( )
PRAKTIKUM 06
PENETAPAN KADAR PIRIDOKSIN HIDROKLORIDA SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET
A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Piridoksin dalam sediaan
secara spektrofotometri
B. Landasan Teori
Vitamin adalah bahan utama bagi fungsi tubuh dan kesehatan yang dibutuhkan
dalam jumlah takaran yang lebih sedikit namun memiliki manfaat yang sangat berguna bagi
tubuh. Vitamin digolongkan dalam dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air mempunyai toksisitas rendah,
karena jumlah yang berlabihan cepat diekskresi melalui urin, sebaliknya pemakaian vitamin
yang larut dalam lemak dengan jumlah yang berlebihan akan menyebabkan tertimbunnya
senyawa tersebut dalam tubuh dan dapat menimbulkan efek toksik (Tanu Ian, 1969).
Vitamin B6 adalah vitamin yang larut dalam air. Vitamin B 6 penting untuk
mempertahankan fungsi otak yang sehat, pembentukan sel darah merah, pemecahan
protein, sintesa antibodi sebagai bagian dari system kekebalan tubuh. Dampak kekurangan
vitamin B6 adalah terjadi pecah-pecah disudut bibir, kerusakan kulit, mudah mual-mual,
lidah tidak kasar, mudah pening, anemi, mudah kena penyakit batu ginjal, terjadi sawan
pada anak kecil. Orang yang mempunyai kadar vitamin B6 rendah, menunjukkan gejala
seperti lemah, sifat lekas marah dan susah tidur. Selanjutnya gejala kegagalan
pertumbuhan, kerusakan fungsi motorik dan sawan. Selain itu Vitamin B 6 (piridoksin) juga
memegang peranan penting pada metabolisme asam amino, jadi bila kekurangan vitamin B 6
akan terjadi gangguan metabolisme protein sehingga mengganggu kerja otak dan susunan
syaraf (Maria C. Linder, 1992).
Beberapa cara penetapan kadar piridoksin hidroklorida adalah dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), metode
Spektrofotometri Ultra Violet dan Spektrofotometri Visible. (A. C. Moffat, 1986 dan
ditjen POM, 1995)
Spektrofotometri adalah suatu metode yang mempelajari serapan atau emisi radiasi
elektromagnetik. Sedangkan alat atau instrument untuk spektrofotometri disebut
spektrofotometer, yaitu alat yang mempergunakan cahaya dengan frekuensi tertentu
melalui suatu larutan sampel untuk mengukur intensitas cahaya yang keluar.
Penetapan kadar secara spektrofotometri memegang peranan yang penting untuk
penentuan kuantitatif bahan baku dan sediaan obat. Tahap-tahap penetapan kadar secara
spektrofotometri adalah :
1. Menentukan panjang gelombang maksimun (λ maks ) dari zat yang akan ditetapkan
kadarnya dengan alat yang akan digunakan. Dapat juga dilihat dari Farmakope
Indonesia dan literatrur lain misalnya Clarke’s. Panjang gelombang maksimum zat
yang akan ditetapkan akan kita peroleh setelah dilakukan pengukuran dengan
memasukkan kisaran panjang gelombang yang diinginkan, dan dibuat kurva
kalibrasinya.
2. Menentukan linieritas kurva kalibrasi dan persamaan regresi dari kurva
kalibrasinya. Untuk ini dilakukan dengan pengukuran serapan dari larutan induk
pembanding yang harus diencerkan paling sedikit 5 konsentrasi yang berbeda.
Pengukuran harus dilakukan dalam batas-batas serapan yang diizinkan oleh hukum
Lambert-Beer yaitu berada pada kisaran : A = 0,2-0,6.
Dari data-data yang diperoleh ini dibuat kurva kalibrasi dan persamaan garis regresi dari
larutan baku pembanding.
Persamaan garis regresi nya: Y = ax + b
Keterangan : Y = serapan sampel/cuplikan
X = konsentrasi
Untuk mendapatkan persamaan regresi di atas, maka harga a dapat diperoleh dari
persamaan dibawah ini :
a = ∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y ) / n
∑ X2 - ( ∑X )2 / n
Keterangan: X= konsentrasi baku pembanding ( mcg / ml ) dari berbagai konsentrasi.
Y = serapan baku pembanding dari berbagai konsentrasi.
n = banyaknya pengukuran serapan yang dilakukan.
Jika harga a telah kita peroleh, maka harga b akan didapat dari :
b = Y – aX
keterangan : Y = rata-rata dari absorbansi
X = rata-rata dari konsentrasi
Dan dengan demikian akan diperoleh persamaan garis regresinya.
4. Lar
utan zat yang akan diukur serapannya harus jernih. Kalau tidak jernih harus
disaring atau disentrifuge sehingga diperoleh filtrat yang jernih untuk diukur
dengan spektrofotometri. (Salbiah, dkk. 2008)
Alat : Bahan :
- Beaker glass - HCl 0,1N
- Corong - Piridoksin HCl BPFI
- Gelas ukur
- Labu ukur
- Pipet volume
- Kertas saring Whatman 42
- Spektrofotometer UV Visible
- Timbangan analitis
- Lumpang dan Martir
D. Prosedur Kerja
Pembuatan Larutan pereaksi
Pembuatan larutan HCl 0,1 N : Tiap 1000 ml larutan mengandung 3,646 g HCL (BM :
36,46). Cara pembuatannya diencerkan 8,5 ml HCL p dengan aquades hingga 1000 ml
(Ditjen POM, 1995)
Larutan baku pembanding
- Ditimbang seksama sejumlah Piridoksin BPFI sebanyak 25 mg
- Dilarutkan dalam HCl 0,1 N secukupnya hingga 100 ml, dicampur.
- Dipipet 5,0 ml larutan di atas, lalu encerkan dengan HCl 0,1 N hingga 100 ml,
dihomogenkan.
- Diukur serapan larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum 290 nm,
menggunakan HCl 0,1 N sebagai blangko.
Larutan sampel (larutan uji)
- Ditimbang sebanyak 20 tablet
- Digerus halus
- Ditimbang setara dengan 25 mg zat berkhasiat
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
- Diencerkan dengan 50 ml HCl 0,1 N
- Dikocok, lalu panaskan di atas penangas air, dinginkan.
- Diencerkan dengan HCl 0,1 N hingga 100 ml
- Disaring, Dipipet 5 ml filtrat ke dalam labu tentukur 100 ml, lalu diencerkan
dengan HCl 0,1 N
- Diukur serapan larutan uji pada panjang gelombang 290 nm
- Dihitung kadar tablet Piridoksin
Penetapan kadar secara Spektrofotometer UV Visible
- Hidupkan power / on, pada alat spktrofotometer.
- Tekan angka panjang gelombang
- Buka tempat kuvet, masukkan larutan blanko pada kuvet 1
- Masukkan juga larutan standar pada kuvet 2
- Kemudian kuvet 1 dan kuvet 2 ditempatkan dalam alat spektrofotometer,
tutup.
- Catat absorbansinya (lihat pada printer)
- Untuk mengukur absorbansi pada larutan uji dilakukan cara yang sama, dimana
larutan blanko pada posisi tetap di kuvet 1 dan larutan uji pada kuvet 2.
Persyaratan : Mengandung Piridoksin HCl tidak kurang dari 95,0 % dan tidak
lebih dari 115,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket