Anda di halaman 1dari 16

B.

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOID

I. Nama tanaman: Temulawak


Nama latin tanaman: Curcumae xanthorrhiza Roxb.

II. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara identifikasi senyawa golongan alkaloid.

III. DASAR TEORI


Dalam sistematika tumbuhan, tanaman temulawak termasuk dalam;
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monokotiledonae
Ordo : Zingiberales
Suku/Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcumae
Species : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
(Marjoni, 2017)

Gambar 1.1

Tanaman Temulawak
Rimpang temulawak memliki kandungan yaitu curcumin dan
minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), selulosa dan mineral. Pati
merupakan kandungan yang banyak dalam rimpang temulawak. Pati ini
berbentuk serbuk putih kekuningan yang kasar terdiri dari karbohidrat, besi
kalium dan natrium. Adanya kandungan pati, temulawak dapat dimanfaatkan
sebagai bahan makanan (Hadipoentyanti & Syahid, 2007). Rimpang
temulawak yang memiliki senyawa aktif diantaranya saponin, alkaloid,
flavonoid dapat digunakan untuk ramuan obat tradisional (Dermawaty D.E.,
2015).

Kurkumin yaitu konstituen utama pada spesies kurkuma. Senyawa


kurkumin merupakan diketon simetris yang gugus karbonilnya terkonjungsi
dengan cincin fenolik. Spesies kurkuma terdiri Curcuma Longa dan
Curcuma xanthorrhiza yang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional.
Tanaman tersebut di Cina dimanfaatkan untuk pengobatan luka yang
diakibatkan oleh diabetes, batuk, rematik dan sinusitus. Kurkumin dapat
dimanfaatkan sebagai zat tambahan untuk warna dan aroma pada makanan
(Purba & Martosupono, 2009). Sifat dari kurkumin yaitu sifat perubahan
warna akibat perubahan pH lingkungan. Jika dalam suasana asam kurkumin
berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan pada suasana basa kurkumin
berwarna merah. Kurkumin dapat larut dengan etil asetat, metanol, etanol,
asam asetat glasial, aseton, dan benzena (Claudia, 2016)

Skrining Fitokimia adalah cara mengidentifiksi bioaktif yang belum


tampak dalam suatu uji yang dapat memisahkan bahan alam yang
mengandung fitokimia. Skrining fitokimia bertujuan memberikan gambaran
tentang golongan senyawa yang terkandung dalam bahan yang diteliti
(khotimah, 2016).
Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang didalam organisme
yang tidak terlihat secara langsung dalam proses pertumbuhan,
perkembangan atau reproduksi. Perbedaan dari metabolit primer yang
ditemukan dalam spesies diproduksi dengan jalur yang sama, senyawa
metabolit hanya ditemukan pada spesies tertentu. Tanpa adanya senyawa ini
spesies akan rusak atau menurunnya untuk bertahan hidup. Fungsi dari
senyawa pada suatu organisme untuk bertahan terhadap predator, kompetitor
dan untuk mendukung proses reproduksi (Atika, 2010).
Untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu
ekstrak digunakan berbagai metode salah satunya adalah Identifikasi
senyawa Alkaloid, (Harbone, 1987). :
Alkaloid sendiri merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat
dalam tumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alakaloid pada
umumnya merupakan atomnitrogen sekunder ataupun tersier dan kadang-
kadang terdapat sebagai atomnitrogen kuartener. Salah satu pereaksi untuk
mengidentifikasi adanya alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff dan
pereaksi Mayer.
Senyawa alkaloid adalah golongan yang memiliki kandungan
nitrogen yang aromatik dan ditemukan di alam. Struktur pada senyawa
alkoloid mengandung satu atau lebih dari atom nitrogen dari bagian
sikliknya. Senyawa alkaloid sebagian besar bersumber dari tumbuhan dan
angisperm. Alkaloid ditemukan di bunga, biji, ranting, akar, dan kulit batang
(Ningrum, Purwanti, & Sukarsono, 2016). Alkaloid mempunyai efek dalam
bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah,
mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung.
(Aksara, Musa, & Alio, 2013).
Senyawa alkaloid terdiri dari empat kelas yaitu kelas pirolidin,
tropan, piperidin. Kelas kedua yaitu quinolizidin, isoquino, dan indol. Kelas
ketiga meliputi ergontamin, papeverin, morfin, kodein, kafein, dan tobromin.
Kelas keempat yaitu efedrin dan capsaicin (khotimah, 2016). Ekstrak yang
positif mengandung alkoloid berwarna jingga dengan reagen Dragendroff
dan membantu endapan putih dengan reagen Mayer. Endapan ini terbentuk
karena adanya pembentukan antara ion logam dan reagen dengan senyawa
alkoloid (Setyowati, Ariani, Ashadi, Putri, & Mulyani, 2014).

