Anda di halaman 1dari 115

Laporan Praktikum Uji Kualitatif Identifikasi Golongan Alkohol

dan Karbohidrat

Dosen Penanggung Jawab Praktikum : Desi Fajrianti, S.Farm


Dosen Pengawas Praktikum : Dra. Harpolia Cartika, M.Farm, Apt

Disusun oleh Kelompok A1 :


1. Muhammad Rizky Arafah (P24840119049)
2. Narmada Tirta Anggiri (P24840119052)
3. Nurul Hidayah (P24840119055)
4. Nurul Verawati (P24840119057)
5. Putri Isa Juniyanti (P24840119061)
6. Ratna Nofitasari (P24840119063)
7. Ridha Farras (P24840119067)
8. Sabrina Azra Nuryadin (P24840119069)
9. Salsabila Wassifatul Hasanah (P24840119071)
10. Seila Munadzorifa (P24840119073)

LOKAL A TINGKAT II

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


BAB I ALKOHOL
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam studi di bidang farmasi pada lazimnya praktikum identifikasi obat
diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi semua pengetahuan tentang analisis. Dalam
makalah ini kami akan membahas analisa secara kualitatif terhadap golongan alkohol.
Sistematika dalam analisis obat yang pertama-tama diperiksa adalah sifat fisika secara
kualitatif yaitu:
1) Organoleptis (bentuk,rasa,warna)
2) Fluoresensi
3) Pyrolisa
Kemuadian percobaan dilanlutkan dengan pendahuluan kimia kualitatif meliputi:
1) Reaksi warna
Identifikasi secara kualitatif dimaksudkan supaya mahasiswa mampu mengidentifikasi
senyawa obat dari suatu golongan obat berdasarkan gugus fungsi dan terapeutiknya.

1.2 Tujuan Praktikum


Mahasiswa dapat mengetahui senyawa alkohol dan pengidentifikasiannya secara kualitatif
(etanol, metanol, dan gliserol).
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori Singkat


Alkohol adalah suatu senyawa organik yang mempunyai gugus OH yang terikat pada
atom karbon dari rangkain alifatik maupun rantai siklik.
 Pembagian Alkohol
1. Berdasarkan struktur
a. Alkohol alifatik
Contoh : Primer (etil alkohol), Sekunder (isopropil alkohol), tersier (amylon
hidrat) disebut : Alkohol monovalent alifatis jenuh.
b. Alkohol aromatis
Contoh : Bnezil alkohol (jenuh), dan Cinnamylalkohol (tak jenuh)
c. Alkohol siklik.
Contoh : sekunder (mentol), dan tersier (terpenhydrat).
2. Berdasarkan jumlah gugus OH
a. Alkohol monovalent (hanya memiliki 1 gugus OH)
 Alkohol monovalent cair. Contoh: metanol, etanol, propanol
 Alkohol monovalent berminyal. Contoh: pentanol
 Alkohol monovalent padat. Contoh: setil alkohol
b. Alkohol polyvalent (memiliki lebih dari 2 gugus OH)
 Alkohol polivalent cair. Contoh: propilen glikol, gliserin, etilenglikol
 Alkohol polivalent padat. Contoh: manitol, sorbitol
Jenis cairan : Glycerin, Ethylen glikol dan propylen (2-3gugus-OH)
3. Berdasarkan letak gugus OH pada atom C yang mengikat
a. Alkohol primer
Alkohol primer adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C
primer (atom C yang hanya mengikat satu atom C lainnya), seperti etanol, metanol,
propanol. Oksidasi terhadap alkohol primer dapat berlangsung dua tahap, tahap
pertama akan tersebntuk senyawa alkaloida, sedangkan tahap selanjutnya akan
membentuk asam karboksilat. Kuat atau lemahnya oksidasi alkohol tergantung
pada oksidatornya.
b. Alkohol sekunder
Alkohol sekunder dalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C
sekunder (atom C yang mengikat dua atom C lainnya), seperti isopropanol, iso
butil alkohol. Oksidasi senyawa ini dapat menyebabkan terbentuknya senyawa
denngan gugus fungsi keton, dan tidak dapat dioksidasi lebih lanjut.
c. Alkohol tersier
Adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C tersier, atom C
yang mengikat tiga atom C lainnya, seperti tersier butil alkohol. Senyawa ini tidak
bereaksi terhadap KMnO4 atau oksidator lainnya.
4. Berdasarkan keturunannya (jumlah atom C yang dikandung)
a. Alkohol rendah
b. Alkohol tinggi
 Sifat-sifat Alkohol
1. Kelarutan
Umumnya mudah larut dalam pelarut polar. Alkohol yang mempunyai atom C
kurang dari 4 akan mudah bercampur dengan air. Sedangkan jika atom C nya lebih
dari 4, kelarutannya kurang dalam air serta lebih mudah bercampur dengan pelarut
organik. Semakin panjang atom C, maka semakin sukar larut dalam air. Sedangkan
semakin banyak jumlah OH nya akan semakin sukar larut dalam pelarut organik.
2. Sifat Fisika
Alkohol monovalen memiliki titik didih yang bertambah besar dengan
bertambahnya atom C. Sedangkan alkohol polivalen memiliki titik didih yang
bertambah besar dengan bertambahnya gugus OH. Alkohol bercabang memiliki titik
didih yang lebih rendah dari alkohol rantai lurus dengan jumlah atom C yang sama.
Semakin panjang atom C maka indeks biasnya akan semakin tinggi.
Alkohol monovalen dengan jumlah atom C1 - C10, pada suhu kamar berupa cairan
dengan bau dan rasa yang spesifik. Sedangkan yang memiliki atom C lebih dari 10,
pada suhu kamar berupa zat padat yang tidak berwarna dan tidak berbau. Pada alkohol
polivalent, semakin banyak gugus OH nya maka titik leburnya semakin tinggi.
 Pemisahan Alkohol
Pemisahan alkohol dilakukan dengan cara destilasi bertingkat, sisanya dikocok dengan
PAE dibagi dalam golongan yang larut dan yang tidak larut. Sisa pengocokan dilarutkan
dalam air.
Pemisahan dari Aldehid, Asam, fenol, dan keton tidak dapat langsung didestilasi, tetapi
ditambah terlebih dahulu NaOH agar fenol dan asam membentuk Phenolat dan garam
yang larut dalam air sehingga tidak ikut terdestilasi. Pada senyawa yang mengandung
gugus aldehid dan keton ditambahakan NaHSO3, maka akan terikat dan tidak ikut
terdestilasi.
 Reaksi Umum Alkohol
1) Reaksi Diazo (untuk alkohol monovalen & polivalen)
Pereaksi:
 Diazo A: larutan as.sulfinat 0.5% (dalam 30 ml HCl 4N dan 70 ml air)
 Diazo B: alrutan NaNO2 0.5% dalam air
Zat + Diazo A + Diazo B lalu Basakan dengan 1-2 tetes NaOH, perbandingan diazo
A dan B (4 : 1). Maka akan terbentuk warna merah frambos yang menandakan adanya
gugus hidroksi (OH). Jika ditambahkan amil alkohol maka warna merah akan
terpisah, berbeda dengan fenol yang warna merahnya akan tertarik pada amil alkohol.
Hasil positif untuk alkohol larut air.
2) Esterifikasi (untuk alkohol monovalen)
Pereaksi:
Asam salisilat/asam benzoat/asam asetat, asam sulfat (sebagai katalisator)
Cara kerja:
3 tetes etanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit
as.salisilat/as.benzoat/as.asetat dan 1-2 tetes H2SO4 pekat, lalu tutup mulut tabung
dengan kapas basah, panaskan dalam penangas air selama 5 menit, lalu cium baunya
maka akan tercium bau ester (wangi).

3) Dengan Reaksi Beackman


Zat + H2SO4 + K. Dicromat
Primer : bau aldehid
Sekunder : bau keton
Tersier : adanya pemecahan rantai karbon atom C
4) Dengan Pereaksi Deniges
Alkohol tersier langsung memberikan endapan putih karena tereduksi.
5) Test Iodoform (untuk alkohol monovalen)
Prinsip :
terbentuk warna kuning CHI3 antara alkohol yang mempunyai sol iodi dalam
suasana alkalis.
6) Memeriksa alkohol polivalen :
- Reaksi Cuprifil :
Alkohol polivalen dibasakan dengan NaOH + 1 tetes CuSO4 terbentuk kompleks
Cu berwarna biru tua jernih. Panaskan, tidak terbentuk endapan merah bata.
- Reaksi landwerr
Zat + FeCl3 : menghasilkan warna kuning tua sampai coklat jingga

2.2 Monografi Senyawa


1. Etanol ( AETHANOLUM )
Nama lain : Etanol, Etil alkohol, Alkohol 70%, BM: 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan
rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada
suhu 78℃, mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.
(FI edisi III dan IV)
a. Kegunaan Etanol :
1. Dalam bidang farmasi : sebagai pelarut untuk membuat tingtur, esens, ekstrak dll
2. Untuk sintesis : eter, yodoform, kloroform, kloral, dll
3. Larutan alkohol 70% sebagai antiseptik karena mengkoagulasi albumin dan
menghentikan pertumbuhan dari organisme – organisme yang mengakibatkan
pembusukan, konsentrasi lebih tinggi tidak efektif karena tidak mematikan spora.
4. Dipakai sebagai pengawet pada produk biologi.

b. Reaksi Etanol
1. Esterifikasi Asam Salsilat/Asam Benzoat/Asam Asetat (cium baunya)
Etanol + Asam Salisilat + H2SO4 → Etil Salisilat (bau gandapura atau balsam)
Etanol + Asam Benzoat + H2SO4 → Etil Benzoat (bau pisang ambon)
Etanol + Asam Asetat + H2SO4 → Etil Asetat (bau pembersih kutex)
2. Reaksi Iodoform
5 ml larutan zat 0.5% + 1 ml NaOH 0.1 N dan 2 ml aqua iod setetes demi setetes
(lihat di bawah mikroskop): terlihat warna kuning kenari menunjukkan hasil
positif.
3. Dengan Reaksi Beackman
beberapa tetes sampel + 1 ml H2SO4 + 2 tetes kalium dikromat → terbentuk warna
hijau dan tercium bau asetaldehida.

2. Metanol
Nama Lain : methyl alkohol, BM : 32,4.
Pemerian :
a. Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas (kasar : pedas tidak enak,toksik), warna
nyala tidak ada, kebiru-biruan TD 64,7°C.
b. Lebih toksik daripada etil alkohol/etanol
c. Tak membentuk campuran azeotropik dengan air
d. Kalau diminum : mabuk lama s.d kebutaan dan kematian (tergantung dari volume
yang diberikaan) karena dalam tubuh metanol tak dioksidasikan dengan sempurna
hanya sampai HCOOH yang mengakibatkan kematian.
Kegunaan metanol sebagai berikut :
a. Pelarut misalnya dari shellac dsb
b. Sebagai anti freeze radiator mobil
c. Untuk mendenaturasikan etanol
d. Untuk pembuatan : formaldehid, metil salisilat, metil klorida
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, alkohol, eter dan pelarut organik lainya.
Reaksi Mentanol
a. Esterifikasi dengan Asam Salisilat/Asam Benzoat
Metanol + Asam Salisilat + H2SO4 → Metil Salisilat (bau gandapura lebih pekat
daripada etanol)
Metanol + Asam Benzoat + H2SO4 → Metil Benzoat (bau pisang ambon)
b. Reaksi Iodoform
5 ml larutan zat 0.5% ditambahkan 1 ml NaOH 0.1 N dan 2 ml aqua iod setetes
demi setetes (lihat di bawah mikroskop): terlihat warna kuning, jika diencerkan
praktis tidak hilang.
c. Dengan Reaksi Beackman
1 tetes sampel + 1 tetes H2SO4 + 1 tetes lar. kalium dikromat → terbentuk warna
hijau.
d. Zat + asam sulfat + piperonal di WB hasil : hijau coklat
e. Zat + KOH + hidroksilamin HCl setelah dingin + asam sulfat 2 N hasil
baunya HCN lalu lakukan reaksi biru berlin
f. Reaksi Borat
Larutan Borat panaskan WB ad kristal borat + asam sulfat + metanol dibakar
langsung tanpa batang korek api ikut terbakar : Hasil pengamatan : api hijau

3. Gliserol
Nama Lain : Gliserol

Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis, diikuti
rasa Hangat dilidah, jika disimpan berapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai
lebih kurang 20°, diuapkan tak dapat kering. Higroskopis, t.d 290°C

Kegunaan :

a. Mempunyai sifat menghaluskan maka dipakai untuk mengatasi kulit yang kasar
b. Sebagai pencahar dan juga dipakai sebagai pemanis dan pelarut
c. Sebagai pengawet untuk fermen-fermen dan vaksin-vaksin
d. Konsentrasi 25% sebagai anti septik
e. Untuk membuat gliserol trinitrat dipergunakan : sebagai vasodilator dan
pembuatan dinamit.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, praktis tidak larut
kloroform, eter, minyak lemak.

Reaksi warna

a. Reaksi Cuprifil

Pereaksi: larutan CuSO4 2%, larutan NaOH 2 N

Masukkan sampel (gliserin) ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1-2 tetes NaOH dan 1
tetes larutan CuSO4, akan terbentuk larutan biru tua jernih, stabil dengan pemanasan
& tak timbul endapan CuO

b. Reaksi Charlety

Larutan + asam oksalat + resorchin + asam sulfat, Hasil : ungu violet kemudian di +
kan air, hasil : warna ungu hilang, dan diberikan kembali asam sulfat, hasil : warna
timbul kembali.

c. Reaksi Landwerr

Zat + FeCl3 → kuning tua sampai coklat jingga. 1 ml sampel + 10 ml HNO3 + 10 tetes
lar. kalium dikromat melalui dinding tabung maka pada terbentuk cincin biru yang
tidak berdifusi ke lapisan bawah
d. Test dengan Borat

Pereaksi: larutan borat 1% dan larutan fenolftalein 0.2% dalam etanol 70%

Cara kerja: Masukkan 1-2 tetes lar.borat dan 1-2 tetes lar.fenolftalein, lalu + beberapa
tetes NaOH sampai larutan berwarna merah rosa. Lalu + glierin atau alkohol polivalen
lainnya maka warna merah akan berkurang/hilang.

2.3 Metodologi percobaan


a. Waktu dan Tempat
Waktu : Kamis, 18 Februari 2021
Tempat : dalam jaringan ( Online ) secara presentasi
b. Tujuan praktikum
Mengidentifikasi golongan alkohol ( Etanol, Mentanol, dan Gliserol )
c. Alat dan bahan
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Botol semprot
4. Plat tetes
5. Spatula logam
6. Lampu spirtus
7. Cawan uap
8. Mikroskop
9. Kapas basah
Bahan :
1. Sample (etanol, metanol, gliserol)
2. Reagen kimia (kualitatif)
3. Aquadest

d. Hasil pengamatan
Berdasarkan teori di atas maka pengamatan yang diperoleh adalah sbg berikut:
e. Pembahasan
Berdasarkan data pada tabel, dari pengamatan organoleptis pada ketiga
sampel semuanya berbentuk cairan; warna ketiga sampel jernih/tidak berwarna; bau
pada etanol dan metanol berbau khas, sementara gliserol tidak berbau; rasa pada etanol
dan metanol memberi sensasi terbakar atau pedas pada lidah, sementara gliserol manis
dan hangat di lidah. Dari segi kelarutan, ketiga sampel dapat larut/tercampur dengan
air; ketiga sampel juga larut pada asam maupun basa; etanol dan metanol dapat
larut/tercampur dengan pelarut organik, sementara gliserol tidak.
Dari segi reaksi warna, ketiga sampel memberikan ke-khas-an nya
tersendiri ketika bereaksi. Tidak semua reaksi percobaan dapat dilakukan untuk alkohol
monovalen dan alkohol polivalen. Ada yang hanya dilakukan pada alkohol monovalen
(etanol & metanol), yaitu reaksi iodoform. Ada pula yang hanya dilakukan pada alkohol
polivalen (gliserin), yaitu reaksi landwerr. Reaksi deniges hanya dilakukan pada
alkohol tersier, sementara ketiga sampel tersebut bukanlah alkohol tersier.
Reaksi esterifikasi salisilat/benzoat/asetat dilakukan pada alkohol
monovalen (etanol & metanol). Pada esterifikasi salisilat, etanol & metanol
mengeluarkan bau gandapura, namun bau gandapura pada metanol lebih pekat. Pada
esterifikasi benzoat, etanol & metanol mengeluarkan bau pisang ambon. Pada
esterifikasi asetat, etanol mengeluarkan bau pembersih kutex.

