dan Karbohidrat
LOKAL A TINGKAT II
JURUSAN FARMASI
b. Reaksi Etanol
1. Esterifikasi Asam Salsilat/Asam Benzoat/Asam Asetat (cium baunya)
Etanol + Asam Salisilat + H2SO4 → Etil Salisilat (bau gandapura atau balsam)
Etanol + Asam Benzoat + H2SO4 → Etil Benzoat (bau pisang ambon)
Etanol + Asam Asetat + H2SO4 → Etil Asetat (bau pembersih kutex)
2. Reaksi Iodoform
5 ml larutan zat 0.5% + 1 ml NaOH 0.1 N dan 2 ml aqua iod setetes demi setetes
(lihat di bawah mikroskop): terlihat warna kuning kenari menunjukkan hasil
positif.
3. Dengan Reaksi Beackman
beberapa tetes sampel + 1 ml H2SO4 + 2 tetes kalium dikromat → terbentuk warna
hijau dan tercium bau asetaldehida.
2. Metanol
Nama Lain : methyl alkohol, BM : 32,4.
Pemerian :
a. Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas (kasar : pedas tidak enak,toksik), warna
nyala tidak ada, kebiru-biruan TD 64,7°C.
b. Lebih toksik daripada etil alkohol/etanol
c. Tak membentuk campuran azeotropik dengan air
d. Kalau diminum : mabuk lama s.d kebutaan dan kematian (tergantung dari volume
yang diberikaan) karena dalam tubuh metanol tak dioksidasikan dengan sempurna
hanya sampai HCOOH yang mengakibatkan kematian.
Kegunaan metanol sebagai berikut :
a. Pelarut misalnya dari shellac dsb
b. Sebagai anti freeze radiator mobil
c. Untuk mendenaturasikan etanol
d. Untuk pembuatan : formaldehid, metil salisilat, metil klorida
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, alkohol, eter dan pelarut organik lainya.
Reaksi Mentanol
a. Esterifikasi dengan Asam Salisilat/Asam Benzoat
Metanol + Asam Salisilat + H2SO4 → Metil Salisilat (bau gandapura lebih pekat
daripada etanol)
Metanol + Asam Benzoat + H2SO4 → Metil Benzoat (bau pisang ambon)
b. Reaksi Iodoform
5 ml larutan zat 0.5% ditambahkan 1 ml NaOH 0.1 N dan 2 ml aqua iod setetes
demi setetes (lihat di bawah mikroskop): terlihat warna kuning, jika diencerkan
praktis tidak hilang.
c. Dengan Reaksi Beackman
1 tetes sampel + 1 tetes H2SO4 + 1 tetes lar. kalium dikromat → terbentuk warna
hijau.
d. Zat + asam sulfat + piperonal di WB hasil : hijau coklat
e. Zat + KOH + hidroksilamin HCl setelah dingin + asam sulfat 2 N hasil
baunya HCN lalu lakukan reaksi biru berlin
f. Reaksi Borat
Larutan Borat panaskan WB ad kristal borat + asam sulfat + metanol dibakar
langsung tanpa batang korek api ikut terbakar : Hasil pengamatan : api hijau
3. Gliserol
Nama Lain : Gliserol
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis, diikuti
rasa Hangat dilidah, jika disimpan berapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai
lebih kurang 20°, diuapkan tak dapat kering. Higroskopis, t.d 290°C
Kegunaan :
a. Mempunyai sifat menghaluskan maka dipakai untuk mengatasi kulit yang kasar
b. Sebagai pencahar dan juga dipakai sebagai pemanis dan pelarut
c. Sebagai pengawet untuk fermen-fermen dan vaksin-vaksin
d. Konsentrasi 25% sebagai anti septik
e. Untuk membuat gliserol trinitrat dipergunakan : sebagai vasodilator dan
pembuatan dinamit.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, praktis tidak larut
kloroform, eter, minyak lemak.
Reaksi warna
a. Reaksi Cuprifil
Masukkan sampel (gliserin) ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1-2 tetes NaOH dan 1
tetes larutan CuSO4, akan terbentuk larutan biru tua jernih, stabil dengan pemanasan
& tak timbul endapan CuO
b. Reaksi Charlety
Larutan + asam oksalat + resorchin + asam sulfat, Hasil : ungu violet kemudian di +
kan air, hasil : warna ungu hilang, dan diberikan kembali asam sulfat, hasil : warna
timbul kembali.
c. Reaksi Landwerr
Zat + FeCl3 → kuning tua sampai coklat jingga. 1 ml sampel + 10 ml HNO3 + 10 tetes
lar. kalium dikromat melalui dinding tabung maka pada terbentuk cincin biru yang
tidak berdifusi ke lapisan bawah
d. Test dengan Borat
Pereaksi: larutan borat 1% dan larutan fenolftalein 0.2% dalam etanol 70%
Cara kerja: Masukkan 1-2 tetes lar.borat dan 1-2 tetes lar.fenolftalein, lalu + beberapa
tetes NaOH sampai larutan berwarna merah rosa. Lalu + glierin atau alkohol polivalen
lainnya maka warna merah akan berkurang/hilang.
d. Hasil pengamatan
Berdasarkan teori di atas maka pengamatan yang diperoleh adalah sbg berikut:
e. Pembahasan
Berdasarkan data pada tabel, dari pengamatan organoleptis pada ketiga
sampel semuanya berbentuk cairan; warna ketiga sampel jernih/tidak berwarna; bau
pada etanol dan metanol berbau khas, sementara gliserol tidak berbau; rasa pada etanol
dan metanol memberi sensasi terbakar atau pedas pada lidah, sementara gliserol manis
dan hangat di lidah. Dari segi kelarutan, ketiga sampel dapat larut/tercampur dengan
air; ketiga sampel juga larut pada asam maupun basa; etanol dan metanol dapat
larut/tercampur dengan pelarut organik, sementara gliserol tidak.
Dari segi reaksi warna, ketiga sampel memberikan ke-khas-an nya
tersendiri ketika bereaksi. Tidak semua reaksi percobaan dapat dilakukan untuk alkohol
monovalen dan alkohol polivalen. Ada yang hanya dilakukan pada alkohol monovalen
(etanol & metanol), yaitu reaksi iodoform. Ada pula yang hanya dilakukan pada alkohol
polivalen (gliserin), yaitu reaksi landwerr. Reaksi deniges hanya dilakukan pada
alkohol tersier, sementara ketiga sampel tersebut bukanlah alkohol tersier.
Reaksi esterifikasi salisilat/benzoat/asetat dilakukan pada alkohol
monovalen (etanol & metanol). Pada esterifikasi salisilat, etanol & metanol
mengeluarkan bau gandapura, namun bau gandapura pada metanol lebih pekat. Pada
esterifikasi benzoat, etanol & metanol mengeluarkan bau pisang ambon. Pada
esterifikasi asetat, etanol mengeluarkan bau pembersih kutex.
2.4 Kesimpulan
Identifikasi golongan alkohol terbagi menjadi reaksi umum yang dapat dilakukan pada
semua alkohol, dan reaksi khusus yang hanya dilakukan pada alkohol monovalen maupun
alkohol polivalen. Ketiga sampel memiliki kesamaan dari segi organoleptis bentuk dan
warna yaitu cairan jernih. Ketiganya juga dapat terlarut dalam air, asam, dan basa. Namun,
ketiga sampel memberikan reaksi tersendiri ketika direaksikan dengan berbagai reagen.
Spesifikasi khusus untuk ketiga sampel tersebut adalah dengan organoleptis, reaksi diazo,
dan reaksi borat.
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Teori
A. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi atau polihidroksi keton yang mengandung karbon,
hydrogen, dan oksigen. Karbohidrat dalam tubuh mengalami perubahan atau
metabolisme. Hasil metabolise karbohidrat yaitu glukosa yang terdapat dalam darah dan
glikogen yaitu karbohidrat yang disintesis oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber
energi (Poedjiati, 2007).
B. Pembagian Karbohidrat
1) Monosakarida C6H12O6 (monosa)
Monosakarida ialah gula ringkas dan merupakan unit yang paling kecil (tidak dapat
dihidrolis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil). Monosakarida terdiri atas 3-6
atom C. Beberapa molekul monosakarida mengandung unsur nitrogen dan sulfur.
Monosakarida yang penting dalam fisiologi ialah D-glukosa, D-galaktosa, D-fruktosa,
Dribosa, dan D-deoksiribosa. Monosakarida digolongkan berdasarkan jumlah atom
karbon yang dikandungnya (triosa, tetrosa, pentosa, dan heksosa) dan gugus aktifnya,
yang bisa berupa aldehida atau keton, Ini kemudian bergabung, menjadi misalnya
aldoheksosa dan ketotriosa.
Aldosa (mengandung gugus aldehid) : Aldopentosa ; arabinosa, xylosa, rhamnosa
Aldoheksosa ; glukosa, galaktosa, mannose
Ketosa (mengandung gugus keton) : Gugus aldodiganti keto ketoheksosa ;
fruktosa
Reaksi-reaksi Monosakarida
a) Dengan HCN ; sianohidrol
b) Zat + C6h5N-NH2 terbentuk hidrazon atau dikenal dengan reaksi OSAZON (pengamatan
reaksi kristal)
c) Reaksi-reaksi Oksidasi
- Pereaksi Fehling
- Pereaksi Tollens (Ag Amoniakal)
- Air Brom (ketosa ; negatif, aldosa menjadi aldonat)
- HONO2 pekat : Aldosa ; asam aldarat
Keton ; molekul pecah
- Dengan asam pekat (HCl pekat)
- Zat + Basa
• Pekat : tidak punya reduksi stabil terhadap basa
• Sifat reduksi : pendamaran (kuning-coklat)
3) Polisakarida (C6H10O5)n
Merupakan karbohidrat yang tersusun lebih dari delapan satuan monosakarida.
Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida
(contohnya kanji, glikogen dan selulusa), sedangkan yang mengandung senyawa lain
disebut heteropolisakarida (contohnya heparin). Contoh polisakarida :
a) Amylum
Komponen :
- Amilosa (lurus/ikatan 1-4α glikosidik)
- Amilopektin (bercabang ikatan C1-C6)
Larut dalan air : glycogen, dextrin, gom arab, tragacanth
Tidak larut dalam air : amylum, CMC
b) Glikogen (lebih banyak cabang ikatan C1-C6)
c) Selulosa
d) Kitin (terdapat pada hewan invertebrata darat, laut dan pada jamur dari genus Mucor,
Phycomyces, dan Saccharomyces.) Misal : kepiting, kerang, udang, dst.
e) Glikoamin glikan
Suatu kompleks karbohidrat yang mengandung gula amino dan asam uronat,
gabungan dengan protein disebut : protein glikan
Dikenal 7 buah glikosamin glikan, salah satu diantaranya adalah asam hialuronat,
khondroitin 4 sulfat, heparin
c) Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang
mengandung gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl
panas menjadi asam levulinat dan 4-hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan
karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada
larutannya. Disakarida sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa dan
fruktosa memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Glukosa dan karbohdrat
lain dalam jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama.
d) Uji Barofed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol
kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini,
karbohidrat direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil
positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
e) Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan
heksosa. Aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan
unsur perak (Ag). Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji
ini, adalah larutan basa dari perak nitrat.
Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak
sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia.
Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak
f) Uji Bial
Uji bial untuk menguji adanya gula pentose. Pemanasan pentose dengan HCl
pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion feri.
Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan adanya
gula pentosa.
g) Uji Iodium
Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod juga dapat
membedakan amilum dengan nitrogen. Reaksi antara polisakarida dengan iodin
membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks
(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat
berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur
heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.
h) Uji Osazon
Uji Osazon memiliki prinsip yaitu proses pemanasan karbohidrat yang memiliki
gugus aldehida atau keton dengan fenilhidrazin berlebih akan menghasilkan
hidrazon atau osazon. Osazon akan membentuk kristal (Bintang 2010). Reaksi Uji
Osazon yaitu :
Aldosa + fenilhidrazin → fenilhidrazon
Fenilhidrazon + 2 fenilhidrazin → Osazon + aniline + NH3 +H2O
Untuk membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya. Hasil
positif ditandai dengan pembentukan kristal. Ada 3 jenis kristal yang dapat
terbentuk, yaitu seperti jarum, sunflower – shaped dan cotton – ball – shaped.
- Laktosa menunjukkan hasil kristal berbentuk seperti bunga matahari
- Maltosa, glukosa dan fruktosa menunjukkan hasil kristal berbentuk jarum
- Sukrosa tidak membentuk kristal, mungkin dikarenakan sukrosa
merupakan gula dengan daya reduksi yang sangat lemah sehingga sulit
bereaksi dengan pereaksi Osazon (Nigam dan Ayyagari 2008).
Tabel 3 Hasil Uji Osazon
Sampel Gambar
Maltosa
(machicon-akihabara.info 2017)
Laktosa
(machicon-akihabara.info 2017)
Glukosa
(machicon-akihabara.info 2017)
Fruktosa
(machicon-akihabara.info 2017)
Sukrosa
(machicon-akihabara.info 2017)
D. Identifikasi Umum dan Khusus
Identifikasi umum
1) Inverse, kemudian reaksi reduksi
− Fehling : zat – fehling A : Fehling B (1:1) + NaOH lalu dipanaskan
− Barfoed : Zat – CuSO4 dengan katalis asam asetat dipanaskan (dibandingkan dengan
balnko)
Inverse untuk gula tertutup : larutan gula 1% + HCl 4 N aa 1 jam di WaterBath 1 cc
larutkan NaOH 2N
2) Molish
2cc larutan gula dalam air + 5 tetes 3% naphtol dalam spiritus + 2 cc H2SO4 hati-hati
terbentuk cincin ungu
3) Reaksi Osazon
Larutan gula ditambahkan fenilhidrazin dalam NaOH kristal berlebih kemudian
dipanaskan di beaker glass. Pengerjaan dilakukan bersamaan dengan blanko, catat
waktu terjadinya perubahan reaksi (endapan hasil reaksi dilihat dalam
mikroskop)
Identifikasi Khusus
1. Glukosa (monosa
Molish (+)
Barfoed (+)
Fehling (+)
Luff (+)
Rx Osazon (+) setelah 2 menit terbentuk kristal, buktikan dengan blanko
2. Fruktosa
Molish (+)
Barfoed (+)
Rx Osazon (+) setelah 1 menit
3. Pyrolisa
Molish (-)
Fehling (-)
Rx Osazon (-) setelah 30 menit
Barfoed (-) biarpun terjadi lama, catat waktu (lamanya) terjadi endapan
4. Sakarosa (biosa, tidak tereduksi)
Molish (-)
Fehling (-)
Rx Osazon (-)
Barfoed (-)
5. Gom Arab
Molish (+)
Zat + KI + I2 tidak biru
Zat + KI + I2 larutan + PbAc2 + spiritus endapan
Dimasak dengan NaOH kuning
6. Tragacanth
Zat + KI + I2 biru
Dimasak dengan KOH kuning kenari
Dikocok dengan air berbusa
Larutan + PbAc2 endapan tanpa spiritus
7. Amylum
Molish (+)
Larutan + PbAc2 + spiritus for aa endapan
Larutan kanji + aq iod biru
C6H12O6.H2O BM 198,17
Dektrosa adalah suatu gula yang diperoleh dari hidrolisis pati. Mengandung satu
molekul air hidrat atau anhidrat, tidak kurang dari 97.5% dan tidak lebih dari 102.0%
C6H12O6, dihitung terhadap zat anhidrat.
- Pemerian Habur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak
berbau; manis.
- Kelarutan Sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah larut dalam air; larut
dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.
- Identifikasi Tambahkan beberapa tetes larutan zat (1 dalam 20) pada 5 mL
tembaga(II) tartrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida.
- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
- Khasiat dan penggunaan Pengencer tablet dan kapsul; agen terapeutik; agen
tonisitas; agen pemanis.
FI VI hal : 374 & Handbook Pharmaceutical Excipient hal : 222
B. Laktosa (Lactosum)
C12H22O11 BM 342,30
Laktosa Monohidrat merupakan disakarida alami yang diperoleh dari susu, mengandung
1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa (note : Laktosa monohidrat dapat
dimodifikasi sesuai dengan sifat fisiknya. Dapat mengandung laktosa amorf dalam
jumlah
bervariasi ).
- Pemerian : Serbuk putih, mengalir bebas
- Kelarutan : Mudah larut dalam air secara perlahan-lahan ; praktis tidak larut dalam
etanol.
- Identifikasi : A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan didispersikan dalam
kalium bromida P, menunjukan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Laktosa Monohidrat.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada kromatografi.
C. Larutkan 250mg zat dalam 5 ml air. Tambahkan 3ml amonium hidroksida P,
panaskan dalam tangas air pada suhu 80° selama 10 menit : terjadi warna merah.
- Khasiat dan penggunaan : Zat Tambahan
- Wadah dan penyimpnan : Dalam wadah tertutup rapat
Farmakope Indonesia ed VI hal 978-979
C. CMC Na(Carboxylmethylcellulose Sodium)
Bahan :
- Sampel glukosa, laktosa, CMC Na
- Reagen
- Aquades
3.4 Hasil Pengamatan
Pereaksi Glukosa Laktosa CMC Dokumentasi
Organoleptis
Putih Putih
Warna Putih
kekuningan kecoklatan
Kelarutan
Membentuk
Basa (NaOH) larut larut
gel
Fluoresensi
Tidak
α=366 terpendar Terpendar
terpendar
Padat
Tidak Tidak
α=254 terpendar
terpendar terpendar
Tidak
α=366 terpendar terpendar
terpendar
Air
Tidak Tidak
α=254 Terpendar
terpendar terpendar
Tidak Tidak
α=366 Terpendar
terpendar terpendar
Asam
Tidak Tidak
α=254 Terpendar
terpendar Terpendar
Tidak Tidak
α=366 Terpendar
terpendar Terpendar
Basa
Tidak Tidak
α=254 Terpendar
terpendar terpendar
Rx. Warna
Sedikit
Ada gel
↓putih,
H2SO4 p Bening berwarna
larutan
putih
bening
↓putih,
Putih keruh
HCl p Bening larutan agak
ada gel
kekuningan
↓putih,
larutan
HNO3 p Bening Ada gel
berwarna
kuning pucat
Merah Merah
Merah
kecoklatan, kecoklatan,
Molisch kecoklatan,
endapan endapan fel
endapan putih
coklat muda coklat tua
Biru muda,
Luff Biru laut Biru laut
ada gel
Identifikasi Khusus
Larutan Larutan
Gel orange
KI + I2 orange orange
kecoklatan
kecoklatan kecoklatan
Larutan
Larutan Larutan
NaOH WB kuning pucat,
coklat muda coklat tua
ada gel
Sedikit
Larut, larutan ↓putih,
Air dikocok larut
kuning pucat larutan agak
keruh
Berbetuk Berbetuk Mudah
caramel, dan caramel, dan terbakar dan
Pyrolisa
seperti berbau seperti berbau menghasilkan
karamel karamel arang
Laktosa
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan data pada tabel, pengamatan organoleptis ketiga sampel (glukosa, laktosa
CMC) menunjukkan bentuk, rasa dan bau yang berbeda, glukosa berbentuk kristal berwarna putih
memiliki bau gula pasir dengan rasa yang manis. Laktosa berbentuk serbuk halus berwarna putih
kekuningan berbau khas menyengat dengan rasa yang tidak terlalu manis. CMC berbentuk serbuk
halus berwarna putih kecoklatan berbau seperti susu dengan rasa tidak berasa.
