalen mempunyai titik didh bertambah besar dengan
bertambahnya atom C, alkohol polyvalen mempunyai titik didih bertambah
besar dengan bertambahnya gugus OH
Makin banyak atom C, maka indeks bias makin tinggi
Alkohol monovalen mempunyai jumlah atom C1-C10 pada suhu kamar
berupa cairan, sedangkan yang mempunyai atom C1 > C10 pada suhu kamar
berupa zat padat
Alkohol polyvalen makin banyak gugus OH titik lebur makin tinggi
Pemisahan Alkohol
Pemisahan alkohol dilakukan dengan cara destilasi bertingkat, sisanya dikocok
dengan PAE dibagi dalam golongan yang larut dan yang tidak larut. Sisa
pengocokan dilarutkan dalam air.
3
Cara Kerja : Alkohol + asam salisilat/benzoat/asetat + asam sulfat dipanaskan.
Hasil kapas dicium baunya
c. Dengan reaksi Beackman
zat + H2SO4 + K.Bicromat
Primer : bau aldehid
Sekunder : bau keton
Tersier : adanya pemecahan rantai karbon atom C
d. Dengan pereaksi Deniges
Alkohol tersier langsung memberikan endapan putih karena tereduksi
e. Test Iodoform
Reaksi untuk alkohol monovalen
Prinsip : terbentuk warna kuning CHI 3 antara alkohol yang mempunyai sol iodi
dalam suasana alkalis
f. Memeriksa alkohol polyvalen
Reaksi Cuprifil
Terjadi kompleks Cu yang jernih. Larutan dibasakan dengan NaOH + 1 tetes
CuSO4terbentuk kompleks Cu jernih
Reaksi landwerr
Zat + FeCl3 : kuning tua sampai coklat jingga
2.2 MONOGRAFI
2.2.1 Aethanolum (C2H5OH)
Nama lain : etanol, etil alkohol, alkohol 70% ; BM : 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 780, mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organik
Pembuatan etanol :
a. Cara Peragian
Bahan yang sering digunakan melasa yang mengandung sukrosa
Bahan yang mengandung amylum seperti beras, kentang, dsb
Bahan yang mengandung selulosa seperti rumput
4
Peragian menghasilkan alkohol sekitar 6,5-8,5%
Dengan cara destilasi bertingkat terdapat alcohol 95.6%, tak mungkin secara
ini terdapat alcohol yang lebih tinggi karena larutan alkohol terdiri atas 95.6%
etanol dan 4.4%H2O membentuk larutan azeotropik (campuran dan titik didih
lengkap)
b. Penghidratan etena
Secara tidak langsung : absorbsi etena dalam asam sulfat pekat, disusul dengan
hidrolisis dan campuran mono dan dietil sulfat yang terjadi
Secara langsung : penghidratan dilakukan pada suhu kamar dengan suhu 270 0C
– 3000C pada fase uap dengan katalisator asam fosfit Al 2O3
5
d. Dipakai sebagi pengawet pada produk biologi
Reaksi etanol
a. Esterifikasi asam salisilat/benzoate dan asam asetat (cium baunya)
Asam salisilat : (-) gandapura atau balsam atau sangat lemah
Asam benzoate :+ frambiosen/pisang ambon
Asam asetat : + cutex
b. Reaksi iodoform
Sampel + NaOH + soll iodi aquosa (lihat bawah mikroskop) dan warna : + kuning
kenari
2.2.2 Methanol
Nama lain : methyl alcohol, BM : 32,4
Pemerian :
a. Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas (kasar :pedas tidak enak,toksik) warna
nyala tidak ada, kebiru-biruan TD 64,70C
b. Lebih toksik daripada etanol
c. Tak membentuk cairan azeotropik dengan air
d. Kalau diminum : mabuk lama s.d kebutaan dan kematian (tergantung dari volume
yang diberikan) karena dalam tubuh methanol tak dioksidasikan dengan
sempurna hanya sampai HCOOH yang mengakibatkan kematian.
e. Kegunaan methanol sebagai berikut :
Pelarut misalnya dari shellac tab
Sebagai anti freeze radiator mobil
Untuk mendenaturasikan etanol
Untuk pembuatan : formaldehid, metal salisilat, metal klorida
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, alcohol , eter dan pelarut organic
lainnya.
Reaksi methanol
a. Reaksi gandapura
Disebut esterifikasi asam salisilat : bau ester balsam gandapura lebih pekat/jelas
harumnya, dbanding etanol yang baunya lemah
b. Reaksi iodoform
Hasil reaksi : warna kuning jika diencerkan praktis tidak hilang (lihat dibawah
mikroskop)
6
c. Zat + asam sulfat + piperonal di WB hasil : hijau coklat
d. Zat + KOH + hidroksilamin HCL setelah dingin + sam sulfat 2N hasil baunya HCN
lalu lakukan reaksi biru berlin
e. Reaksi borat
Larutan borat panaskan WB ad Kristal borat + asam sulfat + methanol dibakar
langsung tanpa batang korek api ikut terbakar : hasil pengamatan : api hijau
Reaksi warna
Reaksicuprifil
Larutan + CuSO4 + NaOH,hasil : biru tua , stabil dengan pemanasan ,tak timbul
endapan CuO.
Reaksi Charlety
Larutan + asam oksalat + resorcin + asam sulfat,Hasil : ungu violet kemudian di +
kan air, hasil :warna ungu hilang ,dan diberikan kembali asam sulfat ,Hasil : warna
timbul kembali.
7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Farmasi
Hasil Pengamatan
Cara Kerja
Etanol Metanol Gliserol
ORGANOLEPTIS
KELARUTAN
8
Pelarut organik Tidak Larut Tidak Larut Tidak Larut
Cek pH kelarutan 6 5 5
FLUORESENSI
Padat - - -
RX. WARNA
Esterifikasi
S + As. Salisilat + bau gandapura
Bau alkohol Bau lem
H2SO4 lemah
Endapan putih
S + As. Benzoat Bau seperti rootbeer Bau seperti terbakar
bau pisang ambon
Larutan Jernih Larutan Jernih Larutan Jernih
S + As. Asetat
bau kutex Bau Cuka Kuat Bau Cuka Kuat
RX DENIGES
9
+MgSO4 Bening Bening Bening
Tes Iodoform
Reaksi Cuprifil
Larut
Z + NaOH + Endapan Hijau Endapan Hijau
Warna Biru tua
CuSO4 Tosca Tosca
Jadi Hijau tua
Reaksi Charlety
Reaksi Landwher
Reaksi Borat
10
3.5 Pembahasan
11
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Organoleptis
a. Etanol : larut
5. Reaksi Charlety
a. Etanol : bening
12
b. Metanol: bening
c. Gliserol : bening
DAFTAR PUSTAKA
1. Auterhoff & Khofar, 1981, Identifikasi Obat , terbitan kelima : ITB, 2002
13
LAMPIRAN
14
3. S (Etanol, Metanol, Gliserin) +as. borat
15
4. S (Metanol, Etanol, Gliserin) + FeCl3
16
5. S (etanol, metanol, gliserin) + MgSO4
17