2.4 Kesimpulan
Identifikasi golongan alkohol terbagi menjadi reaksi umum yang dapat dilakukan pada
semua alkohol, dan reaksi khusus yang hanya dilakukan pada alkohol monovalen maupun
alkohol polivalen. Ketiga sampel memiliki kesamaan dari segi organoleptis bentuk dan
warna yaitu cairan jernih. Ketiganya juga dapat terlarut dalam air, asam, dan basa. Namun,
ketiga sampel memberikan reaksi tersendiri ketika direaksikan dengan berbagai reagen.
Spesifikasi khusus untuk ketiga sampel tersebut adalah dengan organoleptis, reaksi diazo,
dan reaksi borat.
DAFTAR PUSTAKA

 Farmakope Indonesia Edisi ketiga 1979


 Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi Edisi 2010
 Modul Kimia Farmasi oleh Universitas Gunadarma
 Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Kualitatif oleh Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara
 Penuntun Praktikum Analisis Obat, Narkotika, dan Bahan Berbahaya oleh Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
 https://www.scribd.com/doc/253818335/Alkohol
BAB I KARBOHIDRAT
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan suatu molekul yang tersusun dari unsur karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O), yang memiliki rumus empiris (CH2O)n . berdasarkan jenis gula
penyusunnya, karbohidrat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
karbohidrat merupakan kelompok besar senyawa polihidroksialdehida atau
polihidroksiketon atau senyawa-senyawa yang dapat dihidrolisi menjadi senyawa
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon ( Wahyudi,dkk Wahyudi,dkk 2003:94 ).
Dalam praktikum identifikasi, lazimnya diarahkan pada pengenalan senyawa obat, dengan
menggunakan beberapa uji pengenalan karbohidrat, diantaranya uji molisch, uji benedict,
uji seliwanoff, uji barfoed,uji tollen, uji bial, uji iodium dan uji osazon. Dalam makalah
ini penulis membahas menganai analisa secara kualitatif terhadap golongan karbohidrat.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui senyawa karbohidrat dan pengidentifikasiannya secara
kualitatif
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori
A. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi atau polihidroksi keton yang mengandung karbon,
hydrogen, dan oksigen. Karbohidrat dalam tubuh mengalami perubahan atau
metabolisme. Hasil metabolise karbohidrat yaitu glukosa yang terdapat dalam darah dan
glikogen yaitu karbohidrat yang disintesis oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber
energi (Poedjiati, 2007).

B. Pembagian Karbohidrat
1) Monosakarida C6H12O6 (monosa)
Monosakarida ialah gula ringkas dan merupakan unit yang paling kecil (tidak dapat
dihidrolis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil). Monosakarida terdiri atas 3-6
atom C. Beberapa molekul monosakarida mengandung unsur nitrogen dan sulfur.
Monosakarida yang penting dalam fisiologi ialah D-glukosa, D-galaktosa, D-fruktosa,
Dribosa, dan D-deoksiribosa. Monosakarida digolongkan berdasarkan jumlah atom
karbon yang dikandungnya (triosa, tetrosa, pentosa, dan heksosa) dan gugus aktifnya,
yang bisa berupa aldehida atau keton, Ini kemudian bergabung, menjadi misalnya
aldoheksosa dan ketotriosa.
 Aldosa (mengandung gugus aldehid) : Aldopentosa ; arabinosa, xylosa, rhamnosa
 Aldoheksosa ; glukosa, galaktosa, mannose
 Ketosa (mengandung gugus keton) : Gugus aldodiganti keto ketoheksosa ;
fruktosa

Jumlah atom C Aldosa Ketosa

Tritosa (C3H6O3) Gliserosa Dihidroksiaseton

Tetrosa (C4H8O4) Eritrosa Eritrulosa

Pentosa (C5H10O5) Ribosa Ribulosa

Heksosa (C6H12O6) Glukosa Fruktosa

Reaksi-reaksi Monosakarida
a) Dengan HCN ; sianohidrol
b) Zat + C6h5N-NH2 terbentuk hidrazon atau dikenal dengan reaksi OSAZON (pengamatan
reaksi kristal)
c) Reaksi-reaksi Oksidasi
- Pereaksi Fehling
- Pereaksi Tollens (Ag Amoniakal)
- Air Brom (ketosa ; negatif, aldosa menjadi aldonat)
- HONO2 pekat : Aldosa ; asam aldarat
Keton ; molekul pecah
- Dengan asam pekat (HCl pekat)
- Zat + Basa
• Pekat : tidak punya reduksi stabil terhadap basa
• Sifat reduksi : pendamaran (kuning-coklat)

2) Disakarida C12H22O11 (Biosa)


Karbohidrat jika dihidrolisis memberi dari satu molekul, 2 molekul monosakarida.
Disakarida terdiri atas unit sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa.
Memiliki sifat reduksi : laktosa, sukrosa
Tidak memiliki sifat reduksi : saccharosa/sukrosa

Sukrosa (glukosa+fruktosa), alami Laktosa (glukosa+galaktosa), laktosa


banyak terdapat pada buah-buahan, merupakan hidrat utama dalam air susu
tebu, bit hewan/gula susu

Selobiosa merupakan unit ulangan


dalam selulosa. Selobiosa tersusun dari
Maltosa (glukosa+glukosa), hasil
dua monosakrida glukosa yang
hidrolisis pati/kanji
berikatan glikosidaβ antara karbon 1
dengan karbon 4.

3) Polisakarida (C6H10O5)n
Merupakan karbohidrat yang tersusun lebih dari delapan satuan monosakarida.
Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida
(contohnya kanji, glikogen dan selulusa), sedangkan yang mengandung senyawa lain
disebut heteropolisakarida (contohnya heparin). Contoh polisakarida :
a) Amylum
Komponen :
- Amilosa (lurus/ikatan 1-4α glikosidik)
- Amilopektin (bercabang ikatan C1-C6)
Larut dalan air : glycogen, dextrin, gom arab, tragacanth
Tidak larut dalam air : amylum, CMC
b) Glikogen (lebih banyak cabang ikatan C1-C6)
c) Selulosa
d) Kitin (terdapat pada hewan invertebrata darat, laut dan pada jamur dari genus Mucor,
Phycomyces, dan Saccharomyces.) Misal : kepiting, kerang, udang, dst.
e) Glikoamin glikan
Suatu kompleks karbohidrat yang mengandung gula amino dan asam uronat,
gabungan dengan protein disebut : protein glikan
Dikenal 7 buah glikosamin glikan, salah satu diantaranya adalah asam hialuronat,
khondroitin 4 sulfat, heparin

C. Uji pengenalan Karbohidrat


a) Uji Molish
Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Monosakarida, disakarida, dan polisakarida
akan memberikan hasil positif. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol
dalam pereaksi molish.
b) Uji Benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa,
glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu 2+ menjadi Cu+ oleh
gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat
pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan
CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang
disertai dengan larutan yang berwarna hijau.

c) Uji Seliwanoff
Uji Seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang
mengandung gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl
panas menjadi asam levulinat dan 4-hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan
karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada
larutannya. Disakarida sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa dan
fruktosa memberi reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Glukosa dan karbohdrat
lain dalam jumlah banyak dapat juga memberi warna yang sama.
d) Uji Barofed
Uji ini untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan jalan mengontrol
kondisi-kondisi percobaan, seperti pH dan waktu pemanasan. Pada analisa ini,
karbohidrat direduksi pada suasana asam. Disakarida juga akan memberikan hasil
positif bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.

e) Uji Tollens
Uji ini untuk positif terhadap karbohidrat pentosa yang membedakannya dengan
heksosa. Aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan
unsur perak (Ag). Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji
ini, adalah larutan basa dari perak nitrat.
Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak
sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia.
Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak

f) Uji Bial
Uji bial untuk menguji adanya gula pentose. Pemanasan pentose dengan HCl
pekat akan menghasilkan furfural yang berkondensasi dengan orcinol dan ion feri.
Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru hijau yang menunjukkan adanya
gula pentosa.

g) Uji Iodium
Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod juga dapat
membedakan amilum dengan nitrogen. Reaksi antara polisakarida dengan iodin
membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks
(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat
berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur
heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.

h) Uji Osazon
Uji Osazon memiliki prinsip yaitu proses pemanasan karbohidrat yang memiliki
gugus aldehida atau keton dengan fenilhidrazin berlebih akan menghasilkan
hidrazon atau osazon. Osazon akan membentuk kristal (Bintang 2010). Reaksi Uji
Osazon yaitu :
Aldosa + fenilhidrazin → fenilhidrazon
Fenilhidrazon + 2 fenilhidrazin → Osazon + aniline + NH3 +H2O
Untuk membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya. Hasil
positif ditandai dengan pembentukan kristal. Ada 3 jenis kristal yang dapat
terbentuk, yaitu seperti jarum, sunflower – shaped dan cotton – ball – shaped.
- Laktosa menunjukkan hasil kristal berbentuk seperti bunga matahari
- Maltosa, glukosa dan fruktosa menunjukkan hasil kristal berbentuk jarum
- Sukrosa tidak membentuk kristal, mungkin dikarenakan sukrosa
merupakan gula dengan daya reduksi yang sangat lemah sehingga sulit
bereaksi dengan pereaksi Osazon (Nigam dan Ayyagari 2008).
Tabel 3 Hasil Uji Osazon
Sampel Gambar

Maltosa

(machicon-akihabara.info 2017)

Laktosa

(machicon-akihabara.info 2017)

Glukosa

(machicon-akihabara.info 2017)

Fruktosa

(machicon-akihabara.info 2017)

Sukrosa

(machicon-akihabara.info 2017)
D. Identifikasi Umum dan Khusus
 Identifikasi umum
1) Inverse, kemudian reaksi reduksi
− Fehling : zat – fehling A : Fehling B (1:1) + NaOH lalu dipanaskan
− Barfoed : Zat – CuSO4 dengan katalis asam asetat dipanaskan (dibandingkan dengan
balnko)
Inverse untuk gula tertutup : larutan gula 1% + HCl 4 N aa 1 jam di WaterBath 1 cc
larutkan NaOH 2N
2) Molish
2cc larutan gula dalam air + 5 tetes 3% naphtol dalam spiritus + 2 cc H2SO4 hati-hati
terbentuk cincin ungu
3) Reaksi Osazon
Larutan gula ditambahkan fenilhidrazin dalam NaOH kristal berlebih kemudian
dipanaskan di beaker glass. Pengerjaan dilakukan bersamaan dengan blanko, catat
waktu terjadinya perubahan reaksi (endapan hasil reaksi dilihat dalam
mikroskop)
 Identifikasi Khusus
1. Glukosa (monosa
 Molish (+)
 Barfoed (+)
 Fehling (+)
 Luff (+)
 Rx Osazon (+) setelah 2 menit terbentuk kristal, buktikan dengan blanko
2. Fruktosa
 Molish (+)
 Barfoed (+)
 Rx Osazon (+) setelah 1 menit
3. Pyrolisa
 Molish (-)
 Fehling (-)
 Rx Osazon (-) setelah 30 menit
 Barfoed (-) biarpun terjadi lama, catat waktu (lamanya) terjadi endapan
4. Sakarosa (biosa, tidak tereduksi)
 Molish (-)
 Fehling (-)
 Rx Osazon (-)
 Barfoed (-)
5. Gom Arab
 Molish (+)
 Zat + KI + I2  tidak biru
 Zat + KI + I2 larutan + PbAc2 + spiritus  endapan
 Dimasak dengan NaOH  kuning
6. Tragacanth
 Zat + KI + I2  biru
 Dimasak dengan KOH  kuning kenari
 Dikocok dengan air berbusa
 Larutan + PbAc2  endapan tanpa spiritus
7. Amylum
 Molish (+)
 Larutan + PbAc2 + spiritus for aa  endapan
 Larutan kanji + aq iod  biru

2.2 Monografi Senyawa


A. Glukosa (Dextrose)

C6H12O6.H2O BM 198,17
Dektrosa adalah suatu gula yang diperoleh dari hidrolisis pati. Mengandung satu
molekul air hidrat atau anhidrat, tidak kurang dari 97.5% dan tidak lebih dari 102.0%
C6H12O6, dihitung terhadap zat anhidrat.
- Pemerian Habur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak
berbau; manis.
- Kelarutan Sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah larut dalam air; larut
dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.
- Identifikasi Tambahkan beberapa tetes larutan zat (1 dalam 20) pada 5 mL
tembaga(II) tartrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida.
- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
- Khasiat dan penggunaan Pengencer tablet dan kapsul; agen terapeutik; agen
tonisitas; agen pemanis.
FI VI hal : 374 & Handbook Pharmaceutical Excipient hal : 222
B. Laktosa (Lactosum)

C12H22O11 BM 342,30
Laktosa Monohidrat merupakan disakarida alami yang diperoleh dari susu, mengandung
1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa (note : Laktosa monohidrat dapat
dimodifikasi sesuai dengan sifat fisiknya. Dapat mengandung laktosa amorf dalam
jumlah
bervariasi ).
- Pemerian : Serbuk putih, mengalir bebas
- Kelarutan : Mudah larut dalam air secara perlahan-lahan ; praktis tidak larut dalam
etanol.
- Identifikasi : A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan didispersikan dalam
kalium bromida P, menunjukan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Laktosa Monohidrat.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada kromatografi.
C. Larutkan 250mg zat dalam 5 ml air. Tambahkan 3ml amonium hidroksida P,
panaskan dalam tangas air pada suhu 80° selama 10 menit : terjadi warna merah.
- Khasiat dan penggunaan : Zat Tambahan
- Wadah dan penyimpnan : Dalam wadah tertutup rapat
Farmakope Indonesia ed VI hal 978-979
C. CMC Na(Carboxylmethylcellulose Sodium)

Karboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa,


mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% natrium (Na) dihitung
terhadap zat kering.
- Pemerian : serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik.
- Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak
larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain
- Identifikasi : Tambahkan lebih kurang 1 g zat pada 50 ml 1air sambil diaduk
hingga terdispersi homogen. Lanjutkan pengadukan hingga diperoleh lar. jernih,
dan gunakan larutan ini untuk pengujian sebagai berikut;
a) Encerkan 1 ml larutan dengan 1 ml air dalam tabung reaksi kecil,
tambahkan 5 tetes 1-naftol LP, miringkan tabung, dan tuang hati-hati
melalui dinding tabung 2 ml H2SO4 P; terjadi warna merah ungu pada
bidang batas antar dua lapisan
b) Pada 5 ml larutan tambahkan 5 ml BaCl2 LP; terbentuk endapan halus putih
c) Menunjukan reaksi natrium cara A dan B seperti yang tertera pada Uji
identifikasi umum
- Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
- Khasiat dan kegunaan Agen pelapis; zat penstabil; suspending agent; tablet dan
penghancur kapsul; pengikat tablet; zat peningkat viskositas; agen penyerap air.
FI VI hal : 832 & Handbook Pharmaceutical Excipient hal : 118
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan tempat praktikum


Waktu : 18 Februari 2021
Tempat : Dalam jaringan (online) secara presentasi

3.2 Tujuan praktikum


Mahasiswa dapat mengetahui senyawa Karbohidrat dan pengidentifikasiannya secara
kualitatif (Glukosa, Laktosa, CMC)

3.3 Alat dan bahan


Alat :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Beaker glass
- Lampu spiritus
- Spatula
- Water bath
- Cawan uap
- Lumpang & alu

Bahan :
- Sampel glukosa, laktosa, CMC Na
- Reagen
- Aquades
3.4 Hasil Pengamatan
Pereaksi Glukosa Laktosa CMC Dokumentasi
Organoleptis

Bentuk kristal hablur Serbuk halus

Putih Putih
Warna Putih
kekuningan kecoklatan

Bau gula Berbau khas


Bau Bau susu
pasir menyengat

Rasa manis manis Tidak berasa

Kelarutan

Mudah larut Larut Membentuk


Air
air perlahan gel
Lebih lama
Membentuk
Asam (HCl) Larut larut dari
gel
glukosa