Pengamatan kelarutan ketiga sampel (glukosa, laktosa, CMC) menggunakan pereaksi air,
HCl, NaOH, Kloroform. Diperoleh hasil, CMC membentuk gel pada semua pereaksi, glukosa dan
laktosa larut dalam pereaksi NaOH & sukar larut dalam kloroform. Dalam pereaksi air glukosa
mudah larut sedangkan laktosa larut perlahan, dalam pereaksi HCl glukosa larut sedangkan
laktosa lebih lama larut.
Pada pengamatan flurosensi sampel bentuk padat, air, asam, basa menunjukkan hanya
CMC yang hasil pengamatannya terpendar sedangkan glukosa dan laktosa tidak terpendar.
Pada pengamatan pyrolisa menunjukkan bau yang khas pada masing-masing sampel, glukosa
berbau karamel, laktosa berbau seperti kertas terbakar, CMC berbau seperti kertas terbakar juga
tetapi ada sedikit bau manis.
Pada pengamatan reaksi warna pada ketiga sampel (glukosa,laktosa dan CMC). terdapat
reaksi molish, barfoed,fehling, luff dan king . pada reaksi molish glukosa menghasilkan endapan
berwarna coklat muda, pada laktosa menghasilkan endpan putih dan CMC berwarna coklat tua.
Pada reaksi Barfoed glukosa berwarna biru laut, laktosa berwarna biru keruh, CMC berwarna
biru.Pada reaksi Fehling untuk glukosa berwarna bening, laktosa kuning dan CMC larutan keruh
ada gel. Pada reaksi Luff glukosa berwarna biru laut, laktosa berwarna biru keruh, CMC berwarna
biru. Pada reaksi king glukosa dan laktosa berwarna orange tua dan untuk CMC terdapat gel
Pada reaksi ozazon terlihat bentuk khas kristal dari masing-masing sampel, glukosa ada
kristal yang berbentuk jarum, glukosa ada kristal yang berebntuk seperti bunga matahari
sedangkan untuk CMC tidak ada terbentuk kristal.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam praktikum identifikasi sampel Kerbohidrat yaitu glukosa, laktosa, dan CMC Na
yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan :
Identifikasi dengan organoleptis. Ketiganya memiliki rasa manis, terdapat
perbedaan dari segi bentuk, dan warna, glukosa mempunyai bentuk seperti kristal
berwarna putih, Laktosa berbentuk hablur berwarna putih kekuningan dan CMC
Na berbentuk seperti serbuk halus berwarna putih kecoklatan.
Terjadi bau khas dari percobaan pyrolisa
Pada reaksi osazon terlihat bentuk khas dari karbohidrat
Dalam pengamatan kelarutan, CMC berubah menjadi gel jika dilarutkan dalam
semua pelarut. Sementara laktosa dan glukosa larut dalam air, asam dan basa
DAFTAR PUSTAKA
• Cartika, Harpolia. 2010. Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta: Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II
• Farmakope Indonesia edisi VI
• Handbook Pharmaceutical Excipients edisi 6
• Kusmiyanti, Mimin. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
• Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
• http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/168/jtptunimus-gdl-anggiwidya-8394-3-babii.pdf
• https://www.academia.edu/37423594/Laporan_1_Karbohidrat_docx
• https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/7ef6b6bab5224263afe23dd815
76408d.pursehero.com/file/59856940/LAPORAN-PRAKTIKUM-KARBOHIDRAT-
docx/
• https://warstek.com/karbohidrat/
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI
GOLONGAN ASAM ”
Disusun oleh :
JURUSAN FARMASI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam analisa secara kualitatif terhadap golongan antibiotik. Sistematika dalam
analisis obat yang pertama-tama diperiksa adalah sifat fisika secara kualitatif yaitu:
(1) Organoleptis (bentuk, bau, rasa, warna)
(2) Kelarutan (air, asam, basa, pelarut organic)
(3) Fluoresensi
(4) Pyrolisa
Kemudian percobaan dilanjutkan dengan pendahuluan kimia kualitatif meliputi:
(5) Reaksi Warna
(6) Reaksi Kristal
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui senyawa antibiotik (Kloramfenikol, Tetrasiklin,
Ampicillin, Amoxycillin) dan pengidentifikasiannya secara kualitatif
BAB 2
DASAR TEORI
A. Teori Singkat
Antibiotika (anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi
dan bakteri,yang memiliki khasiat yang mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman,sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
Menurut Waksman, antibiotik pada umumnya adalah zat yang dibentuk oleh
mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain.
Menurut Benedict, antibiotic adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh jasad renik
tertentu dan turunannya yang dapat dipergunakan untuk membunuh mikroba lain.
Dari pemaparan definisi antibiotik di atas dapat disimpulkan bahwa antibiotik
merupakan senyawa alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan proses biokimiawi di dalam organisma, khususnya dalam proses infeksi oleh
mikroba.
Dengan berkembang pesatnya antibiotika, maka dibuatlah batasan-batasan pengertian
mengenai antibiotika. Sehingga suatu bahan kimia digolongkan ke dalam antibiotika
bilamana bahan kimia tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Merupakan produk metabolisme, meskipun dalam produksinya dilakukan melalui
sintesa kimia
2. Merupakan prosuk dintesa yang diproduksi sebagai struktur analog dari antibiotika
alamiah
3. Dapat menghambat pertumbuhan satu atau lebih mikroorganisma
4. Efektif pada konsentrasi rendah
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh
Dr.Alexander Fleming pada tahun 1929. Pada masa itu Alexander Fleming menemukan
difat antibakteri dan penisilin, penemuan ini dianggap sebagai tonggak kelahiran era
antibiotika moder. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan
perang dunia II di tahun 1941,ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk
menanggulangi infeksi dari luka-luka.
Kemudian, para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat
antibiotis. Akan tetapi berhubungan dengan sifat toksisitasnya bagi manusia, hanya
sebagian kecil saja yang digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah
sterptomisin, kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, rifampisin,dll.
A) Pembuatan Antibiotik
1. Antibiotika semisintetis, yaitu apabila ada persemaian (culture substrate)
dibubuhi zat-zat pelopor tertentu,maka zat ini diinkorporasi kedalam
antibiotikum dasarnya.Hasilnya disebut senyawa semisintetis,misalnya
penisilin-V
2. Antibiotika sintetis tidak dibuat lagi dengan jalan biosintetis tersebut,melainkan
dengan sintesa kimiawi,misalnya klorafenikol.
B) Penggunaan Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. yang berguna hanyalah
antibiotika yang mempunyai kadar hambatan minimum in vitro lebih kecil dari kadar
zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik.
C) Penggolongan Antibiotik
Adapun antibiotika spektrum sempit merupakan antibiotika yang efektif hanya pada
bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja. Contohnya adalah basitrasin yang
efektif terhadap bakteri gram positif, kolistin yang efektif terhadap bakteri gram
negative, streptomisin yang efektif terhadap mycobacteriaceae, nistatin yang efektif
terhadap jamur, dan aktinomisin yang efektif tterhadap neoplasnma.
1) Golongan β lactam
Antibiotik β-laktam memiliki struktur yang sama yaitu cincin β-laktam dan
mekanisme kerjanya yaitu penghambatan sintesis dinding sel peptidoglikan
bakteri.
Contoh antibiotik β-laktam dari subgolongan penisilin yaitu penisilin-
G,Penisilin-V,Fenetisilin-K,Metisilin-Na dan Ampisilin.
Contoh antibiotik β-laktam dari subgolongan Sefalosforin yaitu Sefaloglisin,
Sefaleksin, Sefadroksil, Sefaklor, Sefalotin, Sefaloridin, Sefazolin, Sefapirin
Contoh antibiotic β-laktam dari subgolongan monobaktam adalah azteonam dan
dari subgolongan karbepenem adalah imipenem
2) Antibiotika aminoglikosida
Aminoglikosida adalah produk alami atau turunan semisintetik dari senyawa
yang dihasilkan oleh berbagai aktinomiset tanah . Penggunaan utama
aminoglikosida adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif aerobik. Contoh aminoglikosida adalah kanamisin, neomisin, streptomisin,
paromomisin, dan gentamisin
3) Antibiotika tetrasiklin
Antibiotik tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air tapi bentuk
garam HCL dan garam natriumnya mudah larut. Golongan tetrasiklin
menghambat sistesis protein bakteri pada ribosomnya, bersifat bakteriostatik, dan
hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi oleh obat ini. Spectrum
antimikroba tetrasiklin luas yang meliputi kuman gram positif dan gram negative
serta aerobik dan non aerobik.
Contoh jenis tetrasiklin adalah kloratetrasiklin, oksitetrasiklin, tetrasiklin,
demeklosiklin, doksisiklin, dan minosikin.
4) Makrolida
Antibiotika golongan makrolid mempunyai persamaan yaitu terdapatnya
cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Antibiotik makrolida adalah
agen yang banyak digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh patogen umum dari pneumonia. Empat makrolida tersedia
untuk penggunaan klinis adalah eritromisin, klaritromisin, azitromisin, dan
fidaksomisin.
5) Linkomisin
Linkomisin lebih aktif daripada eritromisin atau klaritromisin dalam
melawan bakteri anaerob. Yang termasuk kelompok linkomisin adalah
linkomisin yang diisolasi stretomyces lincolnesis dan senyawa sintesis parsial
turunannya yaitu klindamisin.
6) Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membrane sel bakteri sehingga
permeabilitas sel meningkat dan lisis. Contoh Antibiotik Golongan Polipetida
adalah Kolistin, Basitrasin, dan Tirositin
7) Lain-lain
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini adalah kloramfenikol,
rifampisin, dan mupirosin.
Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas yang bersifat
bakteriostatik.
Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea dan
merupakan antibiotika dengan spektrum aktivitas yang luas. Pada umumnya
rifampisin digunakan sebagai obat antituberkulosis.
Dalam percobaan kali ini yang akan digunakan untuk uji identifikasi adalah
Chloramphenicol, Tetrasiklin, Ampicillin, Amoxycillin.
Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 900 µg per mg dan tidak lebih dari 1050 µg
per mg, C16H19N3O5S, dihitung terhadap zat anhidrat
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
Identifikasi Kualitatif
c. Reaksi Iod-Azida
2) Tetrasiklin ( FI 6 )
Monografi
Tetrasiklin mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 975 µg tetrasiklin
hidroklorida, (C22H24N2O8.HCI), per mL dihitung terhadap zat anhidrat.
C22H24N2O8 BM 444,43
Pemerian Serbuk hablur, kuning; tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan
dengan cahaya matahari kuat menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH lebih kecil dari
2, potensi berkurang, dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam larutan asam encer dan
dalam larutan alkali hidroksida; sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
klroform dan dalam eter.
pH Antara 3,0 dan 7,0; lakukan penetapan menggunakan suspensi dalam air yang
mengandung 10 mg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Identifikasi Kualitatif
a. Zat di tambahkan asam sulfat (pekat) terbentuk warna ungu. Setelah ditambah
FeCl3 1% warna berubah menjadi cokelat atau merah cokelat
b. Zat ditambah NaOH 3N. tambahkan campuran segar yang terdiri dari asam sulfat
dan larutan natrium nitrit 10% sama banyak, hasil : warna merah tua terbentuk
(adanya gugus fenol dan imidazol).
3) Chloramphenicol ( FI 6 )
Monografi
Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C11H12CI2N2O5
Pemerian Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; Putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; Larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam
larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam etil asetat.
pH Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan menggunakan suspensi dalam air 25 mg per
mL
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Simpan ditempat sejuk dan
kering.
Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus
dinyatakan steril atau diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.
Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat. Mengandung tidak kurang dari 900 µg dan
tidak lebih dari 1050 µg per mg, C16H19N3O4S, dihitung terhadap zat kering.
C16H19N3O4S (anhidrat) BM 349,41
Pemerian serbuk hablur putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform
pH Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan menggunakan larutan 10 mg per mL
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Penandaan Etiket menunjukkan bentuk anhidrat atau trihidrat. Jika pada sediaan
disebutkan jumlah ampisilin maka yang dimaksud adalah ampisilin anhidrat. Jika
digunakan untuk sediaan injeksi pada etiket disebutkan ampisilin trihidrat dan steril
atau memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.
Khasiat dan kegunaan : Antibiotikum
Identifikasi Kualitatif
a) Kedalam suspensi 10 mg zat dalam 1 ml air ditambahkan 2 ml larutan Fehling (2 : 6)
timbul warna ungu (fuhsin)
b) Reaksi asam hidroksamat
Kedalam 15 mg zat dalam 3 N NaOH ditambahkan 0,3 g hidroksilamin HCl dan
dibiarkan selama 5 menit lalu diasamkan dengan beberapa tetes 6 N HCl kemudian
ditambahkan 1 ml FeCl3 1% timbul warna merah-ungu kotor
c) Reaksi Iod-Azida
Kedalam 2 ml larutan 0,003 N iodium (3 ml 0,1 N iod + air) ditambahkan beberapa
tetes larutan kanji dan 100 mg Na-azida padat larutan menjadi biru, kemudian kedalam
larutan ini ditambahkan 50 mg zat penisilin dengan pengocokan warna hilang menjadi
jernih dah tampak gelembung gas N2. Selain penisilin senyawa yang positif : thiamin,
sulfathiazole, metionin. Untuk golongan fenothiazin reaksi negatif.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.3.2 Bahan :
SAMPEL
A) Chloramphenicol,
B) Tetrasiklin,
C) Ampicillin,
D) Amoxycillin
REAGEN
A) H2SO4 P H) Alkohol
B) HCl P I) DAB HCl
C) HNO3 P J) Diazo A + Diazo B
D) NaOH K) Fehling A + Fehling B
E) Aquadest L) Larutan Formaldehid
F) Resorcin M) Roux I
G) K3Fe(CN)6
3.4 Hasil Pengamatan
Hasil Identifikasi
Organoleptis
Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin
Kelarutan
Pereaksi Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin
Asam (HCl) Sukar larut+ Tidak larut Tidak larut Sukar larut+ +
Fluoresensi
Pereaksi Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin
Reaksi Warna
Pereaksi Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin
11. Air + Fehling Hijau kecoklatan Hijau muda Hijau muda ungu
(2:6)
3.5 Pembahasan
Pada praktikum identifikasi obat antibiotik, yaitu amoxicillin, tetrasiklin,
chloramfenikol, dan ampisillin. Dimana secara organoleptis obat chloramfenikol
memiliki bentuk yang khas yaitu jarum, dari warna khas terdapat pada obat
tetrasiklin yaitu kuning kunyit, bau yang khas terdapat pada golongan penicillin
terutama amoxicillin, bau amoxicillin lebih menyengat daripada bau ampisilin, dan
rasa yang sangat khas yaitu chloramfenikol yang mempunyai rasa sangat pahit.
Secara kelarutan dimana hanya chlorampenicol yang mudah larut dalam pelarut
organic (alcohol) sedangkan ke tiga senyawa lainnya sukar larut atau tidak larut.
Untuk ampisilin dan amoxicillin sama-sama sukar larut, tetapi ampisilin jauh lebih
sukar larut jika dibandingkan dengan amoxicillin.
Hasil yang didapat dari fluoresensi adalah ampicillin berwarna putih sedangkan
amoxicillin putih kehijauan sedangkan dua senyawa lainnya tidak memberikan
warna.
Pada saat pirolisa chloramphenicol berasap kuning, meletup seperti petasan
kemudian mengarang, sedangkan ketiga senyawa lainnya sama-sama
mmengembang kemudian mengarang.
Pada reaksi warna hanya tetrasiklin yang memberikan larutan merah darah saat
diberikan H2SO4 dan resorcin. Hanya chlorampenicol yang memberikan warna
merah bata saat ditambahkan Chen Kao. Amoxicillin memberikan warna kuning
yang mencolok dibanding ampicillin ketika ditambah Marquis.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk mengidentifikasi antibiotik dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
a. Organoleptis
Obat chloramfenikol memiliki bentuk yang khas yaitu jarum, dari warna khas terdapat
pada obat tetrasiklin yaitu kuning kunyit, bau yang khas terdapat pada golongan
penicillin terutama amoxicillin, dan rasa yang sangat khas yaitu chloramfenikol yang
mempunyai rasa sangat pahit.
b. Kelarutan
Chlorampenicol yang mudah larut dalam pelarut organic (alcohol) sedangkan ke tiga
senyawa lainnya sukar larut. amoxicilin dan ampisilin larut dalam pelarut basa (NaOH)
c. Fluorensi
Ampicillin berwarna putih sedangkan amoxicillin putih kehijauan sedangkan dua
senyawa lainnya tidak memberikan warna.
d. Pyrolisa
Chloramphenicol berasap kuning, meletup seperti petasan kemudian mengarang,
sedangkan ketiga senyawa lainnya sama-sama mmengembang kemudian mengarang
e. Rx Warna
Hanya tetrasiklin yang memberikan larutan merah darah saat diberikan H2SO4 dan
resorcin. Hanya chlorampenicol yang memberikan warna merah bata saat ditambahkan
Chen Kao. Amoxicillin dan ampisilin memberikan warna kuning ditambah Marquis,
tapi warna kuning ampisilin lebih tipis, sementara amoxicillin berwarna kuning
mencolok.
DAFTAR PUSTAKA
2. Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi , Poltekkes Kemenkes Jakarta II,
2010
4. Soleha, T. U. (2015). Uji kepekaan terhadap antibiotik. Juke Unila, 5(9), 119-123.
6. Gunawan, Sulistia Gan (Ed). 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Ada 2 hal mengapa kimia analisis merupakan satu-satunya cabang ilmu pengetahuan
yang mempunyai penerapan yang begitu luas. Pertama, kimia analisis menawarkan
berbagai macam penggunaan dalam disiplin ilmu kimia yang lain seperti kimia organik,
kimia anorganik, kimia fisika, dan biokimia. Kedua, kimia analisis dipakai secara luas
dalam cabang ilmu-ilmu lain seperti ilmu-ilmu farmasi, ilmu kedokteran, ilmu pertanian,
ilmu lingkungan dan sebagainya. ( Gandjar dan Rohman , 2007 )
Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relatif
dari suatu elemen atau spesies yang ada didalam sampel.Analisis struktur adalah
penentuan letak dan pengaturan ruang tempat atom. Dalam suatu elemen atau molekul,
serta identifikasi gugus-gugus karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu
molekul.Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,
spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada didalam sampel. Dengan kata lain, analisis
kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada tidaknya suatu analis yang dituju
dalam suatu sampel. ( Tjay dan Rahardja , 2002 )
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi obat-obat golongan asam
dengan analisa kualitatif. Sedangkan Prinsip percobaan ini adalah untuk menentukan
suatu obat golongan asam dengan menggunakan metode yang sesuai dan berdasarkan
reaksi spesifiknya ketika direaksikan dengan pereaksi tertentu.
Dasar Teori
Asam adalah senyawa yang menunjukkan keasama (kertas lakmus biru menjadi merah)
yang paling penting adalah asam mengandung gugus karboksil asam karboksilat
Pembagian asam:
- Asam alifatis
- Asam aromatis
- Asam hidroksi aromatik
- Asam dengan rantai alifatis jenuh
- Asam dengan rantai alifatis tidak jenuh
Sifat Umum
1. Dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan HNO3, asam karboksikat
adalah asam lemah 9 lebih asam daripada alcohol dan fenol
2. Bereaksi dengan NaHCO3 dan NaOH
3. Asam karboksilat dengan BM rendah berupa cairan tidak berwarna dengan bau
menyengat, missal asam asetat, asam formiat, butirat, dll
4. Bau asam karboksilat yang lebih tinggi (>100) berkurang sukar menguap (low
volatily)
5. Asam karboksilat membentuk 2 ikatan hydrogen antara sepasang molekulnya
1. Organoleptis
2. pH : Mempunyai PH asam
3. Kelarutan : Asam organik umumnya sulit larut dalam air
4. Reaksi warna : Zat + pereaksi memberikan warna
5. Pyrolisa : Letakan zat diatas obyek glass kemudian dipanaskan di atas bunsen
diamati kristalisasi
6. Sublimasi (umumnya asam mudah menyublim dalam bentuk asamnya) :
Zat diletakkan diatas cawan porselen dan di tutup dengan obyek glass yang diberi
kapas basah di panaskan diatas WB lihat hasil yang terdapat pada
obyek glass pada mikroskop.