Gambar 1.2

Struktur Senyawa Alkaloolid

Metode yang paling banyak untuk menyeleksi alkaloid, yaitu :


1) Prosedur Well yaitu ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman
kering yang diekstraksi dengan etanol 80%. Ekstrak disaring saat keadaan
ekstraksi dingin. Residu dicuci dengan etanol 80% dan dikumpulkan filtrat
diuapkan. Residu yang tertinggal didilarutkan dengan air, disaring dan
diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkoloid diendapkan dengan reagen
Mayer atau dengan Siklotungstar. Hasil yang diteliti positif, maka konfirmasi
tes menggunakan larutan yang bersifat asam yang dibasakan, alkaloid
diekstrakan kembali ke dalam larutan asam. Larutan ini menghasilkan
endapan dengan preaksi berarti tanaman mengandung alkaloid. Fase basa air
juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkoloid quartener (Najib,
2006).
2) Prosedur King-Douglas berbeda dengan alkaloid yang dalam
tanaman. Bahan tanaman kering diubah menjadi basa bebas denga larutan
encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan klorform,
ekstrak dipekatkan dan alkoloid diubah menjadi hidroklorida dengan cara
menambahkan asam klorida 2N. Filtrat berair kemudian diuji dengan
menggunakan pereaksi mayer untuk mengetahui alkaloidnya. Mengetahui
kandungan alkaloid menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus
seperti alkaloid brusin (Najib, 2006).
Kromatografi merupakan pemisahan zat dengan proses dasar
pemisahan yang terdiri dari dua fase atau lebih. Teknik kromatografi
menggunakan dua fase, salah satu dari kedua fase tersebut tidak bergerak
(fase diam), lainnya bergerak (fase gerak). Kromatografi lapis tipis
digunakan untuk pemisahan zat secara cepat, penyerapan, pembagian atau
gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan
zat penyerap dan jenis pelarut yang digunakan (Fatmawati D.A. 2008).
Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah dengan menotolkan
cuplikan atau sampel pada lempeng kromatografi lapis tipis, kemudian
lempeng dimasukkan ke dalam wadah berisi fase gerak yang telalh
dijenuhkan sehingga komponen-komponen dalam sampel tersebut terpisah.
Pemisahan masing-masing komponen pada kromatografi lapis tipis
dinyatakan dengan faktor retardasi atau faktor perlambatan atau juga sering
disebut nilai Rf (Fatmawati D.A. 2008).
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day,
2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-
400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750
nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
IV. ALAT dan BAHAN

1. Alat :

-Beaker glass 50 ml
-corong 60 ml
-erlenmeyer 25 ml
-cawan 50 ml
-corong pisah 100 ml
-pipet tetes
-rak tabung
-tabung reaksi
-sendok logam
-kiesel gel GF 254

2. Bahan :

-ekstrak (Temu hitam)


-Hcl
-Nacl
-Pereaksi mayer
-pereaksi wagner
-Na4OH 28%
-kloroform bebas air
-etil asetat
-metanol
-Pereaksi dragendorf

V. CARA KERJA
1. Penyiapan sampel
Simplisia temu hitam

-ekstrak simplisia temu hitam sebanyak 5 ml


-Ditambah 5 ml Hcl 2N
-Dipanaskan diatas penangas air selama 2-3 menit sambal diaduk
-Setelah dingin ditambah 0,3 gram Nacl, diaduk rata lalu
disaring
-Filtrat yang diperoleh ditambah 5 ml Hcl 2N dan dibagi menjadi
3
Bagian yang disebut sebagai larutan I A, I B dan I C
Hasil

2. Reaksi Pengendapan
I A, I B, dan I C
-Larutan I A ditambah pereaksi mayer
-Larutan I B ditambah pereaksi wagner
-Larutan I C dipakai sebagai blanko
-adanya keruhan atau endapan menunjukan adanya alkaloid