Membentuk
Basa (NaOH) larut larut
gel

Pelarut organik Membentuk


Sukar larut Sukar larut
(kloroform) gel

Fluoresensi

Tidak
α=366 terpendar Terpendar
terpendar
Padat

Tidak Tidak
α=254 terpendar
terpendar terpendar
Tidak
α=366 terpendar terpendar
terpendar
Air

Tidak Tidak
α=254 Terpendar
terpendar terpendar

Tidak Tidak
α=366 Terpendar
terpendar terpendar
Asam
Tidak Tidak
α=254 Terpendar
terpendar Terpendar

Tidak Tidak
α=366 Terpendar
terpendar Terpendar
Basa
Tidak Tidak
α=254 Terpendar
terpendar terpendar

Rx. Warna

Sedikit
Ada gel
↓putih,
H2SO4 p Bening berwarna
larutan
putih
bening
↓putih,
Putih keruh
HCl p Bening larutan agak
ada gel
kekuningan

↓putih,
larutan
HNO3 p Bening Ada gel
berwarna
kuning pucat

Merah Merah
Merah
kecoklatan, kecoklatan,
Molisch kecoklatan,
endapan endapan fel
endapan putih
coklat muda coklat tua

Barfoed Biru laut Biru keruh Biru


Larutan
Larutan
Fehling bening keruh, ada
kuning
sedikit gel

Biru muda,
Luff Biru laut Biru laut
ada gel

King Orange tua Orange tua Terbentuk gel

Identifikasi Khusus

Terbentuk Tidak Tidak


Ag. Amoniak
cermin perak terdapat terdapat
As,piktat + Coklat tua- Terbentuk gel
Coklat tua
NaOH  WB merah coklat tua

Larutan Larutan
Gel orange
KI + I2 orange orange
kecoklatan
kecoklatan kecoklatan

Larutan
Larutan Larutan
NaOH  WB kuning pucat,
coklat muda coklat tua
ada gel

Sedikit
Larut, larutan ↓putih,
Air  dikocok larut
kuning pucat larutan agak
keruh
Berbetuk Berbetuk Mudah
caramel, dan caramel, dan terbakar dan
Pyrolisa
seperti berbau seperti berbau menghasilkan
karamel karamel arang

Reaksi Osazon Ada kristal Ada kristal Tidak ada


berbentuk berbentuk kristal
jarum seperti bunga
matahari
Glukosa

Laktosa
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data pada tabel, pengamatan organoleptis ketiga sampel (glukosa, laktosa
CMC) menunjukkan bentuk, rasa dan bau yang berbeda, glukosa berbentuk kristal berwarna putih
memiliki bau gula pasir dengan rasa yang manis. Laktosa berbentuk serbuk halus berwarna putih
kekuningan berbau khas menyengat dengan rasa yang tidak terlalu manis. CMC berbentuk serbuk
halus berwarna putih kecoklatan berbau seperti susu dengan rasa tidak berasa.

Pengamatan kelarutan ketiga sampel (glukosa, laktosa, CMC) menggunakan pereaksi air,
HCl, NaOH, Kloroform. Diperoleh hasil, CMC membentuk gel pada semua pereaksi, glukosa dan
laktosa larut dalam pereaksi NaOH & sukar larut dalam kloroform. Dalam pereaksi air glukosa
mudah larut sedangkan laktosa larut perlahan, dalam pereaksi HCl glukosa larut sedangkan
laktosa lebih lama larut.

Pada pengamatan flurosensi sampel bentuk padat, air, asam, basa menunjukkan hanya
CMC yang hasil pengamatannya terpendar sedangkan glukosa dan laktosa tidak terpendar.
Pada pengamatan pyrolisa menunjukkan bau yang khas pada masing-masing sampel, glukosa
berbau karamel, laktosa berbau seperti kertas terbakar, CMC berbau seperti kertas terbakar juga
tetapi ada sedikit bau manis.

Pada pengamatan reaksi warna pada ketiga sampel (glukosa,laktosa dan CMC). terdapat
reaksi molish, barfoed,fehling, luff dan king . pada reaksi molish glukosa menghasilkan endapan
berwarna coklat muda, pada laktosa menghasilkan endpan putih dan CMC berwarna coklat tua.
Pada reaksi Barfoed glukosa berwarna biru laut, laktosa berwarna biru keruh, CMC berwarna
biru.Pada reaksi Fehling untuk glukosa berwarna bening, laktosa kuning dan CMC larutan keruh
ada gel. Pada reaksi Luff glukosa berwarna biru laut, laktosa berwarna biru keruh, CMC berwarna
biru. Pada reaksi king glukosa dan laktosa berwarna orange tua dan untuk CMC terdapat gel
Pada reaksi ozazon terlihat bentuk khas kristal dari masing-masing sampel, glukosa ada
kristal yang berbentuk jarum, glukosa ada kristal yang berebntuk seperti bunga matahari
sedangkan untuk CMC tidak ada terbentuk kristal.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam praktikum identifikasi sampel Kerbohidrat yaitu glukosa, laktosa, dan CMC Na
yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan :
 Identifikasi dengan organoleptis. Ketiganya memiliki rasa manis, terdapat
perbedaan dari segi bentuk, dan warna, glukosa mempunyai bentuk seperti kristal
berwarna putih, Laktosa berbentuk hablur berwarna putih kekuningan dan CMC
Na berbentuk seperti serbuk halus berwarna putih kecoklatan.
 Terjadi bau khas dari percobaan pyrolisa
 Pada reaksi osazon terlihat bentuk khas dari karbohidrat
 Dalam pengamatan kelarutan, CMC berubah menjadi gel jika dilarutkan dalam
semua pelarut. Sementara laktosa dan glukosa larut dalam air, asam dan basa
DAFTAR PUSTAKA
• Cartika, Harpolia. 2010. Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta: Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II
• Farmakope Indonesia edisi VI
• Handbook Pharmaceutical Excipients edisi 6
• Kusmiyanti, Mimin. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
• Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
• http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/168/jtptunimus-gdl-anggiwidya-8394-3-babii.pdf
• https://www.academia.edu/37423594/Laporan_1_Karbohidrat_docx
• https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/7ef6b6bab5224263afe23dd815
76408d.pursehero.com/file/59856940/LAPORAN-PRAKTIKUM-KARBOHIDRAT-
docx/
• https://warstek.com/karbohidrat/
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

“IDENTIFIKASI GOLONGAN ANTIBIOTIK DAN IDENTIFIKASI

GOLONGAN ASAM ”

Disusun oleh :

Kelompok A-2 Lokal 2A

Shofiyyah Muthmainah (P24840119075)

Shofiyyah Riza Kurniawati (P24840119077)

Sisca Ulya Setiadi (P24840119079)

Siti Nurhasanah (P24840119081)

Tiara Zaharani Irawan (P24840119085)

Wayan Dian Utami (P24840119088)

Widianti Nurul Aziza (P24840119090)

Widya Sari (P24840119092)

Yasmin Shaumi Fitria (P24840119094)

Yopi Septianingrum (P24840119097)

Yuliana Ditya Putri (P24840119098)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JURUSAN FARMASI

2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam analisa secara kualitatif terhadap golongan antibiotik. Sistematika dalam
analisis obat yang pertama-tama diperiksa adalah sifat fisika secara kualitatif yaitu:
(1) Organoleptis (bentuk, bau, rasa, warna)
(2) Kelarutan (air, asam, basa, pelarut organic)
(3) Fluoresensi
(4) Pyrolisa
Kemudian percobaan dilanjutkan dengan pendahuluan kimia kualitatif meliputi:
(5) Reaksi Warna
(6) Reaksi Kristal

Identifikasi secara kualitatif dimaksudkan supaya mahasiswa mampu


mengidentifikasi senyawa obat dari suatu golongan obat berdasarkan gugus fungsi dan
terapeutiknya.

B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui senyawa antibiotik (Kloramfenikol, Tetrasiklin,
Ampicillin, Amoxycillin) dan pengidentifikasiannya secara kualitatif
BAB 2

DASAR TEORI
A. Teori Singkat
Antibiotika (anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi
dan bakteri,yang memiliki khasiat yang mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman,sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
Menurut Waksman, antibiotik pada umumnya adalah zat yang dibentuk oleh
mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain.
Menurut Benedict, antibiotic adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh jasad renik
tertentu dan turunannya yang dapat dipergunakan untuk membunuh mikroba lain.
Dari pemaparan definisi antibiotik di atas dapat disimpulkan bahwa antibiotik
merupakan senyawa alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan proses biokimiawi di dalam organisma, khususnya dalam proses infeksi oleh
mikroba.
Dengan berkembang pesatnya antibiotika, maka dibuatlah batasan-batasan pengertian
mengenai antibiotika. Sehingga suatu bahan kimia digolongkan ke dalam antibiotika
bilamana bahan kimia tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Merupakan produk metabolisme, meskipun dalam produksinya dilakukan melalui
sintesa kimia
2. Merupakan prosuk dintesa yang diproduksi sebagai struktur analog dari antibiotika
alamiah
3. Dapat menghambat pertumbuhan satu atau lebih mikroorganisma
4. Efektif pada konsentrasi rendah
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh
Dr.Alexander Fleming pada tahun 1929. Pada masa itu Alexander Fleming menemukan
difat antibakteri dan penisilin, penemuan ini dianggap sebagai tonggak kelahiran era
antibiotika moder. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan
perang dunia II di tahun 1941,ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk
menanggulangi infeksi dari luka-luka.
Kemudian, para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat
antibiotis. Akan tetapi berhubungan dengan sifat toksisitasnya bagi manusia, hanya
sebagian kecil saja yang digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah
sterptomisin, kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, rifampisin,dll.
A) Pembuatan Antibiotik
1. Antibiotika semisintetis, yaitu apabila ada persemaian (culture substrate)
dibubuhi zat-zat pelopor tertentu,maka zat ini diinkorporasi kedalam
antibiotikum dasarnya.Hasilnya disebut senyawa semisintetis,misalnya
penisilin-V
2. Antibiotika sintetis tidak dibuat lagi dengan jalan biosintetis tersebut,melainkan
dengan sintesa kimiawi,misalnya klorafenikol.

B) Penggunaan Antibiotik

Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. yang berguna hanyalah
antibiotika yang mempunyai kadar hambatan minimum in vitro lebih kecil dari kadar
zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik.

Penggunaan penting non-terapeutis adalah sebagai stimulant pertumbuhan dalam


peternakan babi, sapi dan ayam. Efek ini secara kebetulan ditemukan pada tahun 1940-
an tetapi mekanisme kerjanya belum diketahui dengan jelas.Diperkirakan antibiotika
bekerja setempat di dalam usus dengan menstabilisir floranya.Kuman-kuman “buruk”
yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat
dipergunakan lebih baik.

C) Penggolongan Antibiotik

Antibiotik memiliki dua sifat yaitu bakteriostatik dan bakterisida. Bakteriostatik


adalah zat antibiotik yang bersifat mencegah replikasi lebih lanjut dari mikroba yang
bergantung pada sistem imunitas tubuh untuk membersihkan infeksi atau memiliki sifat
menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida merupakan zat antibiotik
yang bersifat membunuh mikroba.

Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan spektrum aktivitas, mekanisme kerja, dan


struktur kimianya.

Berikut merupakan penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum aktivitasnya :

Berdasarkan spektrum aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua yaitu (1)


antibiotika spektrum luas dan (2) antibiotika spektrum sempit. Antibiotika spektrum
luas merupakan antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Adapun obat-obat yang tergolong dalam antibiotika spektrum luas diantaranya adalah
tetrasiklin, amfenikol, aminoglikosida, makrolida, rifampisin, ampisilin, amoksisilin,
bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, tikarsilin, dan sebagian
sefalosporin.

Adapun antibiotika spektrum sempit merupakan antibiotika yang efektif hanya pada
bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja. Contohnya adalah basitrasin yang
efektif terhadap bakteri gram positif, kolistin yang efektif terhadap bakteri gram
negative, streptomisin yang efektif terhadap mycobacteriaceae, nistatin yang efektif
terhadap jamur, dan aktinomisin yang efektif tterhadap neoplasnma.

Berikut merupakan penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

1. Antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel bakteri, contohnya penisilin,


sefalosporin, karbapenem, vankomisin, basitrasin, fosfomisin
2. Antibiotika yang bekerja langsung pada membrane sel bakteri, mempengaruhi
permeabilitas membrane dan menyebabkan kebocoran sel, contohnya polimiksin
dan daptomisin
3. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA contohnya kuinolon
dan rifampin
4. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada ribosom contohnya
eritromisin, klindamisin, sinercyd, dan streptomisin
5. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di dalam sitoplasma, contohnya
sulfonamida dan trimetoprim

Berikut merupakan penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia :

1) Golongan β lactam
Antibiotik β-laktam memiliki struktur yang sama yaitu cincin β-laktam dan
mekanisme kerjanya yaitu penghambatan sintesis dinding sel peptidoglikan
bakteri.
Contoh antibiotik β-laktam dari subgolongan penisilin yaitu penisilin-
G,Penisilin-V,Fenetisilin-K,Metisilin-Na dan Ampisilin.
Contoh antibiotik β-laktam dari subgolongan Sefalosforin yaitu Sefaloglisin,
Sefaleksin, Sefadroksil, Sefaklor, Sefalotin, Sefaloridin, Sefazolin, Sefapirin
Contoh antibiotic β-laktam dari subgolongan monobaktam adalah azteonam dan
dari subgolongan karbepenem adalah imipenem

2) Antibiotika aminoglikosida
Aminoglikosida adalah produk alami atau turunan semisintetik dari senyawa
yang dihasilkan oleh berbagai aktinomiset tanah . Penggunaan utama
aminoglikosida adalah untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif aerobik. Contoh aminoglikosida adalah kanamisin, neomisin, streptomisin,
paromomisin, dan gentamisin

3) Antibiotika tetrasiklin
Antibiotik tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air tapi bentuk
garam HCL dan garam natriumnya mudah larut. Golongan tetrasiklin
menghambat sistesis protein bakteri pada ribosomnya, bersifat bakteriostatik, dan
hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi oleh obat ini. Spectrum
antimikroba tetrasiklin luas yang meliputi kuman gram positif dan gram negative
serta aerobik dan non aerobik.
Contoh jenis tetrasiklin adalah kloratetrasiklin, oksitetrasiklin, tetrasiklin,
demeklosiklin, doksisiklin, dan minosikin.

4) Makrolida
Antibiotika golongan makrolid mempunyai persamaan yaitu terdapatnya
cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Antibiotik makrolida adalah
agen yang banyak digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh patogen umum dari pneumonia. Empat makrolida tersedia
untuk penggunaan klinis adalah eritromisin, klaritromisin, azitromisin, dan
fidaksomisin.

5) Linkomisin
Linkomisin lebih aktif daripada eritromisin atau klaritromisin dalam
melawan bakteri anaerob. Yang termasuk kelompok linkomisin adalah
linkomisin yang diisolasi stretomyces lincolnesis dan senyawa sintesis parsial
turunannya yaitu klindamisin.
6) Polipeptida
Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membrane sel bakteri sehingga
permeabilitas sel meningkat dan lisis. Contoh Antibiotik Golongan Polipetida
adalah Kolistin, Basitrasin, dan Tirositin

7) Lain-lain
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini adalah kloramfenikol,
rifampisin, dan mupirosin.
Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas yang bersifat
bakteriostatik.
Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea dan
merupakan antibiotika dengan spektrum aktivitas yang luas. Pada umumnya
rifampisin digunakan sebagai obat antituberkulosis.

Dalam percobaan kali ini yang akan digunakan untuk uji identifikasi adalah
Chloramphenicol, Tetrasiklin, Ampicillin, Amoxycillin.

2.1 Monografi Senyawa


1) Amoxycillin ( FI 6)
Monografi

Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 900 µg per mg dan tidak lebih dari 1050 µg
per mg, C16H19N3O5S, dihitung terhadap zat anhidrat

Pemerian Serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau.

Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform.

pH Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan menggunakan larutan 2 mg per mL


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali.
Penandaan Jika digunakan untuk sediaan injeksi, pada etiket tertera hanya untuk
hewan dan steril atau harus mengikuti proses selanjutnya dalam pembuatan sediaan
injeksi. Pada etiket amoksisilin lain harus dicantumkan hanya digunakan dalam
pembuatan obat non parenteral.