Reaksi Pendahuluan :
C7H6O2 BM = 122,12
Asam aromatik adalah asam karboksilat dimana gugus karboksil langsung terikat
pada inti benzena. Asam Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O2
Pemerian hablur halus dan ringan; tidak berwarna; tidak berbau. TL 121-1200 C
melebur.
Kelarutan larut dalam kurang lbih 350 bagian air, lebih larut dalam airpanas,
kurang lebih 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroformP dan dalam 3
bagian eterP.
Identifikasi
Didihkan 100 mg dengan 100 mg kalsium karbonat P dan 5ml air, saring. Pada
filtrate tambahkan larutan besi (III) klorida P; terbentuk endapan kuning cokelat.
Identifikasi lain :
a. Reaksi Esterifikasi benzoat : bau ester (etil benzoat/pisang ambon/balon tiup)
b. Kedalam larutan zat dlm air (netral) ditambahkan FeCl3 : terbentuk endapan
kuning muda, endapan larut dlam eter : berwarna merah-coklat.
Sumber-sumber :
a. Gom benzoin mengandung bebas dan terikat
b. Perubalsem : bentuk bebas dari ester-esternya
c. Tolubalsem : bentuk bebas dan ester-esternya al : ester benzil
d. Dalam bentuk asam hipurat (N-benzoil-glisina) yang terdapat dalam urin
herbivora dan jumlah yang lebih kecil dalam urin manusia
Khasiat dan Penggunaan antiseptikum ekstern; pengawet (lebih baik dalam
bentuk Na benzoat ) dari makanan, lemak, air, buah-buahan, larutan alkaloid dsb
C7H6O3 BM = 138,12
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O3
Pemerian hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hamper tidak
berbau; rasa agak manis dan tajam
Sifat-sifat :
Asam salisilat dan banyak derivatnya mempunyai efek antipiretik dan analgetik dan
menurunkan demam rhematoid. Asam salisilat dan garam garamnya yang sederhana
memberi perangsangan lambung dan rasa tak enak, maka dibuat ester-ester yang larut
lebih sedikit. Senyawa-senyawa ini melalui lambung tak berubah.
Ester Alkil : misal metil salisilat diabsorbsi lebih baik melalui kulit
Ester asil : asetosal lebih kuat antipiretik dan analgetik
Turunan-Turunan :
1. Na salisilat
2. Asam asetil salisat
3. Metil salisilat
4. Fenil salisilat
5. Salisil amida
Kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah
larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan ammonium asetat P;
dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P
Identifikasi
a. Menunjukkan reaksi salisilat seperti yang tertera pada uji identifikasi umum.
b. Larutan beraksi asam terahadap larutan merah metil P
Identifikasi Reaksi warna lain
a. Fluorosensi Padat : biru terang, garam Na: ungu, dalam NaOH : ungu
b. Dengan FeCl3 : ungu + alkohol : ungu tetap
c. Esterifikasi Salisilat : bau menyrupai ganda pura (metil salisilat)
d. Dengan Marquis : merah rosa
e. DAB HCl : kuning muda
f. King : kuning jingga
g. HNO3 (p) : ungu merah + ammoniak : kuning
h. Frohde : Ungu (Na salisilat)
Wadah dan Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan Penggunaan keratolitikum, anti fungi
C. Acidum Acetylsalicylicum
C9H8C4 BM = 180,16
Asam Asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C9H8C4, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan
Pemerian hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau hampir
tidak berbau; rasa asam, berfluor : ungu
Kelarutan agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%)P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P
Identifikasi
A. Didihkan 20mg dengan 4ml larutan natrium hidroksida P 8% b/v selama
3menit, dinginkan. Tambahkan 5ml asam sulfat encer P; terbentuk endapan
hablur putih asam salisilat, saring, gunakan filtrate untuk identifikasi B.
keringkan hablur pada suhu 100⁰ C sampai 105⁰ C; suhu lebur hablur
lebihkurang 158⁰ C.
B. Panaskan filtrate yang diperoleh pada uji identifikasi A dengan etanol (95%)P
dan 2ml asam sulfat P; terjadi bau etil asetat.
Identifikasi Reaksi warna lain :
a. Zat + FeCl3 : ungu lemah di panaskan : ungu lebih terang / pkt
b. Marquis : merah darah
c. Frohde : hampir segera biru-ungu
d. Asam + air + CaCO3 kocok saring : filtrat + ferri chlorida : endapan coklat
muda
Wadah dan Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan Penggunaan analgetik; antipiretik
D. Asam Oksalat
COOH
COOH
C2H2O4.2H2O BM=126,07
Bahan :
Sampel
- Asam oksalat
- Asam benzoat
- Asetosal
- Asam salisilat
Reagen
- H2SO4 (p)
- Larutan formaldehid 35%
- CUSO4(e)
- FeCl3
- NaOH
- Gliserin
- AgNO3
- DAB HCl
- Resorsinol
2. Kelarutan
Diuji kelarutan sampel dengan masing-masing pelarut (aquades dingin, aquades
panas, alkohol ,NaOH, HCL
3. Reaksi Umum
1) Reaksi pyrolisa
- Letakkan masing-masing sampel di atas objek glass
- Panaskan dengan batuan lampu spritus
- Amati warna, bau, bentuk sampel setelah dipanaskan.
2) Reaksi DAB HCl
Masukkan masing-masing sampel ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan dengan DAB HCl dan amati
3) Reaksi FeCl3
Zat + FeCl3 amati warna yang terbentukReaksi Marquish
Zat + aquadest + larutan formaldehid + H2SO4(p) amati
4) Reaksi Cuprifil (Fehling A: Fehling B ; 1:1)
Zat + CuSO3 + NaOH amati endapan dan perubahan warna
5) Reaksi Charlety
Zat + resorchin + Gliserin + H2SO4 (p) amati warna yang terbentuk
6) Reaksi AgNO3
Zat + AgNO3 amati perubahan warna dan endapan yang
terbentuk.
Pereaksi
as. salisilat as.oksalat asetosal as.benzoat
ORGANOLEPTIS
- Bentuk Kristal jarum kecil Kristal kasar seperti Jarum kecil dan Kristal yang sangat
dan halus gula pasir kasar halus
- warna putih putih putih putih terang
- bau Tidak bau Tidak bau Bau asam Tidak bau
- Rasa Agak pahit Asam Sepat Sakit di lidah
KELARUTAN
- Air tidak larut, Larut tidak larut, Sukar larut
- Asam tidak larut Tidak larut tidak larut Sukar larut
- Basa larut Sukar larut Sukar larut larut
- Alkohol larut sukar larut larut Larut
PYROLISA
Mencair, mendidih, Mencair, mendidih, Mencair, mendidih, Mencair, mendidih,
menyala, mengarang mengarang bau asam, menyala,
mengarang menimbulkan batuk
Kesimpulan
Untuk mengidentifikasi senyawa asam dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
1. Dengan pengamatan organoleptis : oksalat mempuyai rasa yang menggigit, benzoate
mempunyai rasa pahit, salisilat dan asetosal mempunyai rasa asam.
2. Reaksi esterifikasi :
Methanol : hanya salisilat yang berbau gandapura kuat
Etanol : hanya salisilat yang berbau gandapura lemah
3. Sampel + FeCl3 tanpa pemanasan, hanya salisilat yang membentuk warna ungu.
4. Sampel + charlety, hanya oksalat yang membentuk ungu muda dicawan penguap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Auterhoff & Khofar, 1981, Identifikasi Obat , terbitan kelima : ITB, 2002
4. Cartika, Harpolia. dkk. 2010. Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta : Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
5. Kusmiyanti, Mimin. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
6. https://aura-publishing.com/wp-content/uploads/2020/11/E-Book-Praktikum-Kimia-
Farmasi.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I
“IDENTIFIKASI VITAMIN B1 B6 DAN VIT C DAN
IDENTIFIKASI GOLONGAN PYRAZOLON DAN ANILIN”
Disusun Oleh :
KELOMPOK A3
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Farmakologi Dasar
dengan judul “Vitamin dan golongan pyrazolon dan anilin”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain yaitu vitamin A, C, D, E, K, dan
B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan
folat). Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami
suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal
dengan istilah avitaminosis.
2
3. Bagaimana cara mengidentifikasi Vitamin B6 secara kualitatif
1.3 Tujuan
3
BAB II
1. DASAR TEORI
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan dalam
jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah yang besar untuk fungsi metabolisme yang
normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang larut dalam lemak
adalah vitamin A, D, E, dan K dan yang larut di dalam air adalah vitamin B dan C.
Vitamin juga sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh dan tidak berfungsi menghasilkan energi. Tanpa
vitamin, manusia, hewan, dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan
aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang
terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin B1 (Tiamin) merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan
penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat
menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Selain itu, vitamin B1
juga dapat membantu proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi
vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik.
Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan
sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi vitamin B1
yang terkandung dalam gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-
kacangan.
4
kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan kulit pecah-pecah, kram otot, dan insomnia.
Tiamina Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0 % C12H17ClN4OS, HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian: Hablur kecil atau serbuk hablur; putih; bau khas lemah mirip ragi; rasa
pahit.
Kelarutan: Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P ; praktis tidak
larut dalam eter P dan dalam benzen P; larut dalam gliserol P.
5
Khasiat dan penggunaan : Antineuritikum ; komponen vitamin B kompleks.