Hasil

3. Kromatograf Lapis Tipis (KLT)


KLT
-Larutan I C ditambah NH4OH 28% sampai larutan menjadi basa
-Diekstrak dengan 5 ml kloroform bebas air,lalu disaring
-Filtrat diuapkan sampai kering
-kemudian dilarutkan dalam methanol dan siap untuk pemeriksaan
KLT, 1-2 tetes methanol
-Fase diam; klesal gel GF 254
-Fase gerak; etil asetat:methanol:air (9:2:2),10 ml
-penampak noda: Pereaksi dragendorf
-jika timbul warna jingga menunjukan adanya alkaloid dalam
ekstrak

Hasil

VI. HASIL
NO Perlakuan Hasil Keterangan
1. Penyiapan sampel
-Ambil ekstrak simplisia -larutan berwarna
temu hitam sebanyak 5 Jingga
ml

-Ditambah 5 ml Hcl 2N -larutan coklat


kehitaman

-Dipanaskan diatas
penangas air selama 2- -larutan berwarna
3 menit sambil diaduk kuning kemerahan

-Setelah dingin -larutan berwarna


ditambah 0,3 gram kuning kehijauan
Nacl,diaduk lalu
disaring
2. Reaksi Pengendapan
-Filtrat yang diperoleh -larutan berwarna
ditambah 5 ml Hcl coklat
2N,dibagi menjadi 3
bagian I A, I B dan I C

Larutan IA, IB dan IC :

-Larutan IA: ditambah -tidak terdapat


pereaksi mayer 2-3 endapan (coklat
tetes kehijauan)

-Larutan IB: ditambah


pereaksi wagner - terdapat endapan
(coklat kehijauan)

-Larutan IC: sebagai


blanko

-adanya keruhan atau


endapan menunjukan
adanya alkaloid

Kromatografi lapis tipis


3. -Larutan IC ditambah
NH4OH 28% sampai
larutan menjadi basa

-Diekstraksi dengan
kloroform bebas air -terdapat 2 lapisan:
kemudian disaring lapisan atas;ekstrak
Lapisan bawah;
kloroform
-Filtrat diuapkan sampai
kering

-Kemudian dilarutkan
dalam methanol,atau
ditotolkan methanol 1-
2 tetes

 Diperiksa dengan
KLT

1.) Fase diam


-Diambil kiesel gel GF
254 -diberi batas atas
-Dipanaskan dengan bawah 1 cm, plat
suhu 110 derajat sudah aktif
selama 30 menit
-larutan bening
2.) Fase gerak
-Dibuat fase gerak etil
asetat:methanol:air
(9:2:2) sebanyak 10 ml -larutan bening

-Diambil Etil asetat :


9
x 10 ml = 6,9 ml 7
13
ml
(Dimasukan kedalam -larutan bening
chamber)

-Metanol :
2
x 10 ml = 1,5 ml -larutan bening
13
(Dimasukan kedalam
chamber)
(+)
-Air : Jenuh
2
x 10 ml = 1,5 ml -larutan bening, bau
13
(Dimasukan kedalam menyengat
chamber)
-Dijenuhkan dengan
kertas saring lalu
ditutup rapat

3.) Identifikasi senyawa


alkaloid
-Ekstrak sampel
ditotolkan pada batas
bawah plat kiesel gel
GF 254 aktif

-Dimasukan kedalam
chamber berisi fase -terjadi fase gerak
gerak jenuh

-Diamati,ditunggu
sampai mencapai batas
atas
-Diangkat dan
didinginkan

-Diamati dibawah UV
254 npm -jarak noda : 6,5 cm
-jarak pelarut : 8 cm
(terdapat noda
-Disemprot penampak berwarna jingga)
noda pereaksi
dragendorf secukupnya

-Diamati noda, warna


noda -tidak terdapat noda

-Dihitung RF dan HRF

# Perhitungan
Diketahui: jarak noda : 7 cm
Jarak pelarut : 8 cm
Ditanya: nilai Rf dan HRf : ….?
Jawab:
Jarak noda 7 cm
Nilai Rf = = = 0,875 cm
Jarak eluen 8 cm
Hrf = Rf x 100 %
= 0,875 x 100 %
= 87,5 %

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul “Identifikasi golongan alkaloid” yaitu
yang bertujuan agar Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa
golongan alkaloid.