Khasiat dan kegunaan : Antibiotikum

Identifikasi Kualitatif

a. Kedalam suspensi 10 mg zat dalam 1 ml air ditambahkan 2 ml larutan Fehling (2 :


6) timbul warna ungu (fuhsin)

b. Reaksi asam hidroksamat

Kedalam 15 mg zat dalam 3 N NaOH ditambahkan 0,3 g hidroksilamin HCl dan


dibiarkan selama 5 menit lalu diasamkan dengan beberapa tetes 6 N HCl kemudian
ditambahkan 1 ml FeCl3 1% timbul warna merah-ungu kotor

c. Reaksi Iod-Azida

Kedalam 2 ml larutan 0,003 N iodium (3 ml 0,1 N iod + air) ditambahkan beberapa


tetes larutan kanji dan 100 mg Na-azida padat larutan menjadi biru, kemudian
kedalam larutan ini ditambahkan 50 mg zat penisilin dengan pengocokan warna
hilang menjadi jernih dah tampak gelembung gas N2. Selain penisilin senyawa yang
positif : thiamin, sulfathiazole, metionin. Untuk golongan fenothiazin reaksi
negative.

2) Tetrasiklin ( FI 6 )
Monografi

Tetrasiklin mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 975 µg tetrasiklin
hidroklorida, (C22H24N2O8.HCI), per mL dihitung terhadap zat anhidrat.
C22H24N2O8 BM 444,43
Pemerian Serbuk hablur, kuning; tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan
dengan cahaya matahari kuat menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH lebih kecil dari
2, potensi berkurang, dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida.

o Tetrasiklin Basa BM : 444,4 ; jarak cair : 1700C – 1750C

o Tetrasiklin HCl BM : 480,9 ; jarak cair : 2190C – 2220C

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam larutan asam encer dan
dalam larutan alkali hidroksida; sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
klroform dan dalam eter.

pH Antara 3,0 dan 7,0; lakukan penetapan menggunakan suspensi dalam air yang
mengandung 10 mg per mL.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Penandaan Etiket menunjukkan hanya digunakan untuk pembuatan obat nonparenteral


( non injeksi ) dan daluarsa.

Khasiat dan kegunaan : Antibiotikum

Identifikasi Kualitatif

a. Zat di tambahkan asam sulfat (pekat) terbentuk warna ungu. Setelah ditambah
FeCl3 1% warna berubah menjadi cokelat atau merah cokelat
b. Zat ditambah NaOH 3N. tambahkan campuran segar yang terdiri dari asam sulfat
dan larutan natrium nitrit 10% sama banyak, hasil : warna merah tua terbentuk
(adanya gugus fenol dan imidazol).
3) Chloramphenicol ( FI 6 )
Monografi
Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C11H12CI2N2O5
Pemerian Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; Putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; Larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam
larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol,
dalam aseton dan dalam etil asetat.

Jarak lebur Antara 149° dan 153°.

pH Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan menggunakan suspensi dalam air 25 mg per
mL

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Simpan ditempat sejuk dan
kering.

Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus
dinyatakan steril atau diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.

Khasiat dan kegunaan : Antibiotikum

Identifikasi zat yang digunakan :

a) Sejumlah 10 mg zat dan 2 g NaOH ditambah 3 ml air,lalu panaskan sampai


mendidih larutan berwarna kuning kuat kemerahan. (reaksi chenkao)
b) Zat dilarutkan dalam 3 ml etanol 70% + 7 ml air dan serbuk Zn dipanaskan di
penanggas air selama 10 menit kemudian saring.Ke dalam 2 ml filtrate
ditambahakan 2 tetes benzoil klorida dikocok selama 1 menit,lalu tambahakan
3 tetes FeCI3 terbentuk warna ungu merah pekat.
c) Kedalam 2 ml filtrate lain ditambahkan 3 tetes HCI, 3 tetes NaNO2 10 % dan
larutan βnaftol dalam 5 ml NaOH 15 % terbentuk warna merah jingga.(reaksi
diazotasi).
d) Filtrat yang diasamkan dengan asam nitrat dan ditambah perak
nitrat,membentuk endapan perak klorida.
4) Ampicillin ( FI 6 )
Monografi :

Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat. Mengandung tidak kurang dari 900 µg dan
tidak lebih dari 1050 µg per mg, C16H19N3O4S, dihitung terhadap zat kering.
C16H19N3O4S (anhidrat) BM 349,41
Pemerian serbuk hablur putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform
pH Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan menggunakan larutan 10 mg per mL
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Penandaan Etiket menunjukkan bentuk anhidrat atau trihidrat. Jika pada sediaan
disebutkan jumlah ampisilin maka yang dimaksud adalah ampisilin anhidrat. Jika
digunakan untuk sediaan injeksi pada etiket disebutkan ampisilin trihidrat dan steril
atau memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.
Khasiat dan kegunaan : Antibiotikum
Identifikasi Kualitatif
a) Kedalam suspensi 10 mg zat dalam 1 ml air ditambahkan 2 ml larutan Fehling (2 : 6)
timbul warna ungu (fuhsin)
b) Reaksi asam hidroksamat
Kedalam 15 mg zat dalam 3 N NaOH ditambahkan 0,3 g hidroksilamin HCl dan
dibiarkan selama 5 menit lalu diasamkan dengan beberapa tetes 6 N HCl kemudian
ditambahkan 1 ml FeCl3 1% timbul warna merah-ungu kotor
c) Reaksi Iod-Azida
Kedalam 2 ml larutan 0,003 N iodium (3 ml 0,1 N iod + air) ditambahkan beberapa
tetes larutan kanji dan 100 mg Na-azida padat larutan menjadi biru, kemudian kedalam
larutan ini ditambahkan 50 mg zat penisilin dengan pengocokan warna hilang menjadi
jernih dah tampak gelembung gas N2. Selain penisilin senyawa yang positif : thiamin,
sulfathiazole, metionin. Untuk golongan fenothiazin reaksi negatif.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu danTempat Praktikum


Waktu : Selasa, 2 Maret 2021
Tempat: praktikum berupa presentasi yang dilakukan secara daring

3.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui senyawa antibiotik
(Kloramfenikol, Tetrasiklin, Ampicillin, Amoxycillin) dan pengidentifikasiannya
secara kualitatif.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat :
A) Tabung reaksi, E) Droplet plate,
B) Spatula, Beaker glass, F) lampu spiritus
C) Botol semprot, G) Water Bath
D) Cawan penguap,

3.3.2 Bahan :
SAMPEL
A) Chloramphenicol,
B) Tetrasiklin,
C) Ampicillin,
D) Amoxycillin
REAGEN
A) H2SO4 P H) Alkohol
B) HCl P I) DAB HCl
C) HNO3 P J) Diazo A + Diazo B
D) NaOH K) Fehling A + Fehling B
E) Aquadest L) Larutan Formaldehid
F) Resorcin M) Roux I
G) K3Fe(CN)6
3.4 Hasil Pengamatan

Hasil Identifikasi
Organoleptis
Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin

Bentuk serbuk putih Serbuk halus Jarum Serbuk halus

Warna Putih Kuning kunyit Putih Putih

Bau Antibiotik khas+ + Tidak berbau Tidak berbau Antibiotic khas+

Rasa Tidak terlalu pahit+ + + Sangat pahit+ + + + Awal terasa


pahit+ pahit+ +

Kelarutan
Pereaksi Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin

Air Tidak larut Tidak larut Tidak larut Tidak larut

Asam (HCl) Sukar larut+ Tidak larut Tidak larut Sukar larut+ +

Basa (NaOH) Larut Sukar larut Tidak larut Larut

Pelarut organik Tidak larut Tidak larut larut Tidak larut

Fluoresensi
Pereaksi Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin

Padat Tidak terpendar Tidak terpendar Nyala kuning Nyala putih

Air Tidak nyala Tidak nyala Tidak nyala Nyala biru

Asam Nyala hijau Tidak nyala Tidak nyala Nyala biru

Basa Nyala kuning Tidak nyala Tidak nyala Nyala biru


Pyrolisa
Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin

Meleleh, Meleleh, Meleleh, Meleleh,


mendidih, mengarang, mendidih mengarang,
mengarang mendidih, bau. mendidih,
sempurna, bau menyala, bau
menyengat, gosong.
menyala kuning

Reaksi Warna
Pereaksi Amoxicillin Tetrasiklin Kloramfenikol Ampisilin

1. H2SO4 P Orange Merah coklat Kuning pudar Kuning terang

2. HCl P Kuning mencolok Ungu Putih Kuning pucat

3. HNO3 P Kuning mencolok Orange larut Kuning padat Kuning pucat


berbuih

4. King Kuning muda Gel kuning Kuning Kuning muda


kecoklatan kecoklatan

5. Marquis Kuning mencolok Coklat Ceklat Kuning tipis


kemerahan pekat kemerahan muda

6. Frohde Hijau lumut Coklat Kuning pucat Hijau tua


kemerahan

7. Wassicky Orange, end.putih Hijau tua Kuning pucat Kuning terang

8. H2SO4 + Coklat kehitaman Merah darah ungu Merah jelek


Resorcin
9. Chen Kao kuning Merah Merah darah Merah
kecoklatan kecoklatan
10. K3Fe(CN)6 + Kuning kunyit, Merah bata Kuning Coklat muda
Roux I end.putih kecoklatan

11. Air + Fehling Hijau kecoklatan Hijau muda Hijau muda ungu
(2:6)

3.5 Pembahasan
Pada praktikum identifikasi obat antibiotik, yaitu amoxicillin, tetrasiklin,
chloramfenikol, dan ampisillin. Dimana secara organoleptis obat chloramfenikol
memiliki bentuk yang khas yaitu jarum, dari warna khas terdapat pada obat
tetrasiklin yaitu kuning kunyit, bau yang khas terdapat pada golongan penicillin
terutama amoxicillin, bau amoxicillin lebih menyengat daripada bau ampisilin, dan
rasa yang sangat khas yaitu chloramfenikol yang mempunyai rasa sangat pahit.
Secara kelarutan dimana hanya chlorampenicol yang mudah larut dalam pelarut
organic (alcohol) sedangkan ke tiga senyawa lainnya sukar larut atau tidak larut.
Untuk ampisilin dan amoxicillin sama-sama sukar larut, tetapi ampisilin jauh lebih
sukar larut jika dibandingkan dengan amoxicillin.
Hasil yang didapat dari fluoresensi adalah ampicillin berwarna putih sedangkan
amoxicillin putih kehijauan sedangkan dua senyawa lainnya tidak memberikan
warna.
Pada saat pirolisa chloramphenicol berasap kuning, meletup seperti petasan
kemudian mengarang, sedangkan ketiga senyawa lainnya sama-sama
mmengembang kemudian mengarang.
Pada reaksi warna hanya tetrasiklin yang memberikan larutan merah darah saat
diberikan H2SO4 dan resorcin. Hanya chlorampenicol yang memberikan warna
merah bata saat ditambahkan Chen Kao. Amoxicillin memberikan warna kuning
yang mencolok dibanding ampicillin ketika ditambah Marquis.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Untuk mengidentifikasi antibiotik dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
a. Organoleptis
Obat chloramfenikol memiliki bentuk yang khas yaitu jarum, dari warna khas terdapat
pada obat tetrasiklin yaitu kuning kunyit, bau yang khas terdapat pada golongan
penicillin terutama amoxicillin, dan rasa yang sangat khas yaitu chloramfenikol yang
mempunyai rasa sangat pahit.
b. Kelarutan
Chlorampenicol yang mudah larut dalam pelarut organic (alcohol) sedangkan ke tiga
senyawa lainnya sukar larut. amoxicilin dan ampisilin larut dalam pelarut basa (NaOH)
c. Fluorensi
Ampicillin berwarna putih sedangkan amoxicillin putih kehijauan sedangkan dua
senyawa lainnya tidak memberikan warna.
d. Pyrolisa
Chloramphenicol berasap kuning, meletup seperti petasan kemudian mengarang,
sedangkan ketiga senyawa lainnya sama-sama mmengembang kemudian mengarang
e. Rx Warna
Hanya tetrasiklin yang memberikan larutan merah darah saat diberikan H2SO4 dan
resorcin. Hanya chlorampenicol yang memberikan warna merah bata saat ditambahkan
Chen Kao. Amoxicillin dan ampisilin memberikan warna kuning ditambah Marquis,
tapi warna kuning ampisilin lebih tipis, sementara amoxicillin berwarna kuning
mencolok.
DAFTAR PUSTAKA

1. Farmakope Indonesia Edisi VI

2. Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi , Poltekkes Kemenkes Jakarta II,
2010

3. Cartika, H. (2016). Kimia Farmasi. Pusdik SDM Kesehatan.


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kimia-Farmasi-
Komprehensif.pdf

4. Soleha, T. U. (2015). Uji kepekaan terhadap antibiotik. Juke Unila, 5(9), 119-123.

5. Sundari, S. (2016). Antibiotik Linkomisin M sebagai Antimalaria terhadap Mencit Swiss


Terinfeksi Plasmodium berghei. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 9(2),
52-57.

6. Gunawan, Sulistia Gan (Ed). 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI

7. Gilman, Alfred Goddman. Laurance L. Bruton. Goodman and Gilman’s: THE


PHARMACOLOGICAL BASIS OF THERAPEUTICS thirteenth edition. : McGraw-Hill
Education.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada 2 hal mengapa kimia analisis merupakan satu-satunya cabang ilmu pengetahuan
yang mempunyai penerapan yang begitu luas. Pertama, kimia analisis menawarkan
berbagai macam penggunaan dalam disiplin ilmu kimia yang lain seperti kimia organik,
kimia anorganik, kimia fisika, dan biokimia. Kedua, kimia analisis dipakai secara luas
dalam cabang ilmu-ilmu lain seperti ilmu-ilmu farmasi, ilmu kedokteran, ilmu pertanian,
ilmu lingkungan dan sebagainya. ( Gandjar dan Rohman , 2007 )

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relatif
dari suatu elemen atau spesies yang ada didalam sampel.Analisis struktur adalah
penentuan letak dan pengaturan ruang tempat atom. Dalam suatu elemen atau molekul,
serta identifikasi gugus-gugus karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu
molekul.Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,
spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada didalam sampel. Dengan kata lain, analisis
kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada tidaknya suatu analis yang dituju
dalam suatu sampel. ( Tjay dan Rahardja , 2002 )

1.2 Tujuan

Adapun Tujuan percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi obat-obat golongan asam
dengan analisa kualitatif. Sedangkan Prinsip percobaan ini adalah untuk menentukan
suatu obat golongan asam dengan menggunakan metode yang sesuai dan berdasarkan
reaksi spesifiknya ketika direaksikan dengan pereaksi tertentu.
Dasar Teori

2.1 Teori Singkat

Asam adalah senyawa yang menunjukkan keasama (kertas lakmus biru menjadi merah)
yang paling penting adalah asam mengandung gugus karboksil asam karboksilat

Pembagian asam:

- Asam alifatis
- Asam aromatis
- Asam hidroksi aromatik
- Asam dengan rantai alifatis jenuh
- Asam dengan rantai alifatis tidak jenuh

Sifat Umum
1. Dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan HNO3, asam karboksikat
adalah asam lemah 9 lebih asam daripada alcohol dan fenol
2. Bereaksi dengan NaHCO3 dan NaOH
3. Asam karboksilat dengan BM rendah berupa cairan tidak berwarna dengan bau
menyengat, missal asam asetat, asam formiat, butirat, dll
4. Bau asam karboksilat yang lebih tinggi (>100) berkurang sukar menguap (low
volatily)
5. Asam karboksilat membentuk 2 ikatan hydrogen antara sepasang molekulnya

Identifikasi asam secara umum:

1. Organoleptis
2. pH : Mempunyai PH asam
3. Kelarutan : Asam organik umumnya sulit larut dalam air
4. Reaksi warna : Zat + pereaksi memberikan warna
5. Pyrolisa : Letakan zat diatas obyek glass kemudian dipanaskan di atas bunsen
diamati kristalisasi
6. Sublimasi (umumnya asam mudah menyublim dalam bentuk asamnya) :
Zat diletakkan diatas cawan porselen dan di tutup dengan obyek glass yang diberi
kapas basah di panaskan diatas WB lihat hasil yang terdapat pada
obyek glass pada mikroskop.