Khasiat :
a. Mempengaruhi penyerapan lemak dalam usus
b. Sebagai koenzim dalam metabolisme
c. Memelihara napsu makan yang sehat, pencernaan, dan fungsi saraf
d. Mempengaruhi kondisi air dalam tubuh
2. Pyridoxini Hydrochloridum
Piridoksina Hidroklorida
Vitamin B6
Pemerian: Hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur putih; tidak berbau,
rasa asin.
Kelarutan: Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%) P ; praktis tidak
larut dalam eter P.
6
Jarak lebur: 204° dan 208°, disertai peruraian
Khasiat :
a. Memelihara keseimbangan unsur fosfor dan sodium.
b. Berperan dalam pertumbuhan, kesehatan kulit dan pembuatan darah
c. Berperan dalam produksi antibody
Pemeriksaan Kualitatif :
3. Acidum Ascorbicum
Asam Askorbat
Vitamin C
C6H8O6 BM 176,13
7
Pemerian: Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau; rasa asam.
Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di
udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan: Mudah larut dalam air, agar sukar larut dalam etanol (95%) P ; praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P; dan dalam benzen P.
Khasiat :
a. Berperan dalam proses pembentukkan kolagen
b.Memelihara keutuhan pembuluh darah
c. Membantu dalam absorbs unsur – unsur besi dan kalsium
d.Activator berbagai enzim perombakan protein dan lemak
e. Menjaga gigi agar melekat kuat pada gusi
Penentuan Kualitatif :
a. Reaksi FeCl3 terbentuk warna ungu pada pH 6-8 bila perlu ditambahkan 1 ml larutan
metanol-piridin 10%
b. Mereduksi kuat larutan iodium 0,1 N
c. Larutan zat + CuSO4 + NaOH menghasilkan biru-ungu
d. Mereduksi fehling atau luff : merah bata
e. Larutan + Na nitropusid jika ditambhakan NaOH : kuning dan jika ditambahkan HCl :
biru.
8
BAB III
2. METODOLOGI PERCOBAAN
Alat:
Bahan:
SAMPEL
- Vitamin B1
- Vitamin B6
- Vitamin C
9
REAGEN
- Thiokrom - H2SO4 p
- HCl p - H2SO4 e
- FeCl3 - King
- AgNO3 - CaSO4 + NaOH
- DAB + HCl - NaOH + Na Nitroprusid
- Nessler - Na2CO3
- NaOH 2N - KMnO4
- NaOH (e) - AgNO3 padat + NaOH
- Fehling
Organoleptis
Kelarutan
10
Basa Larut Larut Larut
Pelarut Organik Agak Sukar Larut Agak Sukar Larut Agak Sukar Larut
Fluoresensi
Pyrolisa
Reaksi Warna
11
10. Nessler Hijau Putih kekuningan Abu – abu kehitaman
16. AgNo3 Padat Kuning minyak Susu, endapan hitam Abu – abu dikocok
+ NaOh goring, endapan berbusa
putih abu – abu
3.5 Pembahasan
Pada saat mengidentifikasi data pertama-tama dilarutkan dalam air sehingga terlarut
antara bahan tambahan dengan zat yang terlarut. Ketika direaksikan dengan apapun
filtrate bereaksi dengan apapun, maka hal ini menunjukkan bahwa sampel terlarut
dalam pelarut air dan tidak terlarut dalam pelarut minyak karena vitamin berdasarkan
kelarutannya di bagi menjadi dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam air dan larut
dalam minyak. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B (B1,B2,B3, B6, dan B12)
dan vitamin C, sedangkan yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, K. Vitamin
tidak mempunyai golongan karena setiap gugus fungsi vitamin berbeda maka hal ini
menyebabkan dalam analisis kualitatif tidak ada reaksi penggolongan, setelah reaksi
pendahuluan langsung reaksi penegasan karena setiap vitamin mempunya pereaksi yang
spesifik untuk reaksi warna.
Secara organoleptis, Vitamin C memiliki bentuk dan warna yang khas yaitu kristal,
berwarna putih kekuningan, untuk bau vitamin memiliki bau khas obat, dari rasa
vitamin B1 dan Vitamin C memiliki rasa khas yaitu pahit agak asam sedangkan vit B6
memiliki rasa khas pahit.
Hasil yang didapat dari fluoresensi adalah semua jenis tidak memberikan warna.
Pada saat pirolisa vit.B1 bentuknya tidak cair, ada sisa arang, dan berbau kacang
12
goreng. Dan pada saat vit.B6 bentuknya mencair, ada sisa arang, dan berbau gosong.
Pada saat pyrolisa vit.c membentuk gumpulan arang, dan berbau gosong
Pada hasil reaksi warna vitamin B1 dan B6 ketika ditambahkan Thiokrom
menghasilkan warna biru dan hijau terang. Hasil dari reaksi vit B1 saat diberikan FeCl3
menghasilkan warna kuning extra joss, Vit B6 menghasilkan warna orange sedangkan
vit C menghasilkan warna merah kecoklatan. Hasil reaksi saat diberikan Nessler Vit B1
menghasilkan warna hijau, Vit B6 menghasilkan warna putih kekuningan dan Vit C
menghasilkan warna abu – abu kehitaman. Hasil reaksi saat diberikan fehling Vit B1
menghasilkan warna hijau toska, Vit B6 menghasilkan warna biru langit dan Vit C
menghasilkan warna endapan merah bata. Hasil reaksi saat diberikan CaSO4 + NaOH
Vit B1 menghasilkan warna coklat keruh, Vit B6 menghasilkan warna Hijau lumut
sedangkan Vit C Berwarna Kuning jamu. Hasil reaksi saat diberikan KMnO4 Vit B1
menghasilkan warna coklat tua, Vit B6 menghasilkan warna Hitam Kopi dan Vit C
menghasilkan Warna bening. hasil reaksi saat diberikan AgNO3 Padat + NaOH Vit B1
menghasilkan warna Kuning minyak goring dengan endapan abu – abu Vit B6 warna
susu dengan endapan hitam dan Vit C warna Abu – abu ketika dikocok berbusa hanya
vit B6 yang memberikan reaksi warna kuning extra joss saat diberikan H2SO4 (e) dan
NaOH 2N. menghasilkan warna Merah darah ketika diberikan DAB + HCl dan
menghasilkan warna Orange saat diberikan King. dan menghasilkan warna coklat
bening saat diberikan NaOH + NaNitroprusid
13
3. BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari hasil pengamatan identifikasi golongan vitamin yaitu:
a. Organoleptis
Vitamin C memiliki bentuk dan warna yang khas yaitu kristal, berwarna putih
kekuningan, untuk bau vitamin memiliki bau khas obat, dari rasa vitamin B1
dan Vitamin C memiliki rasa khas yaitu pahit agak asam sedangkan vit B6
memiliki rasa khas pahit
b. Kelarutan
Vitamin B1, B6 dan Vit C larut dalam air, asam dan basa kecuali vitamin C
Agak sukar larut dalam asam, dan ketiganya agak sukar larut dalam pelarut
organic
c. Pyrolisa
Vitamin B1 Tidak cair, ada sisa arang, Bau kacang goreng, vitamin B6
Mencair. ada sisa arang, bau gosong. Sedangkan untuk Vitamin C Membentuk
gumpulan arang dan bau gosong
d. Rx Warna
Setiap reagen dapat menghasilkan warna yang berbeda-beda ketika
ditambahkan suatu sampel
14
DAFTAR PUSTAKA
Shad, Ray, dkk. 2010. Analisis Kualitatif Vitamin. Makassar : Universitas Islam Negeri
Alauddin
Tim penyusun, Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi, Poltekkes kemenkes Jakarta
II,2010
Ardini Dias, dkk. 2020. Modul Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Kualitatif. Bandar
Lampung : Pusaka Media
15
BAB I
PENDAHULUAN
16
BAB II
DASAR TEORI
Senyawa alkaloid terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk bebas/bentuk basa dan
dalam bentuk garamnya. Alkaloid dalam bentuk basa akan mudah larut dalam pelarut
organik seperti eter, kloroform, sedangkan senyawa alkaloid dalam bentuk garam
lebih mudah larut dalam air. Alkaloid biasanya berasa pahit dan memiliki aktivitas
farmakologis tertentu. Sifat alkaloid hampir mirip dengan beberapa senyawa amina
maka dapat bereaksi dengan garam-garam valensi dua dari mercuri (Hg2+), gold
(Au2+) dan platinum (Pt 2+) dan dapat membentuk kristal-kristal yang spesifik dan
17
dapat digunakan untuk identifikasi secara kualitatif. Senyawa alkaloid akan bereaksi
dengan pereaksi Wagner (iodine dalam KI) dan Dragendorff’s (Bismuth KI).
1. Analisa Modern
Yaitu menggunakan Kromatografi kertas, spektrometer, KCKT, terutama alkaloid
opium : morphin, codein
2. Analisa Umum
Yaitu dengan isolasi dengan pelarut yang cocok, dengan reaksi warna dan Kristal
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut dalam
air, sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter, chloroform.
Pengocokan dilakukan pada pH = 2,7,10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan di
basakan dulu, biasanya dengan NaOH, NH4OH pekat kadang-kadang menggunakan
natrium karbonat. Namun sebaiknya menggunakan ammonia, karena ammonia
memiliki keuntungan sebagai berikut :
1. Amonia dengan alkaloid yang mengandung gugus fenol tdk membentuk fenolat
2. Amonia sudah menguap maka pada pemurnian mudah dihilangkan
3. Ammonia sudah cukup untuk membebaskan alkaloid
4. Alkaloid yang mudah terurai alkali Ket : Alkaloid mengandung gugus fenol :
morphin, apomorfin, narcein, dll Alkaloid yang mudah menguap : nikotin,
pilocarpin.