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki


atom nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Alkaloid dapat
menghambat pertumbuhan jamur dengan cara menyisip di antara dinding sel dan
DNA jamur sehingga pertumbuhan jamur akan terganggu. Alkaloid mempunyai
struktur kimia berupa sistem lingkar heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero
atomnya. Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak
larut dengan titik lebur yang tertentu. Kebanyakan alkaloid bersifat basa, sifat
tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Metode yang
biasa digunakan untuk pemurnian dan karakterisasi senyawa alkaloid yaitu
mengandalkan sifat kimia alkaloid.
Ada 3 cara kerja yang di lakukan dalam identifikasi golongan alkaloid
yaitu penyiapan sampel, reaksi pengendapan, kromatografi lapis tipis.

pemeriksaan sampel yang di lakukan pertama yaitu dengan mengambil 5 ml


ekstrak di masukan dalam gelas beaker larutan berwarna coklat kehitaman
kemudian ditambahkan 5 ml HCL 2N dipanaskan diatas penangas air 3 menit
sambil di aduk larutan berwarna kuning kemerahan kemudian didinginkan
kemudian ditambah 0,3 gram Nacl larutan menjadi kuning kehijauan, disaring
dengan kertas saring filtrat diambil ditambahkan 5 ml HCL 2N larutan menjadi
berwarna hijau kecoklatan kemudian larutan Dibagi menjadi 3 bagian Lautan IA
Larutan IB, dan Larutan IC. Larutan IC di gunakan sebagai Blanko;

Percobaan selanjutnya Reaksi Pengendapan :

Larutan IA di teteskan dengan pereaksi mayer kemudan di amati menghasilkan


larutan coklat kehijauan tidak terdapat endapan, dan lebih keruh dibandingkan
dengan Blanko ( Larutan IC ).

Laurtan IB di teteskan dengan pereaksi wagner kemudian di amati menghasilkan


larutan coklat kehijauan tidak terdapat endapan, dan lebih keruh dibandingkan
dengan Blanko ( Larutan IC ).

Percobaan selanjutnya Kromatografi Lapis Tipis (KLT), pertama tama


pengaktifan Kiesel gel 254 langkah awal beri garis atas bawah 1 cm
menggunakan pensil kemudain di oven selama 30 menit dengan suhu 90°C.

Kemudian fase gerak dengan etil asetat, methanol, air dengan perbandingan
(9 : 2 : 2) sehingga didapatkan etil asetat sebanyak 6,9 mL, air 1,5 mL dan
methanol sebanyak 1,5 mL kemudian masukan ke chamber dan di tutup rapat
Pembuatan larutan sampel dengan menggunakan larutan IC, larutan IC di
tambahkan NH4OH 28% sampai basa cek menggunakan kertas lakmus
kemudian di tambahkan kloroform bebas air 5 ml larutan tidak menyatu
( terbentuk 2 fase ) kemudian di ekstraksi dan di ambil fase kloroformnya, di
saring dengan kertas saring dan filtratnya diuapkan sampai kering menguap
semua dan dilarutkan dengan 2-3 tetes methanol.

Identifikasi senyawa alkaloid ekstrak temulawak dengan KLT


menggunakan larutan sampel yang telah dibuat sebelumnya kemudian ditotolkan
pada plat silika yang sudaha aktif kemudian di masukan ke chamber dijenuhkan
sampai batas atas, setelah sampai batas atas fase diam ( plat silika ) diangkat dan
diangin anginkan, kemudian diamati di bawah sinar uv 254 dan 366 npm pada
saat di amati di sinar uv 245 bercak nampak tetapi pada saat menggunakan 366
npm bercak tidak nampak kemudian di semprot dengan pereaksi dragendarf noda
bercak tidak tampak.

Hasil uji menggunakan sinar UV, bercak ditandai dengan pensil kemudian
di hitung Rf dan HRf nya dengan menggunakan perhitungan sebagai beritkut :

RF : jarak noda / jarak pelarut

Hrf : hasil Rf x 100%

Didapatkan hasil jarak noda bercak 7 cm dan jarak pelarut 8 cm sehingga setelah
dilakukan perhitungan untuk nilai Rf dan HRf menghasilkan nilai Rf : 0,88 dan
HRf : 88%.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa :

1. Alkaloid adalah merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam


tumbuhan.

2. Untuk mengidentifikasi adanya senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan uji


Mayer, uji Wagner dan KLT.

3. Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan
putih, setelah dilakukan uji Mayer pada sampel temulawak menunjukan hasil
negatif.

4. Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat muda Sampai kuning, setelah dilakukan uji Wagner pada sampel
temulawak menunjukan hasil negatif.
5. Hasil KLT timbulnya noda bercak dengan perolehan nilai RF 0,875 dan HRf
87,5 %

Anda mungkin juga menyukai