Reaksi Pendahuluan :

1. Reaksi dengan FeCl3 ,


a. Hasil : Warna ungu (asam salisilat dan derivatnya, nipagin)
b. Coklat merah : Asam nikotinat, Asam asetat, dll
c. Kuning : Asam laktat, Asam gluconat, Asam malat, Asam tartrat
d. Biru hitam : Asam galat dan Tanin
2. Reaksi Iodoform : Asam laktat, Asam sulfosalisilat, Ca laktat.
3. Reaksi Cuprifil : Nipagin, Asam pantotenat, Ca glukonas, PAS
4. Reaksi DAB HCl : Asam sulfanilat, PAS Na
5. Reaksi Marquis : Asetosal (ros), Asam salisilat (merah fram), Asam gallat (kuning),
tanin (coklat ros)
6. Reaksi dengan Fehling (+ ) : Nikotinamid, Asam askorbat, Tanin, Asam gallat.
7. Fluorosensi
a. Padat : Deriv salisilat (biru muda), PAS Na (biru ungu)
b. Larutan : Asam Salisilat (Basa/NaOH)
8. Reaksi Frohde : Asam salisilat (ungu), Tanin (hijau).
2.2 Monografi
A. Acidum Benzoicumi
(Asam Benzoat)

C7H6O2 BM = 122,12

Asam aromatik adalah asam karboksilat dimana gugus karboksil langsung terikat
pada inti benzena. Asam Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O2
Pemerian hablur halus dan ringan; tidak berwarna; tidak berbau. TL 121-1200 C
melebur.
Kelarutan larut dalam kurang lbih 350 bagian air, lebih larut dalam airpanas,
kurang lebih 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroformP dan dalam 3
bagian eterP.
Identifikasi
Didihkan 100 mg dengan 100 mg kalsium karbonat P dan 5ml air, saring. Pada
filtrate tambahkan larutan besi (III) klorida P; terbentuk endapan kuning cokelat.
Identifikasi lain :
a. Reaksi Esterifikasi benzoat : bau ester (etil benzoat/pisang ambon/balon tiup)
b. Kedalam larutan zat dlm air (netral) ditambahkan FeCl3 : terbentuk endapan
kuning muda, endapan larut dlam eter : berwarna merah-coklat.
Sumber-sumber :
a. Gom benzoin mengandung bebas dan terikat
b. Perubalsem : bentuk bebas dari ester-esternya
c. Tolubalsem : bentuk bebas dan ester-esternya al : ester benzil
d. Dalam bentuk asam hipurat (N-benzoil-glisina) yang terdapat dalam urin
herbivora dan jumlah yang lebih kecil dalam urin manusia
Khasiat dan Penggunaan antiseptikum ekstern; pengawet (lebih baik dalam
bentuk Na benzoat ) dari makanan, lemak, air, buah-buahan, larutan alkaloid dsb

B. Acidum Salicylicum= asam -o- hidroksi benzoate

C7H6O3 BM = 138,12
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O3
Pemerian hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hamper tidak
berbau; rasa agak manis dan tajam
Sifat-sifat :
Asam salisilat dan banyak derivatnya mempunyai efek antipiretik dan analgetik dan
menurunkan demam rhematoid. Asam salisilat dan garam garamnya yang sederhana
memberi perangsangan lambung dan rasa tak enak, maka dibuat ester-ester yang larut
lebih sedikit. Senyawa-senyawa ini melalui lambung tak berubah.
Ester Alkil : misal metil salisilat diabsorbsi lebih baik melalui kulit
Ester asil : asetosal lebih kuat antipiretik dan analgetik
Turunan-Turunan :
1. Na salisilat
2. Asam asetil salisat
3. Metil salisilat
4. Fenil salisilat
5. Salisil amida
Kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah
larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan ammonium asetat P;
dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P
Identifikasi
a. Menunjukkan reaksi salisilat seperti yang tertera pada uji identifikasi umum.
b. Larutan beraksi asam terahadap larutan merah metil P
Identifikasi Reaksi warna lain
a. Fluorosensi Padat : biru terang, garam Na: ungu, dalam NaOH : ungu
b. Dengan FeCl3 : ungu + alkohol : ungu tetap
c. Esterifikasi Salisilat : bau menyrupai ganda pura (metil salisilat)
d. Dengan Marquis : merah rosa
e. DAB HCl : kuning muda
f. King : kuning jingga
g. HNO3 (p) : ungu merah + ammoniak : kuning
h. Frohde : Ungu (Na salisilat)
Wadah dan Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan Penggunaan keratolitikum, anti fungi

C. Acidum Acetylsalicylicum

C9H8C4 BM = 180,16
Asam Asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C9H8C4, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan
Pemerian hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau hampir
tidak berbau; rasa asam, berfluor : ungu
Kelarutan agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%)P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P
Identifikasi
A. Didihkan 20mg dengan 4ml larutan natrium hidroksida P 8% b/v selama
3menit, dinginkan. Tambahkan 5ml asam sulfat encer P; terbentuk endapan
hablur putih asam salisilat, saring, gunakan filtrate untuk identifikasi B.

keringkan hablur pada suhu 100⁰ C sampai 105⁰ C; suhu lebur hablur
lebihkurang 158⁰ C.
B. Panaskan filtrate yang diperoleh pada uji identifikasi A dengan etanol (95%)P
dan 2ml asam sulfat P; terjadi bau etil asetat.
Identifikasi Reaksi warna lain :
a. Zat + FeCl3 : ungu lemah di panaskan : ungu lebih terang / pkt
b. Marquis : merah darah
c. Frohde : hampir segera biru-ungu
d. Asam + air + CaCO3 kocok saring : filtrat + ferri chlorida : endapan coklat
muda
Wadah dan Penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan Penggunaan analgetik; antipiretik

D. Asam Oksalat

COOH

COOH

C2H2O4.2H2O BM=126,07

Mengandung tidak kurang dari 99,5% C2H2O4.2H2O


Pemerian hablur dan tidak berwarna
Identifikasi
Larutkan 1,0g dalam 20ml air, tambahkan 5ml asam nitrat encer P dan 1 tetes
larutan perak nitrat P, tidak terjadi kekeruhan.
Pembuatan Asam oksalat :
a. Hidrolisis disianida (CN)2
b. Pemanasan Na – Format
H-COONa
H-COONa ........................................ H2+ (COONa)2
Sifat-sifat :
 Pemanasan
Berhati-hati : (COOH)2.2H2O menghasilkan reaksi : (COOH)2 + H2O
Kuat : (COOH)2 : HCOOH + CO2 menghasilkan H2O + CO + CO2
Dengan asam sulfat pkt : (COOH)2 dalam –H2O menghasilkan CO + CO2
 Oksidasi
(COOH)2 dengan dioksidasi KMnO4 + asam : CO2+H2O
 Asam yang agak kuat
(COOH)2 perangsang setempat dan mengikis
Kalau dimakan segera diabsorbsi dan mengakibat keracunan oksalat
Identifikasi Reaksi warna lain
a. Asam okslat dan asam sulfat dipanaskan terbentuk CO dan CO2
b. Reaksi charlety
Zat + resorchin + gliserin + asam sulfat : violet merah (biru ungu) hilang pada
pengenceran dengan air
c. Reaksi Gunn
Lar zat pekat + larutan FeSO4 dalam Asam Fosfat (1:10): endapan kuning
d. Reaksi FeCl3 : kuning
e. Lar zat dalam air + CaCl2 dipanaskan W.B : endapan putih (mikroskop kristal
amplop).

III. Metodologi Percobaan

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu : Selasa, 2 Maret 2021
Tempat: praktikum berupa presentasi yang dilakukan secara daring

3.2 Tujuan Praktikum


Mengidentifikasi senyawa zat dan bahan yang dipakai dalam bidang farmasi,
terutama obat-obatan. Melalui praktikum ini, mahasiswa mampu
mengidentifikasi senyawa obat golongan asam.

3.3 Alat dan Bahan


Alat :
a. Tabung reaksi
b. Mikroskop
c. Lampu spritus
d. Objek glass
e. Water bath
f. Spatula
g. Batang pengaduk
h. Plat tetes
i. Pipet tetes
j. Penjepit tabung

Bahan :
Sampel
- Asam oksalat
- Asam benzoat
- Asetosal
- Asam salisilat

Reagen
- H2SO4 (p)
- Larutan formaldehid 35%
- CUSO4(e)
- FeCl3
- NaOH
- Gliserin
- AgNO3
- DAB HCl
- Resorsinol

3.4 Prosedur / Langkah Percobaan


1. Organoleptis
 Dilakukan pengamatan organoleptis, baik bentuk, warna dan bau dari
masingmasing sampel.
 Diidentifikasi kemudian diamati

2. Kelarutan
Diuji kelarutan sampel dengan masing-masing pelarut (aquades dingin, aquades
panas, alkohol ,NaOH, HCL
3. Reaksi Umum
1) Reaksi pyrolisa
- Letakkan masing-masing sampel di atas objek glass
- Panaskan dengan batuan lampu spritus
- Amati warna, bau, bentuk sampel setelah dipanaskan.
2) Reaksi DAB HCl
Masukkan masing-masing sampel ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan dengan DAB HCl dan amati

3) Reaksi FeCl3
Zat + FeCl3 amati warna yang terbentukReaksi Marquish
Zat + aquadest + larutan formaldehid + H2SO4(p) amati
4) Reaksi Cuprifil (Fehling A: Fehling B ; 1:1)
Zat + CuSO3 + NaOH amati endapan dan perubahan warna
5) Reaksi Charlety
Zat + resorchin + Gliserin + H2SO4 (p) amati warna yang terbentuk
6) Reaksi AgNO3
Zat + AgNO3 amati perubahan warna dan endapan yang
terbentuk.

3.5 Tabel Pengamatan

Pereaksi
as. salisilat as.oksalat asetosal as.benzoat
ORGANOLEPTIS
- Bentuk Kristal jarum kecil Kristal kasar seperti Jarum kecil dan Kristal yang sangat
dan halus gula pasir kasar halus
- warna putih putih putih putih terang
- bau Tidak bau Tidak bau Bau asam Tidak bau
- Rasa Agak pahit Asam Sepat Sakit di lidah

KELARUTAN
- Air tidak larut, Larut tidak larut, Sukar larut
- Asam tidak larut Tidak larut tidak larut Sukar larut
- Basa larut Sukar larut Sukar larut larut
- Alkohol larut sukar larut larut Larut

PYROLISA
Mencair, mendidih, Mencair, mendidih, Mencair, mendidih, Mencair, mendidih,
menyala, mengarang mengarang bau asam, menyala,
mengarang menimbulkan batuk

FLUOROSENSI ( 254 nm)


- Padat Ungu terang ungu - -
- Dalam air biru - - -
- Dalam asam biru biru - -
- Dalam basa Ungu - Biru -

Rx. WARNA UMUM


- Esterifikasi
* methanol Bau ganda pura - - -
* etanol Bau gandapura lemah - - -
- FeCl3 ungu kuning stabilo coklat keunguan kuning
- Cuprifil hijau biru susu Hijau toska biru
- DAB HCl kuning kuning kuning kuning
- Wasicky Kuning tua Kuning tua Kuning tua Kuning tua
- King Orange tua kuning Orange muda kuning

- Frohde ungu krem Ungu muda krem


- KMnO4+H2SO4 kuning kehitaman Kuning coklat kuning
- AgNO3 jernih jernih jernih jernih
- Charleti Ungu muda (-) Ungu merah (+) Merah keunguan (- Ungu (-)
)
- CaCl3 + FeCl3 ad ungu kehitaman, kuning terang, ungu kehitaman coklat kekuningan,
terbentuk endapan +
eter
Reaksi kristal Salisilat + aseton Oksalat + air+CaCl2 Seperi daun pinus -
Aceton – air Jarum jarum dipanaskan
Kotak-kotak panjang
3.6 Pembahasan
Dalam praktikum identifikasi sample asam yang pertama dilakukan adalah dengan
melakukan identifikasi dengan organoleptis, terdapat perbedaan pada segi bentuk,
salisilat mempunyai bentuk seperti jarum, oksalat kristal kasar seperti gula pasir,
asetosal kristal halus dan benzoate juga seperti kristal halus. Dalam segirasa terdapat
perbedeaan, rasa oksalat menggigit dilidah, benzoate rasa pahit, sedangkan salisilat dan
asetosal terasa asam.
Pada identifikasi kelarutan salisailat sama sekali tidak larut dalam air dan asam, tetapi
larut dalam basa dan alcohol. Oksalat larut dalam air, tidak larut dalam asam, dan sukar
larut dalam basa dan alcohol. Asetosal hanya larut dalam alcohol. Dan benzoate sukar
larut dalam air dan asam, larut dalam basa dan alcohol.
Pada reaksi esterifikasi methanol hanya salisilat yang berbau gandapura kuat, sedangkan
esterifikasi etanol hanya salisilat yang berbau gandapura lemah.
Pada reaksi warna:
 sampel + FeCl3 tanpa pemanasan, salisilat berwarna paling ungu, asetosal
berwarna ungu tipis, sedangkan oksalat dan benzoate negative.
 Sampel + charlety, hanya oksalat yang menimbulkan warna ungu muda.
PENUTUP

Kesimpulan
Untuk mengidentifikasi senyawa asam dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
1. Dengan pengamatan organoleptis : oksalat mempuyai rasa yang menggigit, benzoate
mempunyai rasa pahit, salisilat dan asetosal mempunyai rasa asam.
2. Reaksi esterifikasi :
 Methanol : hanya salisilat yang berbau gandapura kuat
 Etanol : hanya salisilat yang berbau gandapura lemah
3. Sampel + FeCl3 tanpa pemanasan, hanya salisilat yang membentuk warna ungu.
4. Sampel + charlety, hanya oksalat yang membentuk ungu muda dicawan penguap.
DAFTAR PUSTAKA

1. Auterhoff & Khofar, 1981, Identifikasi Obat , terbitan kelima : ITB, 2002

2. Dirjen POM, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, 1995

3. Dirjen POM, Farmakope Indonesia Edisi V, Depkes RI, 2014

4. Cartika, Harpolia. dkk. 2010. Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta : Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II.

5. Kusmiyanti, Mimin. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan

6. https://aura-publishing.com/wp-content/uploads/2020/11/E-Book-Praktikum-Kimia-
Farmasi.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I
“IDENTIFIKASI VITAMIN B1 B6 DAN VIT C DAN
IDENTIFIKASI GOLONGAN PYRAZOLON DAN ANILIN”

Disusun Oleh :

KELOMPOK A3

Ahmad Afif Harahap (P24840119001)


Amanda Roziana Putri (P24840119002)

Anguun Sabitahnabila (P24840119004)

Anisa Salsabila (P24840119006)

Ariqoh Indar Latifah (P24840119008)

Cicilia Suci Yulianingsih (P24840119012)

Delia Isfani (P24840119013)

Dwi Fildzah Adani (P24840119017)

Dwi Yunita Rizki Fajarsari (P24840119019)

Farah Hamidah (P24840119021)


Faris Azhar Pramono (P24840119023)
Fatiha Amala (P24840119024)
LOKAL 2A
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA
II
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Farmakologi Dasar
dengan judul “Vitamin dan golongan pyrazolon dan anilin”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 16 Februari 2021

Penulis

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang
memiliki fungsi dalam metabolisme setiap organisme yang tidak dapat dihasilkan oleh
tubuh. Nama ini berasal dari bahasa Latin, vita yang artinya “hidup” dan amina (amine)
yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N) karena pada
awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama
sekali tidak memiliki atom N. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh
untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain yaitu vitamin A, C, D, E, K, dan
B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan
folat). Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami
suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal
dengan istilah avitaminosis.

Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin


yang larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam
lemak (vitamin A, D, E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya, vitamin larut dalam air
tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat
disimpan dalam tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan vitamin?