18
Dari sintesa : euchinin, optochin, aristochin
Metampyron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C13H16N3NaO4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : serbuk hablur, putih atau putih kekuningan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan Penggunaan : analgetikum dan antipiretikum
19
Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa
Pahit
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)
P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol
P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida
Khasiat dan Penggunaan : Analgetikum dan antipiretikum
20
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
2. Bahan
- Sampel senyawa golongan pirazolon
- Sampel senyawa golongan anilin
- Pereaksi kimia : Kloroform, NaOH, Ammonia, Na. Hipoklorit, Fenol, HCl,
FeCl3, NaNO3, Reagen Mayer
21
Agak pahit Pahit
Kelarutan
-Air Larut Larut dalam 70 bagian air
-Asam Larut Tidak lurut
-Basa Larut Larut
-Alcohol Larut Larut dalam 7 bagian
etanol (95%)
Fluoresensi
-Padat Tidak berpendar Tidak berpendar
-Air Tidak berbendar Tidak benpendar
-Asam Tidak berpendar Tidak berpendar
-Basa Tidak berpendar Tidak berpendar
Pyrolis Nyala, mencair, meng- Mencair, meng-api,
arang, bau tajam terbakar
Reaksi Warna
1. DAB HCl Kuning muda Putih susu kekuningan
2. Z + FeCl3 Ungu kehitaman-biru- Hijau lumut, endapan
hijau-kuning (menggumpal dulu diatas)
3. Z + AgNO3 Ungu berbentuk cermin Bening, endapan putih
4. HNO3 (p) Bening Bening endapan putih
5. HCl/H2SO4 (p) + Tidak berwarna (Bening) Hijau tua keruh
K2CrO7
6. CuSo4 + NaOH Biru tua Biru
7. Mayer Positif (endapan putih Larutan putih endapan
kuning) putih
8. Bouchardat Bening Kuning kehitaman,
endapan kuning
9. HCl (Ip) + Diazo B Bening Kuning endapan putih
22
3.5 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengidentifikasi golongan alkaloid,yaitu
golongan pyrizolon dan anilin. Sebelum praktikum alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu, kemudian dilakukan uji organoleptic terhadap kedua senyawa tersebut. Untuk
sampel golongan pyrazolon (Antalgin) identifikasi secara organoleptis, yaitu bentuk
berupa serbuk hablur, berwarna putih sampai putih kekuningan tidak berbau dan rasa
agak pahit. Untuk golongan anilin (Paracetamol) bentuk berupa hablur atau serbuk
hablur berwarna putih tidak berbau dan rasa pahit. Kemudian untuk uji kelarutan kedua
senyawa tersebut larut dalam air dan alcohol (etanol 95%). Selanjutnya dilakukan
identifikasi khusus, untuk golongan pyrazolon zat + mayer tidak terjadi endapan namun
setelah ditambah HCl baru terjadi endapan, kemudian zat + larutan FeCl3 terbentuk
warna biru. Golongan pyrazolon di uji dengan pereaksi mayer positif yaitu
menghasilkan endapan.
Selanjutnya identifikasi secara kualitatif golongan pyrazolon (antalgin) zat +
FeCl3 (reaksi terjun bebas) akan menghasilkan warna ungu kehitaman-biru-hijau-
kuning, kemudian di uji zat + HNO3 menghasilkan warna hijau kekuningan. Zat +
AgNO3 pekat menghasilkan warna ungu berbentuk cermin.
Untuk senyawa golongan anilin (paracetamol) uji kualitatif dengan reaksi
FeCl3 menghasilkan warna biru sampai dengan ungu muda reaksinya akan berhasil
lebih baik dengan besi klorida 10%. Reaksi Diazo kedalam 1 bagian ditambahkan 2
tetes pereaksi Diazo 1,disaring dengan dan filtrate dituangkan kedalam 2 ml pereaksi
diazo II akan menghasilkan warna jingga merah. Selanjutnya reaksi zat + NaOH 3 N.
ditambahkan campuran segar yang terdiri dari asam sulfat dan larutan Natrium nitrit
10% sama banyak maka akan dihasilkan warna merah tua terbentuk yang menandakan
adanya gugus fenol dan imidazole.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Analisis Kualitatif adalah analisis yang berhubungan dengan identfkas suatu zat
atau campuran yang tidak diketahui.
- Dalam percobaan analisis kualitatf ini, pengujian yang dilakukan adalah uj
organoleptis, uji kelarutan, uji fluoresensi, pyrolis, uji reaksi warna, uji reaksi
kristal.
- Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dapat disimpulkan bahwa
- Dalam pengamatan organoleptis Warna dari Antalgin adalah serbuk putih lebih
halus, sedangkan Paracetamol adalah serbuk putih. Antalgin dan Paracetamol,
keduanya memiliki rasa yang pahit, tetapi Paracetamol memberikan rasa yangg
tebal dilidah.
Dalam pengamatan uji kelarutan Antalgin larut dalam air, asam, basa dan
alkohol dan paracetamol sukar larut dalam air, tidak larut dalam asam, dan larut
dalam basa dan alkohol.
Dalam pengamatan uj fluoresensi Antalgin dan paracetamol tidak berpendar.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I
“IDENTIFIKASI GOLONGAN ANESTETIK LOKAL”
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Praktikum Kimia Farmasi I
Pengawas : Desi Fajrianti, S.Farm
Disusun Oleh :
KELOMPOK A4
Fidhya Mutmainnah (P24840119027)
Genize Shastrianita M. (P24840119029)
Happy Permata Sari (P24840119031)
Huda Fauziyah (P24840119033)
Ivan Irdian Ananda P (P24840119034)
Lasria Gresia (P24840119037)
Lia Husna Nabilah (P24840119039)
Lintang Selsia D (P24840119041)
Mareza Agatha B (P24840119043)
Miranda Oktavia (P24840119045)
M. Jaelani Andika P (P24840119047)
1. Latar Belakang
Anestetik lokal merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang cara kerjanya
hanya menghilangkan rasa di area tertentu yang akan dilakukan tindakan. (Saprol, 2010)
Anestetik lokal ialah gabungan dari garam yang larut dalam air dan alkaloid yang
larut dalam lemak yang terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifat
lipofilik (paba - para amino benzoic acid), bagian badan sebagai penghubung terdiri dari
cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang terdiri dari asam amino tersier bersifat hidrofilik.
Dalam bentuk basa bebas, anestetik lokal hanya sedikit larut dan tidak stabil dalam bentuk
larutan. Oleh karena itu diperdagangkan dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air,
biasanya garam hidroklori.
B. Dasar Teori
1. Teori Singkat
Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung
atom N yang di dalam intinya dan bersifat basa. Karena itu dapat larut dalam asam-asam
serta membentuk garamnya.
Analisa Alkaloid dibagi 2 bagian :
1) Analisa Modern, Menggunakan Kromatografi kertas, spektrometer, KCKT, terutama
alkaloid opium : morphin, codein
2) Analisa Umum, Isolasi dengan pelarut yang cocok, dengan reaksi warna dan kristal.
Pengocokan Alkaloid :
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut dalam air,
sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter, chloroform. Pengocokan
dilakukan pada pH = 2,7,10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan dibasakan dulu,
biasanya dengan NaOH, NH4OH pekat kadang-kadang menggunakan natrium karbonat,
sebaiknya menggunakan amonia :
1) Amonia dengan alkaloid yang mengandung gugus fenol tdk membentuk fenolat
2) Amonia sudah menguap maka pada pemurnian mudah dihilangkan
3) Ammonia sudah cukup untuk membebaskan alkaloid
4) Alkaloid yang mudah terurai alkali
Ket :
Alkaloid mengandung gugus fenol : morphin, apomorfin, narcein, dll
Alkaloid yang mudah menguap : nikotin, pilocarpin.
Alkaloid dibagi menjadi 2 :
1) Alkaloida dengan mayer hasil positif :
Alkaloida opium :
1. Turunan Fenantren : morphin, dionin, codein,heroin
2
2. Turunan Isochinolin : papaverin
Alkaloida chinae cortex
1. Dari alam : chinin, chinidin, chinchonin
2. Dari sintesa : euchinin, optochin, aristochin
Alkaloida solanaceae : atropin, hyosiamin (gol atropin), dan golongan Nicotin :
nikotinamid, I.N.H
Alkaloida turunan pyrazolon : antalgin
2) Alkaloida dengan mayer hasil negatif :
Turunan xantin : coffein, theobromin, theophyllin, aminophyllin
Turunan aniline : paracetamol, asetanilida, phenacetin
Turunan amino alifatis dengan inti aromatis : ephedrine
Turunan local anastetik : prokain HCl, benzokain, lidokain HCl
C. Monografi Bahan
1. Procaini Hydrochloridum (Prokain HCl)
Prokain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C13H20N2O2.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
a. BM : C13H20N2O2.HCl = 272,77
b. Jarak lebur : 153° - 158°C
c. Pemerian : Hablur kecil, putih atau serbuk hablur putih; tidak berbau.
