2. Jelaskan masalah defisiensi gizi yang paling sering terjadi pada remaja putri!
Defisiensi gizi yang paling sering terjadi pada remaja putri salah satunya adalah Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe).
- Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
Anemia adalah berkurangnya massa sel-sel darah merah yang bersirkulasi sehingga akan mengurangi kadar hemoglobin dalam tubuh. Anemia juga bisa disebabkan ketika kondisi tubuh mengalami pendarahan yang parah, menurunnya produksi sel darah merah, atau defisiensi vitamin dan mineral.Vitamin dan mineral sangat berkaitan dengan sel darah merah, integritas sel dan hemoglobin termasuk B12, folat, dan besi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah kurangnya suplai zat besi pada pengembangan sel darah merah yang tidak dapat dipenuhi dengan cadangan zat besi saat ini. Zat besi diperlukan untuk sintesis hemoglobin, transportasi oksigen dan elektron, juga sintesis DNA.. Remaja putri memiliki resiko yang lebih tinggi dari pada laki laki. Zat besi juga ditemukan dalam hemoglobin, mioglobin, dan enzim, juga disimpan dalam transportasi protein seperti ferritin, hemosiderin, dan transferrin. Keseimbangan zat besi dipertahankan melalui regulasi yang cermat penyerapan zat besi di usus kecil. Sebagian besar zat besi didaur ulang dalam tubuh setelah dilepaskan dari sel darah merah. Zat besi di ekskresikan melalui feses, urin dan keringat. Penyebab utama anemia defisiensi besi adalah karena tidak memadai atau kurangnya asupan zat besi dalam tubuh manusia, perdarahan kronis, malabsorpsi, dan tuntutan zat besi yang tinggi seperti yang terjadi pada masa bayi, remaja, dan dengan kehamilan atau menyusui. Kehilangan darah kronis, seperti menstruasi bulanan, tukak gastrointestinal, kanker, atau wasir, adalah penyebab umum yang berlebihan kehilangan zat besi tubuh. Obat-obatan tertentu, seperti antasida, dapat mengikat dengan besi dan mengganggu penyerapan Remaja putri beresiko lebih tinggi mengalami anemia defisiensi zat besi (Fe) karena remaja putri setiap bulannya akan mengalami menstruasi yang merupakan kehilangan darah yang didalamnya mengandung zat besi, remaja putri akan kehilangan zat besi dalam tubuh tersebut sehingga remaja putri akan memerlukan asupan zat besi yang lebih untuk tubuh yaitu dengan banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi. Menurut data persentase remaja putri akan mengalami anemia defisiensi zat besi yaitu 23% sedangkan laki laki hanya 12%. Manifestasi klinis biasanya muncul ketika kadar haemoglobin kurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi oksigen dalam tubuh. Anemia defisiensi besi dapat berkembang perlahan dan karenanya tidak menunjukkan gejala. Ketika menunjukan gejala, manifestasi klinis yang muncul adalah terkait dengan penurunan sintesis hemoglobin, komposisi darah yang berubah, daya dukung oksigennya buruk dan hipoksia. Manifestasi ini juga bisa menimbulkan pucat dari kulit dan selaput lendir, kelelahan, kelemahan, sakit kepala ringan, sesak napas, jantung berdebar, sakit kepala, takikardia, dan sinkop. Hipoksia kronis dapat merusak fungsi sel terutama dalam sel epitel, yang menyebabkan rambut dan kuku rapuh serta luka di mulut. Pica (pagophagia), keharusan untuk makan es atau zat non-makanan seperti tanah atau tanah liat, adalah manifestasi lain dari kekurangan zat besi anemia yang tidak dipahami dengan jelas