2. Bagaimana cara mengidentifikasi Vitamin B1 secara Kualitatif

2
3. Bagaimana cara mengidentifikasi Vitamin B6 secara kualitatif

4. Bagaimana cara mengidentifikasi Vitamin C secara kualitatif

1.3 Tujuan

1. Mengidentifikasi senyawa vitamin B1 secara kualitatif


2. Mengidentifikasi senyawa vitamin B6 secara kualitatif
3. Mengidentifikasi senyawa vitamin C secara kualitatif

3
BAB II

1. DASAR TEORI

2.1 Teori Singkat

Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan dalam
jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah yang besar untuk fungsi metabolisme yang
normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang larut dalam lemak
adalah vitamin A, D, E, dan K dan yang larut di dalam air adalah vitamin B dan C.

Vitamin juga sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu
pengaturan atau proses kegiatan tubuh dan tidak berfungsi menghasilkan energi. Tanpa
vitamin, manusia, hewan, dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan
aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang
terkena penyakit pada tubuh kita.

Vitamin B1 (Tiamin) merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan
penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat
menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Selain itu, vitamin B1
juga dapat membantu proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi
vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik.
Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan
sistem saraf. Untuk mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi vitamin B1
yang terkandung dalam gandum, nasi, daging, susu, telur, dan tanaman kacang-
kacangan.

Vitamin B6 (Piridoksin) merupakan vitamin yang essensial bagi pertumbuhan


tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan
tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid
dan fosfolipid. Selain itu vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah
didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-

4
kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan kulit pecah-pecah, kram otot, dan insomnia.

Vitamin C (Asam Askorbat) merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat


menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Vitamin ini
banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita dan vitamin ini juga berperan
sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein terpenting penyusun
jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Selain itu vitamin C juga
berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan
lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme ini, vitamin C berperan
dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit.
Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian.

2.2 Monografi Senyawa


1. Thiamini Hydrochloridum
Tiamina Hidroklorida
Vitamin B1

C12H17ClN4OS, HCl BM 337,27

Tiamina Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0 % C12H17ClN4OS, HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: Hablur kecil atau serbuk hablur; putih; bau khas lemah mirip ragi; rasa
pahit.

Kelarutan: Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P ; praktis tidak
larut dalam eter P dan dalam benzen P; larut dalam gliserol P.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

5
Khasiat dan penggunaan : Antineuritikum ; komponen vitamin B kompleks.

Sumber: FI III Halaman 598

Khasiat :
a. Mempengaruhi penyerapan lemak dalam usus
b. Sebagai koenzim dalam metabolisme
c. Memelihara napsu makan yang sehat, pencernaan, dan fungsi saraf
d. Mempengaruhi kondisi air dalam tubuh

Penentuan Kualitatif lain :

a. Zat di pirolisa akan menghasilkan bau asap : kacang goreng


b. Vitamin B1 HCl + nessler : kuning-hitam
c. Zat + NaOH : kuning kemudian ditambhkan kembali dengan KMnO4 : hijau
d. Zat + reaksi thikrom : lapisan isobutanol berfluorosensi biru – ungu

2. Pyridoxini Hydrochloridum
Piridoksina Hidroklorida
Vitamin B6

C8H11NO3, HCl BM 205,64

Piridoksina Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,0 % C8H11NO3, HCl,


dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: Hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur putih; tidak berbau,
rasa asin.

Kelarutan: Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%) P ; praktis tidak
larut dalam eter P.
6
Jarak lebur: 204° dan 208°, disertai peruraian

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya

Khasiat dan penggunaan: Komponen vitamin B-kompleks

Sumber: FI III Halaman 540

Khasiat :
a. Memelihara keseimbangan unsur fosfor dan sodium.
b. Berperan dalam pertumbuhan, kesehatan kulit dan pembuatan darah
c. Berperan dalam produksi antibody

Pemeriksaan Kualitatif :

a. Zat + larutan FeCl3 : merah


b. Kedalam campuran 2 ml larutan asam sulfanilat terdiazotasi dan 1 ml 3 N NaOH
ditambah kira-kira 5 mg zat, larutan berwarna kuning tua sampai jingga. Kemudian
tambahkan 2 ml 3 N asam asetat, warna berubah menjadi merah
c. Kedalam larutan 50 mg zat dalam 1 ml air ditambhakn 1 tetes larutan tembaga sulfat
2% dan 1 ml 3 N NaOH terbentuk warna biru-ungu

3. Acidum Ascorbicum
Asam Askorbat
Vitamin C

C6H8O6 BM 176,13

Asam Askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0 % C6H8O6.

7
Pemerian: Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau; rasa asam.
Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di
udara, dalam larutan cepat teroksidasi.

Kelarutan: Mudah larut dalam air, agar sukar larut dalam etanol (95%) P ; praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P; dan dalam benzen P.

Suhu lebur: Lebih kurang 190°

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Khasiat dan penggunaan: Antiskorbut.

Sumber: FI III Halaman 47

Khasiat :
a. Berperan dalam proses pembentukkan kolagen
b.Memelihara keutuhan pembuluh darah
c. Membantu dalam absorbs unsur – unsur besi dan kalsium
d.Activator berbagai enzim perombakan protein dan lemak
e. Menjaga gigi agar melekat kuat pada gusi

Penentuan Kualitatif :

a. Reaksi FeCl3 terbentuk warna ungu pada pH 6-8 bila perlu ditambahkan 1 ml larutan
metanol-piridin 10%
b. Mereduksi kuat larutan iodium 0,1 N
c. Larutan zat + CuSO4 + NaOH menghasilkan biru-ungu
d. Mereduksi fehling atau luff : merah bata
e. Larutan + Na nitropusid jika ditambhakan NaOH : kuning dan jika ditambahkan HCl :
biru.

8
BAB III

2. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu : Kamis, 4 Maret 2021
Tempat: Room Zoom Meeting Online

3.2 Tujuan Praktikum


Mahasiswa dapat menganalisis atau mengidentifikasi sesuatu zat terutama obat – obatan
dari golongan vitamin (Vitamin B1 B6 dan C)

3.3 Alat dan Bahan

Alat:

- Tabung reaksi + rak tabung


- Spatula
- Pipet tetes
- Lampu spiritus
- Penjepit tabung
- Korek Api

Bahan:

SAMPEL

- Vitamin B1
- Vitamin B6
- Vitamin C

9
REAGEN

- Thiokrom - H2SO4 p
- HCl p - H2SO4 e
- FeCl3 - King
- AgNO3 - CaSO4 + NaOH
- DAB + HCl - NaOH + Na Nitroprusid
- Nessler - Na2CO3
- NaOH 2N - KMnO4
- NaOH (e) - AgNO3 padat + NaOH
- Fehling

3.4 Hasil Pengamatan


Perekasi Vit. B1 Vit. B6 Vit. C

Organoleptis

Bentuk Serbuk hablur Serbuk Hablur Serbuk Hablur,


kristal

Warna Putih Putih Putih/Putih


Kekuningan

Bau Obat Obat Obat

Rasa Pahit Asam++ Pahit Pahit Asam

Kelarutan

Air Larut Larut Larut

Asam Larut Larut Agak Sukar Larut

10
Basa Larut Larut Larut

Pelarut Organik Agak Sukar Larut Agak Sukar Larut Agak Sukar Larut

Fluoresensi

Padat Tidak Berpendar Tidak Berpendar Tidak Berpendar

Air Berpendar Tidak Berpendar Tidak Berpendar

Asam Tidak Berpendar Tidak Berpendar Tidak Berpendar

Basa Tidak Berpendar Tidak Berpendar Tidak Berpendar

Pyrolisa

Pyrolisa Tidak cair, ada sisa Mencair. ada sisa Membentuk


arang, Bau kacang arang, bau gosong gumpulan arang, bau
goreng gosong

Reaksi Warna

1. Thiokrom Biru Hijau terang -

2. HCl p Bening Bening ada endapan Bening ada endapan

3. H2SO4 p Jernih Jernih Bening ada endapan


putih

4. H2SO4 e Bening Kuning extra joss Bening

5. FeCl3 Kuning extra joss Orange Merah kecoklatan

6. DAB - HCl Kuning jernih Merah darah Kuning bening ada


endapan putih

7. King Kuning keemasan Orange Bening kekuningan

8. AgNO3 Putih susu Putih keruh Putih keruh

9. Fehling Hijau toska Biru langit Endapan Merah Bata

11
10. Nessler Hijau Putih kekuningan Abu – abu kehitaman

11. CaSO4 + Coklat keruh Hijau lumut Kuning jamu


NaOH
12. NaOH + Hitam kopi Coklat bening Hitam kopi
NaNitroprusid
13. Na2CO3 Bening Bening Bening

14. KMnO4 Coklat tua Hitam kopi Warnanya hilang jadi


bening

15. NaOH 2N Putih kekuningan Kuning extra joss Bening

16. AgNo3 Padat Kuning minyak Susu, endapan hitam Abu – abu dikocok
+ NaOh goring, endapan berbusa
putih abu – abu

3.5 Pembahasan
Pada saat mengidentifikasi data pertama-tama dilarutkan dalam air sehingga terlarut
antara bahan tambahan dengan zat yang terlarut. Ketika direaksikan dengan apapun
filtrate bereaksi dengan apapun, maka hal ini menunjukkan bahwa sampel terlarut
dalam pelarut air dan tidak terlarut dalam pelarut minyak karena vitamin berdasarkan
kelarutannya di bagi menjadi dua golongan yaitu vitamin yang larut dalam air dan larut
dalam minyak. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B (B1,B2,B3, B6, dan B12)
dan vitamin C, sedangkan yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, K. Vitamin
tidak mempunyai golongan karena setiap gugus fungsi vitamin berbeda maka hal ini
menyebabkan dalam analisis kualitatif tidak ada reaksi penggolongan, setelah reaksi
pendahuluan langsung reaksi penegasan karena setiap vitamin mempunya pereaksi yang
spesifik untuk reaksi warna.
Secara organoleptis, Vitamin C memiliki bentuk dan warna yang khas yaitu kristal,
berwarna putih kekuningan, untuk bau vitamin memiliki bau khas obat, dari rasa
vitamin B1 dan Vitamin C memiliki rasa khas yaitu pahit agak asam sedangkan vit B6
memiliki rasa khas pahit.
Hasil yang didapat dari fluoresensi adalah semua jenis tidak memberikan warna.
Pada saat pirolisa vit.B1 bentuknya tidak cair, ada sisa arang, dan berbau kacang

12
goreng. Dan pada saat vit.B6 bentuknya mencair, ada sisa arang, dan berbau gosong.
Pada saat pyrolisa vit.c membentuk gumpulan arang, dan berbau gosong
Pada hasil reaksi warna vitamin B1 dan B6 ketika ditambahkan Thiokrom
menghasilkan warna biru dan hijau terang. Hasil dari reaksi vit B1 saat diberikan FeCl3
menghasilkan warna kuning extra joss, Vit B6 menghasilkan warna orange sedangkan
vit C menghasilkan warna merah kecoklatan. Hasil reaksi saat diberikan Nessler Vit B1
menghasilkan warna hijau, Vit B6 menghasilkan warna putih kekuningan dan Vit C
menghasilkan warna abu – abu kehitaman. Hasil reaksi saat diberikan fehling Vit B1
menghasilkan warna hijau toska, Vit B6 menghasilkan warna biru langit dan Vit C
menghasilkan warna endapan merah bata. Hasil reaksi saat diberikan CaSO4 + NaOH
Vit B1 menghasilkan warna coklat keruh, Vit B6 menghasilkan warna Hijau lumut
sedangkan Vit C Berwarna Kuning jamu. Hasil reaksi saat diberikan KMnO4 Vit B1
menghasilkan warna coklat tua, Vit B6 menghasilkan warna Hitam Kopi dan Vit C
menghasilkan Warna bening. hasil reaksi saat diberikan AgNO3 Padat + NaOH Vit B1
menghasilkan warna Kuning minyak goring dengan endapan abu – abu Vit B6 warna
susu dengan endapan hitam dan Vit C warna Abu – abu ketika dikocok berbusa hanya
vit B6 yang memberikan reaksi warna kuning extra joss saat diberikan H2SO4 (e) dan
NaOH 2N. menghasilkan warna Merah darah ketika diberikan DAB + HCl dan
menghasilkan warna Orange saat diberikan King. dan menghasilkan warna coklat
bening saat diberikan NaOH + NaNitroprusid

13
3. BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari hasil pengamatan identifikasi golongan vitamin yaitu:
a. Organoleptis
Vitamin C memiliki bentuk dan warna yang khas yaitu kristal, berwarna putih
kekuningan, untuk bau vitamin memiliki bau khas obat, dari rasa vitamin B1
dan Vitamin C memiliki rasa khas yaitu pahit agak asam sedangkan vit B6
memiliki rasa khas pahit

b. Kelarutan
Vitamin B1, B6 dan Vit C larut dalam air, asam dan basa kecuali vitamin C
Agak sukar larut dalam asam, dan ketiganya agak sukar larut dalam pelarut
organic

c. Pyrolisa
Vitamin B1 Tidak cair, ada sisa arang, Bau kacang goreng, vitamin B6
Mencair. ada sisa arang, bau gosong. Sedangkan untuk Vitamin C Membentuk
gumpulan arang dan bau gosong

d. Rx Warna
Setiap reagen dapat menghasilkan warna yang berbeda-beda ketika
ditambahkan suatu sampel

14
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III

Shad, Ray, dkk. 2010. Analisis Kualitatif Vitamin. Makassar : Universitas Islam Negeri
Alauddin

Tim penyusun, Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi, Poltekkes kemenkes Jakarta
II,2010

Ardini Dias, dkk. 2020. Modul Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Kualitatif. Bandar
Lampung : Pusaka Media

15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi identifikasi suatu senyawa golongan adalah suatu cara yang dilakukan
untuk mengetahui golongan suatu senyawa tersebut. Cara-cara yang dapat digunakan
yaitu berhubungan dengan metode analisis kualitatif. Metode yang dapat digunakan
yaitu melalui pengujian organoleptik, pengujian menggunakan pereaksi golongan dan
selanjutnya menggunakan pereaksi spesifik yang sesuai dengan hasil pereaksi
golongan yang telah diperoleh.
Alkaloid adalah bagian tanaman penting yang menimbulkan dampak fisiologis
pada sejumlah system tubuh termasuk syaraf dan pencernaan. Alkaloid dibagi
menjadi lima, yaitu alkaloid fenantren, alkaloid kuinolon, isokuinolon, alkaloid yang
mempunyai lingkaran indol dan purin. Alkaloid juga merupakan suatu golongan
senyawa organic yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloid
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi senyawa golongan
alkaloid khususnya pyrazolon dan aniline dengan menggunakan beberapa metode
pengujian, yaitu uji organoleptis, uji kelarutan dan golongan senyawa

16
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori Singkat


Alkaloid adalah senyawa organik berbobot molekul kecil mengandung
nitrogen dan memiliki efek farmakologi pada manusia dan hewan. Secara alamiah
alkaloid disimpan didalam biji, buah, batang, akar, daun dan organ lain. Penamaan
alkaloid berasal dari kata alkalin, terminologi ini menjelaskan adanya atom basa
nitrogen. Alkaloid ditemukan di dalam tanaman (contoh vinca dan datura), hewan (
kerang) dan fungi. Alkaloid biasanya diturunkan dari asam amino serta banyak
alkaloid yang bersifat racun. alkaloid juga banyak ditemukan untuk pengobatan. Dan
hampir semua alkaloid memiliki rasa yang pahit.

Senyawa alkaloid terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk bebas/bentuk basa dan
dalam bentuk garamnya. Alkaloid dalam bentuk basa akan mudah larut dalam pelarut
organik seperti eter, kloroform, sedangkan senyawa alkaloid dalam bentuk garam
lebih mudah larut dalam air. Alkaloid biasanya berasa pahit dan memiliki aktivitas
farmakologis tertentu. Sifat alkaloid hampir mirip dengan beberapa senyawa amina
maka dapat bereaksi dengan garam-garam valensi dua dari mercuri (Hg2+), gold
(Au2+) dan platinum (Pt 2+) dan dapat membentuk kristal-kristal yang spesifik dan

17
dapat digunakan untuk identifikasi secara kualitatif. Senyawa alkaloid akan bereaksi
dengan pereaksi Wagner (iodine dalam KI) dan Dragendorff’s (Bismuth KI).