Menunjukkan sifat anestetika lokal jika diletakkan diatas lidah.
d. Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam etanol; sukar larut dalam
kloroform; praktis tidak larut dalam eter.
e. Kegunaan : Anestetik lokal
3
f. Larutan + HCl + pereaksi alkaloid : terbentuk endapan
Benzocain yang telah dikeringkan diatas fosfor pentoksida P selama 3 jam mengandung
tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C9H11NO2.
a. BM : C9H11NO2 = 165,19
b. Jarak lebur : 88° - 92°C
c. Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur putih; tidak berbau; stabil di udara ;
bersifat anastetik lokal pada lidah.
d. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ; mudah larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam minyak zaitun dan
minyak amandel; larut dalam asam encer.
e. Kegunaan : Anestetik lokal
4
Lidokain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5%
C14H22N2O.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
a. BM : C14H22N2O.HCl.H2O BM : 288,82
C14H22N2O.HCl (anhidrat) BM : 270,80
b. Jarak lebur : 74° - 79°C
c. Pemerian : Serbuk hablur putih ; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
d. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam
kloroform; tidak larut dalam eter.
e. Kegunaan : Anestetik lokal
D. Metodologi Percobaan
1. Waktu dan Tempat
Waktu : Selasa, 9 Maret 2021
Tempat : Online via Zoom Meetings
2. Alat
- Tabung reaksi - Cawan uap
- Rak tabung reaksi - Water bath
- Botol semprot - Pipet tetes
- Droplate plate - Batang pengaduk
- Spiritus - Aquadest
5
- Beaker glass
3. Bahan
- Lidokain HCl
- Benzokain
- Prokain HCl
- Reagen kimia
E. Hasil Percobaan
HASIL PENGAMATAN
PENGAMATAN LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
PYROLISA Mencair, kental Mencair, seperti Lengket, agak
seperti gulali, tidak lilin, tidak berbau kental, tidak berbau
berbau
HASIL PENGAMATAN
REAKSI WARNA
LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
Larutan coklat, Larutan coklat, Larutan oranye,
Dragendorf
↓ coklat oranye ↓ hitam ↓ hitam
Larutan putih susu, ↓ Larutan bening, Larutan putih susu
Mayer
putih ↓ putih agak kehijauan
6
Larutan kuning Larutan oranye Larutan oranye
DAB HCl
kehijauan jeruk, ada gumpalan kemerahan
Batang korek api Batang korek api Batang korek api
Reaksi korek api berwarna coklat berwarna oranye berwarna oranye
kayu pekat terang
F. Pembahasan
Dalam praktikum identifikasi sample alkaloid anestetik lokal yang pertama dilakukan
adalah dengan melakukan reaksi warna, yaitu :
Sample + Mayer
Sample + larutan iodium dalam suasana Basa : Amati waktu yang terjadi perubahan
warna.
Lidokain ditambahkan pereaksi Mayer menghasilkan larutan putih susu dan endapan
putih, sedangkan pada Benzokain menghasilkan larutan bening dan endapan putih,
begitu juga dengan Prokain menghasilkan larutan putih susu yang agak kehijauan.
Sample direaksikan dengan Marquis (sample + H2SO4+ 1 tetes formalin) hasilnya
pada Lidokain menghasilkan larutan merah darah, Benzokain menghasilkan larutan
kuning kunyit, Prokain menghasilkan larutan kuning coklat.
7
Pada pengamatan organoleptis, pengidentifikasian dapat dilihat dari segi
rasa, dimana Benzocain mempunyai rasa yang lebih pahit dibandingkan Lidokain,
sedangkan Prokain terasa dingin di lidah dan pahit setelahnya. Pada pengamatan
kelarutan, Lidokain mudah larut, namun pada suasana basa sukar larut. Benzokain
sukar larut namun, pada pereaksi alkohol mudah larut. Prokain mudah larut dalam
pereaksi air,asam, basa, maupun pelarut organic.
G. Kesimpulan
Pada uji organoleptis semua sampel berbentuk seperti jarum dan halus, warnanya
putih kecuali sampel procain hcl yaitu agak kecoklatan. Semua sampel rasanya pahit
dan berasa dingin di lidah dan tidak berbau.
Pada uji kelarutan, sampel lidocaine hcl larut kecuali dalam basa, sampel benzocaine
sukar larut kecuali dalam alkohol, sampel procaine hcl larut dalam semua pelarut yang
ada.
Pada uji fluorescensi semua sampel tidak berpendar kecuali procaine hcl yang
berpendar dalam bentuk padatnya.
Pada uji pyrolisa sampel lidocaine hcl dan benzocaine meleleh dan kental, sampel
procaine hcl menjadi lengket dan agak kental. Semua hasil pyrolisa sampel tidak
berbau.
Pada reaksi warna, setiap sampel memiliki warna khas tiap perlakuan.
H. Daftar Pustaka
8
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I
Kelompok A4:
LOKAL 2A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
JURUSAN FARMASI
2021
9
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia medis dan kimia organic, istilah alkaloid telah menjadi bagian penting dan
tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa
alkaloid ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa
organic terbanyak ditemukan oleh alam. Hamper seluruh alkaloid berasal tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptic, daun-daunan yang berasa
sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, alkaloid
dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid adalah senyawa organic yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan
sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut
dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek
farmakologis pada manusia dan hewan.
1.2. Tujuan
1. Mengidentifikasi senyawa zat dan bahan yang dipakai dalam farmasi terutama obat –
obatan.
2. Mengetahui sifat – sifat antibiotik dan golongannya
10
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Analisa Modern
Menggunakan Kromatografi kertas, spektrometer, KCKT, terutama alkaloid opium :
morphin, codein
2. Analisa Umum
Isolasi dengan pelarut yang cocok, dengan reaksi warna dan kristal.
A. Pengocokan Alkaloid:
Alkaloid sebagai Basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut dalam
air, sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik: eter, chloroform.
Pengocokan dilakukan pada pH = 2,7,10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan di
Basakan dulu, biasanya dengan NaOH, NH4OH pekat kadang-kadang menggunakan
natrium karbonat, sebaiknya menggunakan Amonia:
Ammonia dengan alkaloid yang mengandung gugus fenol tidak membentuk fenolat
Ammonia sudah menguap maka pada pemumian mudah dihilangkan
Ammonia sudah cukup untuk membebaskan alkaloid
Alkaloid yang mudah terurai alkali
Ket:
B. Pembagian Alkaloid:
a. Alkaloid dengan mayer hasil positif:
- Alkaloid opium:
11
i. Turunan fenantren : morphin, dionin, codein, heroin
ii. Turunan isochinolin : papaverine
C. Identifikasi Umum
1. Reaksi Mayer (reaksi kristal pengendapan)
Reagen :
HgCl2 1
KI 4
Aquadest 5
Larutan senyawa ditambah HCl dan pereaksi mayer akan terbentuk endapan putih
kekuningan yang dapat larut dengan alcohol berlebih.
12
3. Reaksi asam pikrat (reaksi kristal/pengendapan)
Larutan senyawa ditambah larutan asam pikrat terjadi endapan (lihat mikroskop)
D. Identifikasi Khusus
1. Golongan Pyrazolon
Zat + mayer tidak terjadi endapan, setelah ditambah HCl terjadi endapan
Senyawa + larutan FeCl3 terjadi warna biru (novalgin), ungu (piramidon),
merah (antipirin).
Zat + HCl dan Natrium Nitrir terjadi warna hijau (antipirin), ungu
(piramidon)
2. Golongan Xantin
Reaksi Murexid
Zat + KClO3 + HCl pekat dipanaskan di atas WB sampai kering lalu + ammonia
akan berwarna biru
Reaksi Kristal: Fe Kompleks/dragendorf/asam pikrat
Reaksi Parry: zat kering + co Nitrat dalam alcohol + uap amoniak : theophylline
positif ungu
Zat + pereaksi lalu dipanaskan hingga mendidih
Pyrolisa dan fluoresensi
2.2. Monografi
13
Berat Molekul : 420,43
Aminofilin adalah senyawa anhidrat atau mengandung tidak lebih dari dua molekul
hidrat. Mengandung tidak kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 87,4% teofilin
anhidrat, C7H8N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Butir atau sebuk putih agak kekuningan; bau ammonia lemah, rasa pahit.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larutan 1g dalam 25ml air
menghsilkan larutan jernih; Larutan 1g dalam 5ml air menghablur jika didiamkan dan
larut kembali jika ditambah sedikit etilenadiamina
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Mengidentifikasi senyawa zat dan bahan yang dipakai dalam farmasi terutama obat –
obatan.
1. Alat
- Tabung reaksi - Lampu spiritus
- Pipet tetes - Cawan uap
- Botol semprot - Mikroskop
- Drouplet tetes - Kapas basah
- Spatula logam
2. Bahan
- Sampel Golongan Alkaloid Xantin : coffein, theophylline, aminophylline
- Reaksi kimia (kualitatif)
- Aquadest
Kelarutan
Air Larut Sukar Larut
15
Asam (HCl) Larut Larut
Basa (NaOH) Larut Tidak Larut
Alkohol Tidak Larut Tidak Larut
Fluoresensi
Padat α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Padat α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar
Air α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Air α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar
Asam α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Asam α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar
Basa α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Basa α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar
Mengarang, Berbusa,
Pyrolisa
Tidak Berrbau Tidak Berbau
Rx Warna
HCl (lp) + Mayer Larutan Kuning ↓ Larutan Putih ↓
HCl(lp) + Dragendorf Orange Tua ↓ Orange Tidak Larut
HCl (lp) + Bouchardat Larutan Hitam ↓ Larutan Hijau ↓
Murexid Ungu Terang Ungu Kekuningan
NaOH ad larut + Larutan Putih
Larutan Putih Susu
AgNO3 (1 tetes) Kecoklatan
Parry + NH4OH Coklat Ungu
Marquis Kuning Bening Jernih ↓
Cu Asetat Ungu Hijau Tosca
FeCl3 Merah Kecoklatan Orange
3.5. Pembahasan
Dalam praktikum identifikasi sampel alkaloid xantin yang pertama dilakukan adalah
melakukan identifikasi organoleptis, terdapat pada segi bentuk, aminofilin berbentuk serbuk
16
halus sedangkan teofilin berbentuk serbuk hablur. Dalam segi rasa keduanya (aminofilin,
teofilin) sama-sama berasa pahit.
Pada identifikasi kelarutan Aminofilin larut dalam air, asam dan basa, tetapi tidak larut
dalan alkohol. Theofilin larut dalam asam, tidak larut dalam basa dan alkohol, dan sukar larut
dalam air.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hasil pengamatan kelarutan: Aminophilin dapat larut dalam air, HCl, NaOH dan tidak
larut dalam alcohol. Theophilin Sukar larut dalam air, larut dalam HCl dan tidak larut
dalam NaOH dan alcohol.
Hasil pengamatan pyrolisa: Aminophilin membentuk arang dan tidak berbau sementara
Theophilin membentuk busa dan tidak berbau.
18
DAFTAR PUSTAKA
19