Analisa alkaloid dibagi 2 bagian :

1. Analisa Modern
Yaitu menggunakan Kromatografi kertas, spektrometer, KCKT, terutama alkaloid
opium : morphin, codein
2. Analisa Umum
Yaitu dengan isolasi dengan pelarut yang cocok, dengan reaksi warna dan Kristal

Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut dalam
air, sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter, chloroform.
Pengocokan dilakukan pada pH = 2,7,10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan di
basakan dulu, biasanya dengan NaOH, NH4OH pekat kadang-kadang menggunakan
natrium karbonat. Namun sebaiknya menggunakan ammonia, karena ammonia
memiliki keuntungan sebagai berikut :

1. Amonia dengan alkaloid yang mengandung gugus fenol tdk membentuk fenolat
2. Amonia sudah menguap maka pada pemurnian mudah dihilangkan
3. Ammonia sudah cukup untuk membebaskan alkaloid
4. Alkaloid yang mudah terurai alkali Ket : Alkaloid mengandung gugus fenol :
morphin, apomorfin, narcein, dll Alkaloid yang mudah menguap : nikotin,
pilocarpin.

Alkaloid dapat dibagi lagi berdasarkan hasil dari reaksinya, yaitu

1. Alkaloida dengan mayer hasil positif :


- Alkaloida opium :
 Turunan fenantren : morphin, dionin, codein,heroin
 Turunan Isochinolin : papaverin

- Alkaloida chinae cortex


 Dari alam : chinin, chinidin, chinchonin

18
 Dari sintesa : euchinin, optochin, aristochin

- Alkaloida solanaceae : atropin, hyosiamin (gol atropin), dan golongan Nicotin :


nikotinamid, I.N.H

- Alkaloida turunan pyrazolon : antalgin

2. Alkaloida dengan mayer hasil negatif


- turunan xantin : coffein, theobromin, theophyllin, aminophyllin
- turunan aniline : paracetamol, asetanilida, phenacetin
- turunan amino alifatis dengan inti aromatis : ephedrine
- turunan local anastetik : prokain HCl, benzokain, lidokain HCl

2.2 Monografi Senyawa


1. Golongan Alkaloid Pyrazolon (Antalgin)

Metampyron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C13H16N3NaO4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : serbuk hablur, putih atau putih kekuningan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan Penggunaan : analgetikum dan antipiretikum

2. Golongan Alkaloid Anilin (Parasetamol)

19
Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa
Pahit
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)
P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol
P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida
Khasiat dan Penggunaan : Analgetikum dan antipiretikum

20
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu : 4 Maret 2021
Tempat : Online via Zoom Meetings

3.2 Tujuan Praktikum


Agar mampu mengidentifikasi senyawa obat golongan pyrazolon dan aniline

3.3 Alat dan Bahan


1. Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Botol semprot
- Drouple plate

2. Bahan
- Sampel senyawa golongan pirazolon
- Sampel senyawa golongan anilin
- Pereaksi kimia : Kloroform, NaOH, Ammonia, Na. Hipoklorit, Fenol, HCl,
FeCl3, NaNO3, Reagen Mayer

3.4 Hasil Pengamatan


Pereaksi Antalgin Paracetamol
Organoleptis
-Bentuk Serbuk hablur Hablur atau serbuk hablur
-Warna Putih / putih kekuningan Putih
-Bau
Tidak berbau Tidak berbau
-Rasa

21
Agak pahit Pahit

Kelarutan
-Air Larut Larut dalam 70 bagian air
-Asam Larut Tidak lurut
-Basa Larut Larut
-Alcohol Larut Larut dalam 7 bagian
etanol (95%)
Fluoresensi
-Padat Tidak berpendar Tidak berpendar
-Air Tidak berbendar Tidak benpendar
-Asam Tidak berpendar Tidak berpendar
-Basa Tidak berpendar Tidak berpendar
Pyrolis Nyala, mencair, meng- Mencair, meng-api,
arang, bau tajam terbakar
Reaksi Warna
1. DAB HCl Kuning muda Putih susu kekuningan
2. Z + FeCl3 Ungu kehitaman-biru- Hijau lumut, endapan
hijau-kuning (menggumpal dulu diatas)
3. Z + AgNO3 Ungu berbentuk cermin Bening, endapan putih
4. HNO3 (p) Bening Bening endapan putih
5. HCl/H2SO4 (p) + Tidak berwarna (Bening) Hijau tua keruh
K2CrO7
6. CuSo4 + NaOH Biru tua Biru
7. Mayer Positif (endapan putih Larutan putih endapan
kuning) putih
8. Bouchardat Bening Kuning kehitaman,
endapan kuning
9. HCl (Ip) + Diazo B Bening Kuning endapan putih

22
3.5 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengidentifikasi golongan alkaloid,yaitu
golongan pyrizolon dan anilin. Sebelum praktikum alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu, kemudian dilakukan uji organoleptic terhadap kedua senyawa tersebut. Untuk
sampel golongan pyrazolon (Antalgin) identifikasi secara organoleptis, yaitu bentuk
berupa serbuk hablur, berwarna putih sampai putih kekuningan tidak berbau dan rasa
agak pahit. Untuk golongan anilin (Paracetamol) bentuk berupa hablur atau serbuk
hablur berwarna putih tidak berbau dan rasa pahit. Kemudian untuk uji kelarutan kedua
senyawa tersebut larut dalam air dan alcohol (etanol 95%). Selanjutnya dilakukan
identifikasi khusus, untuk golongan pyrazolon zat + mayer tidak terjadi endapan namun
setelah ditambah HCl baru terjadi endapan, kemudian zat + larutan FeCl3 terbentuk
warna biru. Golongan pyrazolon di uji dengan pereaksi mayer positif yaitu
menghasilkan endapan.
Selanjutnya identifikasi secara kualitatif golongan pyrazolon (antalgin) zat +
FeCl3 (reaksi terjun bebas) akan menghasilkan warna ungu kehitaman-biru-hijau-
kuning, kemudian di uji zat + HNO3 menghasilkan warna hijau kekuningan. Zat +
AgNO3 pekat menghasilkan warna ungu berbentuk cermin.
Untuk senyawa golongan anilin (paracetamol) uji kualitatif dengan reaksi
FeCl3 menghasilkan warna biru sampai dengan ungu muda reaksinya akan berhasil
lebih baik dengan besi klorida 10%. Reaksi Diazo kedalam 1 bagian ditambahkan 2
tetes pereaksi Diazo 1,disaring dengan dan filtrate dituangkan kedalam 2 ml pereaksi
diazo II akan menghasilkan warna jingga merah. Selanjutnya reaksi zat + NaOH 3 N.
ditambahkan campuran segar yang terdiri dari asam sulfat dan larutan Natrium nitrit
10% sama banyak maka akan dihasilkan warna merah tua terbentuk yang menandakan
adanya gugus fenol dan imidazole.

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
- Analisis Kualitatif adalah analisis yang berhubungan dengan identfkas suatu zat
atau campuran yang tidak diketahui.
- Dalam percobaan analisis kualitatf ini, pengujian yang dilakukan adalah uj
organoleptis, uji kelarutan, uji fluoresensi, pyrolis, uji reaksi warna, uji reaksi
kristal.
- Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat dapat disimpulkan bahwa
- Dalam pengamatan organoleptis  Warna dari Antalgin adalah serbuk putih lebih
halus, sedangkan Paracetamol adalah serbuk putih. Antalgin dan Paracetamol,
keduanya memiliki rasa yang pahit, tetapi Paracetamol memberikan rasa yangg
tebal dilidah.
 Dalam pengamatan uji kelarutan  Antalgin larut dalam air, asam, basa dan
alkohol dan paracetamol sukar larut dalam air, tidak larut dalam asam, dan larut
dalam basa dan alkohol.
 Dalam pengamatan uj fluoresensi  Antalgin dan paracetamol tidak berpendar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Dias, Pudji Rahayu, dan Endah Ratnasari.2020.Penuntun praktikum kimia


kualitatif.Bandarlampung ; Pusaka media.

Cartika, Harpolia, dkk.2010.Praktikum Kimia Farmasi.Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Metri Permata, Yade, dkk.Penuntun Praktikum Kimia Farmasi Kualitatif.Medan: Universtas


Sumatera Utara

25
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I
“IDENTIFIKASI GOLONGAN ANESTETIK LOKAL”
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Praktikum Kimia Farmasi I
Pengawas : Desi Fajrianti, S.Farm

Disusun Oleh :
KELOMPOK A4
Fidhya Mutmainnah (P24840119027)
Genize Shastrianita M. (P24840119029)
Happy Permata Sari (P24840119031)
Huda Fauziyah (P24840119033)
Ivan Irdian Ananda P (P24840119034)
Lasria Gresia (P24840119037)
Lia Husna Nabilah (P24840119039)
Lintang Selsia D (P24840119041)
Mareza Agatha B (P24840119043)
Miranda Oktavia (P24840119045)
M. Jaelani Andika P (P24840119047)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II


JURUSAN D-III FARMASI
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Anestetik lokal merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang cara kerjanya
hanya menghilangkan rasa di area tertentu yang akan dilakukan tindakan. (Saprol, 2010)
Anestetik lokal ialah gabungan dari garam yang larut dalam air dan alkaloid yang
larut dalam lemak yang terdiri dari bagian kepala cincin aromatik tak jenuh bersifat
lipofilik (paba - para amino benzoic acid), bagian badan sebagai penghubung terdiri dari
cincin hidrokarbon dan bagian ekor yang terdiri dari asam amino tersier bersifat hidrofilik.
Dalam bentuk basa bebas, anestetik lokal hanya sedikit larut dan tidak stabil dalam bentuk
larutan. Oleh karena itu diperdagangkan dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air,
biasanya garam hidroklori.

B. Dasar Teori

1. Teori Singkat
Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung
atom N yang di dalam intinya dan bersifat basa. Karena itu dapat larut dalam asam-asam
serta membentuk garamnya.
Analisa Alkaloid dibagi 2 bagian :
1) Analisa Modern, Menggunakan Kromatografi kertas, spektrometer, KCKT, terutama
alkaloid opium : morphin, codein
2) Analisa Umum, Isolasi dengan pelarut yang cocok, dengan reaksi warna dan kristal.
Pengocokan Alkaloid :
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut dalam air,
sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter, chloroform. Pengocokan
dilakukan pada pH = 2,7,10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan dibasakan dulu,
biasanya dengan NaOH, NH4OH pekat kadang-kadang menggunakan natrium karbonat,
sebaiknya menggunakan amonia :
1) Amonia dengan alkaloid yang mengandung gugus fenol tdk membentuk fenolat
2) Amonia sudah menguap maka pada pemurnian mudah dihilangkan
3) Ammonia sudah cukup untuk membebaskan alkaloid
4) Alkaloid yang mudah terurai alkali

Ket :
Alkaloid mengandung gugus fenol : morphin, apomorfin, narcein, dll
Alkaloid yang mudah menguap : nikotin, pilocarpin.
Alkaloid dibagi menjadi 2 :
1) Alkaloida dengan mayer hasil positif :
 Alkaloida opium :
1. Turunan Fenantren : morphin, dionin, codein,heroin

2
2. Turunan Isochinolin : papaverin
 Alkaloida chinae cortex
1. Dari alam : chinin, chinidin, chinchonin
2. Dari sintesa : euchinin, optochin, aristochin
 Alkaloida solanaceae : atropin, hyosiamin (gol atropin), dan golongan Nicotin :
nikotinamid, I.N.H
 Alkaloida turunan pyrazolon : antalgin
2) Alkaloida dengan mayer hasil negatif :
 Turunan xantin : coffein, theobromin, theophyllin, aminophyllin
 Turunan aniline : paracetamol, asetanilida, phenacetin
 Turunan amino alifatis dengan inti aromatis : ephedrine
 Turunan local anastetik : prokain HCl, benzokain, lidokain HCl

C. Monografi Bahan
1. Procaini Hydrochloridum (Prokain HCl)

Prokain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C13H20N2O2.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
a. BM : C13H20N2O2.HCl = 272,77
b. Jarak lebur : 153° - 158°C
c. Pemerian : Hablur kecil, putih atau serbuk hablur putih; tidak berbau.
Menunjukkan sifat anestetika lokal jika diletakkan diatas lidah.
d. Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam etanol; sukar larut dalam
kloroform; praktis tidak larut dalam eter.
e. Kegunaan : Anestetik lokal

Penentuan secara kualitatif Prokain HCl :


a. Zat + DAB HCl : larutan merah jingga
b. Zat + batang korek api : larutan merah jingga
c. Larutan 5 mg dalam 1 ml air direaksikan dengan 1 ml 3 N HCl , 1 ml lar fenol 1%
dan 2 tetes larutan kalium bikromat 0,3% : larutan merah – ungu kuat.
d. Zat + KmnO4 + NaOH : hijau ada minyak dipermukaan
e. Zat NaOH dipanaskan + lar Iodium warna kuning (bau iodoform dan amoniak).

3
f. Larutan + HCl + pereaksi alkaloid : terbentuk endapan

2. Aethylis Aminobenzoas (Benzocain)

Benzocain yang telah dikeringkan diatas fosfor pentoksida P selama 3 jam mengandung
tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C9H11NO2.
a. BM : C9H11NO2 = 165,19
b. Jarak lebur : 88° - 92°C
c. Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur putih; tidak berbau; stabil di udara ;
bersifat anastetik lokal pada lidah.
d. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ; mudah larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam minyak zaitun dan
minyak amandel; larut dalam asam encer.
e. Kegunaan : Anestetik lokal

Penentuan secara kualitatif Benzokain :


a. Zat + reaksi Diazo (zat + 2 tts HCl 2N + 1 ml air+ diazo B (lar NaNO2 ) ditetesi 0,1
g B naftol dalam 2 cc NaOH terjadi warna jingga lalu merah darah.
b. Reaksi dengan larutan Iodium dalam suasana basa : bau Iodoform
c. Sejumlah 50 mg zat dipanaskan dengan 3 tetes asam asetat dan 5 tetes asam sulfat
pekat tercium bau ester etil asetat.
d. Zat dilarutkan HCl dicelupkan batang korek api : warna orange, diamati warna batang
korek api dan bentuk orange (seperti lemak)
e. Zat + FeCl3 , hasil warna : kuning
f. Zat + asam asetat + asam sulfat (panaskan di water bath) tercium bau ester (etil asetat)
g. Zat + NaOH + KmnO4 hasil : warna hijau.

3. Lidocaini Hydrochloridum (Lidokain HCl)

4
Lidokain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5%
C14H22N2O.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
a. BM : C14H22N2O.HCl.H2O BM : 288,82
C14H22N2O.HCl (anhidrat) BM : 270,80
b. Jarak lebur : 74° - 79°C
c. Pemerian : Serbuk hablur putih ; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
d. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam
kloroform; tidak larut dalam eter.
e. Kegunaan : Anestetik lokal

Penentuan secara kualitatif Lidokain HCl :


a. Zat dengan larutan tembaga sulfat dan NaOH membentuk senyawa kompleks biru
kuat.
b. (Reaksi Vitalli Morfin), Zat + HNO3, panaskan dan kisatkan di penangas air hingga
kering lalu + kan spirtus KOH : ungu harus benar-benar kering : berwarna hijau.
c. Zat + reagen Marquis : merah
d. Zat + DAB + HCl, hasil negatif (-) kuning.
e. Zat + Lar HCl + dicelupkan batang korek api warna (-) tidak orange
f. Zat + NaOH + KMnO4 : warna hijau
g. Zat + charletty : coklat merah

D. Metodologi Percobaan
1. Waktu dan Tempat
Waktu : Selasa, 9 Maret 2021
Tempat : Online via Zoom Meetings
2. Alat
- Tabung reaksi - Cawan uap
- Rak tabung reaksi - Water bath
- Botol semprot - Pipet tetes
- Droplate plate - Batang pengaduk
- Spiritus - Aquadest

5
- Beaker glass
3. Bahan
- Lidokain HCl
- Benzokain
- Prokain HCl
- Reagen kimia

E. Hasil Percobaan

PENGAMATAN HASIL PENGAMATAN


ORGANOLEPTIS LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
Bentuk Jarum, halus (+) Jarum, halus (++) Jarum, halus (++)
Warna Putih Putih Putih
Rasa Pahit, dingin di lidah Pahit (++) Pahit, dingin di
lidah
Bau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau

PENGAMATAN HASIL PENGAMATAN


KELARUTAN LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
Air Mudah larut Sukar larut Larut
Asam (HCl) Sangat Mudah larut Sukar larut Mudah larut
Basa (NaOH) Sukar larut Sukar larut Larut
Alkohol Mudah larut Mudah larut Mudah larut

PENGAMATAN HASIL PENGAMATAN


FLUORESENCI LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
Padat Tidak berpendar Tidak berpendar Berpendar
Air Tidak berpendar Tidak berpendar Tidak berpendar
Asam Tidak berpendar Tidak berpendar Tidak berpendar
Basa Tidak berpendar Tidak berpendar Tidak berpendar

HASIL PENGAMATAN
PENGAMATAN LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
PYROLISA Mencair, kental Mencair, seperti Lengket, agak
seperti gulali, tidak lilin, tidak berbau kental, tidak berbau
berbau

HASIL PENGAMATAN
REAKSI WARNA
LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
Larutan coklat, Larutan coklat, Larutan oranye,
Dragendorf
↓ coklat oranye ↓ hitam ↓ hitam
Larutan putih susu, ↓ Larutan bening, Larutan putih susu
Mayer
putih ↓ putih agak kehijauan

6
Larutan kuning Larutan oranye Larutan oranye
DAB HCl
kehijauan jeruk, ada gumpalan kemerahan
Batang korek api Batang korek api Batang korek api
Reaksi korek api berwarna coklat berwarna oranye berwarna oranye
kayu pekat terang

REAKSI WARNA HASIL PENGAMATAN


LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
Coklat sedikit larut Tidak larut, ↓ putih Tidak larut, ada
Larutan iodium
dan berminyak, (serbuk) gumpalan kuning,
dalam suasana basa
↓ kuning muda cairan sedikit coklat
Larutan hijau tua Larutan hijau tua Larutan cokla keruh
NaOH + KMnO4
agak keruh agak terang kehijauan
Larutan merah darah Larutan kuning Larutan kuning
Marquis
lemah lemah
Larutan oranye Larutan kuning Larutan kuning
Wassicky
kecoklatan kunyit coklat lemah

REAKSI WARNA HASIL PENGAMATAN


LIDOKAIN HCl BENZOKAIN PROKAIN HCl
FeCl3 Larutan kuning agak Larutan kuning agak Larutan coklat
oranye oranye, ↓ putih kemerahan (seperti
the)
Esterifikasi asetat Bau balon tiup kuat Bau balon tiup Bau balon tiup
lemah lemah
CuSO4 + NaOH Larutan hijau Larutan biru tosca Larutan biru laut,
kehitaman ↓ biru
Charletty Larutan ungu Larutan ungu muda Larutan ungu tua
kemerahan

F. Pembahasan
Dalam praktikum identifikasi sample alkaloid anestetik lokal yang pertama dilakukan
adalah dengan melakukan reaksi warna, yaitu :
 Sample + Mayer
 Sample + larutan iodium dalam suasana Basa : Amati waktu yang terjadi perubahan
warna.
 Lidokain ditambahkan pereaksi Mayer menghasilkan larutan putih susu dan endapan
putih, sedangkan pada Benzokain menghasilkan larutan bening dan endapan putih,
begitu juga dengan Prokain menghasilkan larutan putih susu yang agak kehijauan.
 Sample direaksikan dengan Marquis (sample + H2SO4+ 1 tetes formalin) hasilnya
pada Lidokain menghasilkan larutan merah darah, Benzokain menghasilkan larutan
kuning kunyit, Prokain menghasilkan larutan kuning coklat.

7
 Pada pengamatan organoleptis, pengidentifikasian dapat dilihat dari segi
rasa, dimana Benzocain mempunyai rasa yang lebih pahit dibandingkan Lidokain,
sedangkan Prokain terasa dingin di lidah dan pahit setelahnya. Pada pengamatan
kelarutan, Lidokain mudah larut, namun pada suasana basa sukar larut. Benzokain
sukar larut namun, pada pereaksi alkohol mudah larut. Prokain mudah larut dalam
pereaksi air,asam, basa, maupun pelarut organic.

G. Kesimpulan

 Pada uji organoleptis semua sampel berbentuk seperti jarum dan halus, warnanya
putih kecuali sampel procain hcl yaitu agak kecoklatan. Semua sampel rasanya pahit
dan berasa dingin di lidah dan tidak berbau.
 Pada uji kelarutan, sampel lidocaine hcl larut kecuali dalam basa, sampel benzocaine
sukar larut kecuali dalam alkohol, sampel procaine hcl larut dalam semua pelarut yang
ada.
 Pada uji fluorescensi semua sampel tidak berpendar kecuali procaine hcl yang
berpendar dalam bentuk padatnya.
 Pada uji pyrolisa sampel lidocaine hcl dan benzocaine meleleh dan kental, sampel
procaine hcl menjadi lengket dan agak kental. Semua hasil pyrolisa sampel tidak
berbau.
 Pada reaksi warna, setiap sampel memiliki warna khas tiap perlakuan.

H. Daftar Pustaka

Puspita Nanda, Harpolia Cartika , dan Adin Hakim Kurniawan.2010.Pedoman Praktikum


Kimia Farmasi 2.Jakarta : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta
II

Wini Arianti. “LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS PRAKTIKUM


KE-4 IDENTIFIKASI GOLONGAN ALKALOID, GOLONGAN ANESTETIK
LOKAL DAN GOLONGAN HORMON.” Academia.edu, 2018.
https://www.academia.edu/8895734/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_FARMA
SI_ANALISIS_PRAKTIKUM_KE_4_IDENTIFIKASI_GOLONGAN_ALKALOI
D_GOLONGAN_ANESTETIK_LOKAL_DAN_GOLONGAN_HORMON.

Nirvani hhh. “PENUNTUN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI.” NH, 2018.


https://www.academia.edu/38544995/PENUNTUN_PRAKTIKUM_ANALISIS_FA
RMASI.

8
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I

IDENTIFIKASI GOLONGAN ALKALOID XANTIN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Praktikum Kimia Farmasi I

Kelompok A4:

1. Fidhya Mutmainnah (P24840119027)

2. Genize Shastrianita Majid (P24840119029)

3. Happy Permata Sari (P24840119031)

4. Huda Fauziyah (P24840119033)

5. Ivan Irdian Ananda Putra (P24840119034)

6. Lasria Gresia Situmorang (P24840119037)

7. Lia Husna Nabilah (P24840119039)

8. Lintang Selsia Damayanti (P24840119041)

9. Mareza Agata Babtisini (P24840119043)

10. Miranda Oktaviani (P24840119045)

11. M. Jaelani Andika Putra (P24840119047)

LOKAL 2A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
JURUSAN FARMASI
2021

9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia medis dan kimia organic, istilah alkaloid telah menjadi bagian penting dan
tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa
alkaloid ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa
organic terbanyak ditemukan oleh alam. Hamper seluruh alkaloid berasal tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptic, daun-daunan yang berasa
sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, alkaloid
dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.

Alkaloid adalah senyawa organic yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan
sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut
dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek
farmakologis pada manusia dan hewan.

1.2. Tujuan

1. Mengidentifikasi senyawa zat dan bahan yang dipakai dalam farmasi terutama obat –
obatan.
2. Mengetahui sifat – sifat antibiotik dan golongannya

10
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Singkat

Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung


atom N yang di dalam intinya dan bersifat basa. Karena itu dapat larut dalam asam-asam serta
membentuk garamnya.

Analisa alkaloid dibagi 2 bagian :

1. Analisa Modern
Menggunakan Kromatografi kertas, spektrometer, KCKT, terutama alkaloid opium :
morphin, codein
2. Analisa Umum
Isolasi dengan pelarut yang cocok, dengan reaksi warna dan kristal.

A. Pengocokan Alkaloid:

Alkaloid sebagai Basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut dalam
air, sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik: eter, chloroform.
Pengocokan dilakukan pada pH = 2,7,10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan di
Basakan dulu, biasanya dengan NaOH, NH4OH pekat kadang-kadang menggunakan
natrium karbonat, sebaiknya menggunakan Amonia:

 Ammonia dengan alkaloid yang mengandung gugus fenol tidak membentuk fenolat
 Ammonia sudah menguap maka pada pemumian mudah dihilangkan
 Ammonia sudah cukup untuk membebaskan alkaloid
 Alkaloid yang mudah terurai alkali

Ket:

Alkaloid mengandung gugus fenol; morphin, apomorfin, narcein, dll.

Alkaloid yang mudah menguap: nikotin, pilocarpine.

B. Pembagian Alkaloid:
a. Alkaloid dengan mayer hasil positif:
- Alkaloid opium:

11
i. Turunan fenantren : morphin, dionin, codein, heroin
ii. Turunan isochinolin : papaverine

- Alkaloida chinae cortex


i. Dari alam : chinin, chinidin, chinchonin
ii. Dari sintesa : euchinin, optochin, aristochin

- Alkaloid Solanaceae: atropine, hyosiamin (gol atropin), dan golongan nikotin :


nikotinamid, I.N.H

- Alkaloid turunan pyrazolon : antalgin

b. Alkaloid dengan mayer hasil negative :


- Turunan xantin : coffein, theobromine, theophylline, aminophylline
- Turunan aniline : paracetamol, asetanilida, phenacetin
- Turunan amino alifatis dengan inti aromatis : ephedrine
- Turunan local anestetik : prokain HCl, benzokain, lidokain HCl

C. Identifikasi Umum
1. Reaksi Mayer (reaksi kristal pengendapan)
Reagen :
HgCl2 1
KI 4
Aquadest 5
Larutan senyawa ditambah HCl dan pereaksi mayer akan terbentuk endapan putih
kekuningan yang dapat larut dengan alcohol berlebih.

2. Reaksi Dragendorf (reaksi kristal/pengendapan)


Iodium 2
KI 4
Aquadest 100
Zat ditambah HCl dan pereaksi dragondorf akan terbentuk endapan coklat (lihat
mikroskop)

12
3. Reaksi asam pikrat (reaksi kristal/pengendapan)
Larutan senyawa ditambah larutan asam pikrat terjadi endapan (lihat mikroskop)

D. Identifikasi Khusus
1. Golongan Pyrazolon
 Zat + mayer tidak terjadi endapan, setelah ditambah HCl terjadi endapan
 Senyawa + larutan FeCl3 terjadi warna biru (novalgin), ungu (piramidon),
merah (antipirin).
 Zat + HCl dan Natrium Nitrir terjadi warna hijau (antipirin), ungu
(piramidon)

2. Golongan Xantin
 Reaksi Murexid
Zat + KClO3 + HCl pekat dipanaskan di atas WB sampai kering lalu + ammonia
akan berwarna biru
 Reaksi Kristal: Fe Kompleks/dragendorf/asam pikrat
 Reaksi Parry: zat kering + co Nitrat dalam alcohol + uap amoniak : theophylline
positif ungu
 Zat + pereaksi lalu dipanaskan hingga mendidih
 Pyrolisa dan fluoresensi

E. Dalam golongan ini yang dipraktekkan adalah :


 Golongan Xantin
- Theophyllin
- Aminophylline

2.2. Monografi

1. Aminophyllin (FI EDISI IV Hal 90)

Nama Resmi : Aminophyllinum


Rumus Molekul : C16H24N10O4

13
Berat Molekul : 420,43
Aminofilin adalah senyawa anhidrat atau mengandung tidak lebih dari dua molekul
hidrat. Mengandung tidak kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 87,4% teofilin
anhidrat, C7H8N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Butir atau sebuk putih agak kekuningan; bau ammonia lemah, rasa pahit.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan dalam eter. Larutan 1g dalam 25ml air
menghsilkan larutan jernih; Larutan 1g dalam 5ml air menghablur jika didiamkan dan
larut kembali jika ditambah sedikit etilenadiamina
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Theophyllin (FI EDISI IV Hal 783)

Nama Resmi : Theophyllinum


Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O
Berat Molekul : 198,18
Theophyllin mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat. Mengandung tidak
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C7H8N4O2, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit; stabil di udara.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas; mudah larut
dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida; agak sukar larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Jarak Lebur : Antara 270o dan 274o
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

14
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

1. Tempat : Dalam jaringan (online) secara presentasi


2. Waktu : Selasa, 9 Maret 2021

3.2. Tujuan Percobaan

Mengidentifikasi senyawa zat dan bahan yang dipakai dalam farmasi terutama obat –
obatan.

3.3. Alat dan Bahan

1. Alat
- Tabung reaksi - Lampu spiritus
- Pipet tetes - Cawan uap
- Botol semprot - Mikroskop
- Drouplet tetes - Kapas basah
- Spatula logam
2. Bahan
- Sampel Golongan Alkaloid Xantin : coffein, theophylline, aminophylline
- Reaksi kimia (kualitatif)
- Aquadest

2.4. Hasil Percobaan

Pereaksi Aminophyllin Theophyllin


Organoleptis
Bentuk Serbuk Halus Serbuk Hablur
Warna Putih Kekuningan Putih
Bau Berbau Tidak Berbau
Rasa Pahit Pahit

Kelarutan
Air Larut Sukar Larut

15
Asam (HCl) Larut Larut
Basa (NaOH) Larut Tidak Larut
Alkohol Tidak Larut Tidak Larut

Fluoresensi
Padat α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Padat α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar
Air α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Air α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar
Asam α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Asam α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar
Basa α : 366 Terpendar Hijau Terpendar Merah
Basa α : 254 Tidak Terpendar Tidak Terpendar

Mengarang, Berbusa,
Pyrolisa
Tidak Berrbau Tidak Berbau

Rx Warna
HCl (lp) + Mayer Larutan Kuning ↓ Larutan Putih ↓
HCl(lp) + Dragendorf Orange Tua ↓ Orange Tidak Larut
HCl (lp) + Bouchardat Larutan Hitam ↓ Larutan Hijau ↓
Murexid Ungu Terang Ungu Kekuningan
NaOH ad larut + Larutan Putih
Larutan Putih Susu
AgNO3 (1 tetes) Kecoklatan
Parry + NH4OH Coklat Ungu
Marquis Kuning Bening Jernih ↓
Cu Asetat Ungu Hijau Tosca
FeCl3 Merah Kecoklatan Orange

3.5. Pembahasan

Dalam praktikum identifikasi sampel alkaloid xantin yang pertama dilakukan adalah
melakukan identifikasi organoleptis, terdapat pada segi bentuk, aminofilin berbentuk serbuk

16
halus sedangkan teofilin berbentuk serbuk hablur. Dalam segi rasa keduanya (aminofilin,
teofilin) sama-sama berasa pahit.

Pada identifikasi kelarutan Aminofilin larut dalam air, asam dan basa, tetapi tidak larut
dalan alkohol. Theofilin larut dalam asam, tidak larut dalam basa dan alkohol, dan sukar larut
dalam air.

Pada reaksi warna:

- Sampel + Murexid: Aminofilin menghasilkan warna ungu terang, Teofilin


menghasilkan warna ungu kekuningan
- Sampel + Cu Asetat: Aminofilin menhasilkan warna ungu, dan pada Teofilin
menghasilkan warna hijau tosca.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

 Dari hasil pengamatan organoleptis didapatkan: Aminophilin merupakan serbuk halus


dengan warna putih kekuningan dengan rasa pahit dan memiliki bau. Sementara
Theophilin merupakan serbuk hablur berwarna putih tidak berbau dengan rasa pahit.

 Hasil pengamatan kelarutan: Aminophilin dapat larut dalam air, HCl, NaOH dan tidak
larut dalam alcohol. Theophilin Sukar larut dalam air, larut dalam HCl dan tidak larut
dalam NaOH dan alcohol.

 Hasil pengamatan fluoresensi: Aminophilin menghasilkan terpendar hijau dengan


preaksi padat α, air α, asam α, dan basa α. Theophilin menghasilkan terpendar merah
dengan preaksi padat α, air α, asam α, dan basa α.

 Hasil pengamatan pyrolisa: Aminophilin membentuk arang dan tidak berbau sementara
Theophilin membentuk busa dan tidak berbau.

 Pada reaksi warna:

 Sampel + Murexid: Aminofilin menghasilkan warna ungu terang, Teofilin


menghasilkan warna ungu kekuningan

 Sampel + Cu Asetat: Aminofilin menhasilkan warna ungu, dan pada Teofilin


menghasilkan warna hijau tosca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta

Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II

19

Anda mungkin juga menyukai